Anda di halaman 1dari 10

Ilmu Hukum Sebagai Ilmu Kaidah

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok


Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Hukum
Dosen Pengampu : Nita Purnamasari S.H.,M.H.

Oleh :

Bela Fauziah (2202002173)


Diki Setiawan (2202002144)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ( Ahwal Syakhshiyah)


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM (IAID) CIAMIS
JAWA BARAT
2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Ilmu Hukum Sebagai Ilmu Kaidah” dengan
tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu
Hukum. Selain itu, penulisan makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai “Ilmu Hukum Sebagai Ilmu Kaidah” khususnya bagi penulis umumnya
untuk para pembaca.
Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Nita Purnamasari,S.H., M.H. selaku Dosen Mata
Kuliah Pengantar Ilmu Hukum. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu dalam mengumpulkan literatur untuk penulisan makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dan keterbatasan dalam penyusunan makalah ini. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang
membangun diharapkan demi memperbaiki makalah ini.

Ciamis, 28 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengisian kekosongan Hukum....................................................................3


B. Sumber-sumber Hukum..............................................................................3
C. penggolongan dan klasifikasi Hukum.........................................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................8
B. Saran...........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaiman cara mengetahui dalam pengisian kekosongan hukum ?
2. Apasaja yang termsuk kedalam sumber-sumber hukum?
3. Bagaimana cara menggolongkan dan mengklasifikasikan hukum?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui cara pengisian kekosongan hukum
2. Untuk mengetahui sumber-sumber hukum
3. Untuk mengetahui cara penggolongan dan klasifikasi hukum

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengisian Kekosongan Hukum


Pengisian kekosongan menurut bebrapa para ahli adalah sebagai berikut :
1. Prof. Bagir Manan ( Ketua MA periode 2001-2008)
Saat saat terjadi kekosongan hukum, maka hakim dapat melakukan penemuan hukum
dengan interpretasi atau penafsiran. Salah satu bentuk penafsiran hukum adalah dengan cara
membandingkan dengan kaedah hukum di tempat lain. Dengan kata lain, kekosongan hukum
di Indonesia dapat diisi dengan hukum negara lain sepanjang penafsiran hukum yang
dilakukan oleh hakim bersifat definitif dan menentramkan keresahan masyarakat.
selain itu, hakim juga dapat melakukan penafsiran dengan cara gramatikal (penafsiran
menurut bahasa sehari-hari), historis (penafsiran berdasarkan sejarah), sistematis (penafsiran
berdasarkan keseluruhan sistem perundang-undangan), teologis (penafsiran berdasarkan
tujuan masyarakat), dan futuristis (berpedoman pada undang-undang yang belum memiliki
kekuatan hukum.
2. Dr. Tiar Ramon, SH., MH
Upaya mengatasi kekosongan hukum di masyarakat sangat diperlukan kebijakan atau
prakarsa dari Badan Pembentuk Perundangundangan, yang berdasarkan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945 yang telah diamandemen) Pasal
20 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa “DPR memegang kekuasaan membentuk undang-
undang” dan “setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan Presiden untuk
mendapat
persetujuan bersama”. Pasal 5 UUD Negara RI Tahun 1945 menegaskan pula bahwa
“Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR” dan “Presiden
menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana
mestinya”. Dalam hal ini berarti prakarsa atau kebijakan (political will) dari DPR dan
Pemerintah (Presiden) memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan atau
membentuk suatu undang-undang (lebih luas peraturan perundang-undangan) baik mengatur
hal-hal atau keadaan yang tidak diatur sebelumnya maupun perubahan atau penyempurnaan
dari peraturan perundang-undangan yang telah ada namun sudah tidak sesuai dengan
perkembangan di masyarakat.

B. Sumber Sumber Hukum


Peter Mahmud Marzuki dalam bukunya berjudul Pengantar Ilmu Hukum menjelaskan
bahwa sumber hukum adalah bahan-bahan yang digunakan sebagai dasar oleh pengadilan
dalam memutus perkara
Mendefinisikan sumber hukum formal sebagai sumber hukum yang dilihat dari segi
bentuknya yang lazim dan sering digunakan menjadi landasan hukum terdiri dari:
1. Undang-undang
Suatu perundang-undangan menghasilkan peraturan yang bercirikan:
a. Bersifat umum dan komprehensif;
b. Bersifat universal untuk menghadapi peristiwa yang akan datang belum jelas bentuk
konkretnya;
c. Memiliki kekuatan mengoreksi dan memperbaiki dirinya sendiri, adalah lazim jika
peraturan mencantumkan klausul yang memungkinkan dilakukan peninjauan kembali.
2. Kebiasaan
Kebiasaan adalah perbuatan tetap dilakukan berulang-ulang dalam masyarakat mengenai
hal tertentu. Apabila kebiasaan tertentu diterima masyarakat dan selalu dilakukan berulang-
ulang karena dirasakan sebagai sesuatu yang memang seharusnya, Hukum adat termasuk
dalam hukum kebiasaan. Kadang-kadang kebiasaan disebut sebagai istilah adat. Hukum adat
adalah hukum tak tertulis yang sejak lama ada di masyarakat dengan maksud mengatur tata
tertib
3. Traktat
Traktat merupakan perjanjian yg diadakan 2 negara atau lebih, apabila diadakan 2 negara
saja dinamakan perjanjian bilateral, sedangkan apabila diadakan lebih menurut 2 negara
dinamakan perjanjian multilateral. Traktat sanggup jadi aturan formal apabila memenuhi
kondisi formal misalnya menggunakan ratifikasi..
4. Yurisprudensi
Yurisprudensi merupakan putusan hakim (pengadilan) yg memuat peraturan sendiri lalu
diakui & dijadikan dasar putusan hakim lain pada kasus yg sama. Jika lalu putusan pertama
itu menerima perhatian berdasarkan warga maka usang kelamaan jadi asal yg memuat
kaidah yg sang generik diterima menjadi hukum..
5. Doktrin
Doktrin merupakan pakar-pakar aturan ternama yg punya efek pada pengambilan putusan
pengadilan. Dalam pertimbangan aturan putusan pengadilan, sering hakim membuahkan
pendapat pakar-pakar yg populer menjadi alasan putusannya, yaitu menggunakan mengutip
pendapat-pendapat para pakar aturan tersebut. Dengan demikian putusan pengadilan terasa
lebih berwibawa
Perlu diingat, doktrin yg berlum dipakai hakim pada mempertimbangkan keputusannya
belum adalah asal aturan formal. Jadi, buat bisa jadi asal aturan formal, doktrin wajib
memenuhi kondisi eksklusif yaitu doktrin yg sudah sebagai putusan hakim.

C. Penggolongan dan klasifikasi hukum


1. Hukum menurut bentuknya
Ada dua jenis hukum berdasarkan bentuknya, hukum tertulis dan hukum tidak tertulis
Berikut adalah penjelasannya :
a. Hukum Tertulis adalah hukum tertulis adalah hukum yang telah dicantumkan
dalam berbagai peraturan perundang-undangan secara tertulis. Contoh hukum
tertulis adalah UUD 1945, keputusan presiden, KUHP, dan lain-lain.
b. Hukum Tidak Tertulis adalah hukum yang berlaku serta diyakini oleh masyarakat
dan dipatuhi, akan tetapi tidak dibentuk menurut prosedur yang formal, melainkan
lahir dan tumbuh di kalangan masyarakat tersebut. Contoh hukum tidak tertulis
adalah hukum adat, hukum agama, dan lain-lain.
2. Penggolongan Hukum Berdasarkan Sumbernya
Ada 5 jenis-jenis hukum berdasarkan sumbernya, yakni hukum undang-undang, hukum
kebiasaan, hukum traktat, hukum yurisprudensi, dan hukum ilmu. Berikut adalah penjelasan
penggolongan hukum menurut sumbernya :
a. Hukum Undang-Undang atau disebut sebagai wettenrech, adalah jenis hukum
yang terletak dan tercantum di dalam peraturan perundang-undangan.
b. Hukum Kebiasaan atau disebut juga sebagai gewoonte-en adatrech, adalah jenis
hukum yang berlaku di dalam peraturan-peraturan atau kebiasaan adat.
c. Hukum Traktat atau disebut juga sebagai tractaten recht, adalah jenis hukum yang
ditetapkan oleh negara-negara melalui suatu perjanjian antar negara atau traktat.
d. Hukum Yurisprudensi atau disebut juga sebagai yurisprudentie recht, adalah jenis
hukum yang muncul karena adanya keputusan hakim, yang menjadi rujukan
hakim selanjutnya dalam memberi putusan dalam pengadilan.
e. Hukum Ilmu atau disebut juga sebagai wetenscaps recht, adalah jenis hukum yang
pada dasarnya berupa ilmu hukum yang terdapat dalam pandangan para ahli
hukum yang terkenal dan sangat berpengaruh.
3. Penggolongan Hukum Berdasarkan Sifatnya
Ada 2 jenis-jenis hukum berdasarkan sifatnya, yakni hukum yang memaksa dan
hukum yang mengatur. Berikut adalah penjelasan penggolongan hukum menurut sifatnya :
a. Hukum Yang Memaksa
Yang dimaksud hukum yang memaksa adalah jenis hukum yang dalam keadaan
bagaimana pun, harus dan mempunyai paksaan yang mutlak. Contohnya adalah
hukuman bagi perkara pidana, maka sanksinya secara paksa wajib untuk
dilaksanakan.
b. Hukum Yang Mengatur
Yang dimaksud hukum yang mengatur adalah jenis hukum yang dapat
dikesampingkan saat pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan
tersendiri dalam suatu perjanjian. Contohnya adalah hukum mengenai warisan yang
dapat diselesaikan dengan kesepakatan antar pihak-pihak yang terkait.
4. Penggolongan Hukum Berdasarkan Tempat Berlakunya
Ada 3 jenis-jenis hukum berdasarkan tempat berlakunya, yakni hukum nasional,
hukum internasional, dan hukum asing. Berikut adalah penjelasan penggolongan hukum
menurut wilayah berlakunya :
a. Hukum Nasional adalah jenis hukum yang berlaku di dalam wilayah negara tertentu.
Hukum nasional harus dilaksanakan oleh warga negara tersebut.
b. Hukum Internasional adalah jenis hukum yang berguna untuk mengatur hubungan
hukum antar negara di dalam hubungan internasional. Hukum internasional ini
berlaku secara universal, yang berarti dapat berlaku secara keseluruhan terhadap
negara-negara yang mengikatkan diri dalam perjanjian internasional tertentu.
c. Hukum Asing yakni hukum yang berlakunya di dalam wilayah negara lain.
5. Hukum Berdasarkan Isinya
Klasifikasi hukum menurut isi dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yakni
hukum publik dan hukum privat.
a. Hukum publik mengatur interaksi warga dan negara, serta kepentingan umum.
Hukum publik mencakup hukum tata negara, hukum adminsitrasi negara, hukum
pidana, dan sebagainya.
b. Hukum privat merupakan hukum yang mengatur hubungan antara sesama manusia
atau antara individu dengan individu. Hukum privat termasuk hukum perdata yang
meliputi harta kekayaan, perikatan, hak immaterial, dan hukum dagang.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapa di simpulkan bahwa kekosongan hukum adalah suatu
kejadian suatu perkara tidak ada undang undang yang dapat menjadi landasan dalam
menentukan hukum nya,nah pada saat situasi tersebut seorang hakim harus bisa menciptakan
hukum yang baru yang bisa menjadi pedoman dalam menentukan hukum yang di ambil dari
berbagai sumber salah satunya di ambil dari hukum negara lain yang di sesuaikan Kembali
agar tidak merugikan sebelah pihak.
Sumber sumber hukum di Indonesia yang umum di terdiri dari 5 landasan yaitu : undang-
undang, kebiasaan, traktrat, yurisprudensi, dan doktrin.
Penggolongan atau klasifikasi hukum terbagi kedalam 5 bagian yaitu dari bentuknya,
sumbernya, sifatnya, tempat berlakunya, dan isinya.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna, insyaAllah
kedepannya penulis akan mengkaji lebih lanjut dengan menyertakan sumber-sumber yang
lebih banyak dan terpercaya. Maka dari itu penulis menyarankan kepada pembaca agar dapat
melakukan penelitian mendalam mengenai nafkah dalam keluarga, supaya mendapatkan titik
terang dari hal tersebut.
Daftar Pustaka

Law office,sayap bening.2021, “Pengisi kekosongan hukum”


https://bantuanhukum-sbm.com/artikel-pengisian-kekosongan-hukum Diakses pada 24
oktober 2022 pukul 20:16
2022 “Penemuan hukum oleh hakim”
https://ditjenpp.kemenkumham.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=849:penemuan-hukum-oleh-hakim-rechtvinding
Diakses pada 24 Oktober 2022 pukul 21:08
2018.“Bagian bagian kekosongan hukum”
https://www.kompasiana.com/chyntiapinky3111/5b486677dd0fa834d168ef72/bagir-
manan-kekosongan-hukum-dapat-diisi-dengan-hukum-negara-lain Diakses pada 24 Oktober
2022 pukul 21:25
Oktavira Bernadetha aurelia. 2022“sumber hukum materi dan sumber hukum formal”
https://www.hukumonline.com/klinik/a/sumber-hukum-materiil-dan-sumber-hukum-
formal-lt6284c23d23320 Diakses pada 24 Oktober 2022 pukul 22:07
Ramon,Tiar 2009 “kekosongan hukum”
https://tiarramon.wordpr ,ess.com/2009/12/13/dilema-hukuman-mati/ Diakses pada 24
Oktober 2022 pukul 22:12

Anda mungkin juga menyukai