Anda di halaman 1dari 17

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah :


PENDIDIKAN PANCASILA
Dosen Pengampu:
Mahsun Ismail, S.H., M.H.

Oleh:
Kelompok 2
Robiatul Adawiyah 2022310111
Moh. Bairi 2022310160
Wildan Eka Syaputra 2022310128
Nadia Putri 2022310002
Rifki Zairozi 2022310145
Wahyudi 2022310041
Achmad Fauzi Rahmadani 2022310195

KELAS KARYAWAN
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MADURA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu
tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Mahsun Ismail, S.H.,
M.H sebagai dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa
yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Pamekasan, 29 Desember 2022

Kelompok 2

I
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

.1 Latar Belakang
Setiap tatanan hukum pasti memiliki asas hukum yang menjadi norma dasar
dan menjadi petunjuk arah dalam pembentukan suatu aturan hukum. Untuk itu,
sebagai warga negara yang baik, minimal kita harus memahami perihal asas
hukum ini. Terutama asas hukum yang ada di negara kita (Indonesia).

Pengertian asas hukum menurut para ahli sangatlah beragam bahkan bagi
sebagian masyarakat awam, penggunaan bahasa oleh para ahli hukum biasanya
akan dirasa sangat berat sehingga sulit dipahami. Nah, disini kita akan
membahasnya secara perlahan yang dimulai dari pengertian asas.

Perkembangan hukum di Indonesia saat ini terlihat sangat signifikan, hal ini
ditandai dengan banyaknya permasalahan hukum yang muncul, fakta
memperlihatkan suatu gambaran kontras tentang amanah Undang-Undang bahwa
Indonesia adalah negara hukum, negara yang penyelenggaraan kekuasaannya
didasarkan atas hukum.

Adapun yang menjadi tujuan hukum yaitu : pertama, kepastian hukum


merupakan ciri yang tidak dapat dipisahkan dari hukum, terutama untuk norma
hukum yang tertulis, Hukum tanpa nilai kepastian akan kehilangan makna karena
tidak lagi dapat dijadikan pedoman perilaku bagi semua orang. Kedua, keadilan
menurut Plato1 adalah kemampuan memperlakukan setiap orang sesuai dengan
haknya masing-masing, dengan nilai kebajikan untuk semua yang diukur dari apa
yang seharusnya dilakukan secara moral, bukan hanya diukur dari tindakkan dan
motif manusia. Ketiga, kemanfaatan menurut Bentham2 yaitu dapat diartiakn
dengan kebahagiaan (happiness). Baik buruknya suatu hukum, bergantung pada
apakah hukum itu memberikan kebahagiaan atau tidak bagi manusia, hukum yang
baik adalah hukum yang yang dapat member manfaat kepada setiap subjek
hukum.

.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu hukum tata negara?
2. Pengertian Hukum Tata Negara menurut para ahli ?
3. Hukum Tata Negara Mempelajari tentang apa ?

1
4. Perkembangan tata urutan peraturan perundang-undangan yang pernah ada
di Indonesia?
5. Tujuan hukum tata negara ?
6. Fungsi hujum tata negara ?
7. Asas-asas hukum tata negara ?

.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang Hukum Tata Negara
2. Untuk memahami Hukum Tata Negara
3. Untuk mengetahui Tujuan Hukum Tata Negara
4. Untuk mengetahui Fungsi Hukum Tata Negara
5. Untuk memahami asas-asas Hukum Tata Negara

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Apa Itu Hukum Tata Negara


lmu hukum tata negara adalah salah satu cabang ilmu hukum yang
mengkaji Negara dan Konstitusi sebagai objek kajiannya, disamping banyak
cabang ilmu pengetahuan lainya yang menjadikan negara dan konstitusi sebagai
objek kajiannya. Misalnya, ilmu negara, ilmu politik, dan hukum administrasi
negara.
1
Hukum negara adalah istilah lain hukum tata negara, keduanya
terjemahan dari istilah bahasa Belanda “staatsrecht” yang dibagi menjadi
staatsrech in ruimere zin (dalam arti luas) dan staatsrech in engere zin (dalam arti
sempit). Hukum tata negara dalam arti luas mencakup hukum tata negara dalam
arti sempit dan hukum administrasi negara, sedangkan dalam arti sempit biasanya
disebut hukum tata negara.

1
Moh. Kusnardi dan Haimaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Cet. Kelima,
(Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1983), hlm. 22.
Di Inggris pada umumnya memakai istilah Constitusional Law,
penggunaan istilah tersebut didasarkan atas alasan bahwa dalam hukum tata
negara unsur konstitusi yang lebih menonjol dan state Law didasarkan
pertimbangan bahwa hukum negara nya lebih penting. Di Perancis orang
mempergunakan istilah Droit Constitutionnel yang di lawankan dengan Droit
Administrative. Sedangkan di Jerman untuk istilah hukum tata negara disebut
mempergunakan istilah Verfassungsrecht dan Verwaltungsrecht untuk istilah
hukum administrasi negara.
Istilah hukum tata negara identik dengan istilah hukum konstitusi yang
merupakan terjemahan bahasa Inggris dari Constitusional Law, dalam bahasa
perancis Droit Constitutionnel yang berarti hukum konstitusi, karena objek kajian
hukum tata negara disamping negara sebagai objek kajiannya terdapat unsur
konstitusinya yang lebih menonjol.2
Demikian juga dengan pengertian konstitusi (dalam bahasa Inggris
constitution) dengan undang-undang dasar (dalam bahasa Belanda gronwet),
pengertian konstitusi lebih luas dari pada undangundang dasar, konstitusi memuat
baik peraturan tertulis dan tidak tertulis sedangkan undang-undang dasar adalah
bagian tertulis dari konstitusi,6 tetapi ada juga yang menyamakan pengertian
konstitusi dengan undang-undang dasar seperti dalam disertasi Sri Soemantri,
mengartikan konstitusi sama dengan undang-undang dasar.3
Perkataan “Hukum Tata Negara” berasal dari perkataan “Hukum”, “Tata”,
“Negara” yang di dalamnya membahas urusan penataan negara. Tata yang terkait
dengan kata “tertib” adalah order yang biasa juga di terjemahkan sebagai “tata
tertib” dengan kata lain ilmu hukum tata negara merupakan cabang ilmu hukum
yang membahas mengenai tatanan struktur kenegaraan, mekanisme hubungan
antar struktur-struktur organ atau struktur kenegaraan, serta mekanisme hubungan

2
Lihat dan bandingkan, Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Cet. Dua puluh dua, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 107-112.

3
Sri Soemantri, Prosedur dan Sistim Perubahan Konstitusi, Disertasi, Alumni, Bandung, 1987, hlm.
1.
antar struktur negara, serta mekanisme antara struktur negara dengan warga
negara.4

2.2 Pengertian Hukum Tata Negara menurut para ahli


Diantara para ahli hukum, terdapat perbedaan pendapat tentang defenisi
hukum tata negara, hal ini disebabkan beberapa faktor faktor perbedaan
pandangan di antara para ahli hukum, faktor lingkungan dan sistem hukum yang
mereka anut. Berikut deinisideinisi hukum tata negara menurut beberapa ahli.
a) L.J Van Apeldoorn
Van Apeldoorn mengunakan istilah hukum tata negara dengan istilah
hukum negara. hukum negara dipakai dalam arti luas dan arti sempit,
hukum negara dalam arti luas meliputi hukum administrasi sedangkan
hukum negara dalam arti sempit menunjukan orangorang yang memegang
kekuasaan pemerintah dan batas-batas kekuasaanya. Untuk membedakan
dari hukum adminstratif, hukum negara disebut juga hukum konstitusionil
(droit constitutionel, verfassungsreht) karena ia mengatur konstitusi atau
tatanan negara.5
b) Cornelis Van Vollenhoven
Van Vollenhoven mengemukakan bahwa hukum tata negara adalah
rangkaian peraturan-peraturan hukum, yang mendirikan badan-badan
sebagai alat (orgaan) suatu negara dengan memberikan wewenang-
wewenang kepada badan-badan itu dan yang membagibagi pekerjaan
Pemerintah kepada banyak alat-alat negara baik yang tinggi maupun yang
rendah kedudukannya.6
c) J.H.A. Logemann

4
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata negara, Cet. Pertama, (Jakarta: Sekretariat
Jenderal dan Keseketariatan Mahkamah Konstitusi RI, 2006), hlm. 18.

5
L.J. Van Apeldorn, Inleiding Tot De Studie Van Het Nederlandse Recht. diterjemahkan oleh
Oetarid Sadino, Pengantar Ilmu Hukum, Cet. ketigapuluh. (Jakarta: Pradnya Paramita, 2004), hlm.
292.

6
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Ilmu Negara dan Politik, cet. 2, (Bandung: PT Eresco, 1981),
hlm. 2.
J.H.A Logemann memberikan pengertian hukum tata negara adalah
hukum yang mengatur organisasi negara. negara adalah organisasi jabatan-
jabatan,11 termasuk pengertian inti hukum tata negara adalah jabatan.12
Jabatan muncul sebagai pribadi, jabatan adalah pribadi yang khas bagi
hukum tata negara. Logeman mendeinisikan jabatan sebagai sebuah
lingkungan kerja yang awet dan digaris batasi dan yang disediakan untuk
ditempati oleh pemangku jabatan yang ditunjuk dan disediakan untuk
diwakili oleh mereka secara pribadi, dalam sifat perbuatan-perbuatan, oleh
karena itu hal ini harus dinyatakan dengan jelas.7
d) Moh Kusnardi dan Harmaily Ibrahim
Moh Kusnardi dan Harmaily Ibrahim dalam bukunya “Pengantar
Hukum Tata Negara Indonesia”, hukum tata negara dapat dirumuskan
sebagai sekumpulan peraturan hukum yang mengatur organisasi dari pada
negara, hubungan antara alat perlengkapan negara dalam garis vertikal dan
herizontal, serta kedudukan warga negara dan hak asasi manusia”.8
e) Jimly Asshiddiqie
Menurut Jimly Asshiddiqie pengertian hukum tata negara adalah
cabang ilmu hukum yang mempelajari prinsip dan normanorma hukum
yang tertuang secara tertulis ataupun yang hidup dalam kenyataan praktek
kenegaraan berkenaan dengan (i). Konstitusi yang berisi kesepakatan
kolektif suatu komunitas rakyat mengenai cita-cita untuk hidup bersama
dalam suatu negara, (ii). Institusi-institusi kekuasaan negara berserta
fungsi-fungsinya, (iii). Mekanisme hubungan antara institusi itu, serta (iv).
Prinsip-prinsip hubungan antar institusi kekuasaan negara dengan warga
negara.9

7
J.H.A Logeman, Over de Theorie van Een Stelling Staatsrecht, terjemahan oleh Makkatutu dan
J.C. Pangkerego, tentang Teori Suatu Hukum Tata Negara Positif, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
tanpa tahun), hlm. 129

8
Moh Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Cet. Kelima,
Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1983. 29.

9
Jimly Ashiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jilid 1, cet ke 1 (Jakarta: Sekjen
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2006), hlm. 36
2.3 Hukum Tata Negara Mempelajari tentang apa
Pancasila merupakan dasar yang fundamental bagi Negara Indonesia.
Kehidupan NKRI ini tergantung kepada seberapa besar penghargaan warga
Negara terhadap Pancasila, baik dari segi pengkajian dan pegamalan Pancasila itu
sendiri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Norma hukum pokok dan disebut pokok kaidah fundamental daripada
negara itu dalam hukum mempunyai hakikat dan kedudukan yang tetap, kuat, dan
tak berubah bagi negara yang dibentuk. Dengan perkataan lain, dengan jalan
hukum tidak dapat diubah. Fungsi dan kedudukan Pancasila sebagai pokok kaidah
yang fundamental. Hal ini penting sekali karena UUD harus bersumber dan
berada di bawah pokok kaidah negara yang fundamental itu.
Sebagai dasar negara Pancasila dipergunakan untuk mengatur seluruh
tatanan kehidupan bangsa dan negara Indonesia, artinya segala sesuatu yang
berhubungan dengan pelaksanaan sistem ketatanegaraan Negara Kesatuan
10
RepublikIndonesia (NKRI) harus berdasarkan Pancasila. Hal ini berarti juga
bahwa semua peraturan yang berlaku di negara Republik Indonesia harus
bersumberkan kepada Pancasila.
a) Dasar Filosofis
Pancasila sebagi dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup
bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang
bersifat sistematis. Oleh karena itu sebagi suatu dasar filsafat maka sila-
sila Pancasila merupakan kesatuan yang kuat. Dalam pengertian inilah
sila-sila pancasila merupakan suatu sistem filsafat. Karena merupakan
sistem filsafat maka kelima sila bukan terpisah-pisah dan memiliki makna
sendiri, melainkan memiliki esensi makna yang utuh.
Dasar pemikiran filosofif dari nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
filsafat negara adalah bahwa Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara
Republik Indonesia, mengandung mengandung makna dalam setiap aspek

10
kehidupan berbangsa, Kerakyatan dan keadilan. Pemikiran filsafat
kenegaraan bertolak dari suatu pandangan bahwa negara merupakan suatu
persekutuan hidup manusia atau masyarakat umum. Adapun negara yang
didirikan oleh manusia berdasarkan pada kodrat bahwa manusia sebagai
warga dari negara menjadi persekutuan hidup adalah berkedudukan kodrat
manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa ( hakikat sila pertama).
Negara yang merupakan persekutuan hidup manusia sebagai
makhluk Tuhan yang Maha Esa, pada hakikatnya bertujuan untuk
mewujudkan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang
berbudaya atau makhluk yang beradab ( hakikat sila kedua ). Untuk
terwujudnya suatu negara sebagai organisasi hidup manusia maka harus
membentuk persatuan ikatan hidup bersama sebagai suatu bangsa ( hakikat
sila ketiga ). Terwujudnya persatuan dalam suatu negara akan melahirkan
rakyat sebagai suatu bangsa yang hidup dalam suatu wilayah negara
tertentu, sehingga dalam hidup kenegaraan itu haruslah mendasar pada
nilai bahwa rakyat merupakan asal-mula kekuasaan negara. Suatu
keharusan bahwa negara harus bersifat demokratis hak serta kekuasaan
rakyat harus dijamin baik sebagai individu maupun secara bersama
( hakikat sila keempat ). Untuk mewujudkan tujuan negara sebagai tujuan
bersama dari seluruh warga negaranya maka dalam hidup kenegaraan
harus mewujudkan jaminan perlindungan bagi seluruh warganya, sehingga
untuk mewujudkan tujuan seluruh warganya harus dijamin berdasarkan
prisnsip keadilan yang timbul dalam kehidupan bersama ( hakikat sila
kelima ). 11
Dalam hubungan dengan pengertian nilai di atas, Pancasila
tergolong nilai keharonian, tetapi nilai keharonian yang mengakui adanya
nilai material dan nilai vital karena pada hakikatnya menurut Pancasila
bahwa negara adalah perpaduan jasmani dan rohani.
a) Nilai nilai Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara

Ani Sri Rahayu, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, ( Jakarta : Bumi


11

Aksara, 2015 ) hlm. 25-26


12
Secara yuridis Pancasila sebagai dasar filsafat negara tertuang
dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV yang berbunyi: “… maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan
negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan
kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Melihat
dari rumusan tersebut yang dimaksud … dengan berdasar kepada …
adalah dalam pengertian sebagai dasar filsafat negara Indonesia.
Keseragaman sistematiknya melalui Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun
1968, telah tersusun secara hierarchi-piramidal. Setiap sila (dasar atau
azas) memiliki hubungan yang saling mengikat dan menjiwai satu sama
lain sedemikian rupa hingga tidak dapat dipisah-pisahkan. Melanggar satu
sila dan pembenarannya pada sila lainnya adalah tindakan sia-sia. Dengan
demikian Pancasila pun harus dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat
dan utuh, yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Usaha memisahkan sila-sila
dalam kesatuan yang utuh dan bulat dari Pancasila akan menyebabkan
Pancasila kehilangan esensinya sebagai dasar falsafah Negara.
13
Sebagai alasan mengapa Pancasila harus dipandang sebagai satu
kesatuan yang bulat dan utuh ialah karena setiap sila dalam Pancasila tidak
dapat di-antitesis-kan satu sama lain. Prof. Notonagoro, mengemukakan
bahwa “sifat hierarchipiramidal Pancasila dengan menepatkan sila
Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai basis bentuk piramidal Pancasila.”

Laboratorium Pancasila, 1981, Pancasila Dalam Kedudukan Dan Fungsinya


12

Sebagai Dasar Negara Dan Pandangan Hidup Bangsa Indonesia, Surabaya,


Penerbit: Usaha Nasional.

Mahfud MD, 2012, Makna dan Implikasi Pancasila sebagai Cita Hukum Dalam
13

Peraturan Perundang-undangan di Indonesia, Jakarta, Penyelenggara: Institut


Leimena & Center for Indonesian Constitutional Jurisprudence & Hanns Seidel
Foundation.
Dengan demikian keempat sila yang lain sejatinya dijiwai oleh sila
Ketuhanan Yang Maha Esa. Secara tegas, Dr. Hamka mengatakan bahwa
“Tiap-tiap orang beragama atau percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Pancasila bukanlah sesuatu yang perlu dibicarakan lagi, karena sila yang
empat lagi hanyalah akibat saja dari sila pertama.” Senada dengan itu,
Mahfud MD, menandaskan bahwa “Indonesia bukan negara agama yang
mendasarkan pada satu agama tertentu, sebab Indonesia juga bukan negara
sekuler yang tak peduli atau hampa spirit keagamaannya. Hukum negara
tidak dapat mewajibkan berlakunya hukum agama. Tetapi negara harus
memfasilitasi, melindungi dan menjamin keamanan jika warganya akan
melaksanakan ajaran agama karena keyakinan dan kesadarannya sendiri.”
Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup,
tetapi bersifat terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila
adalah bersifat aktual, dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Keterbukaan ideologi
Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar Pancasila namun
mengeksplisitkan wawasannya secara kongkrit, sehingga memiliki
kemampuan yang lebih tajam untuk memecahkan masalah-masalah baru
dan aktual. Dalam ideologi terbuka terdapat cita-cita dan nilai-nilai yang
mendasar yang bersifat tetap dan tidak berubah, dan tidak langsung
bersifat operasional, oleh karena itu setiap kali harus dieksplisitkan.
Eksplisitasi dilakukan dengan menghadapkannya pandangan hidup
berbagai masalah yang selalu silih berganti melalui refleksi yang rasional
terungkap makna operasionalnya. Dengan demikian penjabaran ideologi
dilaksanakan dengan interpretasi yang kritis dan rasional.
14
Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia, kenyataannya
definisi dalam filsafat pancasila telah diubah dan diinterpretasikan berbeda
oleh beberapa filsuf Indonesia. Pancasila dijadikan wacana sejak 1945,
Pancasila sendiri terinspirasi oleh konsep humanisme, rasionalisme,
universalisme, sosio-demokrasi, sosialisme, demokrasi parlementer, dan

14
Implementasi pancasila sebagai dasar filsafat, media.neliti, ID-95804
nasionalisme. Menurut Soekarno sendiri Pancasila merupakan filsafat asli
Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia dan akulturasi
budaya India (hindu), Barat (kristen), Arab (Islam). Di masa Soeharto
semua elemen barat disingkirkan dan diganti interpretasinya dalam budaya
Indonesia, sehingga menghasilkan “Pancasila Truly Indonesia”. Filsafat
pancasila secara umum adalah hasil pemikiran yang sedalam dalamnya
dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai
sesuatu kenyataan dan nilai-nilai yang paling benar, paling adil, paling
bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.
Tentang fungsi filsafat pancasila bagi kita adalah Pancasila
merupakan pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita moral yang meliputi
kejiwaan dan watak yang sudah berurat berakar di dalam kebudayaan
bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia lahir sesudah melampaui perjuangan
yang sangat panjang, dengan memberikan segala pengorbanan dan
menahan segala macam penderitaan, sebab itu bangsa Indonesia lahir
dengan kepribadiannya sendiri yang bersamaan lahirnya bangsa dan
negara itu sendiri, oleh karena itu Pancasila bukan lahir secara mendadak
pada tahun 1945, melainkan sudah berjuang dengan melihat pengalaman
bangsa bangsa lain, dengan diilhami oleh gagasan-gagasan besar dunia,
yang tetap berakar pada kepribadian dan gagasan bangsa Indonesia sendiri.
Pancasila sendiri selalu menjadi pegangan bersama saat-saat terjadi krisis
nasional dan ancaman terhadap eksistensi bangsa Indonesia, merupakan
bukti sejarah sebagai dasar kerohanian negara, dikehendaki oleh bangsa
Indonesia karena sebenarnya ia telah tertanam di kalbunya rakyat. Oleh
karena itu Pancasila merupakan dasar yang mampu mempersatukan
seluruh rakyat Indonesia.

2.4 Implementasi Pancasila Sebagai Dasar Negara


15
Secara etimologis pengertian implementasi menurut kamus Webster yang
dikutip oleh Soclihin Abdul Wahab (2004:64) adalah menyediakan sarana untuk

15
Maulana A,L. Teori Pengajaran Abad 21 di SD/ MI. Yogyakarta: Samudra Biru.
melaksanakan sesuatu dan menimbulkan dampak dan akibat terhadap sesuatu.
Istilah implementasi sering disebut juga dengan pelaksanaan atau tindakan, atau
mekanisme dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci.
Sebab dalam implementasi terdapat tindakan atau pelaksanaan mengenai suatu hal
atau objek.
16
Adapun pengimplementasian Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara dapat dirinci dalam berbagai bidang sebagai berikut :
a) Implementasi Pancasila dalam bidang Politik
Pembangunan dan pengembangan bidang politik harus
mengilhami dasar ontologis manusia. Sebab secara kenyataan objektif
bahwa manusia adalah sebagai subjek Negara, Karenanya kehidupan
politik harus benar-benar merealisasikan tujuan demi harkat dan martabat
manusia. Pengembangan politik Negara terutama dalam proses reformasi
dewasa ini mencerminkan kepada moralitas sebagaimana tertuang dalam
sila-sila Pancasila dan esensinya, sehingga praktek-praktek politik yang
menghalalkan segala cara harus segera diakhiri.
b) Implementasi Pancasila dalam bidang Ekonomi
Di dalam dunia ilmu ekonomi terdapat istilah yang kuatlah yang
menang, sehingga lazimnya pengembangan ekonomi mengarah pada
persaingan bebas dan jarang mementingkan moralitas kemanusiaan. Hal
ini tidak sesuai dengan Pancasila yang lebih tertuju kepada ekonomi
kerakyatan, yaitu ekonomi yang humanistic yang berorientasi pada tujuan
demi kesejahteraan rakyat secara luas, (Mubyarto,1999). Pengembangan
ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan saja melainkan demi
kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh masyarakat. Maka sistem
ekonomi Indonesia berdasarkan atas azas kekeluargaan seluruh bangsa.
c) Implementasi Pancasila dalam bidang Sosial dan Budaya
Dalam pembangunan dan pengembangan aspek sosial budaya
hendaknya disesuaikan atas sistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai
budaya yang dimiliki oleh masyarakat. Terutama dalam rangka bangsa

16
satujam.com, pancasila-dan-lambangnya, 2-14
Indonesia melakukan reformasi di segala bidang kehidupan. Sebagai anti-
klimaks proses reformasi yakni sering adanya stagnasi nilai sosial budaya
dalam masyarakat, sehingga tidak mengherankan jikalau di berbagai
wilayah Indonesia terjadi berbagai gejolak yang sangat meresahkan dan
memprihatinkan seperti amuk massa yang cenderung anarkis, bentrok
antara kelompok masyarakat satu dengan lainnya yang muaranya adalah
masalah politik. Oleh karena itu dalam pengembangan nilai sosial budaya
di era reformasi dewasa ini semua pihak turut ambil bagian mengangkat
kembali nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagaimana nilai-nilai
yang terkandung di dalam Pancasila. Dalam prinsip etika pancasila pada
hakikatnya bersifat humanistik, artinya nilai-nilai pancasila berlandaskan
pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk yang berbudaya.
d) Implementasi Pancasila dalam bidang Pertahanan dan Keamanan
Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat
hukum. Demi tegaknya hak hak warga negara maka diperlukan peraturan
perundang undangan, baik dalam rangka mengatur ketertiban warga
negara maupun dalam rangka melindungi hak-hak warga Negara.
Pancasila sebagai dasar Negara senantiasa menyesuaikan diri pada hakikat
nilai kemanusiaan monopluralis maka pertahanan dan keamanan negara
harus dikembalikan pada kedudukannya seperti sediakala, agar tercapainya
harkat dan martabat manusia sebagai pendukung pokok negara. Dasar-
dasar kemanusiaan yang beradab merupakan basis moralitas pertahanan
dan keamanan negara. Pertahanan dan keamanan negara harus
mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila
pancasila. Sehingga ungkapan yang menyatakan bahwa Indonesia adalah
Negara berdasar atas hukum, bukan berdasar atas kekuasaan belaka dapat
terwujud adanya.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa, memiliki fungsi utama
sebagai dasar negara Indonesia. Dalam kedudukannya yang demikian Pancasila
menempati kedudukan yang paling tinggi, sebagai sumber dari segala sumber
hukum atau sebagai sumber hukum dasar nasional dalam tata hukum di Indonesia.
Pancasila perlu diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
agar terciptanya keseimbangan, keadilan, dan keselarasan dalam negara tersebut.
Di setiap Sila-sila pancasila itu tidak statis, akan tetapi dinamis, dengan gerakan
gerakannya yang positif dan serasi, karena ketatanegaraan akan selalu berkaitan
dengan tata negara. Karena tata begara merupakan pengatur kehidupan bernegara
yang mennyangkut sifat, bentuk, tugas negara,dan pemerintahannya. Karena
banyak peristiwa-peristiwa penting yang terjadi yaitu seperti krisis-krisis yang
menimpa bangsa bangsa dan negara, sebagai reaksi terhadap gejolak kehidupan
bangsa tampak menonjol satu atau beberapa sila saja. Dari kalimat diatas telah
diketahui bahwa pancasila sangat berperan untuk keutuhan negara dan dengan
mengetahui makna kelima sila tersebut kehidupan masyarakat akan lebih terarah.
3.2 Saran
Pancasila harus senantiasa menjadi kekuatan yang menjiwai kegiatan
dalam membentuk negara. Oleh karena itu, dituliskannya makalah ini dapat
membantu pembaca dalam memahami pentingnya pancasila sebagai dasar negara
dan ikut mengimplementasikannya dalam kehidupan tentunya banyak kekurangan
dan kelemahan kerena terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi
yang kami peroleh hubungannya dengan makalah ini. Penulis banyak berharap
kepada para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami
demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan para pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Maulana A,L. Teori Pengajaran Abad 21 di SD/ MI. Yogyakarta: Samudra Biru
Sekretariat Jenderal MPR RI, Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara,
Sekjend MPR RI, Jakarta, 2012, hlm. 87-88.
Ani Sri Rahayu, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bumi Aksara,
Edisi 1, Hal.25, Bab 2
Rosjidi Ranggawidjaja, Pengantar Ilmu Perundang-Undangan Indonesia,
Mandar Maju, Bandung, 1998, hlm. 26.
Riyanto Astim, Teori Konstitusi, Yapemdo, Bandung, 2006.
Si Pujiati & Ilyya Muhsin (2020). Aktualisasi Nilai Pancasila dalam Memperkuat
Negara Hukum Indonesia Perspektif Sosiologis. Jurnal Pancasila dan
Kewarganegaraan, 5(2), pp. 13-22. DOI: 10.24269/jpk.v5.n2.2020 .pp17-
18
Mulyono. (2016). Dinamika Aktualisasi Nilai Pancasila Dalam Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 26
Laboratorium Pancasila, 1981, Pancasila Dalam Kedudukan Dan Fungsinya
Sebagai Dasar Negara Dan Pandangan Hidup Bangsa Indonesia,
Surabaya, Penerbit: Usaha Nasional.
Mahfud MD, 2012, Makna dan Implikasi Pancasila sebagai Cita Hukum Dalam
Peraturan Perundang-undangan di Indonesia, Jakarta, Penyelenggara:
Institut Leimena & Center for Indonesian Constitutional Jurisprudence &
Hanns Seidel Foundation.
https://media.neliti.com/media/publications/195804-ID-implementasi-pancasila-
sebagai-dasar-filsafat
Maulana A,L. Teori Pengajaran Abad 21 di SD/ MI. Yogyakarta: Samudra Biru.
Satujam.com, pancasila-dan-lambangnya, 2-14

Anda mungkin juga menyukai