Anda di halaman 1dari 15

SUMBER HUKUM TATA NEGARA

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Tata Negara

Dosen Pengampu:

Taufik Alamsyah, S.H, M.H

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Raisa Nur Alfina 1223010113

Nafirly Adzini P 1223010090

Nahrul Hayat 1223010092

Rida Syifa Latifah 1223010121

PRODI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirramaanirrahiim. Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, Rabb penguasa


jagat raya, yang telah mengajarkan manusia dengan qalam, dan mengajarkan manusia dari
semula tidak bisa membaca menjadi bisa, dari semula tidak bisa menulis menjadi bisa, sehingga
penulis bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sumber Hukum Tata Negara” ini
tepat pada waktunya.
Tak lupa, Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada baginda
alam, yakni Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa kitab suci Al-Qur’an untuk
penerangan, pencerahan, dan keberkahan bagi segenap pengikutnya hingga mereka menjadi
manusia yang bermartabat dan mendapatkan maqam yang mulia. Aamiin.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Taufik Alamsyah, S.H, M.H. selaku
dosen pengampu mata kuliah Sumber Hukum Tata Negara yang sudah memberikan ilmu sesuai
dengan bidang yang kami tekuni. Dan Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada seluruh
pihak yang telah bekerja sama dan membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari, bahwasannya makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran membangun sangat kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini menjadi setitik sumbangan ilmu bagi pengetahuan
yang luas. Aamiin.

Bandung, 19 September 2023

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................iii
PENDAHULUAN.................................................................................................iii
A. Latar Belakang Masalah..............................................................................iii
B. Rumusan Masalah........................................................................................iv
C. Tujuan Masalah............................................................................................iv
BAB II.....................................................................................................................1
PEMBAHASAN.....................................................................................................5
A. Pengertian Sumber Hukum Tata negara.......................................................5
B. Sumber Hukum tata negara formil................................................................6
C. Sumber Hukum tata negara materiil.............................................................9
D. Sumber Hukum premier, sekunder, dan tersier...........................................10

BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP.............................................................................................................13
A. Simpulan.....................................................................................................13
B. Saran............................................................................................................13
Daftar Pustaka........................................................................................................14

PAGE \* MERGEFORMAT 6
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Makalah ini akan membahas mengenai beberapa konsep tentang sumber hukum tata
Negara Untuk memahami Negara hukum secara baik, perlu mengetahui sejarah timbulnya
pemikiran tentang Negara hukum. Pengertian tentang Negara hukum sebenarnya sudah sangat
tua, jauh lebih tua dart usia ilmu Negara ataupun ilmu kenegaraan 1 Cita Negara hukum ini
pertama kali dikemukakan oleh Plato dan kemudian pemikiran tersebut dipertegas oleh
Aristoteles. Menurut Prof. Mr. R. Kranenburg, Negara adalah organisasi kekuasaan yang
diciptakan oleh kelompok manusia yang disebut bangsa. Sedangkan menurut Prof Logemann,
Negara adalah organisasi kekuasaan yang menyatukan kelompok manusia yang disebut
bangsa,2
Negara hukum Indonesia sudah berdiri sejak lebih dari enam puluh tahun lamanya.
Kualifikasinya sebagai Negara hukum pada tahun 1945 terbaca dalam Penjelasan Undang-
Undang Dasar. Dalam penjelasan mengenai "Sistem Pemerintahan Negara" dikatakan
"Indonesia ialah Negara yang Berdasar atas Hukum (Rechtsstaat)". Selanjutnya di bawahnya
dijelaskan, "Negara Indonesia berdasar atas hukum (Rechtsstaat), tidak berdasar kekuasaan
belaka (Machtsstaat)". Sekian puluh tahun kemudian ia lebih dipertegas Thelalui amandemen
keempat dan dimasukkan ke dalam batang tubuh konstitusi, yaitu Bab I tentang "Bentuk dan
Kedaulatan". Dalam Pasal 1 ayat 3 ditulis "Negara Indonesia adalah Negara hukum".
Negara hukum sudah merupakan tipe Negara yang umum dimiliki oleh bangsa-bangsa
di dunia dewasa ini la meninggalkan tipe Negara yang memerintah berdasarkan kemauan sang
penguasa. Sejak perubahan tersebut, maka Negara diperintah berdasarkan yang sudah dibuat
dan disediakan sebelumnya dan penguasa pun tunduk kepada hukum tersebut.
Kata Negara hukum merupakan pengertian dari suatu kata majemuk, yaitu Negara dan
hukum. Dalam memberikan pengertiannya setiap orang dapat memberikan bobot penilaian
yang berlebihan baik terhadap kata hukum maupun terhadap kata negara.
A. Rumusan Masalah
a. Apa definisi sumber hukum tata negara?
b. Apa saja sumber hukum tata negara formil?

PAGE \* MERGEFORMAT 6
c. Apa saja sumber hukum tata negara materiil?
d. Bagaimana sumber hukum premier, sekunder, dan tersier?

B. Tujuan Masalah
a. Memahami definisi sumber hukum tata negara
b. Mengetahui jenis-jenis sumber hukum tata negara formil
c. Mengetahui jenis-jenis sumber hukum tata negara materiil
d. Mengenal sumber hukum premier, sekunder, dan tersier

PAGE \* MERGEFORMAT 6
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Sumber hukum tata negara

` Pengertian sumber hukum dipahami secara berbeda sesuai dengan sudut pandang masing
masing orang.
Menurut paton George whitecroos, pengertian sumber hukum memiliki banyak arti dan sering
menimbulkan kesalahpahaman. Hans kelsen berpendapat, istilah sumber hukum bersifat
figuratif (kiasan) dan ambigu (menduga). Van Apeldoorn mengatakan, istilah sumber hukum
kadang dipakai dalam konteks sejarah, konteks filsafat, dan konteks sosial.
Sumber hukum bisa diartika juga sebagai tempat darimanaa suatu nilai atau norma tertentu
berasal. Menurut prof. Dr. Jimly Asshiddiqie "tempat asal ditariknya suatu kaedah hukum yang
bersifat umum untuk dipakai sebagai peralatan untuk menilai suatu peristiwa atau kaidah
hukum yang bersifat konkrit".

SUMBER HUKUM HTN


dilihat dari aspek HTN positif. Sumber HTN ini dapat berbeda antara negara satu dengan
negara lainnya.
Menurut prof. Jimly Asshiddiqie dalam HTN umumnya yang diakui sebagai sumber hukum
adalah :
1. UUD dan peraturan perundang undangan tertulis.
2. Yurisprudensi peradilan
3. Konvensi ketatanegaraan
4. Hukum internasional
5. Doktrin ilmu HTN tertentu1

Secara lebih spesifik, prof.Dr. Jimly Asshiddiqie membagi sumber HTN menjadi 7 macam :
1. Nilain nilai konstitusi yang tidak tertulis
2. UUD baik pembukaannya maupun pasal pasalnya
3. Peraturan perundang undangan tertulis
4. Yurisprudensi peradilan
5. Konvensi ketatanegaraan
6. Doktrin ilmu hukum yang telah menjadi, ius comminis opinio doctorum
7. Hukum internasional yang telah diratifikasi atau telah berlaku sebagai hukum kebiasaan
internasional.

MPR pernah membuat ketetapan MPR No.III/MPr/2000 tentang sumber hukum dan tata
urutan peraturan perundang undangan yang secara eksplisit menyebut apa yang menjadi sumber
hukum Indonesia. Ketetapan MPR ini menunjukkan bahwa pernah ada upaya ketatanegaraan
untuk mempertegas apa yang dimaksud dengan sumber hukum Indonesia.

1
Jimly Asshiddiqie, pangatar ilmu hukum tata negara, jilid 1 (sekertariat jendral dan kepaniteraan MKRI: jakarta,
2006)

PAGE \* MERGEFORMAT 6
Pasal 1 ketetapan MPR No.III/MPR/2000 tentang sumber hukum dan tata peraturan perundang
undangan menentukan bahwa:
1. Sumber hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan peraturan perundang
undangan
2. Sumber hukum terdiri atas sumber hukum tertulis dan tidak tertulis.
3. Sumber hukum dasar nasional adalah, Pancasila sebagaimana tertulis dalam pembukaan
UUD 1945 dan batang tubuh UUD 1945.2

B. Sumber hukum tata negara formil

Sumber hukum formal adalah sumber hukum yang dikenal dari bentuknya dikarenakan
dalam bentuknya itu hukum berlaku secara umum, diketahui, dan ditaati. Sumber hukum formal
dapat diartikan juga sebagai tempat atau sumber di mana suatu peraturan itu memperoleh
kekuatan hukum. Itu berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan hukum
itu berlaku secara formal. Kan dapat dikatakan bahwa sumber hukum formal ini adalah bentuk
pernyataan bahwa sumber hukum material dinyatakan berlaku. Berarti bahwa sumber hukum
materiil itu bisa berlaku jika sudah diberi bentuk atau dinyatakan berlaku oleh hukum formal.
Terdapat setidaknya dua ciri untuk memperoleh sifat sumber hukum dalam arti formal yaitu
sebagai berikut:
1. Rumuskan dalam suatu bentuk
Perumusan norma hukum ini sangat penting untuk membedakannya dengan norma-norma
hukum lainnya. Sebelum dirumuskannya, dia itu tidak berbeda dengan nilai-nilai etika lainnya
yang hidup dalam masyarakat. Dari perumusan norma hukum ini dapat dilihat dari bentuk
keputusan yang berwenang, maka dari segi bentuknya itu menyebabkan norma hukum positif
dapat dikenali yang berarti keputusan yang berwenang itu adalah tempat ditemukannya hukum
positif. Dengan kata lain bahwa pada ciri yang pertama ini sumber hukum formal itu
mengandung pengertian sebagai tempat ditemukannya hukum positif.
2. Berlaku umum, mengikat, dan ditaati
Dengan adanya perumusan norma hukum diatas, maka nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
itu menjadi sebuah patokan, ukuran, dan pedoman yang akan berlaku umum. Tetapi hanya
patokan, ukuran, dan pedoman sajalah yang dirumuskan dalam bentuk keputusan yang
berwenang saja, yang mempunyai kekuatan mengikat dan ditaati. Ditinjau dari segi
wewenangnya maka itu dapat menyebabkan timbulnya norma hukum positif yang berlaku
umum dan mengikat sehingga harus ditaati. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada ciri yang
kedua ini sumber hukum formal itu mengandung pengertian sebagai asal dari hukum positif.
Sumber hukum dalam arti tempat ditemukannya hukum positif maupun dalam arti asalnya
hukum positif, keduanya itu merupakan sebab yang langsung (causa eficiens) bagi berlakunya

2
Moh Kusnadi dan Harmaily Ibrahim, pengantar hukum tata negara Indonesia (PSHTN FH UI: Jakarta, cetakan
kelima, 1983)

PAGE \* MERGEFORMAT 6
hukum. Maka dapat disimpulkan bahwa sumber hukum formal itu disebut juga sebagai sumber
berlakunya hukum. 3
Menurut Bagir Manan, sumber hukum formal hukum tata negara di Indonesia itu terdiri dari
hukum perundang-undangan ketatanegaraan, hukum adat ketenaga ketatanegaraan, hukum
kebiasaan ketatanegaraan atau konvensi ketatanegaraan, dan yurisprudensi ketatanegaraan. Hal
itu sesuai dengan pasal 7 undang-undang nomor 12 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan
perundang-undangan sebagaimana yang telah diubah dengan undang-undang nomor 15 tahun
2019 tentang perubahan atas undang-undang nomor 12 tahun 2011 tentang pembentukan
peraturan perundang-undangan, yang mana sumber hukum formal hukum tata negara itu
adalah:
1. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Ketetapan MPR RI
3. UUD/Peraturan Pemerintah Pengganti UUD (UU/Perppu)
4. Peraturan Pemerintah (PP)
5. Peraturan Presiden (Perpres)
6. Peraturan Daerah (Perda)4

1. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945


UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah sumber hukum yang sangat dasar bagi
hukum tata negara yang merupakan intek dari semua peraturan di negara Indonesia yang
mengatur pemerintahan. Dan disebut juga sebagai sumber dari segala sumber hukum
(groundnorm dan staatsfoundalmenlalnorm) ditempatkan pada pembukaan. Sedangkan
staatsfoundalmenlalnorm pada batang tubuh UUD 1945. Peraturan yang ada di negara
Indonesia itu tidak boleh bertentangan dengan sila-sila yang terkandung dalam Pancasila yang
juga tertuang dalam pembukaan. Maka dari itu undang-undang dasar 1945 itu memiliki tugas
sebagai berikut:
a. Menetapkan dasar falsafah dan tujuan negara tua yang tercantum dalam pembukaan pada
alinea ke-4.
b. Menetapkan struktur pemerintahan sebagai pedoman dalam sistem penyelenggaraan
pemerintahan.
c. Membagi tugas dan wewenang lembaga negara atau alat-alat perlengkapan negara yaitu
MPR, DPR, DPD, presiden/menteri-menteri MA MK KY BPK dan lain-lain yang diatur dalam
undang-undang.

3
Busroh, H. F. F., Khairo, F., Djufri, H. D., Sugianto, H. B., Oktarina, E. V. I., & CANDRA, A. (2022). Hukum Tata
Negara. Inara Publisher (Kelompok Intrans Publishing).
4
Sitabuana, T. H. (2020). Hukum Tata Negara Indonesia. Konstitusi Press.

PAGE \* MERGEFORMAT 6
d meletakan dasar hukum bagi penyelenggaraan pemerintahan.
2. Ketetapan majelis permusyawaratan rakyat atau MPR
Sebenarnya istilah "ketetapan" itu tidak tertuang di dalam undang-undang tahun 1945, akan
tetapi istilah ini dibuat oleh MPR pada saat sidang-sidang yang dilaksanakan untuk membuat
suatu aturan-aturan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan negara Republik
Indonesia seperti yang telah diatur pada pasal 3 undang-undang 1945 yang mengatakan bahwa
MPR itu menetapkan undang-undang dasar daripada haluan negara (sebelum amandemen).
Sesudah amandemen berubah, maka MPR itu berwenang mengubah undang-undang. Pada ayat
1 MPR itu melantik presiden dan wakil presiden, pada ayat 2 MPR hanya dapat
memberhentikan presiden/wakil presiden dalam masa jabatannya menurut UUD. Ketetapan
MPR ini dibuat oleh MPR sebagai aturan pelaksana dari UUD 1945 dan ketetapan-ketetapan
MPR yang sudah ditetapkan sejak ketetapan majelis permusyawaratan rakyat sementara atau
MPRS ketetapan MPR yang sudah itu telah banyak yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
lagi karena sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi yang sekarang.
3. Undang-undang (UU) / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu)
Undang-undang adalah hasil produk hukum presiden dan DPR sebagaimana yang telah diatur
dalam pasal 5 ayat 1 UUD 1945 yang menyatakan bahwa presiden itu berhak untuk
mengajukan rancangan undang-undang kepada dewan perwakilan rakyat yang kemudian proses
selanjutnya itu diatur dalam pasal 20 pada ayat (1) DPR itu memegang kekuasaan untuk
membentuk undang-undang, pada ayat (2) setiap rancangan undang-undang itu dibahas
bersama oleh DPR dan presiden untuk mendapatkan persetujuan bersama, pada ayat (3) jika
rancangan undang-undang itu tidak mendapatkan persetujuan bersama maka rancangan undang-
undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan DPR Pada masa itu, pada ayat ke (4)
presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk menjadi
undang-undang, pada pasal (5) dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui oleh
maksudnya bersama tersebut tidak disahkan oleh presiden dalam waktu 30 hari sebanyak
rancangan undang-undang tersebut disetujui, maka rancangan undang-undang tersebut sah
menjadi undang-undang dan wajib diundangkan dengan demikian itu prosedur pembentukan
undang-undang yang digunakan sebagai aturan pelaksana bagi UUD 1945 untuk mengatur
penyelenggaraan pemerintah negara yang sifatnya publik yaitu mengatur kepentingan umum
undang-undang sebagai hukum sumber hukum negara itu misalnya:
a. Uu No 23 tahun 2014 Jo UU no 9 tahun 2015 tentang pemerintahan daerah
b. UU no 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah
c. Uu No 17 tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, DPRD (MDDD)
d. UU No 6 tahun 2014 tentang desa
e. UU No 7 tahun 2017 tentang pemilihan umum, dll
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) ini dibuat saat presiden sedang
dalam keadaan genting atau memaksa. Hal ini telah diatur pada pasal 22 ayat (1) yang di mana

PAGE \* MERGEFORMAT 6
pada pasal itu disebutkan bahwa Peraturan Pemerintah harus mendapat persetujuan dari Dewan
perwakilan rakyat, pada ayat (2) jika tidak mendapat persetujuan maka Peraturan Pemerintah
itu harus dicabut kemudian pada ayat ketiga sesungguhnya Perppu ini kedudukannya
ditempatkan di bawah undang-undang layaknya ditempatkan karena sifatnya sementara
menunggu dibentuknya undang-undang sebagaimana prosedur pembentukan perundang-
undangan seperti yang telah diatur dalam pasal 5 ayat 1 dan pasal 20. Jika Perppu itu disetujui
oleh DPR, maka akan dibahas dalam persidangan DPR yang berikutnya.
4. Peraturan Pemerintah (PP)
Peraturan Pemerintah (PP) adalah bentuk dari peraturan yang dibuat oleh presiden yang di
dalamnya memuat tentang aturan umum untuk melaksanakan undang-undang sebagaimana
yang telah diatur dalam pasal 5 ayat 2 undang-undang 1945 yang menyatakan bahwa presiden
menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya.
Peraturan Pemerintah itu memperjelas dan memaknai isi dari undang-undang sebagai aturan
pelaksana dan suatu hal yang tidak mungkin terjadi. Peraturan Pemerintah juga merupakan
suatu wewenang presiden tanpa harus meminta persetujuan dari DPR secara eksplisit dan tidak
juga mengharuskan untuk kerjasama dengan DPR seperti halnya dalam pembentukan undang-
undang.
5. Peraturan Presiden (Perpres)
Peraturan Presiden (Perpres) merupakan bentuk peraturan yang ditetapkan oleh Presiden
sebagai aturan pelaksanaan dari peraturan yang lebih tinggi kedudukannya atau dalam
penyelenggaraan pemerintah yaitu mulai dari UUD 1945 sampai dengan peraturan pemerintah.
Dalam hal perencanaan program penyusunan Peraturan Presiden ini, pemrakarsa terlebih
dahulu mengajukan permohonan izin prakarsa kepada presiden yang selanjutnya disampaikan
kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum. Hal itu
sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 55 undang-undang No 12 Tahun 2011 dan pasal 31-
32 Peraturan Presiden Republik Indonesia No 87 tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan UU
No 12 tahun 2012 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan.
6. Peraturan Daerah (Perda)
Peraturan daerah terdiri dari peraturan daerah provinsi dan peraturan daerah kabupaten atau
kota. Peraturan daerah provinsi merupakan peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh
DPRD provinsi dengan persetujuan bersama gubernur, sedangkan peraturan daerah kabupaten
atau kota itu merupakan peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD kabupaten
atau kota dengan persetujuan bersama bupati atau walikota. Daerah itu terdapat dalam undang-
undang No 12 Tahun 2011 dan Peraturan Presiden nomor 87 tahun 2014.5

C. Sumber hukum tata negara materiil

5
Marpaung, L. A., & SH, M. (2018). Hukum Tata Negara Indonesia Edisi Revisi. Penerbit Andi.

PAGE \* MERGEFORMAT 6
Sumber hukum taat negara materiil merupakan sumber hukum ditinjau dari aspek asal atau
tempat di mana materi atau isi suatu hukum diambil. Secara sederhana, hukum materiil
mencakup pembahasan mengenai sumber hukum dari segi isi. Undang-undang dalam arti
materiil meliputi seluruh aturan hukum yang mengikat orang secara umum, atau yang disebut
sebagai peraturan perundang-undangan. Sumber hukum materiil tidak mendapatkan pengakuan
secara formal oleh sistem hukum, sehingga tidak dapat langsung membentuk hukum. Artinya,
tidak digunakan secara langsung. Adapun sumber hukum materiil berasal dari perasaan atau
pengalaman masyarakat, meliputi pendapat umum, kondisi sosial-ekonomi, sejarah, sosiologi,
hasil penelitian ilmiah, filsafat tradisi, agama, moral, perkembangan internasional, geografis,
dan politik hukum. Artinya, sumber hukum materiil dipengaruhi oleh faktor-faktor dinamika
masyarakat yang berdampak pada pembentukan hukum, termasuk pembuatan keputusan hakim.
Contoh hukum materiil dapat dilihat dari Kitab Undang-Undang Hukum (KUH) Pidana dan
KUH Perdata. KUH Pidana dari segi materiilnya adalah pidana umum, kejahatan, dan
pelanggaran. Sedangkan KUH Perdata mengatur masalah individu sebagai subjek hukum,
benda sebagai objek, perikatan, perjanjian, pembuktian, dan daluwarsa sebagaimana fungsi
hukum menurut para ahli.

Sumber hukum tata negara materiil adalah sumber yang menentukan isi kaidah hukum tata
negara. Menurut Bagir Manan sebagaimana dikutip Ni’matul Huda dalam Hukum Tata Negara
Indonesia, sumber hukum tata negara materiil ini terdiri atas (hal. 32):

Dasar dan pandangan hidup bernegara;


Kekuatan-kekuatan politik yang berpengaruh pada saat dirumuskannya kaidah hukum tata
negara.
Adapun, menurut Jimly Asshiddiqie dalam Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, sumber hukum
tata negara materiil adalah Pancasila. Menurut Jimly, pandangan hidup bangsa Indonesia
tercermin dalam perumusan sila-sila Pancasila yang dijadikan falsafah hidup bernegara.
Sebagai sumber hukum materiil, Pancasila harus dilaksanakan oleh dan dalam setiap peraturan
hukum Indonesia (hal. 197).

Sejalan dengan pendapat Jimly, Pasal 2 UU 12/2011 juga menegaskan bahwa Pancasila
merupakan sumber segala sumber hukum negara. Artinya, Pancasila merupakan sumber hukum
materiil, termasuk dalam bidang hukum tata negara.6

D. Sumber Hukum primer, sekunder, dan tersier

Dalam penelitian hukum dikenal pula adanya istilah sumber primer, sekunder, dan
tertier. Pengertian sumber di sini lebih konkrit sifatnya, yaitu sumber fisik dari mana
suatu norma hukum (norm) dikutip atau diambil untuk diterapkan dalam menilai sesuatu
fakta (feit). Pengertian sumber dalam arti demikian pada umumnya dianggap penting,
baik dalam dunia teori maupun praktik, untuk menjamin bahwa pengutipan norma
dilakukan dengan benar. Kualifikasi sumber hukum itu menjadi penting untuk

6
‘https://repository.penerbiteureka.com/media/publications/556905-buku-ajar-pengantar-hukum-tata-
negara-686ec457.pdf

PAGE \* MERGEFORMAT 6
menentukan derajat keterpercayaan atau tingkat kebenaran referensi atau perujukannya.
Oleh sebab itu, kategori sumbernya dibe- dakan antara sumber primer yang mempunyai
nilai keterpercayaan paling tinggi, karena sifatnya yang lang- sung dengan sumber
sekunder melalui perantara. Demi- kian pula dengan sumber yang tingkat keterpercaya-
annya paling rendah, yaitu sumber tertier dengan lebih banyak perantara.
Misalnya, jika seseorang ingin mengutip susuatu pasal undang-undang dalam
tulisannya, maka ia dapat
(i) mengutip bunyi pasal tersebut dari buku atau tulisan orang lain yang sudah lebih
dulu mengulas atau mem- bahas pasal undang-undang yang bersangkutan; (ii) mengutip
bunyi pasal itu dari berita koran atau majalah;
(iii) mengutip bunyi pasal itu dari buku undang-undang terbitan penerbit swasta; (iv)
mengutip bunyi pasal itu dari kumpulan undang-undang yang diterbitkan oleh lembaga
negara atau instansi pemerintah yang bersang- kutan dengan undang-undang itu; atau
(v) mengutip bunyi pasal undang-undang itu dari terbitan resmi Lem- baran Negara
Republik Indonesia. Dari kelima cara me- ngutip tersebut, yang bersifat resmi dan
dapat diper- tanggungjawabkan secara ilmiah adalah yang terakhir, yaitu pengutipan
dari terbitan resmi Lembaran Negara Republik Indonesia.
Di samping bahwa sumber resmi itulah yang dinilai dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya secara il- miah, sumber resmi itu juga merupakan jaminan keabsa- han
pengutipan itu secara hukum. Artinya, ketentuan mengenai pengutipan tersebut berlaku
tidak saja di du- nia ilmiah, tetapi juga haruslah dijadikan standar dalam praktik
penerapan norma hukum itu di pengadilan dan lembaga-lembaga pembuat keputusan
hukum lainnya. Apabila pengutipan suatu norma hukum tidak dilakukan dari sumber
resminya, maka dengan sendirinya hal itu dapat dianggap tidak benar secara ilmiah, dan
sekaligus tidak “sah” secara hukum. Kita tidak dapat membenar- kan seorang hakim
membuat putusan dengan mengutip suatu pasal undang-undang dari sumber koran atau
dari sumber buku terbitan swasta yang tidak dapat dipertang- gungjawabkan ketepatan
redaksionalnya secara hukum. Demikian pula dengan calon sarjana hukum S1, S2, dan
S3, dalam menulis skripsi, tesis, dan disertasi, tidak da- pat dibenarkan mengutip
sesuatu bunyi pasal undang- undang atau peraturan perundang-undangan lainnya da- ri
sumber yang tidak resmi.
Sumber resmi itu adalah Lembaran Negara, Tambahan Lembaran Negara, dan
Berita Negara, serta Tambahan Berita Negara, tergantung bentuk hukum per- aturan
perundang-undangan yang bersangkutan yang ditentukan berdasarkan peraturan yang
berlaku. Ada peraturan yang pengundangannya dilakukan dengan penerbitannya dalam
Lembaran Negara, Tambahan Lembaran Negara, Berita Negara, atau Tambahan Berita
Negara. Selain dari keempat sumber tersebut, ada pula sumber-sumber lain seperti
risalah-risalah rapat dan sidang yang berkaitan dengan penyusunan, perumusan,
perdebatan, dan pengesahan peraturan perundang- undangan itu sebagai keseluruhan atau
bunyi ketentuan- ketentuan hukum tertentu yang terdapat dalam pera- turan perundang-
undangan yang bersangkutan yang me- mang dipersoalkan.
Dokumen-dokumen tersebut bernilai resmi dan otentik, serta berisi fakta-fakta historis
yang dapat dijadi- kan dasar rujukan dalam memahami pengertian sesuatu norma hukum yang
tertulis dalam teks resmi. Fungsinya tiada lain untuk menjamin agar produk peraturan perun-
dang-undangan yang bersangkutan dapat dijadikan alat bukti (bewijsbaar) dan menjamin
PAGE \* MERGEFORMAT 6
stabiliteit sistem hu- kum karena adanya kepastian mengenai kesatuan sistem referensi
hukum. Semua dokumen tersebut biasanya ter- dapat dalam arsip-arsip lembaga negara atau
lembaga pemerintah yang bersangkutan dengan hal itu, dan wajib dipelihara dan disimpan
dengan sebaik-baiknya. Dengan sistem penyimpanan (filing) atau kearsiapan yang tepat dan
benar, dimensi availability (ketersediaan), reliabi- lity (keterpercayaan), dan legality
(keabsahan) dari ar- sip-arsip hukum dimaksud benar-benar dapat terjamin dengan sebaik-
baiknya.7

7
Asshiddiqie, Jimly, ‘Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid 1’, Buku Ilmu Hukum Tata Negara, 1 (2006),
200 <www.jimly.com/pemikiran/getbuku/4>

PAGE \* MERGEFORMAT 6
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Menurut paton George whitecroos, pengertian sumber hukum memiliki banyak arti dan
sering menimbulkan kesalahpahaman. Hans kelsen berpendapat, istilah sumber hukum bersifat
figuratif (kiasan) dan ambigu (menduga). Van Apeldoorn mengatakan, istilah sumber hukum
kadang dipakai dalam konteks sejarah, konteks filsafat, dan konteks sosial.
Sumber hukum bisa diartika juga sebagai tempat darimanaa suatu nilai atau norma tertentu
berasal. Menurut prof. Dr. Jimly Asshiddiqie "tempat asal ditariknya suatu kaedah hukum yang
bersifat umum untuk dipakai sebagai peralatan untuk menilai suatu peristiwa atau kaidah
hukum yang bersifat konkrit".
Sumber Hukum Materiil: yakni sumber hukum yang menentukan isi hukum
Sumber Hukum Formil: yakni sumber hukum yang dikenal dari bentuknya, karena bentuknya
itu menyebabkan hukum berlaku umum, diketahui dan ditaati.
Dalam penelitian hukum dikenal pula adanya istilah sumber primer, sekunder, dan
tertier. Pengertian sumber di sini lebih konkrit sifatnya, yaitu sumber fisik dari mana suatu
norma hukum (norm) dikutip atau diambil untuk diterapkan dalam menilai sesuatu fakta
(feit). Pengertian sumber dalam arti demikian pada umumnya dianggap penting, baik
dalam dunia teori maupun praktik, untuk menjamin bahwa pengutipan norma dilakukan
dengan benar. Kualifikasi sumber hukum itu menjadi penting untuk menentukan derajat
keterpercayaan atau tingkat kebenaran referensi atau perujukannya

B. Saran

Untuk menyempurnakan makalah ini, kami berharap bagi para pembaca untuk
memberikan saran dan kritikan yang sifatnya membangun dan bermanfa’at, agar makalah
ini bisa mencapai kesempurnaan pada penyusunan selanjutnya. Sebelum dan sesudahnya
penyusun mengucapkan terima kasih.

PAGE \* MERGEFORMAT 6
Daftar Pustaka

Jimly Asshiddiqie, pangatar ilmu hukum tata negara, jilid 1 (sekertariat jendral dan
kepaniteraan MKRI: jakarta, 2006)

Moh Kusnadi dan Harmaily Ibrahim, pengantar hukum tata negara Indonesia (PSHTN FH
UI: Jakarta, cetakan kelima, 1983)

Busroh, H. F. F., Khairo, F., Djufri, H. D., Sugianto, H. B., Oktarina, E. V. I., &
CANDRA, A. (2022). Hukum Tata Negara. Inara Publisher (Kelompok Intrans
Publishing).

Sitabuana, T. H. (2020). Hukum Tata Negara Indonesia. Konstitusi Press.

Marpaung, L. A., & SH, M. (2018). Hukum Tata Negara Indonesia Edisi Revisi. Penerbit
Andi.

‘https://repository.penerbiteureka.com/media/publications/556905-buku-ajar-pengantar-
hukum-tata-negara-686ec457.pdf

Asshiddiqie, Jimly, ‘Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid 1’, Buku Ilmu Hukum Tata
Negara, 1 (2006), 200 <www.jimly.com/pemikiran/getbuku/4>

PAGE \* MERGEFORMAT 6

Anda mungkin juga menyukai