Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HUKUM ADAT DAN HAK ASASI MANUSIA

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh :

1. Cynthia Fitra Indriani (22621006)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CURUP

TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr., Wb.
Segala puji atas kehadirat Allah SWT., karena berkat rahmat dan hidayah-Nyalah
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul :
Hukum adat dan hak asasi manusia
Dalam proses penyajiannya, makalah ini berusaha disusun dengan baik
dengan sejumlah sumber yang kami gunakan untuk membantu dalam memahami
materi yang menjadi fokus kajian ini. Kemudian, kami ingin mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penulisan dan
penyusunan makalah ini. Selain itu, kami juga mengharapkan kritik dan saran
demi perbaikan makalah ini kedepannya dan membangun pola pikir yang baik dan
benar.Demikianlah makalah ini kami susun, kami mohon maaf atas segala
kekurangan dalam penyusunan makalah ini, Terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr., Wb.

Curup, 8 November 2023

Pemakalah

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... I
KATA PENGANTAR......................................................................................... II
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
C. Tujuan...................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………..2
A. Hukum adat dan pembangunan di Indonesia.
B. Keterkaitan hukum adat dan hak asasi manusia .
BAB III PENUTUP ………………………………………………………………9
A. Kesimpulan………..……………………………………………………9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 10

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ide tentang Hak Asasi Manusia (HAM) telah ada selama ratusan
tahun. Namun sesungguhnya perkembangan standar HAM internasional
baru dimulai selama dan segera setelah Perang Dunia II. Negara-negara
pemenang perang bersatu untuk mendirikan Perserikatan Bangsa Bangsa
(PBB). Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) berhubungan erat dengan
sistem internasional HAM. Antara lain, Perserikatan Bangsa-bangsa
menyediakan suatu kerangka yang VeJ Volume 3 • Nomor 2 • 415
memungkinkan semua pemerintah di dunia bersama-sama menyusun draft
standar HAM. Secara umum HAM adalah hak-hak yang secara inheren

3
melekat dalam diri manusia, yang tanpanya manusia tidak dapat hidup
sebagai manusia. HAM didasarkan pada prinsip fundamental bahwa
semua manusia memiliki martabat yang inheren tanpa memandang jenis
kelamin, ras, warna kulit, bahasa, asal-usul bangsa, umur, kelas, keyakinan
politik, dan agama, sehingga semua orang berhak menikmati haknya
tersebut. Pada Pasal 1 Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia, hak asasi manusia diartikan seperangkat hak yang melekat
pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati dan dijunjung tinggi
oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia. Dari berbagai penjelasan di
atas dapat ditegaskan bahwa keberadaan hak asasi tidak tergantung pada
dan bukan berasal dari manusia, melainkan berdasarkan dari instansi yang
lebih tinggi dari manusia. Oleh karena itu, HAM tidak bisa dicabut dan
tidak bisa dibatalkan oleh hukum positif manapun. Hukum positif harus
diarahkan untuk mengadopsi dan tunduk pada HAM. Bila ada yang
bertentangan, maka hak asasi yang harus dimenangkan. Pemahaman hak
masyarakat hukum adat sebagai Hak Asasi Manusia (HAM), membawa
konsekuensi bahwa hak masyarakat hukum adat tersebut tidak hanya harus
dihormati dan dilindunggi akan tetapi juga harus dipenuhi. Hak asasi pada
dasarnya menunjukkan kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang
yang bersifat mendasar. Oleh karena hak asasi bersifat mendasar dan
fundamental, maka pemenuhannya bersifat imperatif. Pengakuan terhadap
hak masyarakat adat tersebut secara konstitusional diakui di dalam UUD
1945 pada Pasal 18B ayat (2) yang menyatakan : “Negara mengakui dan
menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur
dalam undang-undang.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
beberapa masalah, yaitu :

4
1. Bagaimana hukum adat dan pembangunan di Indonesia?
2. Bagaimana keterkaitan hukum adat dan hak asasi manusia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hukum adat dan pembangunan di Indonesia.
2. Untuk mengetahui keterkaitan hukum adat dan hak asasi
manusia

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum Adat

5
Secara bahasa hukum adat terbagi dari dua kata yakni hukum dan adat.
Hukum adalah kumpulan aturan atau norma yang apabila dilanggar akan
dikenai sanksi, dan yang membuat hukum adalah orang yang memiliki
kewenangan atasnya. Sedangkan kata adat, menurut Prof. Amura, istilah ini
berasal dari bahasa Sansekerta karena menurutnya istilah ini telah
dipergunakan oleh orang Minangkabau kurang lebih 2000 tahun yang lalu.
Menurutnya adat berasal dari dua kata, a dan dato. A berarti tidak dan dato
berarti sesuatu yang bersifat kebendaan.1
Dan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adat adalah aturan
(perbuatan dsb) yg lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala. Karena
istilah Adat yang telah diserap kedalam Bahasa Indonesia menjadi kebiasaan
maka istilah hukum adat dapat disamakan dengan hukum kebiasaan.
Beberapa definisi hukum adat yang dikemukakan para ahli hukum,
antara lain sebagai berikut:
1.Prof. Van Vallenhoven, yang pertama kali menyebut hukum adat
memberikan definisi hukum adat sebagai : “ Himpunan peraturan tentang
perilaku yang berlaku bagi orang pribumi dan timur asing pada satu pihak
yang mempunyai sanksi (karena bersifat hukum) dan pada pihak lain berada
dalam keadaan tidak dikodifikasikan (karena adat). Abdulrahman , SH
menegaskan rumusan Van Vallenhoven dimaksud memang cocok untuk
mendeskripsikan apa yang dinamakan Adat Recht pada jaman tersebut bukan
untuk Hukum Adat pada masa kini.
Jadi Hukum Adat merupakan seperangkat norma dan aturan
adat/kebiasaan yang berlaku di suatu wilayah. Misalnya di perkampungan
pedesaan terpencil yang masih mengikuti hukum adat. Hukum adat juga
berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakatnya dari zaman ke
zaman, namun proses dalam perkembangan itu berbeda-beda. Ada yang cepat
dan ada pula yang lambat sesuai dengan perkembangan masyarakat tertentu.
a. Sistem Hukum Adat

1
Julian Burger, Rakyat Pribumi: Hak-Hak Baru bagi Kesalahan Lama, dalam Peter Davies (ed.),
Hak-Hak Asasi Manusia, Sebuah Bunga Rampai, Yayasan Obor Indonesia, jakarta, 1994.hal 92

6
Menurut Prof. Dr. R. Soepomo, S.H dalam bukunya Bab-bab Tentang
Hukum Adat dituliskan sistem hukum adat antara lain Bahasa hukum,
Pepatah adat, dan Penyelidikan Hukum Adat. Berikut akan dijelaskan
mengenai hal tersebut.
1. Bahasa Hukum
Maksud dari Bahasa hukum adalah kata-kata yang dipakai terus-
menerus untuk menyebut dengan konsekuen suatu perbuatan atau keadaan,
lambat laun menjadi istilah yang mempunyai isi yang tertentu. Bagi hukum
adat di Indonesia, pembinaan bahasa hukum adalah soal yang minta perhatian
khusus kepada para ahli hukum Indonesia.
Bahasa hukum lahir dan tumbuh setapak demi setapak. Kata-kata yang
terus-menerus dipakai dengan konsekuen untuk menyebut suatu perbuatan
atau keadaan, lambat laun menjadi istilah yang memiliki isi dan makna
tertentu.
Hukum Barat telah memiliki istilah-istilah hukum teknis yang dibina
berabad-abad oleh para ahli hukum, para hakim dan oleh pembentuk undang-
undang. Hukum adat, pembinaan bahasa hukum ini justru masih merupakan
suatu masalah yang sangat meminta perhatian khusus pada para ahli hukum
Indonesia. Baik Van Vollenhoven dan Ter Haar, mengemukakan dengan jelas
betapa pentingnya soal bahasa-hukum adat bagi pelajaran serta pengertian
sistem hukum adat dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum adat
selanjutnya.2
Bahasa hukum adalah bukan sesuatu yang dapat diciptakan dalam satu
dua hari saja, tetapi harus melalui suatu proses yang cukup lama. Bahasa
rakyat yang bersangkutanlah merupakan bahasa yang pertama-tama yang
sanggup melukiskan perasaan rakyat dimaksud secara tepat.
Dan oleh karena itulah pada zaman kolonial Belanda dahulu
terjemahan istilah-istilah hukum adat dalam bahasa Belanda yang pada zaman
itu orang menganggap seolah-olah isi serta artinya sudah lama, sesungguhnya
merupakan suatu kesalahan, sebab istilah-istilah dalam bahasa asing dimaksud
2
Dedek Hendry, Pengakuan Masyarakat Hukum Adat ; Hukum yang Memulai, Hukum juga yang
harus Mengakhiri, 2015 hal 112

7
ternyata tidak dapat melukiskan makna yang terkandung dalam istilah-istilah
bahasa aslinya. Sebagai Contoh: Pada zaman Hindia-Belanda, istilah yang
digunakan untuk menyebut kata jual dan sewa dengan Bahasa Belanda yaitu
dengan istilahvarkopen dan huren, seolah-olah arti istilah varkopen dan huren
sama dengan arti jual dan sewa dalam istilah hukum adat.
Dalam ilmu hukum adat sendiri istilah jual berarti mengenai
pengoperan hak (overdracht) dari seseorang kepada orang lain. Ada tiga jenis
pengoperan yang juga menggunakan istilah jual, dan dalam pengoperan
tersebut berlaku dengan pembayaran kontan dari pihak pembeli. Lain halnya
dengan istilah verkopen, yang dimaksud dengan verkopen adalah sistem
hukum barat tentang suatu perbuatan hukum yang bersifat obligatoir, artinya
verkoper berjanji dan wajib mengoperkan barang yang di verkoop kepada
pembeli dengan tidak dipersoalkan apakah harga barang itu dibayar kontan
atau tidak.
Dari apa yang telah dijelaskan diatas, maka kata jual sebagai istilah
hukum adat tidaklah sama artinya dengan kata verkopen sebagai istilah hukum
barat. Dalam sistem hukum adat, pembelian barang dengan tidak membayar
kontan bukanlah termasuk perbuatan jual, melainkan temasuk dalam golongan
hutang piutang.
Dalam sistem hukum adat, segala perbuatan dan keadaan yang bersifat
sama disebut dengan istilah yang sama pula. Misalnya istilah gantungan
dipakai untuk menyebut segala keadaan yang belum bersifat tetap.
2. Pepatah Adat
Di berbagai lingkaran hukum adat terdapat pula pepatah adat yang
sangat berguna sebagai petunjuk tentang adanya sesuatu peraturan hukum
adat. Berikut cnntoh pepatah dari daerah Batak:
“Molo metmet binanga, na metmet do dengke”
“Molo gadang binanga, gadang dengke”
Dalam bahasa Indonesia:
“Jika (anak) sungai kecil, maka ikannya juga kecil,
“Jika (anak) sungai besar, maka ikannya juga besar”

8
Perumpamaan ini mengandung dasar hukum, bahwa upah bagi mereka
yang menyelesaikan sesuatu soal hukum harus seimbang dengan
pentingnya soal tersebut.
Dari daerah Minangkabau:
“Sakali aye gadang, sakali tapian beranja,
“Sakali raja ba(r) ganti, sakali adat berobah”
Dalam bahasa Indonesia :
“Apabila air meluap, tempat pemandian bergeser.
“Apabila ada penggantian raja, maka adat akan bergati juga”
Pepatah ini mengandung pengertian, bahwa adat tidak statis
melainkan berubah menurut perubahan yang berlaku dengan penggantian
kepala adat.
Prof. Snouck Hurgronje menegaskan bahwa pepatah adat tidak
boleh dianggap sebagai sumber atau dasar hukum adat. Pepatah adat harus
diberi interpretasi yang tepat agar terang maknanya. Pepatah adat memang
baik untuk diketahui dan disebut, akan tetapi pepatah itu tidak boleh
dipandang sebagai pasal-pasal kitab undang-undang pepatah adat tidak
memuat peraturan hukum positif.
Vergouwen menulis bahwa pepatah adat tidak mempunyai sifat
normatif seperti pasal undang-undang. Pepatah itu hanya mengandung
aliran hukum dalam bentuk yang menyolok saja. Ter Haar berkata bahwa
pepatah adat bukan merupakan sumber hukum adat, melainkan
mencerminkan dasar hukum yang tidak tegas. Prof. Soepomo menegaskan
bahwa pepatah adat memberi lukisan tentang adanya aliran hukum yang
tertentu.3
3. Penyelidikan Hukum Adat
Berlakunya sesuatu peraturan hukum adat tampak dalam putusan
(penetapan) petugas hukum, misalnya putusan kumpulan desa, putusan kepala
adat dan sebagainya. Yang dimaksud dengan putusan atau penetapan itu ialah
3
G.Kertasapoetra, R.G Kartasapoetra, AG.Kartasapoetra, A. Setiady, Hukum Tanah, Jaminan
Undang-Undang Pokok Agraria Bagi Keberhasilan Pendayagunaan Tanah, Jakarta: Bina aksara,
1985

9
perbuatan atau penolakan perbuatan (non-action) dari pihak petugas hukum
dengan tujuanmemelihara atau untuk menegakkan hukum.
Maka dari itu penyelidikan hukum adat haruslah ditujukan
kepadaResearch tentang putusan-putusan petugas hukum, selain itu kita juga
harusmenyelidiki kenyataan sosial (social reality), yang merupakan dasar bagi
para petugas hukum untuk menentukan putusan-putusannya.
B. Pelaksanaan Pembangunan di Indonesia
Pembangunan merupakan proses perubahan yang berangkat dari
situasi nasional tertentu untuk mencapai kondisi nasional yang lain yang lebih
baik. Sejak awal pembangunan kita bersepakat untuk memanusiawikan
pembangunan kita. Kita tidak ingin menjadi manusia mesin tanpa jiwa dan
kalbu, dan sekedar menjadi masyarakat teknologis. Masyarakat maju dan
mandiri di Indonesia yang diinginkan dan dikehendaki rakyat dan bangsa
bukanlah masyarakat modern sekuler tanpa kendali agama dan moral. Kita
tidak ingin terjebak dan terperosok kedalam penderitaan dan kesalahan bangsa
lain dalam pembangunan masa depan yang diinginkan rakyat Indonesia adalah
masyarakat yang berkeseimbangan kesejahteraan lahir dan batin. Kegagalan
Pembangunan di Indonesia Krisis sosial yang melanda Indonesia sejak 1997
hingga saat ini bukan terjadi begitu saja, melainkan suatu proses panjang yang
melibatkan seluruh stake holders. Dapat dikatakan, krisis multidimensi yang
terjadi hingga saat ini merupakan wujud nyata dari kegagalan pembangunan.
Puncak krisis adalah terjadinya kerusuhan 1998 yang disusul dengan
mundurnya Presiden Soeharto. Kegagalan pembangunan tidak hanya
disebabkan oleh karut-marutnya pelaksanaan pembangunan di lapangan,
melainkan dimulai dari hulunya. Geografi Indonesia sangat luas dan terdiri
dari ribuan pulau dengan sarana komunikasi dan pengangkutan yang belum
sempurna. Hal ini mengakibatkan banyaknya hambatan dalam pelaksanaan
pembangunan di Indonesia. Kemudian keadaan rakyat, yang menjadi sarana
penerangan dan penyuluhan, masih sangat heterogen dengan kondisi sosial
ekonomi dan tingkat pendidikan serta kecerdasan yang masih sangat terbatas.
Keterikatan sebagian besar rakyat pada tradisi dan kondisi lingkungan juga
merupakan hambatan untuk mengadakan pembaharuan dalam pandangan

10
maupun sikap hidupnya. Jika kita menyoroti tentang sumber daya manusia
yang ada, dapat dikatakan bahwa sebenarnya Indonesia memiliki sumber daya
manusia yang sangat besar, tetapi kualitas SDMnya tidak sesuai yang
diharapkan. 4
Hal ini juga dapat menghambat pelaksanaan pembangunan. Seperti
yang kita lihat, tenaga-tenaga ahli kebanyakan didatangkan dari luar negeri.
Kemudian masalah sumber daya alam, Sebenarnya bangsa kita memiliki
sumber daya alam yang sangat besar, tetapi kita tidak bisa mengolahnya
sehingga harus mengadakan kerjasama dengan perusahaan dari luar negeri.
Dengan demikian, sumber daya alam yang seharusnya bisa kita manfaatkan
untuk kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya tidak bisa maksimal karena
harus berbagi keuntungan dengan pihak kedua. Kegagalan atau keberhasilan
pembangunan sangat tergantung dari pihak pelaksana (pemerintah dan
masyarakat). Pemerintah dalam merealisasikan suatu kebijakan harus
mendapat dukungan dari rakyatnya, karena tanpa dukungan dari masyarakat
suatu kebijakan tidak dapat berjalan dengan lancar. Kemudian orang-orang
yang duduk di kursi pemerintahan juga sangat menentukan kelacaran
pembangunan, yaitu moral yang dimiliki oleh para pejabat. Sebagai contoh
banyak para pejabat yang melakukan korupsi, sehingga dana-dana yang
sebenarnya untuk pembangunan, sebagian masuk kantong para pejabat. Hal
tersebut tidak kita sadari dapat menyebabkan ketidaklancaran pembangunan.
Gagasan Mengatasi Kegagalan Pembangunan Setelah kita mengetahui
beberapa hal yang menyebabkan kegagalan pembangunan maka dapat
diuraikan beberapa solusi yang mungkin dapat memperlancar pembangunan.
Pertama penerangan pembangunan, yaitu upaya menyebarluaskan pesan-pesan
pembangunan melalui kegiatan “penerangan pembangunan” bertujuan
untuk menciptakan kondisi sosial kultural yang mantap dan dinamis, sehingga
setiap warga mau dan mampu mengembangkan potensi manusiawanya secara
optimal. Secara garis besar, tujuan penerangan pembangunan adalah secara
kuatitatif mampu menjangkau masyarakat seluas mungkin dan secara
4
Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Indonesia Memerlukan Undang Undang
Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Adat, 14 Desember 2016;hal 90

11
kualitatif mampu menumbuhkan dan membina kesadaran masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pembangunan.
Kedua, penyuluhan pembangunan yaitu suatu sistem pendidikan diluar
sekolah untuk anggota masyarakat. Sasaran penyuluhan adalah manusia.
Penyuluhan bertujuan adalah untuk mewujudkan keadaan yang
memungkinkan masyarakat berproduksi lebih baik, melakukan usaha yang
lebih menguntungkan, dan hidup lebih sejahtera baik materi maupun spirit.
Berdasarkan pengalama, untuk lebih berhasilnya pembangunan, maka fungsi
penyuluhan oleh instansi terkait selalu ditangani secara khusus selain fungsi
pengaturan dan pelayanan. Dalam konteks ini penyuluhan berfungsi sebagai
faktor penunjang pembangunan. Ketiga, apresiasi keadaan yaitu dalam rangka
mengembangkan peranan dan kegiatan penyuluhan, maka apresiasi keadaan
masyarakat perlu dilakukan dengan cermat. Ada beberapa langkah apresiasi
kondisi masyarakat yang perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan kegiatan
penyuluhan: v Jangkauan media massa terhadap khalayak yang herterogen
masih perlu ditingkatkan. Sebagai contoh, RRI dan TVRI yang mempunyai
stasiun penyiaran atau produksi, baik yang stasioner maupun keliling di
seluruh Indonesia, seharusnya dapat menjangkau seluruh pelosok tanah air
termasuk desa-desa. Hasil penelitian ternyata menunjukkan bahwa di berbagai
tempat siaran RRI dan TVRI kurang atau tidak dapat diterima khalayak
dengan jelas. v Tujuan menggerakkan partisipasi masyarakat dalam proses
pembangunan melalui ide-ide pembaharuan dan perubahan bidang ekonomi,
politik, dan sosial dalam masyarakat tidak selalu mudah diterima, kecuali
apabila masyarakat mengerti dan menyadari betul mengenai manfaat yang
akan diperoleh dari hasil pembaharuan tersebut. v Laju komunikasi dalam
masyarakat desa akan dapat berjalan dengan lancar apabila dalam komunikasi
ada pengertian yang benar dan menggunakan bahasa yang sama, sederhana,
dan mudah dimengerti. v Pada umumnya, pemimpin setempat menyampaikan
pesan pembaruan kepada rakyat melalui media komunikasi tatap muka atau
antarpribadi. Dengan demikian, opini leader setempat memegang peranan
penting dalam komunikasi di daerah pedesaan. Disamping ketiga gagasan
tersebut dapat juga dengan memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia.

12
Menanamkan moral yang baik sejak dini sangat penting bagi generasi yang
akan datang.
Perbaikan mutu pendidika tersebut bertujuan meningkatkan mutu
sumber daya manusia agar dimasa yang akan datang bangsa kita tidak perlu
mendatangkan ahli-ahli dari luar negeri. Penanaman moral yang baik sejak
dini bertujuan untuk meningkatkan mutu budi pekerti yang baik, jujur, dan
bertanggungjawab bagi generasi yang akan datang. 5
C. Keterkaitan antara hukum adat dan hak asasi manusia
Topik yang kompleks dan bergantung pada banyak faktor, termasuk
budaya, sejarah, perkembangan hukum, dan implementasi di suatu negara atau
komunitas tertentu. Di bawah ini saya akan mengembangkan secara rinci
bagaimana hukum adat dan hak asasi manusia dapat berinteraksi:
1. Perlindungan Hak Asasi Manusia melalui Hukum Adat:
Beberapa elemen dalam hukum adat bisa sejalan dengan hak asasi
manusia. Misalnya, dalam beberapa masyarakat adat, ada norma-norma yang
melindungi hak-hak individu, seperti hak atas tanah, hak warisan, atau hak
anak-anak.
Hukum adat bisa menjadi alat untuk mempertahankan hak-hak
masyarakat adat dalam hal konservasi lingkungan atau penggunaan sumber
daya alam yang berkelanjutan.
2. Konflik antara Hukum Adat dan Hak Asasi Manusia:
Terkadang, hukum adat dapat bertentangan dengan prinsip-prinsip hak
asasi manusia. Misalnya, dalam beberapa masyarakat adat, ada tradisi yang
membatasi hak-hak perempuan, seperti hak atas kepemilikan tanah atau
partisipasi dalam keputusan komunitas.
Hukum adat juga dapat menimbulkan isu-isu hak asasi manusia jika
melibatkan praktik-praktik seperti mutilasi genital perempuan, pernikahan
anak-anak, atau perlakuan diskriminatif terhadap kelompok minoritas.
3. Harmonisasi dan Penyesuaian:

5
Otonomi Daerah Bagi Masyarakat Adat, Oktober 2015, Mengapa Indonesia Memerlukan UU
Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Adat?, 2015;hal 69

13
Dalam banyak kasus, pemerintah dan organisasi hak asasi manusia
berupaya untuk mencapai harmonisasi antara hukum adat dan hak asasi
manusia. Ini bisa melibatkan proses perundang-undangan untuk
mengintegrasikan prinsip-prinsip hak asasi manusia ke dalam hukum adat atau
untuk menyesuaikan hukum adat yang bertentangan dengan hak asasi
manusia.
Masyarakat adat dan aktivis hak asasi manusia juga berusaha untuk
mendidik dan mencapai kesepahaman di antara masyarakat mereka sendiri
agar norma-norma hukum adat tidak lagi melanggar hak asasi manusia.
4. Peran Hukum Nasional dan Internasional:
Hukum nasional dan internasional memainkan peran penting dalam
menyeimbangkan hukum adat dengan hak asasi manusia. Banyak negara telah
meratifikasi konvensi hak asasi manusia internasional, yang mengikat mereka
untuk melindungi dan mempromosikan hak asasi manusia.
Organisasi internasional, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa, telah
mendorong negara-negara untuk mengintegrasikan hak asasi manusia ke
dalam hukum adat dan praktik komunitas.
Penting untuk diingat bahwa keterkaitan antara hukum adat dan hak
asasi manusia dapat sangat beragam tergantung pada konteksnya. Penting
untuk mencari pendekatan yang seimbang yang menghormati dan melindungi
hak asasi manusia sambil mempertimbangkan nilai-nilai dan tradisi lokal.
Selain itu, pendekatan ini harus didasarkan pada dialog dan partisipasi aktif
masyarakat adat dalam proses pengambilan keputusan yang memengaruhi
mereka.6

6
Dedek Hendry, Pengakuan Masyarakat Hukum Adat ; Hukum yang Memulai, Hukum juga yang
harus Mengakhiri, 2015 hal 35-36

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi Hukum Adat merupakan seperangkat norma dan aturan
adat/kebiasaan yang berlaku di suatu wilayah. Misalnya di perkampungan
pedesaan terpencil yang masih mengikuti hukum adat. Hukum adat juga
berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakatnya dari zaman ke
zaman, namun proses dalam perkembangan itu berbeda-beda. Pembangunan
merupakan proses perubahan yang berangkat dari situasi nasional tertentu
untuk mencapai kondisi nasional yang lain yang lebih baik. Sejak awal
pembangunan kita bersepakat untuk memanusiawikan pembangunan kita. Kita
tidak ingin menjadi manusia mesin tanpa jiwa dan kalbu, dan sekedar menjadi
masyarakat teknologis. Masyarakat maju dan mandiri di Indonesia yang
diinginkan dan dikehendaki rakyat dan bangsa bukanlah masyarakat modern
sekuler tanpa kendali agama dan moral. Topik yang kompleks dan bergantung
pada banyak faktor, termasuk budaya, sejarah, perkembangan hukum, dan
implementasi di suatu negara atau komunitas tertentu

15
DAFTAR PUSTAKA

Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Indonesia Memerlukan Undang


Undang Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Adat, 14 Desember 2016;
Otonomi Daerah Bagi Masyarakat Adat, Oktober 2015, Mengapa Indonesia
Memerlukan UU Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Adat?, 2015;
Dedek Hendry, Pengakuan Masyarakat Hukum Adat ; Hukum yang Memulai,
Hukum juga yang harus Mengakhiri, 2015
G.Kertasapoetra, R.G Kartasapoetra, AG.Kartasapoetra, A. Setiady, Hukum
Tanah, Jaminan Undang-Undang Pokok Agraria Bagi Keberhasilan
Pendayagunaan Tanah, Jakarta: Bina aksara, 1985
Julian Burger, Rakyat Pribumi: Hak-Hak Baru bagi Kesalahan Lama, dalam Peter
Davies (ed.), Hak-Hak Asasi Manusia, Sebuah Bunga Rampai, Yayasan Obor
Indonesia, jakarta, 1994

16

Anda mungkin juga menyukai