Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

SUMBER-SUMBER HUKUM

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum

Dosen Pengampu : Ubaidillah Kamal, S.Pd, M.H

Disusun Oleh : Kelompok 16

Renaldhi Ade Fitrian 8111422323

Olavia Resma Putri 8111422343

Roihan Fauzi Kanz 8111422362

ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum,
dengan judul: "Sumber-Sumber Hukum".

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal
mungkin. Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu
tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan, baik secara
teknis maupun materi mengingat minimnya kemampuan yang dimiliki.

Kami menyadari tanpa adanya kerjasama dan masukan yang bermanfaat


demi tersusunnya makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang telah bersedia melakukan waktunya untuk bekerja sama memberikan
arahan dan saran demi kelancaran perusahaan makalah ini.

Demikian semoga malam ini dapat bermanfaat bagi kami dan para
pembaca pada umumnya. Ini mengharapkan segala bentuk saran dan masukan
serta kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun.

Semarang, 12 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................2
D. Metode Penulisan.................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3

PEMBAHASAN.....................................................................................................3

A. Pengertian Sumber Hukum.................................................................................3


B. Penggolongan Sumber-Sumber Yang Melahirkan Hukum..............................5
C. Macam-Macam Sumber Hukum........................................................................7
D. Pendapat Beberapa Ahli Hukum Tentang Berbagai Sumber hukum............16
BAB III..................................................................................................................19

PENUTUP.............................................................................................................19

A. Kesimpulan.........................................................................................................19
B. Saran...................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang berlatar belakang hukum.
Hukum menjadi salah satu hal yang penting dan harus diperhatikan dengan
lebih bijak serta adil. Hukum melahirkan keadaan-keadaan baru yang
mana terinspirasi dari sebuah norma. Dalam hukum terdapat sebuah aturan
dan larangan yang harus diterapkan, agar kesejahteraan rakyat banyak
dapat tercapai. Hukum tertulis dan tidak tertulis sama-sama memiliki
peranan yang inti bagi setiap kehidupan manusia. Pedoman hidup tidaklah
jauh dari dasar hukum yang senantiasa mengatur kehidupan kita agar
berjalan sesuai aturan yang ada. Kehidupan bermasyarakat harus tetap
terstruktur dengan adanya interaksi satu sama lain yang menimbulkan
keakraban sesuai norma. Dengan adanya hukum, kita dapat merasa aman
dengan keadaan sekitar kita.
Hukum memberikan kebebasan, keadilan, ketegasan, dan kepastian
terhadap individu. Dalam suatu hukum pastilah ada yang dinamakan
sumber-sumber hukum. Sumber hukum sendiri berisi tentang aturan-
aturan serta larangan yang apa bila dilanggar akan mendapatkan sanksi
yang tegas karena hukum bersifat memaksa tanpa adanya perbedaan
terhadap strata sosial manapun.
Hukum memiliki aspek yang penting yaitu kepastian. Artinya
hukum menghendaki sesuatu untuk menciptakan kepastian dalam
hubungan antar orang di masyarakat dan kehidupan bernegara. Masalah
kepastian berhubungan erat dengan banyak hal terutama masalah dari
mana hukum itu berasal. Kepastian mengenai asal atau sumber hukum
menjadi sangat penting sejak hukum tersebut menjadi lembaga yang
semakin formal dalam konteks perkembangan yang semakin maju semakin
diutamakan dan bersifat inti.
Setiap individu memiliki pandangan dan pola pikir yang sangat
berbeda bahkan dapat berkebalikan tentang dari manakah hukum berasal

1
dan apa saja yang menjadi sumber dari hukum itu sendiri. Para ahli hukum
pun tentu saja memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang munculnya
atau lahirnya hukum itu sendiri. Hal ini membuktikan bahwa sumber-
sumber hukum berasal dari berbagai hal dan melalui pola pemikiran yang
berbeda juga. Ada yang menyatakan bahwa sumber hukum berasal dari
orang yang berkuasa dan ada pula yang menyatakan bahwa sumber hukum
berasal dari masyarakat itu sendiri. Maka dari itu kita tidak bisa
menyatakan pembenaran kepada salah satu pihak, akan tetapi dapat
menggunakannya sebagai bentuk pengetahuan untuk menelaah tentang
sumber-sumber hukum lebih dalam.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan apa yang dimaksud sumber hukum?
2. Bagaimana penggolongan sumber-sumber yang melahirkan hukum?
3. Jelaskan apa saja macam-macam sumber hukum?
4. Bagaimana pendapat beberapa ahli hukum tentang berbagai sumber
hukum?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami maksud dari sumber hukum
2. Mengetahui dan memahami penggolongan sumber-sumber yang
melahirkan hukum
3. Mengetahui dan memahami macam-macam sumber hukum
4. Mengetahui pendapat beberapa ahli hukum tentang berbagai sumber
hukum

D. Metode Penulisan
Dalam kajian makalah kelompok kami, metode yang digunakan
yaitu metode kualitatif. Dikarenakan topik yang kami dapat tidak bisa
diukur dengan angka atau perhitungan. Serta kajian makalah kami
ditujukan untuk menggali lebih dalam pengetahuan tantang sumber-
sumber hukum. Pengumpulan data yang kemudian dinalisis dan
dipaparkan ulang.

2
3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sumber Hukum


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata sumber
adalah asal mula dan tempat keluar. Sedangkan pengertian hukum menurut
KBBI adalah undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur
pergaulan hidup masyarakat. KBBI juga menjelaskan arti hukum adalah
patokan (kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa (alam dan sebagainya)
yang tertentu.
Van Apeldoorn menjelaskan istilah sumber hukum dapat diartikan
dari segi sejarah, sosiologis, filsafat dan arti formal. Berikut
penjelasannya: Kamus Besar Bahasa Indonesia menerangkan bahwa
sumber hukum adalah segala sesuatu yang berupa tulisan, dokumen,
naskah, dan sebagainya yang digunakan suatu bangsa sebagai pedoman
hidup pada masa tertentu. Sehingga sumber hukum dapat diartikan sebagai
bahan atau materi yang berisi hukum itu dibuat dan dibentuk, proses
terbentuknya hukum, dan bentuk hukum itu sehingga dapat dilihat,
dirasakan, atau diketahui.
Menurut buku Pengantar Hukum Indonesia (2019) karya Rahman
Amin, sumber hukum yaitu segala sesuatu yang dapat melakukan,
menimbulkan aturan hukum serta tempat ditemukannya aturan hukum.
Sumber hukum inilah yang menimbulkan aturan-aturan yang mengikat dan
memaksa. Jika aturan dilanggar, maka akan ada sanksi tegas dan nyata
bagi pelanggarnya.1
Sumber Hukum dalam arti sejarah dikaitkan menjadi dua,yaitu :
a. Dalam arti sumber pengenalan hukum, yakni seluruh
tulisan, dokumen dan lainnya, di mana kita dapat belajar
1
Serafica Gischa, Sumber Hukum: Pengertian dan Jenisnya (Kompas.com, 17 Januari 2022, 08:02
WIB), tersedia di situs:
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://amp.kompas.com/skola/
read/2020/09/01/193928169/sumber-hukum-pengertian-dan-jenisnya&ved=2ahUKEwi3v66Q-
I76AhWfR2wGHeJsBPUQFnoECCIQAQ&usg=AOvVaw3W5YQBr6Oofeojv-oyiTZm, diakses pada
tanggal 11 September 2022, pukul 06:00 WIB.

4
mengenal hukum suatu bangsa pada suatu waktu. Misalnya
UU, keputusan hakim, piagam-piagam yang memuat
perbuatan tulisan.
b. Dalam arti sumber-sumber dari mana pembentuk undang-
undang memperoleh bahan dalam membentuk undang-
undang, juga dalam arti sistem-sistem hukum, serta dari
mana tumbuhnya hukum positif suatu negara.
Sumber Hukum dalam arti sosiologis menurut para ahli yaitu
diartikan sebagai faktor-faktor yang menentukan isi hukum positif,
misalnya keadaan ekonomi, pandangan agama hingga psikologis.
Sumber Hukum dalam arti formal, menurut para ahli hukum
praktis juga memiliki pendapat berbeda soal sumber hukum yaitu diartikan
sebagai peristiwa-peristiwa timbulnya hukum yang berlaku (yang
mengikat hakim dan penduduk).
Sumber hukum merupakan salah satu bahasan untuk memahami
apa itu ilmu hukum. Menurut Bagir Manan, istilah sumber hukum dapat
didefinisikan dalam berbagai pengertian berbeda tergantung dari
tinjauannya.
Dalam buku Pengantar Ilmu Hukum oleh Tami Rusli, secara umum
sumber hukum adalah segala sesuatu yang telah menimbulkan aturan-
aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, artinya jika
dilanggar akan mengakibatkan sanksi tegas dan nyata.
Sementara menurut Rahman Syamsuddin dalam buku Pengantar
Hukum Indonesia, sumber hukum dapat diartikan sebagai bahan-bahan
yang digunakan sebagai dasar oleh pengadilan dalam memutus perkara.
Kata sumber hukum sering digunakan dalam beberapa arti, yaitu:
a. Sebagai asas hukum, sebagai sesuatu yang merupakan
permulaan hukum, misalnya kehendak Tuhan, akal
manusia, jiwa bangsa.
b. Menunjukkan hukum terdahulu yang memberi bahan-bahan
kepada hukum yang sekarang berlaku, misalnya hukum
Perancis, hukum Romawi.

5
c. Sebagai sumber berlakunya, yang memberi kekuatan
berlakunya secara formal kepada peraturan hukum
(penguasa, masyarakat).
d. Sebagai sumber dari mana kita dapat mengenal hukum,
misalnya dokumen, undang-undang, lontar, batu bertulis.
e. Sebagai sumber terjadinya hukum: sumber yang
menimbulkan hukum.2

B. Penggolongan Sumber-Sumber Yang Melahirkan Hukum


Berdasarkan penggolongan sumber-sumber yang melahirkan
hukum dapat digolongkan menjadi dua kategori besar yaitu sumber-
sumber yang bersifat hukum dan yang bersifat sosial. Yang pertama yaitu
hukum yang mengakui sumber-sumbernya sendiri sehingga secara garis
besar dapat melahirkan atau menciptakan hukum. Adapun yang kedua
yaitu sumber yang tidak mendapatkan pengakuan secara formal atau
secara resmi oleh hukum itu sendiri, sehingga tidak dapat diterima secara
langsung dan ditetapkan sebagai hukum (Fitzgerald, 1996: 109).
Berdasarkan pengamatan dan penglihatan kita secara awam, makan
demikian yang kita jadikan pengukuran atau tolak ukur pemikiran
terhadap hukum adalah keabsahan secara hukum dari substansi yang telah
dihasilkan oleh sumber hukum yaitu ipso jure (demi hukum/berdasarkan
hukum). Yang tersahkan sendiri sedangkan yang lain tidak, maka itu
hanya bisa disebut sebagai sumber-sumber kesejahteraan saja. Sumber
sosial biasa juga disebut sebagai sumber bahan dan kekuatannya tidak
otoritas melainkan hanya persuasif.
Sumber-sumber hukum situasinya dikemukakan sebagaimana
dengan tidak terlepas dari perkembangan masyarakat suatu negara itu

2
Dzawi Kafa Nilla, Mengenal Sumber Hukum: Sejarah dan Jenisnya (Heylaw.edu, 9 Februari
2021), tersedia di situs:
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://heylawedu.id/blog/
mengenal-sumber-hukum-sejarah-dan-jenisnya%23:~:text%3DMenurut%2520CST%2520Kansil
%2520dalam%2520bukunya,sanksi%2520yang%2520tegas%2520dan
%2520nyata.&ved=2ahUKEwif-O7z-
I76AhVnRmwGHS1OAXwQFnoECAkQBQ&usg=AOvVaw0BYLE6M3y-ZVXIdxEQYjC0, diakses pada
tanggal 11 September 2022, pukul 06.30 WIB.

6
sendiri. Dumika telah membicarakan model dikotomi dari Hart, yaitu
tentang pembagian masyarakat ke dalam rezim tatanan primer dan
sekunder masing-masing. Munculnya perbedaan ini mengarahkan kepada
pernyataan tentang adanya masyarakat dengan ciri-ciri sosial saja dan
membedakan dengan masyarakat dengan ciri-ciri hukum atau yang disebut
masyarakat pra hukum dan masyarakat yang sudah mengenal hukum lebih
dalam. Sumber-sumber yang dibedakan berdasarkan sifat sosial dan
hukum tersebut tentu berada pada tingkat perkembangan masyarakat yang
telah diketahui perbedaan tajamnya antara yang sosial dan yang hukum
dengan segala berkaitannya dengan perkembangan masyarakatnya.
Dengan demikian perbedaan sumber-sumber yang bersifat hukum dan
sosial tentu tidak berlaku dalam masyarakat pra hukum tersebut seperti
yang telah dijelaskan di atas. Allen menjelaskan dengan cara yang berbeda
menggunakan pendapatnya yaitu sekalipun pada dasarnya sama saja
dengan pembagian dalam dua sumber tersebut di atas (Allen 1958: 1)
sumber-sumber hukum tersebut dikaitkan dengan satu pihak pada
kehendak dari yang berkuasa, sedang yang lain pada vitalitas dari
masyarakat sendiri yang pertama bersifat atas bawah dan yang kedua
bawah atas, yaitu berkebalikan. Menurut kedua teori yang dibandingkan
sudah muncul perbedaan, Allen mencerminkan tentang terjadinya
pertarungan atau perlawanan dua kutub teori sesuai seperti pengakuan pola
yang telah dijelaskan tersebut. Kelompok atas bawah dipimpin oleh Austin
yang menunjuk kekuasaan yang berdaulat sebagai satu-satunya sumber
hukum. Teori Austin berdasarkan kepada konsep yang demikian itu
mengembangkan dengan jelas ilmu hukum yang bersifat sangat rasionaltis
dan area konsep yang begitu jelas. Teori Austin kenal karena
kesederhanaannya dan konsistensinya.3

3
Theresia Ngutra, Hukum dan Sumber-Sumber Hukum (Jurnal Supremasi, Oktober 2016), tersedia
di situs: https://ojs.unm.ac.id/supremasi/article/download/2813/1514, diakses pada tanggal 10
September 2022, pukul 12.39 WIB.

7
C. Macam-Macam Sumber Hukum
Sumber hukum merupakan tempat asal muasal atau sumber dari mana
suatu nilai atau norma dan etika tersebut berasal. Sumber Hukum dibagi
menjadi dua macam, yakni sumber hukum materiil dan sumber hukum
formil.
1) Sumber Hukum Materiil
Sumber hukum materiil merupakan semua aturan norma atau
kaidah bagi manusia dalam bersikap dan bertindak atau dalam kata lain
adalah sumber utama. Dapat diartikan pula sumber hukum materiil adalah
tempat di mana materi atau hukum tersebut diambil. Sumber hukum
materiil tidak mendapatkan pengakuan secara formal oleh sistem hukum.
Dengan kata lain, tidak langsung membentuk hukum. Keyakinan dan atau
perasaan suatu hukum dari seseorang atau individu masyarakat serta
pendapat yang dapat menentukan isi hukum tersebut. Oleh karena itu
dapat dikatakan juga bahwa faktor yang mempengaruhi pembentukan
suatu hukum adalah adanya suatu keyakinan dan perasaan hukum terhadap
seseorang dan pendapat dari masyarakat yang dapat disuarakan. Sumber
hukum materiil melekat pada hukum itu sendiri. Sumber hukum ini sangat
ditentukan oleh karakteristik dan keyakinan dari suatu kelompok
masyarakat atau individu terhadap pola pikir yang berkembang pada
lingkungan itu.
Perkataan sumber hukum adalah lebih menunjuk kepada
pengertian tepat dari mana asal muasal suatu nilai atau norma tertentu
berasal. Norma hukum yang mendasari suatu tindakan atau perbuatan
hukum tertentu sehingga dapat dianggap sah atau dapat dibenarkan secara
hukum merupakan dasar hukum atau landasan hukum. Pendapat yang
muncul dari masyarakat mengenai nilai-nilai dan norma yang berlaku
menjadikan proses pembentukan hukum dapat disahkan dan ditetapkan
untuk pemberlakuan hukum tersebut di suatu lingkungan masyarakat.
Contoh sumber hukum materiil yaitu nilai (filosofis hukum), norma dan
latar belakang pembentukan hukum.
Menurut Bagir Manan sebagaimana dikutip Ni'matul Huda dalam
hukum dasar negara Indonesia, sumber hukum materiil terdiri atas:

8
a. Dasar dan pandangan hidup bernegara;
b. Kekuatan-kekuatan politik yang berpengaruh pada saat
dirumuskannya kaidah hukum tata negara.
Adapun menurut Jimly Asshiddiqi dalam pengantar ilmu hukum
tata negara, sumber hukum materiil adalah Pancasila. Jimly menyatakan
bahwa pandangan hidup bangsa Indonesia tercermin dalam perumusan
sila-sila Pancasila yang dijadikan falsafah hidup bernegara. Sebagai
sumber hukum materiil Pancasila harus dilaksanakan oleh dan dalam
setiap peraturan hukum Indonesia. Pancasila sebagai sumber segala
sumber hukum memberi makna bahwa sistem hukum nasional wajib
berlandaskan Pancasila.
2.) Sumber Hukum Formil
Merupakan tempat dari mana mengambil hukum dengan melihat
cara terjadinya atau bentuknya, sumber ini bisa digunakan secara
langsung. Sumber hukum formal dapat dikatakan juga sebagai sumber
yang diakui suatu sistem hukum karena merupakan hasil penerapan dari
sumber hukum materiil. Hal ini memungkinkan adanya sumber hukum
formil harus ditaati dipenuhi oleh masyarakat atau objek hukum.
Sumber hukum formil terdiri dari 5 jenis, yaitu undang-undang
kebiasaan-keputusan Hakim traktat dan pendapat sarjana hukum. Berikut
adalah penjelasan mengenai macam-macam sumber hukum formil:
Merupakan tempat dari mana mengambil hukum dengan melihat
cara terjadinya atau bentuknya, sumber ini bisa digunakan secara
langsung. Sumber hukum formil dapat dikatakan juga sebagai sumber
yang diakui suatu sistem hukum karena merupakan hasil penerapan dari
sumber hukum materiil. Hal ini memungkinkan adanya sumber hukum
formil harus ditaati dipenuhi oleh masyarakat atau objek hukum.
Sumber hukum formil terdiri dari 5 jenis, yaitu undang-undang
kebiasaan, keputusan hakim, traktat dan pendapat sarjana hukum. Berikut
adalah penjelasan mengenai macam-macam sumber hukum formil:
1. Peraturan perundang-undangan

9
Merupakan salah satu peraturan tertulis yang berisi norma-norma
hukum yang mengikat untuk umum, ditetapkan oleh lembaga pelaksana
undang-undang yang memiliki kewenangan untuk menetapkan peraturan
tertentu. Kesengajaan perbuatan hukum oleh badan yang berwenang
merupakan sumber yang bersifat hukum yang paling utama. Tindakan
dalam kategori perundang-undangan bermacam-macam, bermula dari
penambahan terhadap peraturan yang sudah ada maupun mengubahnya.
Proses Ini menghasilkan hukum yang dinamakan sebagai hukum yang
diundangkan (enacted law, statute law) sementara berkebalikannya dengan
hukum yang tidak diundangkan (unenacted law, common law). Dalam
makna lain, peraturan perundang-undangan merupakan peraturan tertulis
yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan ditetapkan
oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan (Pasal 1 angka 2 UU No
12 tahun 2011). Aturan disebut undang-undang karena cara terbentuknya
memilih prosedur formal.
Perundang-undangan memiliki unsur dan ciri sebagai berikut:
A. Keputusan peraturan perundang-undangan dikeluarkan oleh pihak
yang berwenang sesuai langkah dan prosedurnya.
B. Isinya mengikat secara menyeluruh yang artinya peraturan tidak
hanya tertuju terhadap golongan tertentu namun untuk semua
warga negara Indonesia.
C. Perundangan memiliki kekuatan untuk mengoreksi dan
memperbaiki dirinya sendiri.
Kehidupan sosial dan norma dalam perundang-undangan lebih
jelas dan pasti. Perundang-undangan dituntut senantiasa untuk
memberitahu secara pasti terlebih dahulu hal-hal yang diharapkan untuk
dilakukan atau tidak dilakukan oleh anggota masyarakat. Peraturan
perundang-undangan memiliki beberapa kelemahan salah satunya yaitu
kehendak perundang-undangan untuk menampilkan kepastian masih
sangat lemah. Apabila kepastian tersebut hampir terpenuhi maka harus
dibuat lagi rumusan-rumusan dan jelas terperinci dan tegar bersamaan

10
risiko yang menjadi norma-norma yang kaku. Pembentukan peraturan
perundangan di Indonesia termasuk dalam secondary rules saat ini.
Perundang-undangan dibentuk melalui rangkaian proses pengajuan usulan,
pembahasan, pengesahan, pengundangan, dan pemberlakuan.
2. Kebiasaan
Kebiasaan merupakan perbuatan yang dilakukan secara berulang-
ulang dalam masyarakat mengenai hal tertentu sehingga menjadi hal
umum yang layak dilakukan. Karena kebiasaan yang dilakukan berulang-
ulang mengakibatkan kebiasaan sulit dianggap sebagai penyimpangan atau
pelanggaran hukum.
Sudikno Mertokusumo (1999: 99) dalam Mengenal Hukum Suatu
Pengantar, kebiasaan dapat menjadi hukum apabila memenuhi syarat-
syarat berikut ini:
a. Syarat materiil: adanya kebiasaan atau tingkah laku yang tetap atau
diulang dan berlangsung untuk beberapa waktu lamanya.
b. Syarat intelektual kebiasaan itu harus menimbulkan opinio
necessitatis (keyakinan umum) bahwa perbuatan itu merupakan
kewajiban hukum.
c. Adanya akibat hukum apabila hukum kebiasaan itu dilanggar.

Hukum adat termasuk dalam hukum kebiasaan karena seringkali


kebiasaan disebut sebagai istilah. Hukum adat merupakan hukum tak
tertulis yang sejak lama ada dan beredar dalam masyarakat dengan maksud
untuk mengatur tata tertib kehidupan masyarakat. Sumber hukum adat
dapat dikategorikan ke dalam tiga bentuk, yaitu:

a. Sumber pengenal. Menurut B Ter Haar, sumber pengenal hukum


adat adalah keputusan penguasa adat. Namun, hal itu dibantah oleh
Mohammad Koesnoe. Menurutnya, sumber moral hukum adat
adalah apa yang benar-benar terlaksana di dalam pergaulan hukum
dalam masyarakat yang bersangkutan, baik tingkah laku yang
sekali atau berulang kali dilakukan.
b. Sumber isi. Sumber isi hukum adat adalah kesadaran hukum yang
hidup di masyarakat adat. Sumber pengikat hukum adat, yaitu rasa

11
malu yang muncul karena berfungsinya sistem nilai dalam
masyarakat adat yang bersangkutan atau karena upaya-upaya lain
yang pada akhirnya akan mengenai orang yang bersangkutan
apabila ia tidak mematuhi hukum yang ada. Dengan kata lain
kekuatan mengikat hukum adat adalah kesadaran hukum anggota
masyarakat yang bersangkutan.
3. Yurisprudensi
Yurisprudensi merupakan putusan hakim (pengadilan) yang
disusun secara teratur dan menghasilkan kesimpulan adanya ketentuan
hukum tertentu yang dikembangkan oleh badan peradilan. Yurisprudensi
juga disebut dengan hukum putusan atau hukum hakim. Putusan hakim
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan dibenarkan oleh
Mahkamah Agung pada tingkat kasasi atau putusan hakim Mahkamah
Agung yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap. Dalam praktek di
Indonesia putusan hakim melalui proses eksaminasi oleh Mahkamah
Agung untuk menjadi yurisprudensi. Dalam memutuskan suatu perkara
Hakim dapat menemukan hukum dari berbagai sumber hukum baik yang
tertulis maupun tidak tertulis. Sistem hukum Indonesia tidak mengenal
asas the binding force of precedent akan tetapi yurisprudensi dapat
dianggap menjadi sumber putusan hakim.
Pemberlakuan yurisprudensi sebagai sumber hukum yang akan
digunakan sebagai dasar pengambilan terhadap suatu keputusan oleh
hakim di muka peradilan yang menimbulkan pertanyaan, karena
keberadaan yurisprudensi seringkali menjadi perdebatan. Perdebatan yang
terjadi karenakan oleh sistem hukum yang digunakan Indonesia saat ini
merupakan warisan dari zaman kolonial Belanda yakni fungsi pillow yang
menempatkan yurisprudensi sebagai satu sumber hukum yang dapat
dirujuk oleh hakim dalam membentuk suatu perkara.
Dalam isi UU no. 4 tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman
BAB 4 tentang hakim beserta kewajibannya dalam Pasal 28 ayat (1)
dinyatakan bahwa : "Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami
nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup di dalam lingkungan

12
masyarakat." Selanjutnya dalam pernyataan dari pasal tersebut dijelaskan
juga: "ketentuan ini dikehendaki agar putusan hakim sesuai dengan hukum
dan rasa keadilan masyarakat.4
Ketentuan tersebut tersirat secara yuridis maupun filosofis bahwa
hakim di Indonesia memiliki kewajiban dan hak untuk melakukan
penemuan hukum dan menciptakan hukum agar putusan yang
diputuskannya dapat sesuai dengan hukum yang berlaku dan timbul
keadilan dalam masyarakat. Ketentuan tersebut berlaku bagi semua
tingkatan kehakiman baik hakim tingkat pertama, tingkat banding, ataupun
tingkat kasasi, serta hakim agung. Hakim di Indonesia lebih mempunyai
otonomi dalam memutus perkara.
Asas-asas yurisprudensi antara lain:
1. Asas presedent. Dalam asas presedent hakim terkait pada putusan-
keputusan yang lebih dulu dari hakim yang sama derajatnya atau
dari hakim yang lebih tinggi. Asas ini di anut oleh negara inggris
dan AS. Asas presedent berlaku berdasarkan 4 faktor adalah:
a. Bahwa penerapan dari peraturanperaturan yang sama pada
kasus yang sama meghasilkan pelakuan yang sama bagi
siapa saja yang dating menghadap pada pengadilan.
b. Bahwa mengikuti preseden secara konsisten dapat
menyumbangkan pendapatnya dalam masalah-masalah di
kemudian hari.
c. Bahwa penggunaan kriteria yang mantap untuk
menempatkan masalah-masalah yang baru dapat
menghemat waktu dan tenaga.
d. Bahwa pemakaian putusan-putusan yang lebih dulu
menunjukan adanya kewajiban untuk menghormati
kebijaksanaan dari pengadilan pada generasi sebelumnya.

4
Firly Abdul Ghofar, Yurisprudensi Sebagai Sumber Hukum Formil di Indonesia (Kompasiaan, 25
Mei 2021), tersedia di situs:
https://www.kompasiana.com/firlygoofar8599/60abef0bd541df5c0d32a9d2/yurisprudensi-
sebagai-sumber-hukum-formil-di-indonesia, diakses pada tanggal 10 September 2022, pukul
13.25 WIB.

13
2. Asas bebas, kebalikan dari asas presedent. Di sini petugas
peradilan tidak terikat pada keputusan-keputusan hakim
sebelumnya pada tingkatan sejajar maupun hakim yang lebih
tinggi. Asas ini dianut oleh bangsa belanda dan perancis. Di dalam
praktek seperti di Belanda asas bebas ini tidak dilakukan sesara
konsekwen sedikit banyak hakim yang menggunakan putusan
hakim-hakim lain. Apalagi keputusan-keputusan dari hakim yang
lebih tinggi dengan alasan purbadi.
a. Mencegah terjadinya kesimpangsiuran keputusan hakim
sehingga mengaburkan atau tidak tercapainya tujuan
kepastian hukum.
b. Mencegah terjadinya pengeluaran biaya yang kurang perlu
karena pihak yang tidak puas akan naik banding.
c. Mencegah pandangan yang kurang baik dari atasan.
4. Traktat
Traktat atau treaty merupakan segala macam bentuk perjanjian
yang dilaksanakan oleh dua negara atau lebih yang sifatnya mengikat
negara-negara terkait. Traktat mengatur masalah-masalah yang sifatnya
fundamental sehingga kekuatannya sangat ketat dalam hal pengikatan.
Oleh karena itu traktat menjadi bentuk persetujuan yang paling normal dan
diwajibkan untuk diratifikasi oleh badan eksekutif atau legislatif negara
anggotanya.5 Traktat dibagi menjadi tiga macam yaitu:
a. Traktat bilateral adalah perjanjian internasional yang
dibuat oleh dua buah negara. Contoh traktat bilateral
antara lain adalah :
 Traktat antara pemerintah Indonesia dengan
pemerintah Malaysia tentang perjanjian ekstradisi
menyangkut kejahatan criminal biasa dan
kejahatan politik.

5
Dewi Ratna, Inilah Istilah yang Biasa Digunakan Dalam Perjanjian Internasional (Merdeka.com,
9 Juni 2022), tersedia di situs: https://m.merdeka.com/pendidikan/inilah-istilah-yang-biasa-
digunakan-dalam-perjanjian-internasional.html, diakses pada tanggal 10 September 2022, pukul
14.15 WIB.

14
 Traktat antara pemerintah Indonesia dan
pemeritah Papua Nugini tentang perjanjian
perbatasan kedua negara.
 Traktat antara pemeritah Uni Soviet dengan
Amerika Serikat tentang SALT II (Strategic Arms
Limmination Treaty II) yang ditandatangai oleh
Presiden Jimmy Carter dan Ketua Presidium
Soviet Tertingi Leonar Breznev.
b. Traktat multilateral adalah perjanjian internasional yang
dibuat oleh lebih dari dua negara. Contoh perjanjian
internasional multilateral antara lain :
 Perjanjian antara Indonesia, Singapura dan
Malaysia tentang status Selat Malaka sebagai laut
milik bersama ketiga negara tersebut dan bukan
laut internasional.
 Perjanjian antara Indonesia, Singapura, Malaysia,
Filipina dan Thailand tentang pembentukan
ASEAN.
 Perjanjian kerja sama beberapa negara di bidang
pertahanan dan ideologi seperti NATO.
c. Traktat kolektif atau traktat terbuka adalah perjanjian
internasional yang boleh dimasuki negara lain. Contoh
traktat terbuka adalah Piagam PBB atau Charter of the
United Nations yang merupakan perjanjian banyak negara
yang ingin mengadakan perdamaian dunia. Indonesia
menjadi anggota yang ke 60.6
5. Doktrin
Menurut R. Soeroso, doktrin adalah pendapat para sarjana hukum
terkemuka yang besar pengaruhnya terhadap hakim, dalam pengambilan
keputusannya. Sudikno Mertokusumo juga menjelaskan bahwa doktrin

6
Ensiklopedia, Pengertian Traktat dan Macam-Macam Traktat atau Perjanjian Internasional
sebagai Sumber Hukum, tersedia di situs: https://www.ensikloblogia.com/2016/11/pengertian-
traktat-dan-macam-macam.html, diakses pada tanggal 11 September 2022, pukul 22.00 WIB.

15
adalah pendapat para sarjana hukum yang menjadi sumber hukum, tempat
hakim dalam menemukan hukumnya. Dalam pertimbangan hukum
putusan pengadilan, seringkali hakim menjadikan pendapat ahli-ahli yang
terkenal sebagai alasan putusannya, yaitu dengan mengutip pendapat-
pendapat para ahli hukum tersebut. Dengan demikian putusan pengadilan
terasa lebih berwibawa.
Hakim belum menggunakan doktrin dalam mempertimbangkan
keputusannya karena belum merupakan sumber hukum formil. Untuk
dapat menjadi sumber hukum formil doktrin harus memenuhi syarat-syarat
tertentu yaitu doktrin yang telah menjelma menjadi putusan hakim.
Nampak jelas sekali dilihat berdasarkan sumber hukum formil doktrin
pada hukum internasional karena secara tegas dinyatakan bahwa doktrin
atau pendapat para sarjana hukum terkemuka adalah sebagai salah satu
sumber hukum formil (Statute of the International Court of Justice Pasal
38 ayat 1). Yang termasuk sumber hukum internasional adalah:
a. Perjanjian internasional
b. Kebiasaan internasional
c. Asas-asas hukum yang diakui oleh bangsa beradab
d. Keputusan hakim
e. Pendapat para sarjana hukum terkemuka

Rechtsboek atau kitab hukum, Di dalam sejarah dikenal dengan


adanya pendapat umum tentang pendapat para serjana ilmu hukum yang
menyatakan bahwa orang tidak bole menyimpang dari pendapat undang-
undang para sarjana. Ini berarti bahwa pendapat para serjana itu
mempunyai kekuatan mengikat. Lain dari pada itu dikenal juga
rechstsboek atau kitab hukum ialah tulisan para serjana yang menguraikan
tentang hukum kebiasaan sewaktu undang-undang belum berperan. Kitab
hukum ini dipergunakan oleh hakim karena begitu besar peranan dari pada
kitab hukum tersebut.

16
D. Pendapat Beberapa Ahli Hukum Tentang Berbagai Sumber hukum
Berbagai sumber hukum disebutkan oleh Sudikno (1986:63).
Pengkategorian sumber hukum menjadi sumber hukum substantif dan
otoritatif. Sumber hukum substantif adalah sumber materi. Sumber hukum
yang substansial inilah yang menjadi faktor pembatas dalam pembagian
hukum sebagai berikut: B. Hubungan sosial, hubungan kekuasaan politik,
kondisi sosial ekonomi, tradisi (keyakinan agama, moralitas), hasil
penelitian ilmiah (kriminologi lalu lintas), hubungan internasional, kondisi
geografis, yang semuanya merupakan penyelidikan penting dalam
sosiologi.
Sumber hukum yang berwibawa adalah tempat atau sumber
dimana suatu peraturan mempunyai akibat hukum. Ini mengacu pada
bentuk atau cara di mana peraturan itu diterapkan secara formal. Sumber
hukum formal yang diterima secara umum adalah undang-undang,
perjanjian antarnegara bagian, yurisprudensi, dan kebiasaan.
Van Apeldoorn, dalam bukunya Pengantar Hukum, Mr. Translation
Octalid Sadino.
a. Sumber hukum dalam arti sejarah. Artinya, tempat-tempat di mana
kita dapat menemukan hukum dari sudut pandang historis atau
historis dibagi lagi menjadi dua bagian. Sumber hukum, di mana
hukum itu dibentuk, mengekstrak materinya.
b. Sumber hukum dalam arti sosiologis (teleologis) adalah faktor-
faktor yang menentukan isi hukum positif, seperti: B. Status
Keagamaan, Pandangan Keagamaan, dll.
c. Sumber Informasi Hukum dalam Pengertian Filosofis. Ini dibagi
menjadi dua bagian.
d. Sumber konten hukum. Ini menanyakan dari mana konten hukum
itu berasal. Ada tiga pendapat yang menjawab hal tersebut, yaitu
pandangan hukum alam, yang substansi hukumnya berasal dari
pikiran manusia; menurut mazhab sejarah, menurut pandangan ini,
isi hukum berasal dari kesadaran hukum.
e. Sumber kekuatan mengikat, mengapa hukum mengikat, dan
mengapa kita mengikuti hukum; Kekuatan mengikat negara hukum

17
tidak semata-mata didasarkan pada kekuatan paksaan. Kebanyakan
orang didorong oleh akal sehat dan keyakinan.
f. Sumber hukum dalam arti formal. Artinya hukum positif
bersumber dari kenyataan bahwa ia menetapkan hukum yang
berlaku dan mengikat hakim dan warga negara. Konten Anda
berasal dari pikiran orang. Agar dapat berupa kode etik, harus
berupa undang-undang, kebiasaan, perjanjian atau kesepakatan
antar bangsa.
Van Apeldoorn mengutip kesepakatan, yurisprudensi, dan
ajaran atau doktrin hukum sebagai faktor yang berkontribusi pada
pembentukan hukum, dan Lamer mengutip yurisprudensi,
kesadaran hukum, dan pengetahuan hukum sebagai penentu
pembentukan hukum. Achmad Sanusi (1977:34) membagi sumber
hukum menjadi dua kelompok, yaitu hukum, perjanjian antar
negara, bea cukai.
Sumber hukum yang biasa tidak berhubungan langsung
dengan pengakuan hukum adalah perjanjian untuk mengajar
yurisdiksi. Sumber hukum anomali, yaitu deklarasi,
revolusi/kudeta. Menurut TAP MPRS nomor XX/MPRS/1966,
penggunaan sumber ketertiban hukum, yaitu:
a. Pancasila
b. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
c. Dekrit Presiden 5 Juli 1959
d. UUD 1945, Dekrit 11 Maret 1966
Sumber daya hukum ini dapat dibagikan i
Sumber hukum filosofis ideologis adalah sumber hukum
dari segi kepentingan pribadi, nasional, atau internasional, menurut
filosofi dan ideologi yang dianut suatu negara. Misalnya, di
negara-negara barat (AS, Inggris, Belanda, Jerman Barat, Prancis,
Belgia) sumber hukum bersifat liberal dan individual. Di negara-
negara Tirai Besi (lama) dan Tirai Bambu (Uni Soviet, Cina,
Cekoslowakia), komunisme adalah materialisme sejarah yang

18
menerapkan paham leninisme, maoisme, dan titoisme. Di negara
kita, RI, sumber ideologis dan filosofis adalah Pancasila. Ini adalah
penerapan langsung dan penyebaran sumber-sumber hukum
filosofis dan ideologis, membedakan antara sumber hukum formal
dan substantif. Sumber hukum yang substansial, sehubungan
dengan sumber hukum, adalah: KUHPerdata secara substantif
mengatur tentang orang sebagai badan hukum, barang sebagai
badan hukum, kewajiban, perjanjian, alat bukti dan tata cara.
Sumber hukum formil, sumber hukum dalam arti formil, yaitu
sumber hukum formil, yang biasanya terdiri dari: bea cukai,
kesepakatan, yurisdiksi mengajar.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa hukum terdiri
dari beberapa sumber-sumber. Terdapat pengertian sumber hukum serta
pembagian dan macam-macamnya. Sumber-sumber hukum sendiri terbagi
menjadi dua, yaitu sumber hukum materiil dan sumber hukum formil.

Sumber hukum materiil berupa Pancasila, dasar pandangan hidup bernegara,


serta kekuatan-kekuatan politik yang berpengaruh pada saat dirumuskannya
kaidah hukum tata negara. Sedangkan sumber hukum formil terbagi menjadi 5,
yaitu peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, traktat, doktrin, dan
kebiasaan. Kelima hukum formil tersebut saling berkaitan dan menjadikan suatu
rangkaian untuk membentuk sumber hukum.

B. Saran
Demikian penyusunan makalah yang kelompok kami buat. Harapan kami
dengan adanya tulisan ini bisa menjadikan kita untuk paham akan sumber-sumber
hukum yang berlaku atau beredar di Indonesia. Harapan kami, tulisan kami dapat
bermanfaat dan bisa dipahami oleh para. Kritik dan saran sangat kami harapkan
dari semua pihak.

Apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini kami mohon


maaf yang sebesar-besarnya. Untuk kedepannya kami akan mengusahakan
menyusun makalah dengan lebih baik dan teliti dalam menjelaskan pembahasan
dengan berbagai sumber dan referensi yang ada.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ensikloblogia. (2016, November 5). Retrieved from Pengertian Traktat dan


Macam-Macam Traktat atau Perjanjian Internasional sebagai Sumber
Hukum: https://www.ensikloblogia.com/2016/11/pengertian-traktat-dan-
macam-macam.html
Ghofar, F. A. (2021, Mei 25). Kompasiana. Retrieved from Yurisprudensi
Sebagai Sumber Hukum Formil di Indonesia:
https://www.kompasiana.com/firlygoofar8599/60abef0bd541df5c0d32a9d
2/yurisprudensi-sebagai-sumber-hukum-formil-di-indonesia
Gischa, S. (2022, Januari 17). Kompas.com. Retrieved from Sumber Hukum:
Pengertian dan Jenisnya: https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://amp.kompas.com/skola/read/
2020/09/01/193928169/sumber-hukum-pengertian-dan-
jenisnya&ved=2ahUKEwi3v66Q-
I76AhWfR2wGHeJsBPUQFnoECCIQAQ&usg=AOvVaw3W5YQBr6Oof
eojv-oyiTZm
Manis, S. (2022, Februari 23). pelajaran.co. Retrieved from Pengertian Sumber
Hukum, Macam-Macam dan Contoh Sumber Hukum Menurut Para Ahli
Terlengkap: https://www.pelajaran.co.id/pengertian-sumber-hukum-
macam-macam-dan-contoh-sumber-hukum-menurut-para-ahli-terlengkap/
Munawaroh, N. (2022, juni 20). hukumonline.com. Retrieved from Sumber
Hukum Tata Negara di Indonesia:
https://www.hukumonline.com/klinik/a/sumber-hukum-tata-negara-di-
indonesia-lt62b03c7c76ad8?
utm_source=twitter&utm_medium=twt_post&utm_campaign=sumber_htn
Ngutra, T. (2016, Oktober). Jurnal Supremasi. Retrieved from Hukum dan
Sumber-Sumber Hukum:
https://ojs.unm.ac.id/supremasi/article/download/2813/1514
Nilla, D. K. (2021, Februari 9). Heylaw.edu. Retrieved from Mengenal Sumber
Hukum: Sejarah dan Jenisnya: https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://heylawedu.id/blog/mengenal-
sumber-hukum-sejarah-dan-jenisnya%23:~:text%3DMenurut%2520CST
%2520Kansil%2520dalam%2520bukunya,sanksi%2520yang%2520tegas
%2520dan%2520nyata.&ved=2ahUKEwif-O7z-I76AhVnRm
Oktavira, B. A. (2022, Mei 18). hukumonline.com. Retrieved from Sumber
Hukum Materiil dan Sumber Hukum Formal:
https://www.hukumonline.com/klinik/a/sumber-hukum-materiil-dan-
sumber-hukum-formal-lt6284c23d23320

21
Prahassacitta, V. (2018, Desember). binus.ac. Retrieved from KEDUDUKAN
YURISPRUDENSI DALAM PUTUSAN HAKIM: https://business-
law.binus.ac.id/2018/12/07/kedudukan-yurisprudensi-dalam-putusan-
hakim/
Ratna, D. (2022, Juni 9). Merdeka.com. Retrieved from Inilah Istilah yang Biasa
Digunakan Dalam Perjanjian Internasional:
https://m.merdeka.com/pendidikan/inilah-istilah-yang-biasa-digunakan-
dalam-perjanjian-internasional.html
Sabiila, S. I. (2022, februari 9). DetikNews. Retrieved from Hukum Adat Artinya
Apa? Pengertian Hukum Adat, Sumber dan Tujuan:
https://news.detik.com/berita/d-5934792/hukum-adat-artinya-apa-
pengertian-hukum-adat-sumber-dan-tujuan

22

Anda mungkin juga menyukai