Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH SUMBER – SUMBER

HUKUM DI INDONESIA

DOSEN PEMBIMBING
Mukharom, SHI.,MH.
Disusun oleh :
1. Himawan Adi Prayoga (A.111.21.0071)
2. Syahrizal Wahyu Hidayat (A.111.21.0072)
3. Sari Zahrotun Nabila (A.111.21.0073)
4. Rinda Marsheila (A.111.21.0074)
5. Ilham Abdullah (A.111.21.0075)
6. Resky Jaya Witama (A.111.21.0076)
UNIVERSITAS SEMARANG
FAKULTAS HUKUM
JURUSAN ILMU HUKUM
KELAS B PAGI TAHUN AJAR 2021/2022

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Pengantar Hukum Indonesia, dengan judul : “Sumber – Sumber Hukum di
Indonesia”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
DAFTAR ISI

Halaman
Judul...........................................................................................................1
Kata
Pengantar.........................................................................................................
..2
Daftar
Isi....................................................................................................................
3
BAB
I........................................................................................................................
.4
Pendahuluan....................................................................................................
...........4
1.1 Latar
Belakang....................................................................................................
.4
1.2 Rumusan
Masalah................................................................................................5
1.3 Tujuan........................................................................................................
..........5
BAB
II......................................................................................................................
.6
Pembahasan.....................................................................................................
..........6
A. Pengertian sumber-sumber
hukum..................................................................6
B. Sumber hukum formil di
Indonesia.................................................................6
C. Sumber hukum materiil di
Indonesia............................................................15
BAB
III....................................................................................................................
17
Penutup............................................................................................................
........17
A. Kesimpulan...........................................................................................
.........17
B. Saran......................................................................................................
........18
Daftar
Pustaka..........................................................................................................1
9
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia ialah negara hukum,dengan itu Indonesia
m e m i l i k i k e k u a t a n u n t u k   mengendalikan tindakan masyarakat
mencapai nilai-nilai yang positif. Hukum di Indonesia mengatur banyak
aspek kehidupan, mulai dari sosial, politik, ekonomi, budaya maupun
agama. Namun keberadaan hukum di tengah - tengah masyarakat makin lama makin
tak menunjukkan ketegasan serta mulai diabaikan oleh masyarakat. Dengan
bermaksud ingin mengetahui lebih l a n j u t m e n g e n a i h u k u m , t e n t u h a r u s
mengetahui sebagian aspek yang dikaji didalam ilmu hukum,salah
satunya adalah sumber hukum. Realisasi yang kami wujudkan
a d a l a h d e n g a n  pembuatan makalah mengenai sumber hukum. Timbul pertanyaan
besar,kenapa kita perlu m e n g e t a h u i s u m b e r h u k u m ? J a w a b a n n y a a d a l a h
m e r u p a k a n s e s u a t u y a n g m e l a n d a s i a t a u sebagian hal yang melatarbelakangi
penyusunan makalah ini yaitu supaya kita mengetahui asal m u a s a l h u k u m y a n g
kita jadikan acuan dan pedoman hidup agar kita tidak hanya tahu
d a n menjalankannya saja tanpa pengetahuan mengapa hal itu bisa ada
sehingga itu bisa menjadi sebuah aturan yang mengikat. 

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara umum yang


melatarbelakangi atau yang menjadi tujuan utama penulis dalam menyusun
makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman mengenai sumber hukum yang
selama ini menjadi tolak ukur kita dalam bertindak dan bertingkah laku sehingga
dapat mngetahui arti tentang hukum dan penerapan hukum itu sendiri untuk
kini dan di masa depan. Harapan kami semoga makalah tentang sumber hukum ini dapat
menjadi pedoman untuk mempelajari ilmu hukum lebih lanjut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah :
1. Pengertian sumber - sumber hukum
2. Menjelaskan sumber hukum formal di Indonesia
3. Menjelaskan sumber hukum materiil di Indonesia

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian sumber – sumber hukum
2. Untuk mengetahui sumber hukum formal di Indonesia
3. Untuk mengetahui sumber hukum materiil di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SUMBER – SUMBER HUKUM


Menurut R. Suroso dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum sumber hukum adalah
segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang mengikat dan memaksa, sehingga
apabila aturan-aturan itu dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata bagi
pelanggarnya.
Yang dimaksud dengan segala sesuatu adalah faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap timbulnya hukum, faktor-faktor yang merupakan sumber kekuatan berlakunya
hukum secara formal artinya dari mana hukum itu dapat ditemukan, dari mana asal
mulanya hukum di mana hukum dapat dicari atau hakim menemukan hukum, sehingga
dasar putusannya dapat diketahui bahwa suatu peraturan tertentu mempunyai kekuatan
mengikat atau berlaku dan lain sebagainya.
Menurut Ilhami Bisri dalam bukuya Sistem Hukum Indonesia sumber hukum
adalah segala sesuatu yang memiliki sifat normatif yang dapat dijadikan tempat berpijak
bagi atau tempat memperoleh informasi tentang system hukum yang berlaku di
Indonesia.
Pasal 1 Tap MPR Nomor III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan
Peraturan Perundang-undangan menentukan, bahwa:
1. Sumber Hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk menyusun peraturan
perundang-undangan.
2. Sumber Hukum terdiri atas sumber hukum tertulis dan sumber hukum tidak tertulis.
3. Sumber Hukum dasar nasional adalah:
a. Pancasila sebagaimana tertulis dalam Pembukaan UUD 1945
b. Batang Tubuh UUD 1945 (Pasal-Pasal dalam UUD 1945)
Secara umum Sumber-sumber Sistem Hukum Indonesia dikelompokkan menjadi
dua jenis, yaitu: Sumber Materil Hukum Indonesia dan Sumber Formil Hukum
Indonesia.

B. SUMBER HUKUM FORMIL DI INDONESIA


Sumber hukum formil adalah sumber hukum secara langsung dapat dibentuk yang
akan mengikat masyarakatnya. Atau darimana suatu peraturan memperoleh kekuatan
hukum dengan bentuk dan cara yang menyebabkan hukum itu berlaku. Sumber hukum
ini juga adalah sumber hukum yang dikenal dalam bentuknya. Karna bentuknya itulah
sumber hukum formil diketahui dan ditaati sehingga hukum berlaku umum. Selama
belum mempunyai bentuk, suatu hukum baru merupakan cita-cita hukum, oleh
karenanya belum mempunyai kekuatan mengikat.
Jadi sumber hukum Formil merupakan ketentuan-ketentuan hukum yang telah
mempunyai bentuk formalitas, dengan kata lain sumber hukum yang penting bagi para
ahli hukum adalah sumber hukum formil, baru jika memerlukan penentuan asal usul
hukum itu, memerhatikan sumber hukum materil.
Dalam buku yang berjudul Pengntar Ilmu Hukum yang ditulis oleh R. Soeroso,
S.H. menjelaskan bahwa sumber hukum formil adalah sumber yang dilihat dari cara
terjadinya hukum positif merupakan fakta yang menimbulkan hukum yang berlaku yang
mengikat hakim dan penduduk. Isinya timbul dari kesadaran rakyat. Agar dapat berupa
peraturan tentang tingkah laku harus dituangkan dalam bentuk undang-undang,
kebiasaan dan teraktat atau perjanjian antar negara.
Sumber anca formil meliputi: Peraturan Perundang-undangan (aturan anca),
Kebiasaan (costum) dan Adat, Perjanjian antar negara (teraktat/treaty), Keputusan-
keputusan hakim (yurisprudensi), dan Pendapat atau pandangan ahli anca (doktrin).

a. Undang-undang
b. Yurisprudensi
c. Traktat
d. Kebiasaan
e. Doktrin

a. Undang – Undang
Undang-undang mempunyai dua pengertian menurut Buys, yaitu :
Undang-undang dalam arti formal adalah suatu bentuk keputusan atau ketentuan yang
dikeluarkan oleh pembentuk Undang-undang dengan prosedur tertentu.
Undang-undang dalam arti materiil adalah setiap bentuk keputusan pemerintah yang
mempunyai kekuatan mengikat tanpa memperhatikan prosedur pembuatannya dan tata
cara serta Lembaga yang membuatnya.
Suatu undang-undang tidak berlaku lagi jika :
1). Jangka waktu berlakunya yang telah ditentukan oleh undang-undang itu, sudah
lampau.
2). Keadaan atau hal untuk mana undang-undang itu diadakan, sudah tidak ada lagi.
3). Undang-undang itu dengan tegas dicabut oleh instansi yang membuatnya.
4). Telah diadakan undang-undang baru, yang isinya bertentangan dengan undang-
undang yang berlaku.
Bagi setiap undang-undang yang telah diundangkan dalam ancasi negara, berlaku atas
“fictie anca’’ yang artinya setiap orang dianggap telah mengetahui adanya suatu
undang-undang yang telah diundangkan.

Menurut Pasal 45 UU No. 10 Tahun 2004:

Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Perundang-undangan harus diundangkan


dengan menempatkan dalam:

1. Lembaran Negara Republik Indonesia;

2. Berita Negara Republik Indonesia;

3. Lembaran Daerah; atau

4. Berita Daerah.

Sedangkan peraturan perundangan yang diundangkan dalam Lembaran Negara meliputi:

1.UU/Peraturan Pengganti UU

2.Peraturan Presiden mengenai:

“Pengesahan perjanjian antara negara RI dan negara lain atau badan internasional’’

“Pernyataan keadaan bahaya”

3.Peraturan perundangan lain yang menurut peraturan perundangan yang berlaku harus
diundangkan dalam Lembaran Negara.
Tata urutan peraturan perundang-undangan RI adalah:
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Ketetapan MPR
3. Undang-undang
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang.
5. Peraturan Pemerintah
6. Keputusan Presiden
7. Peraturan Daerah

Menurut UU No.10 Tahun 2004 pasal 7 ayat (1): Jenis dan hirarki Peraturan
Perundangan adalah sebagai berikut:
a. UUD RI 1945
b. UU/Peraturan Pemerintah Pengganti UU
c. Peraturan Pemerintah
d. Peraturan Presiden
e. Peraturan Daerah

Bentuk dan tata urutan peraturan perundangan menurut Undang-Undang 1945 sebagai
berikut (menurut TAP/MPRS/XX/1966);

 Undang-Undang Dasar 1945.

 Tap MPR

 Undang-Undang, Peraturan Pemerintah Pengganti UU.

 Peraturan Pemerintah.

 Kepitusan Presiden.

 Peraturan Pelaksana Lain:

- Peraturan Menteri.
- Instruksi Menteri.

Sumber Hukum Tata Urutan Perundangan pada Sidang MPR tahun 2000 ada peninjauan
yang tertuang dalam Tap III/MPR/2000 yang isinya antara lain:

 Ayat(1) Sumber anca adalah sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan
peraturan perundang-undangan.

 Ayat (2) Sumber anca terdiri atas sumber anca tertulis dan tidak tertulis.

 Ayat (3) Sumber anca dasar nasional adalah Pancasila sebgaimana yang tertulis
dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian
yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang Dipimpin ileh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan serta Keadilan
Sosial bagi Seluruh rakyat Indonesia.

Tata urutan peraturan perundang-undangan RI adalah:

1. Undang-Undang Dasar 1945

2. Ketetapan MPR

3. Undang-undang

Asas-asas perundangan yang kita kenal antara lain:

1. Undang-undang tidak berlaku surut (undang-undang hanya mengikat masa


mendatang).

2. Undang-undang tidak boleh digangu gugat. Asas ini sekarang sudah


terpatahkan dengan adanya Mahkamah Konstitusi, dimana dalam UU No. 24
Tahun 2003 Pasal 10 mengatakan Mahkamah Konstitusi berwenang
mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final
untuk “menguji UU terhadap UUD RI 1945”

3. Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tingg kedudukannya


mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula.
4. Undang-undang yang berlaku kemudian, membatalkan undang-undang yang
terdahulu yang mengatur materi yang sama (Lex Posteriore Derogat Lex
Priori)

5. Undang-undang bersifat khusus menyampingkan undang-undang yang


bersifat umum (Lex Specislis Derogat Lex Generalis).

b. Yurisprudensi

Pengertian Yurisprudensi di Indonesia, sampai sekarang belum ada kesepakatan


antar para sarjana atau ahli anca mengenai definisi yurisprudensi, sehingga belum
ditemukan definisi yang baku untuk dijadikan pegangan. Dalam Kamus Hukum Edisi
Lengkap BahasaBelanda, Indonesia, Inggris yang disusun oleh Yan Pramadya Puspa
(C.V. Aneka,Semarang tahun 1977 hal 927) disebutkan bahwa yurisprudensi ialah
kumpulanatau sari keputusan Mahkamah Agung tentang berbagai vonis jenis kasus
perkara berdasarkan kebijaksanaan para hakim sendiri yang kemudian dianut oleh
paraHakim lainnya dalam memutuskan kasus-kasus perkara yang ( ancas)
sama.Selanjutnya diterangkan dalam kamus tersebut bahwa dengan
adanyayurisprudensi itu para hakim secara tidak langsung membentuk materi anca,atau
dengan perkataan lain, yurisprudensi itu menjadi sumber anca juga.A. Ridwan Halim,
dalam bukunya Pengantar Tata Hukum Indonesia dalam TanyaJawab, (Ghalia
Indonesia, 1985,hal32) menyebutkan bahwa yurisprudensi adalah putusan hakim atas
suatu perkara yang belum ada pengaturannya dalam undang-undang, yang selanjutnya
menjadi pedoman bagi hakim-hakim lain yang mengadili kasus-kasus atau perkara yang
serupa.

Surojo Wignjodipuro, dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Hukum


(Alumni,Bandung, 1974,hal 71) menyebutkan bahwa anca keputusan seseorang hakim
terhadap persoalan anca tertentu menjadi dasar keputusan hakim-hakim lain, sehingga
keputusan itu menjelma menjadi keputusan hakim yang tetap terhadap persoalan atau
peristiwa anca tertentu anca yang termuatdi dalam keputusan semacam itu dinamakan
anca yurisprudensi. Yurisprudensi sebagai salah satu sumber anca merupakan bentuk
ketentuan dalam ketatanegaraan Indonesia sebagai tindakan memutus dari hakim, yang
ditujukan untuk menyelesaikan suatu perselisihan tertentu. Oleh karena itu keputusan
hakim selalu berupa ketetapan dan hanya berlaku untuk hal yang konkret yang menjadi
perselisihan yang sedang diputuskan dan hanya mengikat kepada pihak-pihak yang
bersangkutan.
Dalam salah satu penelitian anca tentang peningkatan yurisprudensi sebagai
sumber anca yang dilakukan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasionaltahun 1991/1992
telah dikumpulkan beberapa definisi yurisprudensi, yaitu antara lain:
a. Yurisprudensi, yaitu peradilan yang tetap atau anca peradilan
(PoernadiPoerbatjaraka dan Soerjono Soekanto)
b. Yurisprudensi adalah ajaran anca yang dibentuk dan dipertahankan oleh pengadilan
(kamus Fockema Andrea)
c. Yurisprudensi adalah pengumpulan yang sistematis dari keputusan MahkamahAgung
dan keputusan Pengadilan Tinggi yang diikuti oleh hakim lain dalammemberi
keputusan dalam soal yang sama (Kamus Fockema Andrea)
d. Yurisprudensi diartikan sebagai rechtsgeleerheid rechtsspraak, rechtsopvatting
gehudligde door de (hoogste) rechtscolleges, rechtslichamen blijklendeuitgenomende
beslisstingen (kamus koenen endepols)
e. Yurisprudensi diartikan sebagai rechtsopvatting van de rechterlijke macht,blijkende
uitgenomen beslisstingen toegepasrecht de jurisprudentie van de Hoge Raad (kamus
van Dale)
f. Yurisprudensi adalah putusan-putusan hakim atau pengadilan yang tetap
dandibenarkan oleh Mahkamah Agung sebagai Pengadilan Kasasi atau putusan- putusan
Mahkamah Agung sendiri yang tetap (constant )(R. Soebekti).
Dari berbagai pendapat tersebut di atas, ternyata bahwa belum ada kesamaan pendapat
dikalangan ahli anca/ ancas anca tentang pengertian (terjemahan)yurisprudensi.
Seperti sebelumnya diatur diatur dalam ketentuan Pasal 14 ayat (1) dan Pasal 27ayat (1)
Undang-Undang No.14 tahun 1970 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman antara
lain mengatakan bahwa:
a. Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa dan mengadili suatu perkara yang
diajukan dengan dalih bahwa anca tidak ada atau tidak jelas.
b. Hakim sebagai penegak anca dan keadilan wajib menggali, mengikuti
danmemahami nilai-nilai anca yang hidup dalam masyarakat.
Jenis-jenis yurisprudensi adalah sebagai berikut.
1. Yurisprudensi Tetap
Yurisprudensi tetap adalah bila keputusan hakim di suatu perkara dilakukan
karena rangkaian putusan yang sama dan dijadikan sebagai dasar pengambilan
keputusan oleh pengadilan.
2. Yurisprudensi Tidak Tetap
Jika Yurisprudensi tetap adalah rangkaian putusan hakim terdahulu yang
dijadikan dasar pengadilan, maka berbeda dengan yurisprudensi tidak tetap.
Yurisprudensi tidak tetap ini adalah keputusan dari hakim terdahulu namun tidak
dijadikan sebagai dasar bagi pengadilan.

3. Yurisprudensi Semi Yuridis


Selain yurisprudensi tetap dan tidak tetap, adapula yang disebut dengan
yurisprudensi semi yurisis. Yurisprudensi jenis itu adalah semua penetapan pengadilan
yang didasarkan pada permohonan seseorang yang berlaku khusus hanya bagi pemohon.

4. Yurisprudensi Administratif
Yurisprudensi administrasif adalah surat edaran Mahkamah Agung yang berlaku
hanya secara ancasila tive danm mengikat intern dalam lingkup pengadilan

c. Traktat
Traktat atau treaty adalah perjanjian yang diadakan antara dua atau lebih negara.
Bila traktat diadakan antara hanya dua negara, maka perjanjian itu disebut bilateral,
sedang anca diadakan oleh banyak negara, maka disebut perjanjian multirateral.
Kita mengenal dua macam perjanjian: traktat dan agreement. Traktat dibuat oleh
Presiden dengan persetujuan DPR, sedang agreement dibuat hanya dengan Keputusan
Presiden, biasanya menyangkut bidang politik. Dalam Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 11 disebutkan bahwa Presiden dengan persetujuan DPR yang menyatakan perang,
membuat perjanjian dengan negara lain.
Tiga macam anca traktat, berikut merupakan penjelasannya :
• Traktak bilateral. Perjanjian internasional jenis ini disusun serta disepakati oleh
dua buah Negara. Perjanjian Bilateral ini memiliki sifat khusus alias treaty
contract, hal ini dikarenakan kesepakatan hanya memegang hal-hal yang
menyangkut kepentingan dua negara saja. Maka itu, perjanjian bilateral sifatnya
‘’tertutup’’. Artinya tertutup kemungkinan untuk negara lain dapat ikut serta
dalam perjanjian itu.
• Traktak Multilateral. Perjanjian internasional ini dibuat dan disusun oleh lebih
dari dua negara. Traktak multilateral ini sering juga disebut dengan sebutan
‘’law making treaties’’ karena hanya mengakomodir hal-hal yang sifatnya
kepentingan biasa dan bersifat ‘’terbuka’’. Berbeda dengan traktak bilateral,
perjanjian multilateral ini tak hanya memegang kepentingan negara-negara yang
mengadakan kesepakatan, akan tetapi turut memegang kepentingan negara lain
yang tidak ikut serta dalam perjanjian tersebut.
• Traktat Kolektif. Perjanjian internasional ini merupakan traktat yang
memperbolehkan Negara lain untuk bergabung.
Contoh hukum traktak di Indonesia, diantarnya :
>Renville Perjanjian internasional Indonesia ini menjadi salah satu contoh anca traktat
yang sangat fenomenal. Dikatakan fenomenal karena, salah satu bentuk kerjasama ini
dilakukan diatas geladak kapal perang di Amerika Serikat. Perjanjian dilakukan antara
Indonesia dan juga Belanda, salah satu isi perjanjian tersebut ialah persetujuan Belanda
yang hanya mengakui Yogyakarta, Sumatera, dan Jawa Tengah sebagai wilayah resmi
Indonesia.

>Perjanjian Linggarjati
Perjanjian Linggarjati merupakan perjanjian internasional yang juga pernah dilakukan
Indonesia dengan Belanda, dan menjadikan perjanjian internasional tersebut sebagai
salah satu perjanjian terpopuler hingga sekarang ini.

>Perjanjian New York


Perjanjian ini disepakati oleh Indonesia, Belanda dan Amerika Serikat. Perjanjian ini
juga menjadi salah satu yang penting mengingat salah satu isinya adalah Irian Barat
yang mulai diserahkan oleh Belanda kepada Indonesia.

>Perjanjian Garis Batas


Perjanjian ini disepakati antara Indonesia dan Australia. Dari kesempakatan yang
ditandatangani, berhasil menentukan garis batas antara Indonesia dengan Australia.
Perjanjian Garis Batas mulai diberlakukan tepatnya pada tanggal 12 Februari 1973.
Perjanjian ini menjadi salah satu perjanjian internasional penting antara Indonesia dan
juga Australia.
d. Kebiasaan
Kebiasaan adalah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam
hal yang sama. Apabila kebiasaan tertentu diterima masyarakat dan kebiasaan itu selalu
berulang-ulang dilakukan sedemikian rupa, sehingga tindakan yang berlawanan
dengannya dianggap sebagai pelanggaran perasaan hukum, dengan begitu timbullah
suatu kebiasaan hukum, yang selanjutnya dianggap sebagai hukum.
Dalam buku Pengantar Ilmu Hukum yang ditulis oleh Mudakir Iskandar
Syah,SH.MH dijelaskan kebiasaan adalah  perbuatan manusia yang dilakukan secara
sadar dan berulang-ulang dan dianggap sebagai norma yang ditaati bersama.
Apabila seseorang bertingkah laku tidak menurut norma kebisaan maka dianggap
bertentangan dengan hukum dan sebaliknya apabila perbuatan itu sesuai dengan
kebiasaan berarti sesuai dengan hukum. Kesadaran masyarakat dalam menggunakan dan
mentaati norma yang lahir dari lingkungan masyarakat itu sendiri, merupakan kesadaran
yang tanpa harus dilakukan pemaksaan.
Untuk timbulnya hukum kebiasaan diperlukan syarat-syarat tertentu, yaitu:
1)Adanya perbuatan tertentu yang dilakukan berulang-ulang (tetap) dalam lingkungan
masyarakat tertentu (bersifat materil).
2)Adanya keyakinan hukum dari masyrakat (opinio juris seu necessitates) ynag
bersangkutan bahwa perbuatan itu merupakan sesuatu yang seharusnya dilakukan
(bersifat psikologis).
3)Adanya akibat hukum apabila kebiasaan itu dilanggar.
Terjadinya hukum adnya norma yang diakui dari masyarakat, secara konstan.
Adat merupakan hukum yang tumbuh, berkembang dan hidup dalam kehidupan
masyarakat dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut Utrecht, tidak ada melihat
perbedaan struktural antara kebiasaan dan adat. Perbedaannya hanya terletak pada
asalnya. Adat adalah sebagian kaidah-kaidah yang ada didalam suatu masyarakat
tertentu yang berasal dari sesuatu yang agak sakral, yang berhubungan dengan tradisi
masyarakat indonesia yang telah turun-temurun. Sedangkan kebiasaan tidak merupakan
tradisi, belum menjadi kebudayaan asli. Kebiasaan adalah hasil akulturasi Timur dengan
Barat yang belum diresepsi sebagai tradisi.
Pada dasarnya masyarakat adat biasanya lebih mentaati hukum yang tidak tertulis
(kebiasaan) atau hukum adat dari pada hukum tertulis dalam arti Undang-Undang, hal
ini disebabkan hukum kebiasaan itu timbulnya dari mereka sendiri. Hukum adat ini
tanpa harus adanya penegak hukum sebagaimana hukum tertulis, tetapi eksistensinya
tidak kalah dengan hukum yang tertulis, bahkan masyarakat adat pada umumnya lebih
mentaati hukum adat dari pada hukum tertulis yang dihasilkan oleh lembaga legislatif,
karena pelaku pelanggaran terhadap hukum adat akan mendapatkan sanksi moral yng
sepanjang masa, sedangkan sanksi dari hukum tertulis mempunyai kurun waktu atau
hanya sesaat saja. Sedangkan pada kebiasaan ketatanegaraan di Indonesia misalnya,
setiap  tanggal 16 Agustus Presiden harus mengucapkan pidato kenegaraan didalam
sidang DPR.
5. PENDAPAT AHLI (DOKTRIN)
Doktrin adalah pernyataan atau pendapat para ahli hukum dalam bidang masing-
masing. Dalam kenyataannya pendapat para ahli banyak diikuti orang, dan menjadi
dasar atau bahkan   pertimbangan dalam penetapan hukum, baik oleh para hakim ketika
akan memutuskan suatu perkara maupun oleh pembentuk undang-undang. Misalnya
dengan mengutip pendapatnya, sehingga putusan pengadilan terasa menjadi lebih
berwibawa. Jadi berarti semua pendapat ahli hukum bisa dijadikan sumner hukum, dan
tidak jarang para penegak hukum menggunakan pendapat ahli hukum dalam
mengartikan berbagai permasalahan hukum. Pendapat ahli hukum yang bisa dijadikan
sumber hukum harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1)        Didasari dengan ilmu hukum.
2)        Bersifat universal.
3)        Berdiri diatas keadilan dan kebenaran.
Mahkamah Internasional dalam Piagam Mahkamah Internasional Pasal 38 ayat 1
mengakui, bahwa dalam menimbang dan memutus suatu perselisihan dapat
menggunakan beberapa pedoman antara lain: perjanjian-perjanjian internasinoal
(International Conventions), kebiasaan-kebiasaan internasional (Internatinal customs),
asas-asas hukum yang diakui oleh bangsa-bangsa yang beradab (The General Principle
of Law Recognized by Civilised Nations), keputusan hakim (Judical decisions), dan
pendapat-pendapat serjana hukum.

C. SUMBER HUKUM MATERIIL DI INDONESIA


Sumber hukum materil adalah faktor yang membantu pembentukan hukum
atau juga bisa disebut sumber hukum yang menentukan isi kaidah hukum.
Contoh hubungan sosial, hubungan politik, letak geogafis, hasil penelitian
ilmiah dan lain sebagainya. Sumber ini diperlukan juga ketika akan menyelidiki
asal usul hukum dan menentukan isi hukum. Misalnya, Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia yang kemudian menjadi falsafah negara
merupakan sumber hukum dalam arti materil yang tidak saja menjiwai bahkan
dilaksanakan oleh setiap peraturan hukum. Karena Pancasila merupakan alat
penguji untuk setiap peraturan hukum yang berlaku, apakah ia bertentangan atau
tidak dengan Pancasila, sehingga peraturan hukum yang bertentangan dengan
Pancasila tidak boleh berlaku.
Dalam buku Pengantar Ilmu Hukum yang ditulis oleh Sutanto, dkk,
dijelaskan Sumber hukum materil adalah sumber diperolehnya bahan atau materi
hukum, dan bukan berkaitan dengan kekuatan berlakunya. Sebagai contoh
adalah adat kebiasaan, ketentuan yang oleh hakim dijadikan hukum dan berasal
dari kehidupan masyarakat. Dalam hal ini keputusan hakim itulah yang
memberikan kekuatan hukum. Sumber hukum materil juga merupakan faktor
yang membantu pembentukan hukum, misalnya : hubungan sosial, hubungan
kekuatan politik, situasi sosial ekonomi dan lainnya.

Di samping itu dalam buku Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum
Indonesia yang ditulis oleh Drs.C.S.T.Kansit, S.H. Menjelaskan bahwa sumber
hukum materil dapat ditinjau dari berbagai sudut, misalnya dari sudut ekonomi,
sejarah, sosiologi, filsafat dan sebagainya. Contoh: seorang ahli ekonomi akan
mengatakan, bahwa kebutuhan-kebutuhan ekonomi dalam masyarakat itulah
yang menyebabkan timbulnya anca.

Menurut Tap. MPRS No. XX/MPRS/1996 tentang Tata Urutan Peraturan


Perundang-undangan Republik Indonesia, yang menjadi yang menjadi sumber
panca materil Indonesia adalah Pancasila. Artinya, bahwa “Pancasila”
merupakan sumber tertib hukum dalam arti sumber dari segala sumber hukum,
hal ini mengandung pengertian bahwa Pancasila merupakan pandangan hidup,
kesadaran dan cita-cita panca serta cita-cita mengenai kemerdekaan individu,
kemerdekaan bangsa, perikemanusiaan, keadilan sosial, perdamaian nasional
dan modial, cita-cita mengenai sifat, bentuk dan tujuan negara, cita-cita moral
yang meliputi suasana kejiwaan serta watak dari rakyat negara Indonesia.

Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum juga mengandung


pengertian, bahwa semua sumber hukum yang berlaku di Indonesia (baik formal
maupun materil) seluruhnya bersumber pada Pancasila.Menurut Tap. MPRS No.
XX/MPRS/1996, pancasila sebagai sumber dari segala sumber anca
mewujudkan dirinya dalam: Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Dekrit
Presiden 5 Juli 1959, UUD Proklamasi dan Supersemar 11 Maret 1966.
Di dalam sistem norma hukum negara Indonesia Pancasila merupakan norma
fundamental hukum yang merupakan norma anca yang tinggi, yang kemudian
berturut-turut diikuti oleh norma hukum dibawahnya.[8]
Ada beberapa alasan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum dalam
arti materil:
1. Pancasila merupakan isi dari sumber hukum.
2. Pancasila merupakan pandangan hidup dan falsafah negara.
3. Pancasila merupakan jiwa dari setiap peraturan yang dibuat, diberlakukan,
segala sesuatu peraturan perundang-undngan atau hukum apapun yang
bertentangan dengan jiwa “pancasila” harus dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sumber Hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang mengikat
dan memaksa, sehingga apabila aturan-aturan itu dilanggar akan menimbulkan sanksi
yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya.
Sumber hukum dibagi menjadi dua yaitu sumber hukum formil dan sumber hukum
materil.
1. Sumber hukum formil merupakan tempat atau sumber dari mana suatu
peraturanmemperoleh kekuatan hukum. Ini berkaitan dengan bentuk atau cara
yangmenyebabkan peraturan hukum itu berlaku secara formal.
2. Sumber hukum materil merupakan faktor yang membantu pembentukan
hukummisalnya hubungan sosial, hubungan kekuatan politik,situasi sosial
ekonomi, tradisi (kriminologi, lalu-lintas), perkembangan internasional, keadaan
geografis.

Sumber hukum normal atau formil dibagi menjadi :


Sumber hukum formil yang langsung diakui undang-undang yaitu :

1. Undang – undang
2. Perjanjian antar Negara
3. Kebiasaan
4. Sumber hukum formil yang tidak langsung atas pengakuan undang-undang
yaitu :
a. Doktrin
b. Yurisprudensi
Sumber hukum materil antara lain :
1. Sumber hukum menurut ahli sejarah
2. Sumber hukum menurut ahli filsafat
3. Sumber hukum menurut ahli ekonomi
4. Sumber hukum menurut ahli sosiologi
5. Sumber hukum menurut ahli agama

B. Saran
“ Agar mahasiswa mampu mengetahui sumber-sumber hukum yang ada di Indonesia
dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai warga Negara.
Dan untuk
mempertahankan Hukum yang ada di Indonesia ”

Demikian sedikit ulasan tentang sumber hukum di Indonesia semoga bermanfaat, dan
berguna untuk ikut mencerdaskan anak bangsa. Taatilah hukum yang berlaku, dan
lihatlah sebuah kejadian dari berbagai sudut pandang, jangan sekali-kali
mudahmemberikan statement bahwa seseorang salah atau benar.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.99.co/blog/indonesia/wp-content/uploads/2021/06/contoh-kata-pengantar-
makalah-kelompok.jpg
https://www.academia.edu/18905347/MAKALAH_SUMBER_SUMBER_HUKUM
https://www.academia.edu/43268366/MAKALAH_KEDUDUKAN_YURISPRUDENS
I_DALAM_SISTEM_HUKUM_INDONESIA
http://sedaobagann.blogspot.com/2017/10/makalah-sumber-sumber-hukum.html
Achmad Sanusi, Pengantar Hukum Indonesia dan Pengantar Tata Hukum
Indonesia, Tarsito, Bandung,1977.
Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Indonesia, Rejama Karya, 1984.

Anda mungkin juga menyukai