Anda di halaman 1dari 17

SUMBER HUKUM

Disusun oleh:

Kelompok 7

1. Alfa Zeri 230105108


2. Muhammad Teguh Riqky 230105087
3. M.Naufaldi 230105088

Mata Kuliah : Ilmu Hukum

Dosen Pengampu : Irwansyah, ,S.H., M.H

Universitas Islam Negeri Ar-Raniry


Fakultas Syari’ah dan Hukum
Hukum Tata Negara
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah “Sumber Hukum”

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan mkalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika
tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Banda Aceh, 01 September 2023

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI......................................................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................................ 2
I. Sumber Hukum ...................................................................................................................... 2
II. Sumber Hukum Tertulis dan Tidak Tertulis ............................................................................. 5
III. Sumber Hukum Materil ...................................................................................................... 7
IV. Sumber Hukum Formal ...................................................................................................... 7
BAB III ............................................................................................................................................. 13
A. Kesimpulan.............................................................................................................................. 13
B. Saran ....................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber-sumber hukum Islam adalah segala sesuatu yang melahirkan ketentuan
hukum yang mengatur umat Islam. Telah disepakati para ulama bahwa al-Qur'an adalah
sumber hukum utama bagi umat Islam, berikutnya adalah hadits/sunnah, dan ijma'. Al-
Qur'an merupakan sebuah keseluruhan dari semua aturan dalam situasi dan kondisi
apapun bagi umat manusia. Seluruh aspek kehidupan manusia ada di dalamnya.
Muhammad SAW. sebagai seorang rasul dan pemegang mukzijat al-Qur'an diberi
keistimewaan untuk menjelaskan secara rinci hal-hal yang masih bersifat umum di
dalam al-Qur'an. Penjelasan beliau tidak hanya sekedar ucapan saja, tetapi juga
ditorehkan dengan perbuatan yang nyata dengan penuh ketaatan. Perkataan dan
perbuatan Rasulullah yang disebut dengan hadits memperjelas hukum Islam, sehingga
umat yang memiliki keimanan akan mudah dalam upaya mentaati perintah Allah.
Sebagai khalifah di muka bumi, manusia diwajibkan mengamalkan perintah yang
terkandung dalam dua sumber hukum Islam yang utama, yakni al-Qur'an dan hadits..
Apabila di dalam keduanya belum ditemukan secara jelas tentang masalah terbaru,
maka al-Qur'an dan hadits itu sendiri yang memerintahkan para ulama untuk
mencurahkan pemikirannya dalam menetapkan hukum, dan hasil kesepatannya
dinamakan (ima Dengan demikian tima' dapat dijadikan sebagai sumber hukum Islam
yang ketiga. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan jenis
penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan (library research). Tujuan dari
penelitian ini agar pembaca mengetahui urgensi memahamai sumber- sumber hukum
Islam tentang al-Qur'an, Sunnah, dan Ijma' serta implementasinya secara komprehensif,
sehingga pembaca dalam kehidupan sehari-harinya dapat termotivasi untuk
menjalankan agama sesuai aturannya dan menemukan Islam sebagai agama yang
dinamis, humanis, elastis, dan egaliter serta compatible (shalihun li kulliz
zaman wal makan).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sumber hukum?
2. Bagaimanakah sumber hukum Islam?
3. Bagaimanakah sumber hukum tertulis dan tidak tertulis berjalan di Indonesia?
4. Apa yang dimaksud dengan sumber hukum materil?
5. Apa sajakah yang termasuk bagian dari sumber hukum formil?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari sumber hukum.
2. Untuk mengetahui bagaimana sumber hukum islam.
3. Untuk mengetahui bagaimana sumber hukum tertulis dan tidak tertulis
berjalan di Indonesia.
4. Untuk mengetahui pengertian sumber hukum materil.
5. Untuk mengetahui bagian dari sumber hukum formil.

1
BAB II
PEMBAHASAN
I. Sumber Hukum
Sumber hukum adalah segala apa saja (sesuatu) yang menimbulkan aturan-aturan yang
mempunyai kekuatan mengikat dan bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau
dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya. Yang dimaksud
dengan segala apa saja (sesuatu) yakni faktorfaktor yang berpengaruh terhadap timbulnya
hukum, faktor-faktor yang merupakan sumber kekuatan berlakunya hukum secara formal,
darimana hukum itu dapat ditemukan.
Kansil, SH sumber hukum adalah segala apa saja yang menimbulkan aturanaturan yang
mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa yakni aturan yang kalau dilanggar
mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata . Meskipun pengertian sumber hukum dipahami
secara beragam, sejalan dengan pendekatan yang digunakan dan sesuai dengan latar belakang
dan pendidikannya, secara umum dapat disebutkan bahwa sumber hukum dipakai orang dalam
dua arti. Arti yang pertama untuk menjawab pertanyaan “mengapa hukum itu mengikat ?”
Pertanyaan ini bisa juga dirumuskan “apa sumber (kekuatan) hukum hingga mengikat atau
dipatuhi manusia”. Pengertian sumber dalam arti ini dinamakan sumbe hukum dalam arti
materiil. Kata sumber juga dipakai dalam arti lain, yaitu menjawab pertanyaan “dimanakah kita
dapatkan atau temukakan aturan-aturan hukum yanmg mengatur kehidupan kita itu ?” Sumber
dalam arti kata ini dinamakan sumber hukum dalam arti formal”. Secara sederhana, sumber
hukum adalah segala ssuatu yang dapat menimbulkan aturan hukum serta tempat
ditemukakannya aturan-aturan hukum
Sumber-sumber hukum Islam maksudnya adalah pijakan umat Islam dalam
menentukan hukum atau norma-norma yang mengatur tatanan kehidupan. Pada dasarnya
hukum Islam itu bersumber dari al-Qur'an, selanjutnya diperjelas secara lebih detail melalui
sunnah atau hadis Nabi Muhammad. Wahyu yang termuat dalam al-Qur'an, menetapkan n
norma-norma dan konsep-konsep dasar hukum Islam yang sekaligus merombak norma atau
aturan yang sudah menjadi tradisi di tengah-tengah masyarakat apabila tidak sesuai. Walaupun
demikian, hukum Islam juga mengakomodasi berbagai tradisi yang tidak berlawanan dengan
norma-nomra ketentuan dalam wahyu Ilahi tersebut. Berikut akan dijelaskan secara mendasar
tentang sumber hukum Islam yakni al-Qur'an, Hadis dan Ijma'. A. Al-Qur'an

1. Pengertian al-Qur'an
Secara bahasa, al-Qur'an merupakan bahasa Arab artinya "bacaan" atau "sesuatu yang
dibaca berulang-ulang". Term al-Qur'an adalah bentuk kata benda dari kata kerja qara'a yang
memiliki arti membaca. Hal ini sejalan dengan pendapat Subhi Al-Salih bahwa Al – Qur’an itu
artina “bacaan”, asal kata “qara’a”. Kata Al – Qur’an itu bertendus Masdar dengan arti isim
maf’ul yaitu maqru’ (dibaca).

2
2. Al-Qur'an Sebagai Sumber Hukum
Al-Qur'an diturunkan menjadi pegangan bagi mereka yang ingin mencapai kebgaian
dunia dan akhirat. Tidak diturunkan untuk satu umat dalam satu abad saja, tetapi untuk seluruh
umat dan untuk sepanjang masa, karena itu luas ajaran-ajarannya adalah melingkupi seluruh
umat manusia.
Al-Qur'an dijadikan sumber hukum Islam mengindikasikan bahwa agama Islam
menghendaki agar sifat-sifat yang termaktub dalam ajaran dan kenetuan yang mengatur
perilaku manusia dalam al-Qur'an diterapkan dalam waktu dan kondisi yang tepat. Misalnya
dikehendaki keutamaan sifat pemaat, tetapi juga diwaktu tertentu dikehendaki pula ketentuan
hukum dilaksanakan dengan tegas. Sifat pemberi maaf, tidak menggampangkan tindak
kejahatan mudah dilakukan tetapi menghendaki manusia agar bersifat jujur dan berani
menerangkan yang benar. Al-Qur'an menghendaki manusia agar selalu berbuat baik, sekalipun
terhadap orang yang pernah berbuat jahat kepadanya. Al-Qur'an mengajarkan manusia untuk
tetap suci, tetapi tidak dikebiri. Manusia harus berbakti kepada Allah ta'ala, tetapi tidaklah
menjadi rahib atau pertapa. Manuasia harus berendah hati, tetapi jangan melupakan harga diri.
Manusia dapat menggunakan hal-haknya, tanpa mengganggu hak-hak orang lain. Manusia
diwajibkan mendakwahkan agama dengan jalan hikmah dan kebijaksanaan.
Demikian hal di atas merupakan sekedar contoh ajaran-ajaran Islam yang termuat
dalam al-Qur'an. Kesemuanya diatur dalam ayat- ayat al-Qur'an secara rinci dan jelas. Untuk
itu hendaklah umat Islam berusaha untuk memahaminya. Al-Qur'an menjadi petunjuk bagi
manusia yang bertakwa, yaitu mereka yang memelihara diri dari siksaan Allah ta’ala dengan
mengikuti segala perintah-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya.
Al-Qur'an pedoman hidup, banyak menjelaskan berbagai pokok serta prinsip umum
untuk mengatur kehidupan manusia baik dalam berhubungan dengan Allah maupun dengan
makhluk lain. Berbagai peraturan berkaitan dengan ibadah langsung pada Allah
(2:43,183,184,196,197;11:114), aturan berkeluarga (4:3,4,15,19,20, 25; 2:221; 24:32;
60:10,11), aturan bermasyarakat (4:58; 49:10,13; 23:52; 8:46; 2:143), aturan berdagang
(2:275,276,280; 4:29), utang- piutang (2:282), aturan kewarisan (2:180; 4:7-12,176; 5:106),
aturan pendidikan dan pengajaran (3:159; 4:9,63; 31:13-19; 26:39,40), aturan berkaitan pidana
(2:178; 4:92,93; 5:38; 10:27; 17:33; 26:40) serta berbagai segi kehidupan lain yang dijamin
Allah bisa berlaku dan cocok pada setiap waktu dan tempat (7:158; 34:28; 21:107). Allah
memerintahkan kepada tiap Muslim melaksanakan keseluruhan tata nilai itu di kehidupannya
(2:208; 6:153; 9:51). Di samping bisa menentukan sikap untuk memilih bagian tata nilai dan
menolak bagian lainnya termasuk dalam pelanggaran dan perbuatan dosa itu menurut al-Qur'an
(33:36). Melakukan yang bernilai ibadah (4:69; 24:52; 33:71), memperjuangkannya dimaknai
sebagai jihad (61:10- 13; 9:41), mati karenanya merupakan syahid (3:157, 169), hijrah sebab
memperjuangkannya merupakan pengabdian tinggi (4:100, 3:195), dinilai zhalim, sikap fasiq
dan kafir bagi yang tidak mau melaksanakannya (5:44,45,47).
Al-Qur'an sebagai korektor mengungkap banyak persoalan yang telah dibahas dalam
Taurat, Injil, dan lainnya yang tak sesuai ajaran Allah yang sesungguhnya. Baik berkaitan
aspek sejarah tentang orang-orang tertentu, prinsip-prinsip ketuhanan, hukum-hukum, dan lain-
lainnya. Contoh hasil koreksi: a. Berkaitan ajaran Trinitas (5:73). b. Berkaitan Isa (3:49, 59;
5:72, 75). c. Berkaitan penyaliban Isa (4:157.158). d. Berkaitan Nabi Luth (29:28-30; 7:80-84)

3
perhatikan, (Genesis: 19:33-36). e. Tentang Harun (20:90-94), perhatikan, (keluaran : 37:2-4).
f. Tentang Sulaiman (2:102; 27:15- 44), perhatikan (Raja-raja 21:4-5) dan lain-lain.

3. Pengertian Hadits
Hadits ialah suatu perkataan atau berita. Hadits ialah suatu perkataan, informasi dari
Rasulullah SAW. Sedangkan al-Sunnah merupakan jalan hidup yang dilewati atau di jalani
atau suatu yang telah dibiasakan. Sunnah Rasul ialah yang biasa dijalankan dalam kebiasaan
hidup Rasulullah berupa seperti perkataan dan perbuatan serta persetujuan Rasul. Hal ini
senada dengan pendapat Musthafa ash-Shibai bahwa kata sunnah artinya jalan terpuji. Sunnah
adalah segala perkataan, perbuatan, taqrir, sifat fisik, atau akhlaq yang ditinggalkan Rasul, serta
perilaku kehidupan baik sebelum diangkat menjadi Rasul (seperti mengasingkan diri yang
beliau lakukan di Gua Hira) atau setelah kerasulan beliau. Adapun menurut "Ulama' Fiqh",
Sunnah merupakan segala sesuatu yang datang dari Nabi yang bukan fardlu dan tidak wajib
(ash-Shiba'i, tt).

4. Hadits Sebagai Sumber Hukum


Hadits sebagai salah satu sumber hukum Islam memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Menegaskan atau menjelaskan lebih jauh ketentuan yang dijelaskan dalam al-Qur'an.
Contohnya dalam al-Qur'an menjelaskan ayat berkaitan dengan shalat tetapi tata cara dalam
pelaksanaanya diuraikan dalam Sunnah.
b. Sebagai penjelas dari isi al-Qur'an. Dalam al-Qur'an manusia diperintahkan oleh Allah
mendirikan shalat. Namun tidak dijelaskan tentang jumlah raka'at, cara pelaksanaannya,
rukun, dan syarat dalam mendirikan shalat. Maka fungsi Sunnah menjelaskan dan
memberikan contoh jumlah raka'at dalam setiap shalat, cara dan rukun sampai pada syarat
syah mendirikan shalat.
c. Menambahkan atau mengembangkan suatu yang tak ada atau masih samar-samar mengenai
ketentuannya dalam al-Qur'an. Misalnya larangan Nabi untuk mengawini
seorang Perempuan.

5. Pengertian Ijma’
Ijma' merupakan kesepakatan dari seluruh ulama mujtahid tentang suatu hukum syara'
mengenai satu kasus setelah Rasulullah wafat (Djazuli dan Aen, 2000). Ijma' ulama menjadi
sangat penting dalam menghadapi permasalahan kehidupan umat Islam dalam perkembangan
yang sangat pesat dewasa ini.

6. Ijma' sebagai Sumber Hukum


Ijma' sebagai Sumber Hukum merupakan suatu keharusan ketaatan bagi umat Islam
terhadap hasil Ijma' ulama pada suatu masalah, dan hukumnya wajib taat. Hukum dalam
permasalahan yang telah diputuskan dalam ijma' tersebut memiliki nilai qath'iy tidak dapat

4
dihapus ataupun ditentang oleh hasil ijtihad contohnya, sebab kesepakatan pendapat dari para
mujtahid dalam ijma' itu sudah menunjukkan kebenaran yang sesuai dengan jiwa Syari'ah dan
dasar-dasar yang umum.
Sudah menjadi kesepakatan ulama bahwa hasil ijtihad juga sebagai sumber hukum.
Hasil ijtihad para ulama bisa dijadikan rujukan untuk menetapkan keputusan hukum, sehingga
dalam Islam hasil ijtihad menjadi salah satu sumber hukum.

II. Sumber Hukum Tertulis dan Tidak Tertulis

Hukum dibedakan atas dua macam, yaitu hukum tertulis dan tidaktertulis. Hukum tertulis
adalah hukum yang terdapat dalam berbagai peraturanperundangan sedangkan hukum
tak tertulis adalah hukum yang masih hidup dalamkeyakinan masyarakat tetapi tidak
tertulis namun berlakunya ditaati seperti suatuperaturan perundangan hukum tertulis.
1. Hukum Tertulis

Hukum tertulis yang dikodifikasikan adalah hukum yang disusun secara


lengkapsistematis teratur dan dibubuhkan sehingga tidak memerlukan lagi
peraturanpelaksanaan. Hukum tertulis Indonesia yang dikodifikasikan yaitu :
a. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
b. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
c. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) di Eropa

2. Hukum Tidak Tertulis

Hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan, hukum yang meskipun tertulis tetapi
tidakdisusun secara sistematis lengkap dan masih terpisah-pisah sehingga seringkali
masihmemerlukan peraturan pelaksanaan dalam penerapannya, seperti :
a. Undang-Undangb.
b. Peraturan Pemerintah
c. Keputusan Presiden dan sebagainya
Ada hukum tertulis yang termasuk kedalam kategori kodifikasi dan unifikasi namun adajuga
hukum yang sudah dikodifikasi belum di unifikasi dan ada juga hukum yang sudahdi unifikasi
tetapi belum dikodifikasi misalnya :
1) Hukum yang sudah dimodifikasi dan di unifikasi, misalnya KUHP.
2) Hukum yang sudah dimodifikasi tetapi modifikasi, misalnya KUHPerdata
3) Hukum yang di unifikasi tetapi belum dikodifikasi, misalnya Undang-Undang Nomor
1Tahun 1974 tentang perkawinan, dll.

5
Kodifikasi itu sendiri adalah pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab undang-
undang secara sistematis dan lengkap kodifikasi. Tujuan kodifikasi dari hukum tertulisyaitu
untuk memperoleh suatu kepastian hukum bersifat mengikat dan berlaku bagisetiap
individu, penyederhanaan hukum sederhana tidak bersifat ambigu mudahdipahami
sehingga tidak menimbulkan persepsi yang beragam, kesatuan hukum jikasuatu hukum
membahas tentang suatu perkara maka perkara itu saja yang dibahastidak melebar ke perkara
lainnya.
1) Hukum Adat
Hukum adat merupakan hukum asli bangsa Indonesia yang hidup dan berlaku secaraturun
temurun atau diakui atau dinyatakan sebagai hukum yang berlaku, Berdasarkanperaturan
perundang-undangan atau putusan hakim hukum adat mungkin diketahuitetapi hukum
adat adalah hukum tidak tertulis karena hukum adat tidak pernah dengansengaja dibentuk
secara tertulis oleh pejabat yang berwenang melalui tata cara tertentuhukum adat menjadi
hukum positif atas dasar kenyataan sebagai hukum yang hidupdan ditaati.
2) Hukum Keagamaan
Hukum keagamaan sebagai hukum positif yaitu hukum dari agama yang diakui
menurutperaturan perundang-undangan yang berlaku atau berdasarkan suatu
kebijakanpemerintah yang mengakui semua sistem keyakinan atau sistem kepercayaan
olehpengikutnya dipandang sebagai agama. Saat ini terdapat berbagai hukum keagamaan yang
dinyatakan melalui udang-undang sebagai hukum positif seperti undang-undang Nomor 1
Tahun 1974 ketentuan dalam undang-undang ini mengatur semua agamamengenai
perkawinan dinyatakan sebagai hukum positif, dll

3) Hukum Yurisprudensi
Hukum yurisprudensi merupakan hukum positif yang berlaku secara umum yang lahiratau
berasal dari putusan hakim. Terdapat perbedaan antara sifat hukum putusanhakim
dengan sifat hukum yurisprudensi, yaitu putusan hakim merupakan hukum yangbersifat
konkrit dan khusus berlaku pada subjek terkena atau terkait langsung denganbunyi putusan.
Apabila putusan hakim diterima sebagai yurisprudensi maka asas ataukaidah nya menjadi
bersifat umum dan dapat dipergunakan sebagai dasarpertimbangan hukum bagi siapa
saja.

11) Hukum Kebiasaan


Hukum kebiasaan adalah hukum yang tumbuh dan dijalankan dalam
praktekpenyelenggaraan negara atau pemerintahan dan hukum yang tumbuh dan
dijalankandalam praktek komunitas perniagaan dan lain-lain. Hukum kebiasaan di
lingkunganhukum berupa kebiasaan di bidang ketatanegaraan atau yang sering disebut
Konvensi,dll.

6
III. Sumber Hukum Materil
Seorang ahli hukum memandang sumber hukum ada dua macam, yaitu (1) sumber hukum
formal dan (2) sumber hukum materiil. Sumber hukum formal adalah sumber hukum yang
dirumuskan peraturannya dalam suatu bentuk. Karena bentuknya itu menyebabkan hukum
berlaku umum, mengikat, dan ditaati.
Sumber hukum materiil adalah sumber hukum yang menentukan isi hukum itu. Kemudian
yang menjadi sumber hukum materiil di Indonesia adalah Pancasila yang merupakan norma
tertib hukum tetinggi serta menjadi staatsfundamentalnorm (pokok kaidah negara yang
fundamental). Oleh karena itu, setiap peraturan perundang - undangan yang dibentuk tidak
boleh bertentangan dengan Pancasila. Jika ada peraturan perundang-undangan yang
bertentangan dengan sendirinya tidak boleh berlaku.
Sumber hukum dalam arti materiil, yaitu faktor/kenyataan yang turut menentukan isi dari
hukum. Isi hukum ditentukan oleh dua faktor, yaitu:
1. faktor idiil, yaitu faktor yang berdasarkan kepada cita-cita masyarakat akan
keadilan:
2. faktor sosial masyarakat, antara lain:
a) struktur ekonomi.
b) kebiasaan-kebiasaan,
c) tata hukum negara lain.
d) agama dan kesusilaan.
e) kesadaran hukum.
Sumber hukum dalam arti materiil merupakan kardah penuntun bagi perumusan kaidah
atau norma yang tercakup dalam suber hukum formal.
Sumber hukum materiil, dapa ditinjau lag dari pelbagi sudu, misalnya dari sudut
ekonomi, Sejarah, sosiologi, dan filsafat.

IV. Sumber Hukum Formal


Sumber hukum dalam arti formal, yaitu mengkaji kepada prosedur atau tata cara
pembentukan suatu hukum atau melihat kepada bentuk lahiriah dari hukum yang
bersangkutan, yang dapat dibedakan secara tertulis atau tidak tertulis.
Adapun sumber hukum formal menurut C.S.T. Kansil antara lain adalah:
1) undang-undang (stature),
2) kebiasaan (custom),
3) keputusan-keputusan hakim (yurisprudensi),
4) traktat (reary),
5) pendapat sarjana hukum (doktrin).

1. Undang-Undang (Stature)

7
Undang-undang adalah suatu peraturan atau keputusan negara yang tertulis dibuat oleh
alat perlengkapan negara yang berwenang (bersama- sama oleh DPR dan Presiden) dan
mengikat masyarakat. Undang-undang dapat dibedakan menjadi dua macam arti, yaitu:
1. Undang-undang dalam arti materiil (luas),
Yaitu semua peraturan atau keputusan tertulis yang menurut isinya mengikat setiap
orang secara umum dan dibuat oleh penguasa (pusat ataupun dacrah) yang sah. Undang-undang
dalam arti materiil ini yang ditekankan adalah segi isinya. Undang-undang dalam arti materiil
ini dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu:
a. Peraturan Pusat (Algemene Verordening), yakni peraturan tertulis yang dibuat oleh
pemerintah pusar yang berlaku di seluruh atau schagian wilayah negara. Contoh:
undang-undang atau peraturan yang berlaku di seluruh wilayah negara Indonesia seperti
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Begitu juga Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan
Republik Indonesia. Adapun undang-undang yang hanya berlaku di sebagian wilayah
negara, misalnya Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Keistimewaan Aceh dan Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang
Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lem- baran
Negara Nomor 4). Kedua undang-undang tersebut berlaku khusus bagi Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
b. Peraturan setempat (lokale verordening), yaitu peraturan tertulis yang dibuat oleh
penguasa setempat dan hanya berlaku di tempat atau daerah itu saja. Seperti Peraturan
Daerah Nomor 3 Tahun 1981 juncto Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 1987 tentang
Kebersihan, Ketertiban, dan Keamanan di Kotamadya Palembang. 2. Undang-undang
dalam arti formal (sempit), yaitu peraturan tertulis yang dibentuk oleh alat
perlengkapan negara yang berwenang (bersama-sama oleh DPR dan Presiden).
Undang-undang dalam arti formal ini yang ditekankan adalah segi pembuatan dan
bentuknya.

2. Di Indonesia undang-undang dalam arti formal


Dibentuk Bersama-sama oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden (Pasal 20 ayat
(1), (2), dan (4) UUD 1945). Undang-undang dalam arti formal ini berlaku dan mengikat,
jika telah memenuhi persyaratan sebagai berikut.
a) diberi bentuk tertulis
b) adanya tata cara atau prosedural tertentu dalam proses pem- buatannya, yaitu bersama-
sama oleh DPR dan Presiden, selanjutnya disahkan Presiden (Pasal 20 ayat (1), (2), dan
(4) UUD 1945)
c) undang-undang itu harus diundangkan oleh Menteri Sekretaris Negara dan dimuat
dalam Lembaran Negara
d) undang-undang itu mulai berlaku dan mengikat menurut tanggal yang ditentukan dalam
undang-undang itu sendiri
e) jika tidak disebutkan tanggal mulai balakanya, maka berlakunya undang-undanng itu
adalah 30 hari sejak dundangkan untuk daerah Jawa dan Madura, sedangkan untuk
daerah lainnya hari ke-100 sejak diundangkan.

8
2. Kebiasaan (custom)
Kebiasaan dapat diartikan perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama,
merupakan suatu bukti bahwa orang banyak menyukai per- buatan tersebut. Jadi, kebiasaan
adalah suatu perbuatan yang dilakukan orang secara terap. Menurut J.B. Daliyo, kebiasaan
adalah perbuatan manusia mengenai hal tertentu yang dilakukan berulang-ulang.
Apabila suatu kebiasaan tertentu diterima oleh masyarakat, dan kebiasaan selalu berulang-
ulang dilakukan sedemikian rupa, sehingga tindakan yang berlawanan dengan kebiasaan itu
dirasakan schagai pelanggaran perasaan hukum. Dengan demikian timbullah suatu ke- baan
hukum. Jadi, perilaku yang diulang itu mempunyai kekuatan watil dan kekuatan yang
mengikat. Karena diulang oleh orang banyak muka mengikat orang orang lain untuk
melakukan hal yang uma Disamping itu juga menimbulkan keyakinan atau kesadaran, bahwa
hal itu memang panat dilakukan.
Contoh, kebiasaan orang Dayak yang mengharuskan perkawinan dilaksanakan melalui
sistem endogami, yaitu sistem perkawinan yang jadi antarkeluarga yang masih terkar dalam
suatu rumpun suku banga yang bersangkutan.
Untuk timbulnya hukum kebiasaan diperlukan beberapa syarat :
a. Adanya perbuatan tertentu yg dilakukan berulang-ulang di dalam masyarakat tertentu
(syarat materiil)
b. Adanya keyakinan hukum dari masyarakat yang bersangkutan (opinio necessitatis = bahwa
perbuatan tsb merupakan kewajiban hukum atau demikianlah seharusnya) = syarat
intelektual
c. Adanya akibat hukum apabila kebiasaan itu dilanggar. Selanjutnya kebiasaan akan menjadi
hukum kebiasaan karena kebiasaan tersebut dirumuskan hakim dalam putusannya.
Selanjutnya berarti kebiasaan adalah sumber hukum.Kebiasaan adalah bukan hukum apabila
UU tidak menunjuknya (pasal 15 AB = (Algemene Bepalingen van Wetgeving voor
Indonesia = ketentuan-ketentuan umum tentang peraturan per UU an untuk Indonesia.

3. keputusan-keputusan hakim (yurisprudensi),


Istilah yurisprudensi berasal dari kara larin, yaitu jurisprudentia yang berarti pengetahuan
hukum. Kata yurisprudensi dengan istilah teknis Indonesia sama artinya dengan jurisprudentie
(dalam bahasa Belanda) dan juruprudence (dalam bahasa Prancis), yaitu peradilan tetap atau
hukum peradilan,
Istilah jurisprudence (dalam bahasa Inggris) berarti teori ilmu hukum (algemene rechuleer
General Theory of Law). Adapun pengertian yurisprudensi dalam bahasa Indonesia adalah
peradilan tetap atau hukum peradilan, dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan istilah cor laur
atau judge made law.
Kata jurisprudenz dalam bahasa Jerman berarti ilmu hukum dalam arti sempit atau aliran
ilmu hukum. Kemudian yurisprudensi dalani arti peradilan tetap atau hukum peradilan dalam
bahasa Jerman disebut Istilah ueberlieferung. Dengan demikian, yurisprudensi adalah rentetan
keputusan hakim yang sama bunyinya tentang masalah yang sama.

9
Menurus C.ST Kansil, yurisprudensi adalah keputusan hakim terdahulu yang sering diikuti
dan dijadikan dasar keputusan oleh hakim kemudian mengenai masalah yang sama." Dengan
demikian, yurisprudemi adalah suatu keputusan hakim yang diikuti oleh hakim lainnya, dan
merupakan sumber hukum dalam arti formal.
4. traktat (reary),
Traktat adalah perjanjian yang diadakan oleh 2 negara atau lebih yang mengikat tidak saja
kepada masing-masing negara itu melainkan mengikat pula warga negara-negara dari negara-
negara yang berkepentingan.
Macam-macam Traktat :
a) Traktat bilateral, yaitu traktat yang diadakan hanya oleh 2 negara, misalnya perjanjian
internasional yang diadakan diadakan antara pemerintah RI dengan pemerintah RRC
tentang “Dwikewarganegaraan”.
b) Traktat multilateral, yaitu perjanjian internaisonal yang diikuti oleh beberapa negara,
misalnya perjanjian tentang pertahanan negara bersama negara-negara Eropa (NATO)
yang diikuti oleh beberapa negara Eropa.

5. pendapat sarjana hukum (doktrin).


Doktrin adalah suatu ajaran dari seorang ahli hukum. Seorang ahli. yakni seorang yang
oleh dunia internasional sudah diakui keahliannya dalam lapangan hukum. Biasanya ahli itu
menjadi terkenal karena buah pikirannya yang bermutu tinggi.
Menurut R. Socroso, Doktrin adalah pendapat para sarjana hukum yang terkemuka yang
besar pengaruhnya terhadap hakim, dalam mengambil keputusannya. Selanjutnya Sudikno
Mertokusumo per- nah juga berpendapat, doktrin adalah pendapat para sarjana hukum yang
menjadi sumber hukum dan tempat hakim dapat menemukan hukumnya. Sering kali terjadi
bahwa hakim dalam memutuskan perkara yang diperiksanya menyebutkan pendapat sarjana
hukum tertentu sebagai dasar pertimbangannya.
Dapat dikatakan bahwa hakim menemukan hukumnya dalam doktrin itu. Doktrin yang
demikian itu adalah sumber hukum, yakni sumber hukum formal. Jadi, suatu doktrin untuk
dapat menjadi hukum formal harus memenuhi syarat tertentu, yaitu doktrin itu telah
menjelma menjadi keputusan hakim.
Contoh doktrin:
o Doktrin mazhab sejarah dan kebudayaan yang dipelopori oleh Friedrich Karl von Savigny
(1779-1861), seorang Jerman berpen- dapat bahwa hukum merupakan perwujudan dari
kesadaran hukum masyarakat (volkgeist). Semua hukum berasal dari adat istiadat dan
kepercayaan dan bukan berasal dari pembentuk undang-undang.
o Doktrin aliran utilitarianisme yang dipelopori oleh Jeremy Bentham (1748-1832),
berpendapat bahwa manusia bertindak untuk mem- perbanyak kebahagiaan dan mengurangi
penderitaan. Setiap kejahatan harus disertai dengan hukuman yang sesuai dengan kejahatan
tersebut dan hendaknya penderitaan yang dijatuhkan tidak lebih dari apa yang diperlukan
untuk mencegah terjadinya kejahatan. Pembentuk hukum harus membentuk hukum yang
adil bagi segenap warga masyarakat secara individual.

10
o Doktrin aliran socialogical jurisprudence yang dipelopori oleh Eugen Ehrlich (1826-1922),
seorang Austria berpendapat bahwa hukum positif hanya akan efektif apabila selaras dengan
hukum yang hidup dalam masyarakat. Pusat perkembangan dari hukum bukanlah terletak
pada badan legislatif, keputusan badan yudikatif ataupun ilmu hukum, tetapi justru terletak
di dalam masyarakat itu sendiri.
o Doktrin aliran realisme hukum yang diprakarsai oleh Karl Llewellyn (1893-1962), Jerome
Frank (1889-1957), Justice Oliver Wendell Holmes (1841-1935), ketiga orang Amerika itu
berpendapat bahwa para hakim tidak hanya menemukan hukum. tetapi bahkan
mem- bentuk hukum

Doktrin ini dapat menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusannya.
Penafsiran Hukum Penafsiran atau intrepretasi hukum, ialah mencari dan menetapkan
pengertian dari dalil-dalil yang tercantum dalam undang-undang sesuai dengan yang di
kehendaki oleh pembuat undang-undang6 , untuk ini ada beberapa cara:
1. Cara Penafsiran
a. Dalam pengertian subyektif cara penafsirannya seperti yang dikehendaki oleh Undang-
undang, dalam pengertian obyektif, apabila penafsirannya lepas dari pendapat undang-
undang, dan sesuai dengan adat sehari-hari
b. Dalam pengertian sempit restriktif apabial dalil yang ditafsirkan di beri pengertian yang
sangat dibatasi, Minsalnya: mata uang, 1756, KUH Perdata, hanya uang logam saja. Dan
barang yang di artikan benda, benda yang dapat diraba saja, dalam pengetian secara luas,
apabila dalil diberikan pengertian seluas-luasnya. Contoh: mata uang, selain logam juga
termasuk uang kertas, dan benda bial mau di artikan dengan seluas-luasnya juga bisa
termasuk aliran listrik juga adalah benda, jadi penafsiran dalam arti luas adalah analogis

2. Dilihat dari segi sumber penafsiran dapat bersifat


c. Otentik ialah penafsiran yang di berikan seperti pembuat undangundang, seperti yang
dilampirkan oleh undang-undang, seperti mpenjelasan
d. Doktrinair ialah penafsiran yang di dapat di dalam buku, hasil karya para ahli,
e. Hakim penafsiran yang bersumber dari hakim, mengikat para pihak yang bersangkutan

3. Metode Penafsiran
a) Macam-macam metode penafsiran. Dalam ilmu hukum penafsiran adalah penafsiran
menurut:
i. Tata bahasa dan arti kata-kata/ gramatikal
ii. Sejarah,
iii. Sistem dari peraturan/undang-undang
iv. Keadaan masyarakat
v. Otentik/resmi
vi. Perbandingan

11
b) Cara penarapan metode dalam penagsiran. Dalam melaksanakan penafsiran dalam suatu
undang-undang pertama pasti dilakukan penafsiran gramatikal, untuk mengetahui kata-
kata dalam undangundang, dan kemudian otentik atau penafsiran resmi, yang ditafsirakn
oleh pembuat udang-undang itu sendiri, kemudian dilanjutkan penafsiran historis dan
sosiologis

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sumber hukum adalah segala apa saja (sesuatu) yang menimbulkan aturan-aturan yang
mempunyai kekuatan mengikat dan bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau
dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya. Yang dimaksud
dengan segala apa saja (sesuatu) yakni faktorfaktor yang berpengaruh terhadap timbulnya
hukum, faktor-faktor yang merupakan sumber kekuatan berlakunya hukum secara formal,
darimana hukum itu dapat ditemukan.
Seorang ahli hukum memandang sumber hukum ada dua macam, yaitu (1) sumber hukum
formal dan (2) sumber hukum materiil. Sumber hukum formal adalah sumber hukum yang
dirumuskan peraturannya dalam suatu bentuk. Karena bentuknya itu menyebabkan hukum
berlaku umum, mengikat, dan ditaati.
Sumber hukum formal menurut C.S.T. Kansil antara lain adalah:
1) undang-undang (stature),
2) kebiasaan (custom),
3) keputusan-keputusan hakim (yurisprudensi),
4) traktat (reary),
5) pendapat sarjana hukum (doktrin).

B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih
banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera
melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa
sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Arifin. "Kajian Yuridis Sumber-Sumber Hukum." Al-Iqtishadiah: Jurnal Hukum


Ekonomi Syariah 2.2 (2021): 155-165. Diakses pada 01 September 2023 pukul 11:18.
https://www.studocu.com/id/document/universitas-negeri-makassar/pengantar-ilmu-
hukum/hukum-tertulis-dan-tidak-tertulis/44488419 . Diakses pada 01 Spetember 2023 pukul
13.23
Ishaq. Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2009.
Ridwan, Muannif, M. Hasbi Umar, and Abdul Ghafar. "Sumber-Sumber Hukum Islam dan
Implementasinya." Borneo: Journal of Islamic Studies 1.2 (2021): 28-41. Diakses pada 01
Sepetember 2023 pukl 12.21.

14

Anda mungkin juga menyukai