Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

LANDASAN DAN ASAS-ASAS PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-


UNDANGAN

DISUSUN OLEH :

EKO SULASMONO 1721020176

INDRI DEA NADA 1821020186

R PERMATA MANGKUNEGARA 1821020290

VERA ISKA FITRIA 1821020148

DOSEN PENGAMPU :

ANDRE MONIFA, M.H.

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

FAKULTAS SYARIAH

PRODI HUKUM TATA NEGARA

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Landasan Dan Asas-Asas
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada Bpk. Andre Monifa, M.H. selaku dosen pengampu yang
memberikan dorongan dan masukan kepada kami.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima kritik dan sara dari pembaca, agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

  

Bandar Lampung, April


2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulis............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Landasan Peraturan Perundang-Undangan .................................................... 3

B. Asas-Asass Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan .......................... 4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................... 14

B. Daftar Pustaka................................................................................................ 1

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia ia lah negara yang berdasar atas hukum (Rechtstaat). Tujuan utama dari
bentuk negara bentuk negara hukum adalah utuk menyelenggarakan ketertiban hukum,
yakni tata tertib yang umumnya berdasarkan hukum yang terdapat pada rakyat. Negara
hukum menjaga ketertiban dengan harapan , agar semuaanya berjalan menurut hukum. A.
Mukhtis Fadjar menyatakan bahwa negara hukum ialah negara yang susunaannya diatur
dengan sebaik-baiknya dalam undang-undang, sehingga segala kekuasaan dari alat-alat
pemerintahannya didasarkan pada hukum.1 Rakyat tidak boleh bertindak secara sendiri-
sendiri menurut kemampuannya yang bertentangan dengan hukum. Negara hukum itu
ialah negara yang diperintah bukan oleh orang-orang tetapi oleh undang-undang ( the
states not governed by men, but by law).

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan adalah pembuatan peraturan


perundang-undangan yang mencangkup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan,
pengesahan atau penetapan dan pengundangan. Bagir Manan menyatakan agar dalam
pembentukan undang-undang dapat menghasilkan suatu undang-undang yang tanngguh
dan berkualitas, undang-undang tersebut harus berlandaskan pada landasan yaitu
landasan yuridis, landasan sosiologis, dan landasan filosofis. Disamping itu juga harus
memperhatikan asas-asas yang ada.

Pembahasan asas peraturan perundang-undangan berkaitan erat dengan sistem


hukum yang berlaku di Indonesia. Asas adalah dasar atau sesuatu yang dijadikan
tumpuan berpikir, berpendapat dan bertindak.2 Dalam pandangan beberapa ahli, asas
mempunyai arti yang berbeda-beda. Asas adalah sesuatu yang menjadi tumpuan berfikir
atau berpendapat, dan asas dapat juga berarti merupakan hukum dasar. 3 Asas-asas
pembentuk peraturan perundaang-undangan berarti dasar atau sesuatu yang dijadikan
tumpuan dalam menyusun peraturan perundang-undangan. Padaan kata asas adalah
prinsip yang berate kebenaran yang menjadi pokok dasar dalam berpikir, berpendapat dan
bertindak.

B. Rumusan Masalah
1
A. Mukhtie Fadjar, Tipe Negara Hukum, Bayumedia Publishing, (Malang: 2005), hlm 7.
2
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, Edisi III, 2002), hlm 70.
3
Fence M. Wantu Dkk, Cara Cepat Belajar Hukum Acara Perdata(Jakarta: Reviva Cendekia, 2002), hlm 13.S

1
1. Apakah Landasan dalam Peraturan Perundang-Undangan ?
2. Apakah Asas-Asas dalam Peraturan Perundang-Undangan ?

C. Tujuan Penulis

1. Untuk Mengetahui dan Mengetahui Landasan Peraturan Perundang-Undangan.


2. Untuk Mengetahu dan Memahami Asas-Asas Peraturan Perundang-Undangan.

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Landasan Peraturan Perundang-Undangan

Pengertian peraturan perundang-undangan menurut Pasal 1 angka 2 Undang-


Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan peraturan Perundang-Undangan
adalah Peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang memikat secara umum dan
dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui
prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-Undangan. Sedangkan Van Den
tak mendefenisikan Peraturan Perundang-Undangan sebagai kaidah hukum tertulis yang
dibuat oleh pejabat yang berwenang berisi aturan-aturan tingkah laku yang bersifat
abstrak dan mengikat umum.4

Menurut A Hamid Attamimi bahwa dalam konteks pembentukan Hukum


Nasional, terdapat 3 (tiga) fungsi utama Ilmu Perundang-Undangan, yaitu :
1. Untuk memenuhi kebutuhan hukum dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara yang senatiasa berkembang ;
2. Untuk menjembatani lingkup hukum adat dengan hukum yang tidak tertulis
lainnya ;atau
3. Untuk memnuhi kebutuhan kepastian hukum tidak tertulis bagi masyrakat.
Ada landasan yang harus dipenuhi dalam pembentukan Perundang-undangan,
yaitu :

1. Landasan Filosofis

Yaitu dasar filsafat, pandangan atau ide yang menjadi dasar cita hukum sewaktu
menuangkan keinginan ke dalam suatu suatu rancangan Perundang-undangan. Ide yang
menjadi dasar cita hukum tersebut merupakan sistem nilai yang tumbuh dalam
masyarakat menegnai hal-hal yang baik dan buruk sebagai pedoman dan tuntunan
berprilaku dalam kehidupannya. Di Indonesia yang menjadi landasan filosofis
pembentukan peraturan perundnag-undangan adalah pancasila.

2. Landasan Politis/Sosiologis

Landasan politis adalah Garis Kebijaksanaan politik yang menjadi dasar


selanjutnya bagi pembentukan peraturan perundang-undangan. Landasan Sosiologi
adalah landasan yang mencerminkan kenyataan yang hidup dalam masyarakat, kenyataan
itu dapat berupa kebutuhan atau tuntunan atau masalah-masalah yang yang dihadapi oleh

4
Evi Niviawati, S.H., M.H, Landasan Konstitusional Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, jurnal, volume 6
No. 1-maret 2018.

3
masyarakat. Landasan sosiologi ini diharapkan peraturan Perundang-undangan yang
dibuat akan diterima oleh masyarakat secara wajar, bahkan spontan.

3. Landasan Ysuridis

Bahwa setiap peraturan perundang-undangan maka harus merujuk pada peraturan


yang lebih tinggi secara hierarki agar tidak bertentangan antar satu dengan yang lainya
sebagai salah satu sistem kesatuan. Landasan yuridis dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Landasan Yuridis Formal


Landasan yuridis yang member kewenangan bagi instansi tertentu untuk
membuat peraturan Perundang-undangan
b. Landasan Yuridis Materil
Landasan yuridis dari segi isi suatu peraturan hukum untuk diatur lebih
lanjut ke dalam peraturan perundang-undangan tertentu.

B. Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan di Indonesia

1. Konsep Asas Hukum

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dapat kita jumpai tiga pengertian asas
sebagai berikut :5

a. Dasar, alas, pedoman; misalnya, batu yang baik untuk alas rumah.
b. Suatu kebenaran yang menjadi pokok atau tumpuan berpikir (berpendapat dan
sebagainya; misalnya bertentangan dengan asas-asas hukum pidana; pada
asasnya yang setuju dengan usul saudara).
c. Cita-cita yang menjadi dasar (perkumpulan negara, dan sebagainya; misalnya
membicarakan asas dan tujuan).

Menurut The Liang Gie, bahwa asas adalah suatu dalil umum yang dinyatakan
dalam istilah umum tanpa menyarankan cara khusus mengenai pelaksanaanya yang
diterapkan pada serangkaian perbuatan untuk menjadi petunjuk yang tepat bagi perbuatan
itu.6

Dalam praktik terdapat norma-norma hukum, yang tidak dapat ditelusuri


bagaimana bunyi asas yang mendasarinya. Salah satu contoh, yang dapat di kemukakan,
norma hukum positif dalam bidang lalu lintas, yang menyuruh pemakai jalan umum yang
mempergunakan bagian kiri dan jalan itu. Untuk norma hukum itu sulit dicarikan

5
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 1976).

6
Chainur Arrasjid, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004) hlm 37.

4
asasnya, tetapi kalau ia menjadi asas maka norma hukum itu sendirilah yang berfungsi
sebagai asas. Selanjutnya Paton, mengatakan adanya norma hukum dapat dikembalikan
kepada suatu asas tetapi ada pula kalanya, semasyhur sarjana. Ia tak sanggup
menyebutkan asas yang mendasari suatu norma hukum. Keadaan seperti itumenurut
Mahadi, banyak terdapat pada bidang-bidang hukum yang netral, yaitu bidang-bidang
hukum yang tidak ada kaitannya dengan agama atau kebudayaan. Sebaliknya dalam
bidang-bidang hukum yang non-netral (bidang-bidang hukum yang erat kaitannya dengan
agama dan budaya), kita dapat bertemu dengan norma-norma hukum yang dapat
dikembalikan kepada suatu asas.7

Menurut van Eikema Hommes, asas hukum tidak boleh dianggap sebagai norma
hukum yang konkret, tetapi perlu dipandang sebagai dasar umum atau petunjuk bagi
hukum yang berlaku. Pembentukan hukum yang peraktis perlu beorientasi pada asas-asas
hukum tersebut. Dengan kata lain, asas hukum adalah dasar atau petunjuk arah dalam
pembentukan hukum positif.

Menurut paul Scholten, asas hukum adalah kecenderungan-kecenderungan yang


disyaratkan oleh pandangan kesusilaan kita pada hukum dan merupakan sifat-sifat umum
dengan keterbatasannya sebagai pembawaan yang umum itu, tetapi harus ada.8

Menurut Belefroid, asas hukum adalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum
positif dan yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan yang lebih
umum. Asashukum ini merupakan pengendapan hukum yang positif dalam suatu
masyarakat.9

Menurut Van Der Velden, asas hukum adalah tipe putusan yang dapat digunakan
sebagai tolak ukur menilai situasi atau digunakan sebagai pedoman berperilaku. Asas
hukum didasarkan atas satu atau lebih yang menentukan situasi yang bernilai yang harus
direalisasi.10

2. Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia


Asas-asas pembentukan peraturan perundangan-perundangan adalah suatu
pedoman atau suatu rambu-rambu dalam pembentukan peraturan perundang-undangan
yang baik.11

Untuk menghindari pembentukan undang-undang yang memiliki kecenderungan


memihak dan menguntungkan pihak/kelompok berkuasa, dan untuk menghindari
pembentukan undang-undang yang refresif dan mengancam kebabasan warga negara,
7
Mahadi, Sumber-sumber Hukum, (Jakarta: Soeroengan, 1986), hlm 7.
8
Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: liberty, 2005), hlm 32.
9
O. Notohamidjojo, Makna Negara Hukum, (Jakarta: badan Penerbitan Risten, 1976), hlm 49.
10
Zainal Asikin, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm 101.
11
Maria Farida Indrati S, Ilmu Perundang-Undangan 1 Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan, (Yogyakarta: KANISIUS,
2002), hlm 226.

5
serta untuk menjamin efektif berlakunya suatu undang-undnag harus memperhatikan dan
mempedomani prinsip-prinsip atau asas-asas tertentu dalam membentuk undang-
undang.12

Menurut Abeer Bashier Dababneh dan Eid Ahmad Al-Husban, bahwa otoritas
publik yang mengkhususkan diri dalam pembentukan undang-undang harus mematuhi
seperangkat prinsip dan criteria yang merupakan suatu kelengkapan dan kelompok
pemandu yang dirancang untuk pemberlakuan suatu undang-undang yang ditandai
dengan universalitas dan intelekualitas di satu sisi, dan sisi lain harus sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan sesuai dengan prinsip hierarki
aturan hukum dan prinsip supermasi hukum.13

Lebih lanjut Abeer Bashier Dababneh dan Eid Ahmad Al-Husban, mengatakan
bahwa suatu undang-undang dianggap baik jika proses pembentukannya memerhatikan
dan mempedomani prinsip-prinsip sebagai berikut:14
a. Ukuran undang-undang harus masuk akal sehingga orang awam dapat dengan
mudah mempelajari. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan bahasa yang
sederhana yang tidak memiliki kompleksitas teknis karena undang-undang
ditunjukan untuk semua orang dan tidak hanya tingkat intelektual tertentu dan
kelompok.
b. Undang-undang harus sederhana untuk mencapai tujuan, harus sederhana
karena tujuan dibalik undang-undang harus adalah untuk menyelesaikan
konflik yang dihadapi oleh kelompok, dan ini tidak dapat dicapai jika undang-
undang terlalu kompleks. Sebuah undang-undang yang baik adalah undang-
undang yang dapat direalisasikan dan dipahami oleh orang awam lainnya.
c. Undang-undang harus memiliki kestabilan legislatif sehingga orang yang
terbiasa dengan undang-undang merasa yakin mereka tahu undang-undang
dan mereka tidak melanggarnya. Dengan demikian, tujuan supremasi hukum
dan penghakiman yang efektif dapat dicapai. Perangkat undang-undang hanya
dapat dicapai jika legislatorkompeten dan mengenal dengan baik lingkungan,
keterbatasan dan dimensi dari masalah yang harus diatur dan diselesaikan
dengan undang-undang.
d. Undang-undang harus ditandai dengan harmoni dan kompatibilitas, yaitu
harus ada harmoni, kompatibilitas dan integrasi antara berbagai bagian
undang-undang sehingga tidak ada konflik yang dapat mempengaruhi
efesiensi undang-undang. Di sisi lain, undang-undang harus sinergi dengan
12
Bayu Dwi Anggono, Perkembangan Pembentukan Undang-Undang di Indonesia, (Jakarta:Konstitusi Press, 2014),
hlm 46-47.
13
Abeer Bashier Dababneh dan Eid Ahmad Al-Husaban, Practical Criteria for the Soundness of the Legislative
Drafting Aprroach Evalualitiveand Analytic Studi, European Journal of Social Science Volume 21 Number 4, 2011,
hlm. 540. Diterjemahkan Bayu Dwi Anggono, ibid.
14
Ibid, hlm 540-542.

6
undang-undang yang berlaku lainnya dalam sistem. Hal ini pada gilirannya
akan berpengaruh langsung terhadap efesiensi dan sistem hukum di negara
sehingga mengakibatkan kemampuan untuk menerapkan dan melaksanakan
undang-undang.
e. Undang-undang harus mencerminkan realitas masyarakat yang harus
dilaksanakan dan harus kompatibeel pranata sosial, ekonomi dan budaya,
karena undang-undang yang baik adalah produk dari lingkungannya dan tidak
satu pun yang dikenakan pada suatu lingkungan yang tidak sesuai atau
memenuhi persyaratan implementasi yang baik dan suara masyarakat. Hal ini
diperlukan untuk menyelesaikan konflik dan masalah yang menyebabkan
legislator membentuk undang-undang tersebut. Dengan demikian, seseorang
dapat mencapai efesiensi undang-undang dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi dalam kelompok.
f. Undang-undang harus ramah dengan lingkungan legislatif sehingga tidak akan
menyelesaikan masalah yang dihadapi kelompok dengan menciptakan banyak
masalah lain, karena hal ini dapat menimbulkan krisis legislatif.
g. Undang-undang harus sesuai dengan aturan hukum lainnya yang lebih tinggi
(menghormati prinsip hierarki dalam undang-undang) untuk pengawasan atas
konstitusionalitas undang-undang merupakan salah satu pilar dasar prinsip
legitimasi, yang memberikan perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan
dasar. Prinsip legitimasi memerlukan pemisahan antara otoritas dan
pengawasan atas konstitusionalitas undang-undang. Pengawasan
konstitusionalitas undang-undang datang sebagai hasil dari prinsip hierarki
aturan hukum dalam sistem hukum negara yang sah, yang didasarkan pada
kenyataan peraturan perundang-undangan yang dihasilkan oleh suatu otoritas
tidak selalu berjenis sama, tetapi bervariasi dalam berbagai kepentingan dan
kekuatan melalui pentingnya isu yang ditangani dan otoritas yang menetapkan
peraturan perundang-undangan tersebut. Pada puncak hierarki, ada Undang-
undang dasar atau Konstitusi, diikuti oleh Undang-undang biasa.
h. Undang-undang harus sesuai dengan aturan yang berasal dari aturan
internasional yang menyatakan setuju untuk berkomitmen untuk
meningkatkan prinsip urutan hukum disuatu negara, yaitu undang-undang
tidak boleh melebihi tujuan yang dirancang untuk dicapai. Undang-undang
juga harus sesuai dengan prinsip yang dinyatakan di atas dalam perjanjian
internasional.Dalam hal konflik, prinsip-prinsip harus diterapkan. Ini berarti
prinsip-prinsip internasional mengenai munculnya hak atas undang-undang,
sesuai dengan teks dan artikel (27) dan Konveksi Wina tentang Hukum
Perjanjian “Peserta tidak dapat menggunakan ketentuan hukum internalnya
sebagai pembenaran atas kegagalannya dalam pelaksanaan perjanjian”.

7
Menurut Stefano Murgia dan Giovanni Rizzoni dan Unit Legal Drafting Parlemen
Italia, pembentukan undang-undang yang baik perlu memenuhi serangkaian prinsip
minimum yaitu : 15
a. Diperlukan dan tujuan tidak dapat dicapai melalui perangkat hukum lainnya.
b. Dapat diterima konstitusi.
c. Proposional dengan tujuan yang diinginkan.
d. Tidak ambigu, jelas sesuai dengan peraturan yang ada.

Menurut Massachusetts General Court, prinsip dasar (basic principles) yang harus
ada dalam pembentukan undang-undang adalah :16

a. Simplicity (kesederhanaan)
b. Conciseness ( ringkas dan padat)
c. Consistency (konsisten)
d. Directness (keterusterangan)
e. Appropriate Material Of Inclusion (materi yang tepat).

Menurut Philipus M. Hadjon, fungsi asas-asas pembentukan peraturan perundang-


undangan yang baik adalah sebagai dasar pengujian dalam pembentukan aturan hukum
(uji formal) maupun sebagai dasar pengujian terhadap aturan hukum yang berlaku (uji
materil).17

Menurut Departement of Legislative Services Office of Policy Analysis


Annapolis Maryland, fungsi asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan
adalah to ensure accuracy, clsrity, and uniformity in the drafting of legislation by
promoting compliance with constitusional principles, rules of law and statutory
interpretation, and accepted practices regarding style, form and process (memastikan
keakuratan, kejelasan, dan keragaman, dalam penyusunan undang-undang,
mempromosikan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip konstitusional, aturan hukum dan
hukum interpretasi, dan praktik yang diterimanya tentang gaya, bentuk dan proses. 18

I.C van der Vlies membagi asas-asas dalam pembentukan peraturan negara yang
baik (beginselen van behoorlke regelgeving) ke dalam asas-asas yang formal dan yang
material. Asas-asas yang formal meliputi:19
15
Stefano Murgia dan Giovanni Rizzoni, 2002, Italy-how Politic can be used toimprove the equality of legislation,
Clarity no 47 May, hlm 21.
16
Massachusetts General Court, Legislative Research And Drafting Manual, (Boston: Pifth Edition, 2010) hlm 6.
17
Philipus M. Hadjon, Analisis Terhadap UU No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan, Makalah dalam Seminar Hukum Nasional "Implementasi UU No.32 Tahun 2004 dalam legislasi Nasiona;
Daerah berdasarkan UU No 32 Tahun 2004”Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum universitas Airlangga
Surabaya 21 Mei, 2005, hlm 3.
18
Departement of Legislative Services Office of Policy Analysis, 2012, Legislative Drafting Manual, (Maryland:
Annapolis, 2012) hlm 3.
19
I.C van der Vlies, Het wetsbegrip en beginselen van behoorlijke regelgeving (s-Gravenhage: Vuga, 1984), hlm 186.
Dikutip oleh A. Hamid S. Attamimi, Peranan …, Op.Cit, hlm 330.

8
a. asas tujuan yang jelas (beginsel van duidelijke doelstelling)

b. asas organ/lembaga yang tepat (beginsel van het juiste organ)

c. asas perlunya pengaturan (hot noodzakelijkheids beginsel)

d.asas dapatnya dilaksanakan (het beginselvan Uitvoerbaarheid)

e. asas consensus (het beginsel van consensus).

Asas-asas yang material meliputi :20

a. Asas tentang terminology dan sistematika yang benar (het beginsel van
duidelijke terminology en duidelijke systematiek);
b. Asas tentang dapat dikenali (het beginsel van de kenbaarheid);
c. Asas perlakuan yang sama dalam hukum (het rechtsgeljkheids beginsel);
d. Asas kepastian hukum (het rechtszekerheids beginsel)
e. Asas pelaksanaan hukum sesuai keadaan individual (het beginsel van de
individuele rechtsbedeling).

A. Hamid S. Attamimi cenderung untuk membagi asas-asas pembentukan


peraturan perundang-undangan yang patut kedalam asas berikut ini : 21
a. Asas-asas formal, dengan perincian :
1) Asas tujuan yang jelas;
2) Asas perlunya pengaturan;
3) Asas organ/lembaga yang tepat;
4) Asas materi muatan yang tepat;
5) Asas dapatnya dilaksanakan, dan;
6) Asas dapatnya dikenali.
b. Asas-asas material, dengan perincian :
1) Asas sesuai dengan cita hukum Indonesia dan norma fundamental negara;
2) Asas sesuai dengan Hukum Dasar Negara;
3) Asas sesuai dengan prinsip-prinsip negara berdasar atas hukum;dan
4) Asas sesuai dengan prinsip-prinsip pemerintahan berdasarkan sistem
konstitusi.

Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undang disebutkan dalam Pasal 5


UU. No 12 Tahun 2011 yang beerbunyi disebutkan dalam membentuk Peraturan
Perundang-undangan harus dilakukan berdasarkan pada asas pemebntukan aperaturan
Perundang-undangan yang baik, yaitu meliputi :

a. Kejelasan tujuan;
20
Ibid.
21
A. Hamid S. Attamimi, Ibid, hlm 344-345.

9
b. Kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat;
c. Kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan;
d. Dapat dilaksanakan;
e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan;
f. Kejelasan rumusan; dab
g. Keterbukaan.

Selanjutnya dalam penjelasan Pasal 5 disebutkan sebagai berikut:

a. Huruf a bahwa yang dimaksudkan dengan “asas kejelasan tujuan” adalah


bahwa setiap pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus
mempunyai tujuan yang jelas yang khendak dicapai.
b. Huruf b yang dimaksud dengan “asas kelembagaan atau pejabat
pementukan yang tepaat”adalah bahwa setiap jenis Peraturan Perundang-
undangan harus dibuat oleh lembaga negara atau pejabat Pembentuk
Peraturan Perundang-undangan yang berwenag Peraturan Perundang-
Undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum apabila dibuat
oleh lembaga negara atau pejabat yang tidak berwenang.
c. Huruf c bahwa yang dimaksud dengan “asas kesesuaian antara jenis,
hierarki, dan materi muatan” adalah bahwa dalamPembentukan Peraturan
Perundang-Undangan.
d. Huruf d bahwa yang dimakdud dengan ‘asas dapat dilaksanakan” adalah
bahwa setiap pembentukan perundang-undangan harus memperhitungkan
efektivitas Peraturan Perundang-Undangan tersebut di dalam masyarakat,
baik secara filsofis, sosiologis, maupun yuridis.
e. Huruf e bahwa yang dimaksud dengan “asas kedayagunaan dan
kehasilgunaan” adalah setiap Peraturan Perundang-undangan harus
memenuhi persyaratan teknis penyusunan Peraturan perundang-undangan
dibuat karena memang benar-benar dibutuhkandan bermanfaat dalam
mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
f. Huruh f bahwa yang yang dimaksud dengan “ asas kejelasan rumusan
adalah bahwa setiap Peraturan Perundang-Undangan harus memenuhi
persyaratan teknis penyusunan Peraturan Perundang-Undangan.
Sistematika, pilihan kata atau istilah, serta bahasa hukum yang jelas dan
mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam
interprestasi dalam pelaksanaanya.
g. Huruf g bahwa yang dimaksud dengan “asas keterbukaan” adalah bahwa
dalam pembentukan peraturan perundang-undangan mulai dari
perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahaan, penetapan, dan
pengundangan bersifat transfaran dan terbuka. Dengan demikian, seluruh

10
lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk
memberikan dan pembentukan peraturan perundang-undangan.

Selain Pasal 5, asas-asas pembentukan perundang-undangan juga disebutkan


dalam pasal 6 yang beerbunyi sebagai berikut :

a. Materi muatan Peraturan Perundang-Undangan harus mencermikan asas :


(1) Pengayoman;
(2) Kemanusiaan;
(3) Kebangsaan;
(4) Kekeluargaan;
(5) Kenusantaraan;
(6) Bhineka tunggal ika;
(7) Keadilan;
(8) Kesamaan kedudukan dalam hukum pemerintahan;
(9) Ketertiban dan kepastian hukum; dan /atau keseimbangan, keserasian,
dan keselarasan
b. Selain mencerminkan asas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Peraturan
Perundang-undangan tertentu dapat berisi asas lain sesuai dengan bidang
hukum Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan.

Selanjutnya dalam Penjelasan Pasal 6 disebutkan sebagai berikut. Ayat (1)

 Huruf a bahwa yang dimaksud dengan “asas pengayoman” adalah bahwa


setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus berfungsi
memberikan perlindungan anak menciptakan kententraman mashyarakat.
 Huruf b bahwa yang dimaksud dengan “asas kemanusiaan” adalah bahwa
setiap materi muatan Peraturan Perundang-undangan harus
mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak asasi manusia serta
harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara
proporsional.
 Huruf c bahwa yang dimaksud dengan “asas kebangsaan” adalah bahwa
setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus
mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang majemuk dengan
tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
 Huruf d bahwa yang yang dimaksud dengan “asas kekeluargaan” adalah
bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan harus
mencerminkan musyawarah untuk mencapaiu mufakat dalam setiap
pengambilan keputusan.
 Huruf e bahwa yang dimaksud dengan asas “asas kenusantaraan” adalah
bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan senantiasa
memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan Materi

11
Muatan Peraturan Perundang-undangan yang dibuat di daerah merupakan
bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
 Huruf f bahwa yang dimaksud dengan “asas bhineka tunggal ika” adalah
bahwa Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan harus
memeperhatikan keragaman penduduk, agama, suku dan golongan,
kondisi khusus daerah serta budaya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
 Huruf g bahwa yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah bahwa
setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan harus
mencerminkan keadilan secara proposinal bagi setiap warga negara.
 Huruf h bahwa yang dimaksud dengan “asas kesamaan kedudukan dalam
hukum dan pemerintahan” adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan
Perundang-Undangan tidak boleh memuat hal yang bersifat membedakan
berdasarkan latar belakang, antara lain, agama, suku, ras, golongan,
gender atau hukum.
 Huruf I bahwa yang dimaksud dengan “asas ketertiban dan kepastian
hukum” adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-
Undangan harus dapat mewujudkan ketertiban dalam masyarakat melalui
jaminan kepastian hukum.
 Huruf j bahwa yang dimaksud dengan “asas keseimbangan, keserasian,
dan keselarasan” adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan
Perundang-Undangan harus mencerminkan keseimbangan, keserasian,
dan keselarasan, antara kepentingan individu, masyarakat dan
kepentingan bangsa dan negara.
 Ayat (2) bahwa yang dimaksud dengan asas lain sesuai dengan bidang
hukum Peraturan Perundang-Undangan yang bersangkutan”, antara lain :
a. Dalam hukum pidana, misalnya asas legalitas, asas tiada hukuman
tanpa kesalahan, asas pembinaan narapidana, dan asas praduga tak
bersalah;
b. Dalam hukum perdata, misalnya dalam hukum perjanjian, antara
lain, asas kesepakatan, kebebasan berkontrak, dan iktikad baik.

12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pembentukan peraturan Perundang-Undangan adalah Peraturan tertulis yang


memuat norma hukum yang memikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh
lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam
Peraturan Perundang-Undangan. Dalam Peraturan Perundang-Undangan memiliki
landasan yaitu :
a. Landasan Filosofis : suatu aturan rumusan peraturan perundang-undangan
harus berkaitan dengan dasar ideology negara.

13
b. Landasan Sosiologis : Peraturan perundang-undangan harus berkaitan dengan
kondisi atau kenyataan yang tumbuh dalam masyarakat.
c. Landasan Yuridis : Peraturan perundang-undangan harus mempunyai landasan
hukum atau hukum dasar atau legalitas.

Menurut The Liang Gie, bahwa asas adalah suatu dalil umum yang dinyatakan
dalam istilah umum tanpa menyarankan cara khusus mengenai pelaksanaanya yang
diterapkan pada serangkaian perbuatan untuk menjadi petunjuk yang tepat bagi perbuatan
itu. Asas-asas pembentukan peraturan perundangan-perundangan adalah suatu pedoman
atau suatu rambu-rambu dalam pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik.
Dalam praktik terdapat norma-norma hukum, yang tidak dapat ditelusuri bagaimana
bunyi asas yang mendasarinya. Untuk norma hukum itu sulit dicarikan asasnya, tetapi
kalau ia menjadi asas maka norma hukum itu sendirilah yang berfungsi sebagai asas.

Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undang disebutkan dalam Pasal 5


UU. No 12 Tahun 2011 yang beerbunyi disebutkan dalam membentuk Peraturan
Perundang-undangan harus dilakukan berdasarkan pada asas zzpemebntukan aperaturan
Perundang-undangan yang baik, yaitu meliputi :

a. Kejelasan tujuan;
b. Kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat;
c. Kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan;
d. Dapat dilaksanakan;
e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan;
f. Kejelasan rumusan; dab
g. Keterbukaan.

B. Daftar Pustaka

Awangga, Arif. 2020. Teknik Perancangan Perundang-Undangan. (Jakarta: CV


Cendekia Press).

Fadjar, A. Mukhtie. 2005. Tipe Negara Hukum. (Malang: Bayumedia Publishing)

Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai
Pustaka, Edisi III ).

Fence M. Wantu Dkk. 2002. Cara Cepat Belajar Hukum Acara Perdata. (Jakarta:
Reviva Cendekia).

Poerwadarminta , W. J. S.. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai


Pustaka ).

14
Arrasjid, Chainur. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Hukum. (Jakarta: Sinar Grafika)

Mahadi. 1986. Sumber-sumber Hukum. (Jakarta: Soeroengan)

Mertokusumo, Soedikno. 2005. Mengenal Hukum Suatu Pengantar. (Yogyakarta:


liberty)

Notohamidjojo, O. 1975. Makna Negara Hukum, (Jakarta: badan Penerbitan Risten)

Asikin, Zainal, 2013. Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers)

S, Maria Farida Indrati. 2002. Ilmu Perundang-Undangan 1 Jenis, Fungsi, dan Materi
Muatan, (Yogyakarta: KANISIUS)

Anggono, Bayu Dwi. 2014. Perkembangan Pembentukan Undang-Undang di Indonesia,


(Jakarta:Konstitusi Press).

Dababneh, Abeer Bashier Dababneh dan Eid Ahmad Al-Husaban. 2011. Practical
Criteria for the Soundness of the Legislative Drafting Aprroach Evalualitiveand Analytic
Studi, European Journal of Social Science Volume 21. Diterjemahkan Bayu Dwi
Anggono.

Stefano Murgia dan Giovanni Rizzoni. 2002. Italy-how Politic can be used toimprove the
equality of legislation. Clarity .

Massachusetts General Court. 2016. Legislative Research And Drafting Manual, (Boston:
Pifth Edition)

Philipus M. Hadjon. 2005. Analisis Terhadap UU No. 10 tahun 2004 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Makalah dalam Seminar Hukum Nasional
"Implementasi UU No.32 Tahun 2004 dalam legislasi Nasiona; Daerah berdasarkan UU
No 32 Tahun 2004”Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum universitas Airlangga
Surabaya.

Departement of Legislative Services Office of Policy Analysis. 2012. Legislative


Drafting Manual, (Maryland: Annapolis)

I.C van der Vlies. 1984. Het wetsbegrip en beginselen van behoorlijke regelgeving (s-
Gravenhage: Vuga)

15

Anda mungkin juga menyukai