MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Administrasi Negara
Disusun oleh:
KELAS D
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah pemilik semesta alam ini yang memberikan qudrah
dan iradah-Nya sehingga kita masih diberikan kenikmatan manisnya iman dan
islam dan Alhamdulillah karena taufiq-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah Hukum Administrasi Negara yang berupa makalah dengan judul
“Sumber Hukum Administrasi Negara”
Kami sangat menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini dan juga perbaikan bagi penulis
kedepannya.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam cabang ilmu hukum, ada beberapa istilah yang digunakan
untuk menyebut hukum administrasi negara. Misalnya ada yang
menggunakan istilah hukum tata negara, dan ada juga yang
menggunakan istilah hukum tata pemerintahan dan ada juga yang
menggunakan istilah Hukum Tata Usaha Negara. Meskipun dalam
ruang penyebutan istilah yang berbeda, namun dalam perkembangan
selanjutnya pemakaian istilah untuk bidang ilmu hukum ini diganti lagi
menjadi istilah Hukum Administrasi Negara, setelah sebelumnya
sempat menggunakan istilah Hukum Tata Pemerintahan pada tahun
1972 atas dasar Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
pada tanggal 30 Desember 1972 Nomor 198/U/1972 tentang pedoman
kurikulum minimal.
1
peraturan penyelesaiannya belum ada, atau belum dibuat oleh badan
legislatif. Kemerdekaan tersebut disebut Freies Ermessen.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
CST. Kansil, Hukum Tata Pememrintahan Indonesia. Jakarta: Ghalia. 1983. Hal. 4.
2
Victor M. Situmorang, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Bina Aksara.
1987. Hal. 7.
3
sesuai dengan kecendrungan dan latar belakang pendidikan dan
keilmuannya.3
Hal ini sejalan dengan pendapat Bagir Manan, tanpa kehati-
hatian dan kecermatan yang mendalam mengenai apa yang dimaksud
dengan sumber hukum dapat menimbulkan dengan kekeliruan, bahkan
menyesatkan. 4
3
Ridwan HR. Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta: UII Press. 2003. Hal. 54.
4
Bagir Manan. Konvensi Ketatanegaraan. Bandung: Armico. 1987. Hal. 9-10
5
Sudikno Mertokusumo. Mengenal Hukum, Suatu Pengantar. Yogyakarta: Liberty. 1996. Hal.
69.
4
hukum atau tempat dimana hukum itu di ambil. Dalam berbagai
kepustakaan hukum ditemukan bahwa sumber sumber hukum
materiil ini terdiri dari tiga jenis yaitu sebagai berikut:
1) Sumber Hukum Historis (Rectbron In Historische Zin).
Dalam arti historis pengertian sumber hukum memiliki dua arti
yaitu, pertama Sebagai tempat menemukan hukum pada saat
tertentu. Kedua Sebabgai sumber dimana pembuat UU mengambil
bahan dalam membentuk peraturan perundang undangan.dalam
arti yang pertama, sumber hukum historis meliputi undang
undang, putusan putusan hakim, tulisan tulisan ahli huku, juga
tulisan tulisan yang tidak bersifat yurdids,sepanjang memuat
pemberitahuan mengenai lembaga lembaga hukum. Adapun dalam
arti lkedua sumber hukum historis meliputi sistem sistem hukum
masa lalu yang pernah berlaku pada tempat tertentu. Seperti sistem
hukum romawi dan sistem hukum perancis dan lain sebagainya.
2) Sumber Hukum Sosiologis (Rechtsborn In Sociologische Zin)
Sumber hukum dalam pengertian ini meliputi faktor faktor
sosial yang mempengaruhi isi hukum positif. Artinya peraturan
hukum tertentu mencerminkan kenyataan yang hidup dalam
masyarakat.dalam suatu masyrakat industri atau masyarakat
agraris misalnya,maka hukumnya harus sesuai dengan kenyataan
kenyataan yang ada dalam masyarakat industri atau masyarakat
agraris tersebut. Kenyataan itu dapatberupa kebutuhan kebutuhan
atau tuntutan atau masalah masalah yang di hadapi seperti masalah
masalah perburuhan dan pertanian, hubungan majikan buruh atau
hubungan petani-pemilik tanah,dan laian sebagainya.
3) Sumber Hukum Filosofis ( Rechtsborn In Filosofische Zin )
Sumber hukum dalam arti filisofis memiliki dua arti yaitu:
pertama, sebagai sumber untuk isi hukum yang adil, kedua :
5
sebagai sumber untuk menaati kewajiban terhadap hukum, atau
sebagai sumber untuk kekuatan mengikat dari hukum. Menurut
sudikno mertokusumo mengenai sumber lisi hukumr:disini
ditanyakan isi hukum itu asalnya dari mana. Ada tiga pandangan
yang mencoba menjawab pertanyaan ini yaitu: pertama,
pandangan teokratis; menurut pandangan ini isi hukum berasal
dari tuhan. Kedua; pandangan hukum kodrat; menurut pandangan
ini isi hukum berasal dari akal manusia. Ketiga, pandangan
mazhab historis; menurut pandangan ini isi hukum berasal dari
kesadaran hukum.
b) Sumber Hukum Formal
Sumber hukum formal yaitu berbagai aturan hukum yang ada,
fakta ini kita namakan sumber hukum dalam arti formal, karena kita
hanya memandang mengenai cara bentuk yang melahirkan positif,
tanpa mempersoalkan darimana isi peraturan hukum itu. Sumber
hukum formal diartikan juga sebagai tempat atau sumber dari mana
suatu peraturan memperoleh kekuatan hukum. Ini berkaitan dengan
cara atau bentuk yang menyebabkan peraturan formal itu berlaku.
Sumber HAN dalam arti formal ini terdiri dari sebagai berikut:
1) Perarturan Perundang-Undangan
Dalam keputusan hukum, tidak semua aruran dapat
dikategorikan sebagai peraturan hukum, suatu peraturan akan di
kategorikan sebagai peraturan hukum apabila peraturan itu
mengikat semua orang dan karena itu ketaatanya dapat dipaksa
oleh hakim. Untuk mengetahui peraturan itu sebagai peraturan
hukum digunakan kriteria formal, yaitu sumber dari peraturan
itu. Peraturan hukum ini dalam dalam pengetian formal disebut
peraturan perundang undangan. Berdasarkan penjelasan pasal 1
angaka 2 UU No. 5 tahun 1986 tentang peradilan tata usaha
6
negara, peraturan perundang undangan adalah semua peraturan
yang bersifat mengikat secara umum yang dikeluarkan oleh
badan perwakilan rakyat bersama pemerintah baik ditingkat
pusat maupun ditingkat daerah, yang juga mengikat umum.
Secara formal UU adalah peraturan hukum yang dibuat oleh
lembaga legislatif, yang di Indonesia dibuat bersama sama
dengan lembaga eksekutif.
2) Praktik dalam Administrasi Negara/Hukum Tidak Tertulis
Meskipun undang undang dianggap sebagai sumber
HAN yang paling penting, namun UU sebagai peraturan tertulis
memiliki kelemahan. Menurut bangir mannan, sebagai ketentuan
tertulis (written rule) atau hukum tertulis (written law) peraturan
perundang undangan memiliki jangkauan terbatas, sekedar
“moment opname” dari unsur unsur politik, ekonomi, sosial,
budaya karena itu mudah sekali aus (out of date) bila
dibandingkan dengan perubahan masyarakat yang cepat. Oleh
karena itu, Administrasi negara dapat mengambil tindakan
tindakan yang di anggap penting dalam rangka pelayanan
terhadap masyarakat, meskipun belum ada aturannya dalam UU
(hukum tertulis). Tindakan tindakan yang dilakukan administrasi
negara ini akan melahiirkan hukum tidak tertulis atau konvensi,
jika dilakukan secara teratur tanpa keberatan atau banding dari
warga masyarakat. Hukum tidak tertulis yang lahir dari tindakan
administrasi inilah yang dapat menjadi sumber hukum dalam arti
formal dalam rangka pembuatan peraturan perundang undangan
dalam bidang HAN.
3) Yurisprudensi
Yurisprudensi berasal dari bahasa latin “Jurisprudentia”
yang berarti pengetahuan huku. dalam pengertian teknis,
7
yurisprudensi itu dimaksudkan sebagai putusan badan peradilan
(hakim) yang di ikuti secara berulang ulang dalam kasus yang
sama oleh para hakim lainnya.
4) Doktrin
Doktrin yang di maksudkan dalam hal ini ajaran hukum
atau pendapat para pakar hukum yang berpengaruh. Meskipun
ajaran hukum ataupun pendapat hukum tidak memiliki kekuatan
mengikat ,namun pendapat sarjana begitu penting bahkan dalam
sejarahpernah terdapat ungkapan bahwa orang tidak boleh
menyimpang dari pendapat umum para ahli hukum (communis
opinio doctorum).
Berkenaan dengan pendapat para sarjana hukum ini ,
Sudikno Mertokusumo mengatakan sebagai berikut:6
“Pendapat para sarjana hukum yang merupakan doktrin adalah
sumber hukum, tempat hakim menemukan hukumnya, ilmu
hukum adalah sumber hukum, tetapi ilmu hukum bukanlah
hukum karena tidak mempunayai kekuatan yang mengikat
sebagai hukum seperti undang undang. Meskipun tidak
mempunyai kekuatan yang mengikat sebagai hukum, namun
tidak berarti bahwa ilmu hukum ini tidak memepunyai wibawa.
Ilmu hukum mempunyai wibawa mendapat wibawa karena
mendapat dukungan dari para sarjana.”
6
Sudikno Mertokusumo. Hukum Acaara Perdata Indonesia. Yogyakarta: CV Mahakarya
Pusaka. 2021. Hal. 122
8
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dari itu dapat kami
simpulkan bahwa :
9
● Yurisprudensi
● Doktrin
B. Saran
Berdasarkan simpulan diatas, maka saran yang dapat kami
sampaikan adalah sebagai berikut:
10
DAFTAR PUSTAKA
11