Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

“PENEGAKAN HUKUM YANG BERKEADILAN”

Dosen Pengampu : Dra. Aryeni, M.Pd.

Disusun Oleh : Kelompok 1 (PIPA 2021 B)


1. Atikah Husna (4211151003)
2. Maya Dwi Antika (4211151006)
3. Muthia Zahra (4213351009)
4. Priska Krisdayanti Gulo (4213351008)
5. Rahma Yuli Rambe (4213151011)
6. Rizki Pratama (4213151014)
7. Sahrul Ramadhan Harahap (4211151011)
8. Yazima Fadila Ningsih (4211151002)

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkahnya
makalah tentang “Penegakan Hukum Yang Berkeadilan“ ini dapat diselesaikan tepat
waktu.Makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yaitu Mata Kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan.Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Pendidikan Kewarganegaraan.
Kami berterima kasih kepada Ibu Dra. Aryeni, M.Pd. selaku dosen pengampu mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
wawasan dan ilmu kami.Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan membagikan sebagian ilmunya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna dan perlu perbaikan lebih
lanjut.Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun.Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Medan, 17 Oktober 2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Negara Hukum ...................................................................................... 2
B. Konsep Negara Hukum ........................................................................................... 4
C. Makna Indonesia Negara Hukum ........................................................................... 6
D. Impelementasi Negara Hukum Indonesia ............................................................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 9
B. Saran........................................................................................................................ 9
Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum senantiasa berkaitan erat dengan keadilan. Berbicara masalah hukum tentu tidak akan
pernah terlepas dari kata adil atau keadilan. Hal tersebut sudah menjadi suatu keniscayaan
(conditio sine quanon) bahwa hukum itu harus mengandung dan menjamin keadilan. Menurut
Yusuf A.W. dalam tulisannya yang berjudul Hukum dan Keadilan, hukum tidak bisa dilepaskan
dari tujuan akhir hidup bernegara dan bermasyarakat itu sendiri, yakni keadilan
(rechtsvaardigheid atau justice).Melalui dan dengan hukumlah, individu atau masyarakat dapat
menjalani hidup secara berkeadilan. Lebih lanjut Yusuf menyatakan bahwa hukum yang
berkeadilan adalah hukum yang teratur dan tanpa menindas martabat kemanusiaan setiap warga
masyarakat, atau dengan kata lain adalah hukum yang senantiasa mengabdi kepada kepentingan
keadilan, ketertiban, keteraturan, dan kedamaian guna menunjang terwujudnya masyarakat
sejahtera lahir dan batin. Apa yang telah diutarakan oleh Yusuf tersebut menjadi menarik, hal ini
dikarenakan perspektif hukum berkeadilan ternyata tidak hanya sebatas terwujudnya
kesejahteraan secara lahiriah namun juga batiniah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Negara hukum ?
2. Bagaimana konsep Negara hukum ?
3. Apa makna dari Indonesia Negara hukum ?
4. Bagaimana implementasi Negara hukum di Indonesia ?

C. Tujuan Penulisan
1. Memahami pengertian Negara hukum
2. Memahami konsep Negara hukum
3. Memahami makna dari Indonesia Negara hukum
4. Memahami implementasi Negara hukum di Indonesia

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Negara Hukum


Thomas Hobbes dalam bukunya leviathan pernah mengatakan "Homo homini lupus", artinya
manusia adalah serigala bagi manusia lainnya. Manusia memiliki keinginan dan nafsu yang
berbeda-beda antara manusia yang satu dan yang lainnya. Nafsu yang dimiliki manusia ada yang
baik, ada nafsu yang tidak baik. Inilah salah satu argumen mengapa aturan hukum diperlukan.
Kondisi yang kedua tampaknya bukan hal yang tidak mungkin bila semua masyarakat tidak
memerlukan aturan hukum. Namun, Cicero pernah menyatakan "Ubi societas ibi ius", artinya di
mana ada masyarakat, di sana ada hukum. Dengan kata lain, sampai saat ini hukum masih
diperlukan bahkan kedudukannya semakin penting (Nurwardani, 2016:181).

Ada beberapa istilah yang sering dipakai dalam arti yang sama dengan negara hukum. Di
Amerika Serikat, digunakan istilah "Government under law". Di Jerman dikenal dengan "der
Rechsstaat" dan di Prancis digunakan istilah "le Principe de la Legalite". Sedangkan paham
Anglo Saxon menggu nakan istilah "Rule of Law", yang ternyata istilah ini kemudian menjadi
lebih populer di kalangan negara-negara di dunia.

Negara hukum menurut F.R Bothlingk adalah "De taat waarin de wilsvrijheid van gezagsdragers
is beperkt door grenzen van recht" (negara, dimana kebebasan kehendak pemegang kekuasaan
dibatasi oleh suatu ke hendak hukum). Lebih lanjut disebutkan bahwa dalam rangka merealisasi
kan pembatasan pemegang kekuasaan tersebut maka diwujudkan dengan cara, "Enerzijds in een
binding van rechter administatie aan de wet, anderjizd in een begrenzing van de bevoegdheden
van de wetgever", (disatu sisi keteri katan hakim dan pemerintah terhadap Undang-undang, dan
disisi lain pem batasan kewenangan oleh pembuat Undang-undang) (Ridwan HR, 2014:9).

Negara hukum adalah negara yang berdiri di atas hukum yang menja min keadilan bagi seluruh
warga negara. Dengan adanya keadilan dalam masyarakat maka akan tercapai kebahagiaan
dalam masyarakat itu. Untuk mendasari keadilan tersebut kepada setiap warga negara perlu
diajarkan norma-norma susila agar mereka menjadi warga negara yang baik. Demi kian pula
peraturan hukum yang sesungguhnya itu hanya ada apabila pera turan dimaksud mencerminkan
keadilan dalam pergaulan hidup antar war ga negaranya (Arumanadi dan Sunarto, 1990:6).

Ketentuan pasal 1 ayat (3) berasal dari penjelasan UUD NRI 1945 yang diangkat ke dalam UUD
NRI 1945. Negara hukum adalah negara yang menegakkan supremasi hukum untuk menegakkan
kebenaran dan keadilan, dan tidak ada kekuasaan yang tidak dipertanggungjawabkan. Masuknya

2
rumusan ini ke dalam UUD NRI 1945, merupakan salah satu contoh pelaksa naan kesepakatan
dasar dalam melakukan perubahan UUD NRI 1945, yakni kesepakatan untuk memasukkan hal-
hal normatif yang ada di dalam penje lasan ke dalam pasal-pasal. Masuknya ketentuan mengenai
Indonesia adalah negara hukum (dalam penjelasan rumusan lengkapnya adalah "negara yang
berdasarkan atas hukum") ke dalam pasal dimaksudkan untuk memper teguh paham bahwa
Indonesia adalah negara hukum, baik dalam penye lenggaraan negara maupun kehidupan
berbangsa dan bernegara (Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, 2012:67-68).

Mustafa Kamal (2003), dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan
kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan ber tujuan untuk menyelenggarakan ketertiban
hukum. Dasar yuridis bagi negara Indonesia sebagai negara hukum tertera pada pasal 1 ayat (3)
UUD Negara RI 1945 (amandemen ketiga), "Negara Indonesia adalah negara hukum". Konsep
negara hukum mengarah pada tujuan terciptanya kehi dupan demokratis, dan terlindungi hak
azasi manusia, serta kesejahteraan yang berkeadilan.

Lebih lanjut Djokosutomo menjelaskan, negara menurut UUD NRI 1945 didasarkan pada aturan
hukum. Karena negara dipandang sebagai subyek hukum, jadi jika dia bersalah dapat dituntut di
depan pengadilan karena kesalahan. Hukum membentuk dasar dari tindakan masing-masing
negara. Ada empat alasan mengapa negara mengatur dan menjalankan tugasnya berdasarkan
hukum :
1) demi kepastian hukum
2) tuntutan perlakuan yang sama
3) legitimasi demokrasi
4) tuntutan akal budi

Hukum negara berarti alat bagi negara-negara untuk menggunakan kekuatannya hanya di bawah
hukum yang berlaku dan dengan cara yang ditentukan oleh hukum. Dalam negara hukum, tujuan
dari kasus ini harus dihukum sesuai dengan keputusan kebenaran. Tujuan dari ini adalah untuk
memastikan kebenaran, maka semua pihak berhak untuk pertahanan atau bantuan hukum.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan negara hukum adalah negara yang
berdasarkan hukum, kekuasaan negara berdasar atas hukum, bukan kekuasaan belaka serta
pemerintahan negara berdasar pada konstitusi yang berpaham konstitusionalisme, tanpa hal
tersebut sulit disebut sebagai negara hukum. Supremasi hukum harus mencakup tiga ide dasar
hukum, yakni keadilan, kemanfaatan, dan kepastian. Oleh karena itu di negara hukum, hukum
harus tidak boleh mengabaikan "rasa keadilan masyarakat".

3
B. Konsep Negara Hukum

Suatu negara hukum dapat diartikan sebagai negara apabila tindakan pemerintah maupun
rakyatnya didasarkan atas hukum, untuk mencegah adanya tindakan sewenang-wenang dari
pihak pemerintah atau penguasa dan tindakan rakyat yang dilakukan menurut kehendaknya
sendiri.

Sejalan dengan itu, sejarah embrio dari konsep Negara hukum melalui konsep “Nomoi” yang
digaris bawahi oleh Plato. Dalam konsep Nomoi, hakikat penyelenggaraan Negara yang baik
adalah yang didasarkan pada pengaturan hukum yang baik. Sementara Aristoteles konsep Negara
hukum diawali dengan terminology “Politica”. Aristoteles mengemukakan bahwa Konsep
Negara hukum yang baik adalah Negara yang diperintah berdasarkan konstitusi. Dalam Negara
hukum yang dimaksudkan untuk memerintah bukanlah manusianya melainkan pemikiran yang
adil dari manusia tersebut. Agar dapat berpikir dengan adil, tentunya harus dipagari dengan
konstitusi.

Konsep Negara hukum yang dipelopori oleh Plato kemudian dipertegas oleh Aristoteles dilhami
dari keadaan negaranya pada waktu itu yang dipimpin oleh orang yang haus kekuasaan, harta,
dan gila kehormatan.Negara hukum yang dicita-citakan oleh kedua polopor tersebut, suatu
Negara yang bebas dari pemimpin Negara yang rakus dan jahat tempat keadilan dijunjung tinggi.
Dengan maksud agar segala kewenangan dan tindakan alat-alat perlengkapan Negara atau
penguasa semata-mata berdasarkan hukum atau dengan kata lain diatur oleh hukum.

Perjuangan dari Plato dan Aristoteles untuk menghapus sistem pemerintahan absolut. Tidak
berhenti sampai di situ, pada abad-bad selanjutnya tetap muncul Negara dengan sistem
pemerintahan dikator. Bentuk Negara yang lalim bertahan terus sampai beberapa abad hingga
munculnya konsep Negara hukum formal dan Hak Asasi Manusia yang mesti dilindungi.

Konsep Hukum Yang Diterapkan d Indonesia

Negara hukum merupakan negara yang menjamin keamanan warga negaranya serta negara yang
menjadikan hukum sebagai kekuasaan tertinggi. Prinsip negara hukum yang diterapkan di
Indonesia dalam praktiknya harus ditegakkan, demi keberlangsungan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Prinsip negara hukum diterapkan di Indonesia ditegaskan dalam Pasal
1 ayat (3) UUD 1945 yang mengatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Sebagai negara
hukum, prinsip-prinsip tersebut harus ditegakkan dalam praktiknya demi keberlangsungan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

4
Prinsip-prinsip negara hukum Indonesia bukan hanya diimplementasikan dalam kehidupan
masyarakat, namun secara luas juga harus tercermin dalam penyelenggaraan pemerintahan, baik
lembaga legislatif, eksekutif, maupun yudikatif.

Pemerintah yang demokratis dibawah Rule of Law merupakan pemikiran mengenai Negara
Hukum modern yang pernah di cetuskan dalam konferensi oleh International Commission
ofJurists di Bangkok pada tahun 1965 yang menekankan pemahaman "the dynamic aspects of the
Rule of Law in the modern age" (aspek-aspek dinamika Rule of Law dalam abad modern).
Dikatakan bahwa ada 6 (enam) syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintah yang
demokratis dibawah Rule of Law, yaitu Perlindungan Konstitusional, Peradilan atau badan-
badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak, Pemilihan Umum yang bebas, Kebebasan
menyatakan pendapat, Kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi, dan Pendidikan
kewarganegaraan.Undang Undang Dasar negara kita menyebutkan bahwa Negara Republik
Indonesia itu adalah Negara Hukum yang demokrasi (democratische rechtstaat) dan sekaligus
adalah Negara Demokrasi yang berdasarkan atau hukum (constitutional democracy) yang tidak
terpisahkan satu sama lain.Sebagaimana disebutkan dalam naskah perubahan UUD 1945 yang
menyebutkan bahwa paham negara hukum sebagaimana tercantum dalam ketentuan Pasal 1 Ayat
(3) berkaitan erat dengan paham negara kesejahteraan (welfare state) atau 4 Paulus E Lotulung,
Kebebasan Hakim dalam Sistim Penegakan Hukum, Makalah disampaikan Pada Seminar
Pembangunan Hukum Nasional VIII Tema “Penegakan Hukum dalam Era Pembangunan
Berkelanjutan” Diselenggarakan Oleh Jimly Asshiddiqie. Makalah Struktur Ketatanegaraan
Indonesia Setelah Perubahan Keempat UUD 1945 disampaikan pada Seminar Pembangunan
Hukum Nasional VIII Tema Penegakan Hukum Dalam Era Pembangunan Berkelanjutan.Paham
negara hukum materiil sesuai dengan bunyi alenia keempat Pembukaan dan Ketentuan Pasal 34
UUD 1945. Pelaksanaan paham negara hukum materiil akan mendukung dan mempercepat
terwujudnya negara kesejahteraan di Indonesia.Konsep Negara Hukum, selain bermakna bukan
Negara Kekuasaan (Machtstaat) juga mengandung pengertian adanya pengakuan terhadap
prinsip supremasi hukum dan konstitusi, dianutnya prinsip pemisahan dan pembatasan
kekuasaan menurut sistem konstitusional yang diatur dalam undang-undang dasar, adanya
jaminan-jaminan hak asasi manusia dalam undang-undang dasar, adanya prinsip peradilan yang
bebas dan tidak memihak yang menjamin persamaan setiap warga negara dalam hukum, serta
menjamin keadilan bagi setiap orang termasuk terhadap penyalahgunaan wewenang oleh pihak
yang berkuasa. Dalam paham negara hukum yang demikian itu, pada hakikatnya hukum itu
sendirilah yang menjadi penentu segalanya sesuai dengan prinsip nomokrasi dan doktrin ‘the rule
of Law, and not of Man’. Dalam kerangka ‘the rule of law’ itu, diyakini adanya pengakuan
bahwa hukum itu mempunyai kedudukan tertinggi (supremacy of law), adanya persamaan dalam
hukum dan pemerintah (equality before the law), dan berlakunya asas legalitas dalam.

5
C. Makna Indonesia Negara Hukum

Negara hukum adalah Negara yang menegakkan supremasi hukum untuk menegakkan kebenaran
dan keadilan, dan tidak ada kekuasaaan yang tidak dipertanggungjawabkan. Masuknya rumusan
ini ke dalam UUD NRI 1945, merupakan salah satu contoh pelaksanaan kesepakatan dasar
dalam melakukan perubahan UUD NRI 1945, yakni kesepakatan untuk memasukkan hal-hal
normatif yang ada di dalam penjelasan ke dalam pasal-pasal. Masuknya ketentuan mengenai
Indonesia adalah Negara hukum ke dalam pasal dimaksudkan untuk memperteguh faham paham
Indonesia adalah Negara hukum, baik dalam pengelenggaraan Negara maupun kehidupan
berbangsa dan bernegara (Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, 2012 : 67 – 68).

Bukti yuridis atas keberadaan Negara hukum Indonesia dalam arti material tersebut harus
dimaknai bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum dinamis, atau Negara kesejahteraan
(welfare state), yang membawa implikasi bagi para penyelenggara Negara untuk menjalankan
tugas dan wewenangnya secara luas dan komprehensif dilandasi ide-ide kreatif dan inovatif.
Makna Negara Indonesia sebagai Negara hukum dinamis, esensinya adalah hukum nasional
Indonesia harus tampil akomomodatif, adaptif dan progresif. Akomodatif artinya mampu
menyerap, menampung keinginan masyarakat yang dinamis. Makna hukum seperti ini
menggambarkan fungsinya sebagai pengayom, pelindung masyarakat. Adaptif, artinya mampu
menyesuaikan dinamika perkembangan jaman, sehingga tidak pernah using. Progresif, artinya
selalu berorientasi kemajuan, perspektif masa depan. Makna hukum seperti ini menggambarkan
kemampuan hukum nasional untuk tampil dalam praktiknya mencairkan kebekuan-kebekuan
dogmatika. Hukum dapat menciptakan kebenaran yang berkeadilan bagi setiap anggota
masyarakat.

D. Implementasi Negara Hukum Indonesia

Negara Indonesia berdasarkan pada hukum. Hal tersebut ditegaskan dalam Undang-Undang
Dasar Tahun 1945 Pasal 1 ayat (3) yang berbunyi : "Negara Indonesia adalah negara
hukum". Konsekuensi dari ketentuan ini adalah bahwa setiap sikap, pikiran, perilaku, dan
kebijakan pemerintahan negara dan penduduknya harus didasarkan/sesuai dengan hukum.
Dengan ketentuan demikian dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kesewenang-wenangan

6
dan arogansi kekuasaan. Hukumlah yang memegang kekuasaan dan memimpin penyelenggaraan
negara, sebagaimana konsep nomocratie, yaitu kekuasaan dijalankan oleh hukum.

Secara tertulis hukum Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Sedangkan
UUD 1945 merupakan nilai instrumental penjabaran dari nilai-nilai yang terdapat pada
Pancasila. Jadi Pancasila dapat kita sebut sebagai konsep hukum negara Indonesia, karena
Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia dan kepribadian bangsa Indonesia.
Sehingga dasar-dasar penyelenggaraan negara yang disusun dalam UUD 1945 tidak boleh
bertentangan dengan Pancasila.
Dari uraian diatas maka dapat dikatakan indonesia telah menginplementasikan dan memenuhi
unsur-unsur Negara Hukum. berikut unsur-unsur negara hukum yang telah di implementasikan
dan dipenuhi oleh indonesia :

1) Pengakuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM)

Upaya untuk menjamin dan melindungi hak asasi manusia di Indonesia telah ditegaskan di dalam
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 baik dalam Pembukaan maupun dalam Batang Tubuhnya.
Pembukaan UUD 1945 alenia pertama menyatakan sikap bangsa Indonesia yang anti penjajahan
dan mendukung kemerdekaan setiap bangsa karena kemerdekaan adalah hak asasi setiap bangsa
yang tidak dapat dirampas oleh bangsa lain.

Sedangkan jaminan hak asasi manusia dalam Batang Tubuh UUD 1945 dituangkan dalam pasal-
pasalnya yang sesuai dengan tuntutan dimanika masyarakat yang terus berkembang telah
diamandemen atau dilakukan perubahan sebanyak empat kali. Perbedaan rumusan hak asasi
manusia dalam UUD 1945 sebelum dan sesudah amandemen adalah adanya judul Bab tentang
Hak Asasi Manusia yaitu pada BAB X yang sebelumnya tidak ada serta jumlah pasal dan ayat
yang mengatur hak asasi manusia yang bertambah banyak.

2) Sistem peradilan yang bebas dan tidak memihak, tidak terpengaruh oleh kekuasaan
atau kekuatan lain apapun

Dalam UUD 1945 BAB IX Kekuasaan Kehakiman Pasal 24 ayat (1): "Kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan".

Kekuasaan kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan
pemerintah. Dalam menjalankan tugasnya, hakim tidak boleh terpengaruh oleh siapa pun juga,
baik karena kepentingan jabatan (politik) maupun kepentingan ekonomi.

7
3) Adanya pembatasan kekuasaan

Pemegang kekuasaan cenderung untuk menyalahgunakannya, oleh karena itu perlu adanya
pembatasan kekuasaan penyelenggaraan negara. Di dalam UUD 1945 telah diatur tentang
wewenang penyelenggaraan negara.

Selain itu, pembatasan juga dilakukan dengan membagi dan memisahkan cabang-cabang
kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Ketiga cabang kekuasaan tersebut saling
mengawasi dan mengimbangi. Badan legislatif, yaitu badan yang bertugas membentuk Undang-
undang, Badan eksekutif yaitu badan yang bertugas melaksanakan undang-undang, Badan
yudikatif, yaitu badan yang bertugas mengawasi pelaksanaan Undang-undang, memeriksa dan
megadilinya.

4) Asas Legalitas

Segala tindakan pemerintah harus didasarkan atas peraturan perundang-udangan yang sah dan
tertulis. Demikian pula hukuman terhadap seseorang harus didasarkan pada aturan hukum yang
sudah ada sebelum perbuatan seseorang tersebut dilakukan.

Dalam UUD 1945 telah diatur batas-batas wewenang lembaga-lembaga negara. Antara lain Pasal
14 ayat (1) UUD 1945 : "Presiden memberi grasi, dan rehabilitas dengan memperhatikan
pertimbangan Mahkamah Agung". Sesuai pasal tersebut Presiden dalam menerima atau menolak
permohonan grasi tidak boleh ditetapkan sendiri, meskipun grasi merupakan hak prerogatif
Presiden dalam hubungannya dengan bidang Yudikatif, karena hukum (UUD 1945) menegaskan
bila memberi grasi harus memperhatikan pertimbangan dari Mahkamah Agung.

Pada dasarnya, perkembangan asas legalitas eksistensinya diakui dalam KUHP Indonesia baik
asas legalitas formal (Pasal 1 ayat (1) KUHP) maupun asas legalitas materiil (Pasal 1 ayat (3)
RUU KUHP Tahun 2008).

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penegakan hukum bertujuan untuk mewujudkan peraturan hukum demi terciptanya ketertiban
dan keadilan masyarakat. Apa yang tertera dalam peraturan hukum (pasal-pasal hukum material)
seyogianya dapat terwujud dalam proses pelaksanaan/penegakan hukum di
masyarakat.Penegakan hukum adalah upayah pihak tertentu untuk menegakan hukum. ada peran
penegakan hukum yang sesuai dengan tugasnya masing-masing. Peran penegak hukum itu
sendiri pun juga diatur dalam perundang-undangan.

Sebagai penegak hukum, tentu saja dituntut untuk mengutamakan keadilan dan profesionalisme,
agar masyarakat pun juga konsekuen dengan perundang-undangan yang telah
diberlakukan.Pentingnya perlindungan dan penegakan hukum pun tidak sekedar mengandalkan
satu atau dua orang. tetapi butuh keterlibatan seluruh masyarakat akan pentingnya melek akan
hukum.

B. Saran

Sebagai warga negara yang baik kita harus bisa mengamalkan apa yang telah kita pelajari dalam
Pendidikan Kewarganegaraan di kehidupan sehari hari.Saran kami untuk Mahasiswa agar
mencari lebih banyak sumber referensi dalam mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Admin I. (2017). Konsep Negara Hukum Dan Implementasinya Di Indonesia. MARKIJAR :


MARi KIta belaJAR. Diakses 17 Oktober 2022 dari https://www.markijar.com/2017/07/konsep-
negara-hukum-dan-implementasinya.html .

Al-Khawarizmi, Damang Averroes. (2013). Konsep Negara Hukum. NEGARAHUKUM.COM.


Diakses 17 Oktober 2022 dari https://www.negarahukum.com/konsep-negara-
hukum.html#:~:text=Aristoteles%20mengemukakan%20bahwa%20Konsep%20Negara%20huku
m%20yang% .

Briando, B. (2017). Prophetical Law : Membangun Hukum Berkeadilan Dengan Kedamaian.


Jurnal Legislasi Indonesia, 14(03), 325-336.

Budiardjo, Miriam. (2007). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Fiolisa, Defi. (2021). Konsep Negara Hukum Di Indonesia. Kompasiana. Diakses 17 Oktober
2022 dari https://www.kompasiana.com/defifiolisa2839/616a702306310e14715d8752/konsep-
negara-hukum-di-indonesia .

Lase, Marinus. (2021). Konsep Negara Hukum. AKSARA HUKUM. Diakses 17 Oktober 2022
dari https://www.aksarahukum.my.id/2021/04/konsep-negara-hukum.html .

Sinaga, Osberth., dkk. (2022). Pendidikan Kewarganegaraan. Medan : CV Harapan Cerdas.

10

Anda mungkin juga menyukai