Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KONSTITUSI DAN TATA PERUNDANG UNDANGAN


Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan

Dosen Pengampu:
Dr. Iksan Sahri .S.Pd.I.M.Pd.I

Disusun Oleh:
Kelompok 6
Afifa Amalia Faradillah NIM.08040321082
Khoirul Izamwani NIM.08040321087
M Aliuddin Fakhri Rahmawan NIM.08040321093

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan segala puji bagi Allah SWT. karena dengan segala rahmat dan
karunia-Nya, kami menyelesaikan makalah dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta
salam kami panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. yang kita nantikan
syafaatnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah Swt. Atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dan diberi pencerahan untuk pembuatan makalah
ini sebagai tugas mata kuliah Kewarganegaraan. Penulisan makalah ini diajukan guna
memecahkan rumusan masalah yang didiskusikan, Selain itu, penyusunan makalah ini
bertujuan menambah wawasan kepada pemateri dan pembaca dalam konteks konstitusi dan
tata perundang-undangan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan dan penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas tidak sempurnaan dan kesalahan yang
pembaca temukan saat membaca makalah ini. Penulis juga mengharapkan saran dan kritik
apabila pembaca menemukan kesalahan pada makalah ini.

Surabaya, 21 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. Pengertian Konstitusi......................................................................................................3
B. Tujuan Konstitusi............................................................................................................4
C. Sejarah Perkembangan Konstitusi...................................................................................5
BAB III.......................................................................................................................................9
PENUTUP..................................................................................................................................9
A. Kesimpulan.....................................................................................................................9
B. Saran................................................................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Homo Hominy Lupus adalah ekspresi Latin yang berarti "orang-orang adalah serigala
bagi rekan-rekan mereka." Ini pertama kali dibuat dalam karya Plautus, Asinaria (Lupus
est homohomini pada 195 SM), dan kemudian dipopulerkan oleh Thomas Hobbes dalam
dessive-nya (1651). Frasa ini menggambarkan kondisi manusia yang cenderung saling
menyerang. Istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan kondisi manusia adalah
Bellum omnium contraomnes, yang berarti "perang melawan semua", seperti yang
dipopulerkan oleh Thomas Hobbes dari Leviathan (1651). Beberapa istilah ini
menggambarkan tren yang berbeda dalam sikap dan perilaku manusia. Dengan demikian,
masyarakat beradab memprovokasi konsensus dalam bentuk aturan yang menjamin
keamanan dan kedamaian batin.
Hal ini sesuai dengan ungkapan yang ditemukan dalam karya Proutz bahwa Homo
Hominy Soshius berarti manusia berteman dengan orang lain. Ada ungkapan lain "Ubi
societas ibi ius" yang dibuat oleh Cicero (1 0643 SM), yang berarti "di mana ada
masyarakat, di situ ada hukum". Prinsip-prinsip yang digagas oleh Plautus dan Cicero
tampaknya didasarkan pada kenyataan bahwa kehidupan manusia membutuhkan aturan
dan hukum di berbagai bidang kehidupan.
Tentunya pada tataran kehidupan berbangsa dan bernegara diperlukan negara
kesatuan Republik Indonesia dan ditetapkan sebagai pedoman hidup berbangsa dan
bernegara. Oleh karena itu, Indonesia disebut negara hukum atau negara. Jika Indonesia
adalah negara hukum, maka harus berdasarkan hukum sesuai dengan tatanan hukum
negara dalam segala aspek kehidupan dalam bidang kemasyarakatan, kebangsaan,
kenegaraan, dan semua kekuatan dokumen nasional. .. Salah satu pilar negara hukum
adalah pembentukan undang-undang dan peraturan, dan pembentukan lembaga-lembaga
negara.
Oleh karena itu, peran pengaturan hukum dalam konteks UUD adalah sentral dalam
bentuk undang-undang, di daerah dalam bentuk daerah, dan di tingkat desa dalam bentuk
peraturan desa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut.

1. Apa pengertian dari konstitusi ?


2. Apa tujuan adanya konstitusi ?
3. Bagaimana sejarah perkembangan konstitusi ?

C. Tujuan Penulisan

1
Dari rumusan masalah diatas dapat disimpulkan tujuan yang hendak dicapai sebagai
berikut.
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari konstitusi
2. Untuk mengetahui tujuan adanya konstitusi
3. Untuk mengetahui dan memahami sejarah perkembangan konstitusi

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Konstitusi
Konstitusi adalah salah satu kondisi krusial untuk mendirikan serta menciptakan suatu
negara yang merdeka. oleh karenan itu betapa pentingnya konstitusi itu pada suatu negara.
Konstitusi artinya suatu kerangka kehidupan politik yang sesungguhnya sudah dibangun
pertama kali peradaban dunia dimulai, sebab hampir seluruh negara menghendaki
kehidupan bernegara yang konstitusional.
Untuk memahami UUD, ada dua istilah yang mengacu pada norma dan peraturan dasar
rakyat dan kehidupannya. Kedua istilah tersebut adalah Konstitusi dan Konstitusi.
Konstitusi berasal dari "anggota" Prancis. Ini berarti sesuatu seperti penciptaan. Istilah ini
berarti pembentukan, pengaturan, atau pernyataan suatu bangsa. "Konstitusi" adalah
kombinasi dari dua kata Latin . Dengan kata lain, cume berarti "bersama..." dan statule
berarti "menyimpan sesuatu atau mengatur dan memutuskan sesuatu".

Ada perbedaan pandangan tentang arti istilah konstitusi ini . Menurut K.C., Konstitusi
adalah istilah yang menggambarkan keseluruhan sistem pemerintahan suatu negara dan
aturan-aturan yang membentuk, mengatur, atau menentukan pemerintahan negara itu.
Beberapa orang menganggap Konstitusi sebagai kerangka kerja nasional yang terorganisir
secara hukum. Pandangan ini diungkapkan oleh James Bryce. Sebaliknya, menurut Jimly
Asshiddiqie, Konstitusi adalah UUD yang biasa disebut UUD, dan tidak mungkin menulis.
Tidak semua negara memiliki konstitusi, jadi kami tidak dapat memastikannya.

Dalam pengertian konstitusi, terdapat dua kelompok ahli yang berpendapat bahwa
konstitusi sama saja dengan UUD dan juga sebaliknya. Kedua kelompok ini yaitu :
a. Kelompok pertama yang mempersamakan konstitusi dengan UUD, di antaranya:
1) G.J.Wolhaff, berpendapat bahwa kebanyakan negara-negara modern
berdasarkan atas suatu UUD (konstitusi).
2) Sri Soemantri, menggunakan istilah konstitusi sama dengan UUD (grondwet).
3) J. C. T. Simorangkir menganggap konstitusi sama dengan UUD.

b. Kelompok yang berpendapat konstitusi tidak sama dengan UUD, di antaranya :


1) Van Apeldorn berpendapat bahwa UUD adalah bagian tertulis dari konstitusi,
konstitusi memuat baik peraturan tertulis maupun tidak tertulis.
2) M. Solly Lubis melukiskan pembagian konstitusi dalam suatu skema, yaitu
konstitusi terdiri dari konstitusi tertulis (UUD) dan konstitusi tidak tertulis
(konvensi).
3) Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim mengatakan bahwa setiap peraturan
hukum karena pentingnya harus ditulis dan konstitusi yang tertulis itu adalah
UUD.
Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa konstitusi suatu negara hanyalah bagian
dari asal-usul aturan dasar negara itu. Konstitusi adalah konstitusi nasional, dan konstitusi
yang tidak dikodifikasi juga berlaku. Selain perbedaan pendapat tentang pengertian UUD

3
yang berasimilasi dengan UUD, konsep UUD mengacu pada asas-asas atau aturan-aturan
hukum mengenai pembatasan kekuasaan dalam penyelenggaraan suatu negara, tata cara
pembagian tugas. Sebagai intervensi politik yang berlaku bagi negara, prinsip-prinsip
dasar yang mengatur tata cara hak dan kewajiban, serta kewenangan yang berkaitan
dengan hubungan antara pemerintah negara bagian dan warga negaranya.
D. Tujuan Konstitusi
Menurut Hans Kelsen, fungsi konstitusi biasa disebut sebagai hukum fundamental
negara merupakan dasar dari tatanan hukum nasional. Oleh karena itu konstitusi menjadi
sumber validasi norma hukum nasional. Konstitusi mempunyai fungsi dan kedudukan
yang sangat fundamental dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam hal ini,
Komisi konstitusi tentang perubahan Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945
menyimpulkan bahwa fungsi dan kedudukan konstitusi adalah sebagai berikut :
1. Konstitusi berfungsi menjadi dokumen nasional yang mengandung perjanjian luhur,
berisi konvensi-konvensi perihal politik, hukum, pendidikan, kebudayaan, ekonomi,
kesejahteraan, serta aspek mendasar yang menjadi tujuan negara;
2. Konstitusi menjadi piagam kelahiran negara baru. Hal ini juga membutuhkan adanya
pengakuan masyarakat internasional, termasuk untuk menjadi anggota PBB, karena
itu perilaku kepatuhan suatu negara terhadap hukum internasional ditandai
menggunakan adanya ratifikasi terhadap perjanjian-perjanjian internasional.
3. Konstitusi menjadi sumber hukum tertinggi. Konstitusi mengatur maksud serta
tujuan terbentuknya suatu negara menggunakan sistem administrasinya melalui
adanya kepastian hukum yang terkandung dalam pasal-pasalnya, unifikasi hukum
nasional, social control, menyampaikan legitimasi atas berdirinya lembaga-lembaga
negara termasuk pengaturan tentang pembagian serta pemisahan kekuasaan antara
organ legislatif, eksekutif, yudisial.
4. Konstitusi menjadi identitas nasional dan lambang persatuan, konstitusi sebagai
suatu sarana untuk menunjukkan berbagai nilai serta norma suatu bangsa dan negara,
contohnya simbol demokrasi, keadilan, kemerdekaan, negara hukum yang
menjadikan sandaran untuk mencapai kemajuan serta keberhasilan tujuan negara.
5. Konstitusi sebagai indera untuk membatasi suatu kekuasaan, konstitusi dapat
berfungsi untuk membatasi kekuasaan, mengandalkan perkembangan serta situasi
politik yang selalu berubah, dan berupaya untuk menghindarkan adanya
penyalahgunaan kekuasaan.
6. Konstitusi menjadi pelindung HAM dan kebebasan warga negara. Konstitusi
memberikan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia serta hak-hak kebebasan
warga negara. Hal ini merupakan pengejawantahan suatu negara hukum
Tujuan Konstitusi, berdasarkan C.F. Strong Principles, adalah untuk membatasi
kesewenang-wenangan tindakan pemerintah, menjamin hak-hak korban, dan merumuskan
pelaksanaan kedaulatan. Oleh karena itu, setiap UUD selalu memiliki dua tujuan. Pertama,
membatasi dan mengontrol kekuatan politik. Dan tujuan kedua adalah untuk melepaskan
kekuasaan dari kendali mutlak penguasa dan menetapkan batas kekuasaan penguasa.
Konstitusi adalah sarana dasar untuk memantau proses kekuasaan. Konstitusi bertujuan
untuk mengatur jalannya kekuasaan melalui pembatasan hukum agar tidak terjadi
kesewenang-wenangan penguasa terhadap rakyat dan memberi petunjuk kepada penguasa

4
untuk mencapai tujuan nasional. Oleh karena itu, pada hakikatnya, Konstitusi Indonesia
bertujuan sebagai sarana untuk mencapai tujuan nasional sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila, dasar bangsa.
Sedangkan menurut Sri Soemantri (1992) dengan mengutip pendapat Steenbeck
menyatakan bahwa ada tiga materi muatan utama pada konstitusi yaitu :
a. Agunan hak asasi manusia.
b. Susunan ketatanegaraan yg bersifat fundamental.
c. Pembagian serta restriksi kekuasaan.
Selanjutnya pada paham konstitusi demokratis dijelaskan bahwa isi konstitusi
mencakup
a. Anatomi kekuasaan (kekuasaan politik) tunduk pada hukum.
b. Jaminan serta perlindungan hak asasi manusia.
c. Peradilan yang bebas dan berdikari.
d. Pertanggungjawaban kepada masyarakat (akuntabilitas public) sebagai sendi primer
dari asas kedaulatan rakyat.
Empat bidang di atas merupakan landasan utama pemerintahan konstitusional.
Namun, indikator nasional atau pemerintah yang dianggap demokratis tidak bergantung
pada konstitusi mereka. Sekalipun Konstitusi menentukan hukum dan prinsip-prinsip di
atas, jika tidak ditegakkan oleh praktik pemerintah, itu tidak dapat digambarkan sebagai
negara hukum atau sesuai dengan gagasan konstitusi yang demokratis.
E. Sejarah Perkembangan Konstitusi
Konstitusi ideal, berdasarkan Plato dan Aristoteles, menekankan pentingnya
pendidikan politik. Sebab, melalui orang-orang terpelajar, negara bisa diselamatkan dari
perkembangan anarki. Menurut Plato dan Aristoteles, anarki adalah akibat dari
perkembangan demokrasi yang tidak terkendali. Solusi Platon yang digambarkan dalam
republiknya terletak pada intelektual politik aristokrat. Tempat penampungan yang dapat
diatur menggunakan sistem pendidikan yang ketat yang dapat mengarah pada penciptaan
kondisi yang ideal.
Konstitusi Romawi dimulai sebagai kumpulan elemen monarki, aristokrat, dan
demokrasi yang harmonis dan berakhir sebagai aristokrat yang tidak bertanggung jawab.
Namun, harus diingat bahwa ini pasti terkait erat dengan perkembangan Kekaisaran
Romawi, yang merupakan wilayah yang sangat luas dengan berbagai etnis dan
kepentingan. Kerajaan seperti itu membutuhkan alat kekuasaan yang cepat dan efektif
yang hanya bisa diisi dengan satu tangan oleh penguasa mutlak.
Dampak abadi konstitusionalisme Romawi bisa dilihat. Pertama, hukum Romawi
memiliki pengaruh besar terhadap sejarah hukum benua Eropa. Cinta perdamaian dan
persatuan di Roma begitu kuat sehingga orang-orang abad pertengahan terobsesi dengan
gagasan persatuan politik global untuk menghadapi kekuatan kehancuran. Pada awal
klasik Islam.Dibuat pada tanggal 7 (633) M. chr. Piagam Madinah adalah hukum utama
hidup berdampingan di Madinah, di mana berbagai kelompok dan kelompok, termasuk
Yahudi, Kristen dan Islam, hidup. Konstitusi Madinah mencakup kebebasan berkeyakinan,
kebebasan berekspresi, dan hak atas kewajiban dalam kehidupan bermasyarakat, serta

5
mengatur kepentingan umum dalam berbagai kehidupan sosial. Konstitusi ini merupakan
Konstitusi pertama di dunia yang memuat materi yang sama dengan Konstitusi saat ini dan
meletakkan dasar bagi pengakuan hak asasi manusia di atas Konstitusi lainnya. Pada paruh
kedua abad ke-17, para bangsawan Inggris yang menang mengakhiri absolutisme kerajaan
dalam revolusi istana dan menggantinya dengan sistem parlementer yang berdaulat. Akhir
dari revolusi ini adalah deklarasi kemerdekaan 12 koloni Inggris pada tahun 1776 melalui
pembentukan Konstitusi sebagai dasar negara berdaulat.
Sebuah revolusi terjadi di Prancis pada tahun 1789, yang ditandai dengan banyak
ketegangan dalam populasi dan runtuhnya stabilitas keamanan nasional. Gejolak sosial di
Prancis telah menyebabkan perlunya konstitusi. 14 September 1791 adalah peristiwa
adopsi pertama Louis XVI dari Konstitusi Eropa. Sejak kejadian itu, sebagian besar negara
di dunia, baik monarki maupun republik, negara kesatuan dan negara federal telah
bersama-sama menetapkan prinsip-prinsip konstitusional di bawah Konstitusi. J. J.
Rousseau, Du Contract Social telah diterbitkan di Prancis. Dia mengatakan bahwa hak
adalah ekspresi dari kehendak (sosial) bersama, sedangkan orang dilahirkan secara bebas
dan hak adalah sama. Pandangan Rousseau sangat meremajakan hak dan kebebasan rakyat
(De Declaration des Droit d l'Homme et du Citoyen). Deklarasi inilah yang mempengaruhi
penyusunan Konstitusi Prancis (1791), terutama yang berkaitan dengan hak asasi manusia.
Oleh karena itu, konstitusi tertulis dipelopori oleh Amerika Serikat.
Versi Amerika tertulis dari Konstitusi ini diikuti oleh berbagai negara Eropa seperti
Spanyol (1812), Norwegia (1814) dan Belanda (1815). Perlu dicatat bahwa konstitusi
belum menjadi hukum dasar yang penting saat ini. Sebuah konstitusi baru, atau sering
disebut “konstitusi modern”, lahir dengan perkembangan sistem demokrasi yang khas.
Demokrasi perwakilan hadir sebagai pemuasan kebutuhan masyarakat akan sistem
perwakilan (perundang-undangan). Lembaga ini dibutuhkan sebagai penghasil
undangundang untuk mengurangi serta membatasi dominasi para raja. Alasan inilah yang
menempatkan konstitusi tertulis menjadi hukum dasar yang posisinya lebih tinggi daripada
raja. Di Indonesia sendiri terdapat sejarah lahirnya konstitusi dan perkembangan kosntitusi
hingga saat ini. Sebagai negara hukum, Indonesia mempunyai konstitusi yang dikenal
dengan UndangUndang Dasar (UUD) 1945. UndangUndang Dasar 1945 dibuat sejak 29
Mei 1945 hingga 16 Juli 1945 oleh Badan Penyelidik usahausaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) atau dikenal sebagai Dokuritsu Junbi Chosakai yang beranggotakan
62 orang, diketuai oleh Mr. Radjiman Wedyodiningrat. Tugas utama lembaga ini adalah
membuat konstitusi. Namun pada kenyataannya, proses ini memakan waktu yang lama,
terutama dalam membahas dasar-dasar negara.
Di akhir sidang pertama, BPUPKI membentuk panitia kecil yang disebut Panitia ke-9.
22 Juni 1945. KPU telah berhasil mencapai kompromi/kesepakatan tentang adopsi
Pembukaan UUD. Hasil kesembilan panitia tersebut kemudian diadopsi dalam rapat
IIBPUPKI pada tanggal 11 Juli 1945. Pada tanggal 16 Juli 1945, Sukarno membentuk
Panitia Persiapan Kemerdekaan, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI),
dengan panitia kecil yang diketuai oleh Soepomo, yang bertugas merancang UUD.
Undang-Undang Dasar atau Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia disahkan
oleh PPKI dan mulai berlaku pada hari Sabtu tanggal 18 Agustus 1945. Sejak saat itu,
Indonesia menjadi negara modern karena memiliki sistem ketatanegaraan, termasuk
prosedur ketatanegaraan terbaru, yaitu konstitusi telah diberlakukan. Dahlan Thaib dkk.

6
Sepatah kata UUD 1945 menggunakan angka “1945” dikemukakan oleh. Artinya, pada
tanggal 19 Februari 1959, Kabinet Kariya secara aklamasi menyimpulkan "Pelaksanaan
Demokrasi Terpimpin Dalam Rangka Kembalinya UUD 1945.
Perjalanan sejarah konstitusi Indonesia antara lain :
1. Undang-Undang Dasar 1945 yang masa berlakunya sejak 18 Agustus 1945 - 27
Desember 1949.
2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat – lazim dikenal dengan sebutan konstitusi RIS
dengan masa berlakunya 27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950.
3. Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) Republik Indonesia 1950 yang masa
berlakunya sejak 17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959.
4. Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan pemberlakuan kembali konstitusi
pertama Indonesia dengan masa berlakunya sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959 hingga
sekarang.
Ada dua contoh amandemen konstitusi: pembaruan dan amandemen. Pembaharuan
adalah sistem amandemen konstitusi di mana konstitusi baru diterapkan secara
keseluruhan, dengan menggunakan model yang mengubah seluruh konstitusi. Amandemen
konstitusi adalah amandemen konstitusi yang, jika konstitusi diubah, membuat konstitusi
asli tetap berlaku. Perubahan tersebut tidak dilakukan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari UUD yang asli, sehingga hasil perubahan tersebut merupakan bagian atau
lampiran yang menyertai UUD yang asli.
Menurut Budiardjo yang dikutip Ubaedillah (2015:115), terdapat empat macam
mekanisme dalam perubahan konstitusi, baik dalam model renewal (pembaruan) dan
amandemen, yaitu :
1. Sidang badan legislatif dengan ditambah beberapa syarat, contohnya bisa ditetapkan
kuorum untuk sidang yang mengungkapkan usul perubahan Undang-Undang Dasar
serta jumlah minimum anggota badan legislatif atau menerimanya.
2. Referendum, pengambilan keputusan menggunakan cara menerima atau menolak
usulan perubahan masing-masing.
3. Negara-negara bagian pada negara federal (contohnya, Amerika serikat, tiga perempat
dari 50 negara-negara bagian wajib menyetujui).
4. Perubahan yang dilakukan pada suatu konvensi atau dilakukan oleh suatu lembaga
khusus yang dibuat hanya untuk keperluan perubahan.
Dalam perubahan keempat Undang-Undang Dasar 1945 diatur perihal tata cara
perubahan undang-undang. Bersandar pada Pasal 37 Undang-Undang Dasar 1945
menyatakan bahwa :
1. Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan dalam sidang
MPR bila diajukan oleh sekurang-kurangnya sepertiga dari jumlah anggota MPR.
2. Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara tertulis dan
ditunjukkan menggunakan jelas bagian yang diusulkan buat diubah bersama karena.
3. buat mengganti pasal-pasal Undang-Undang Dasar, sidang MPR dihadiri oleh
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR.
4. Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan dengan
persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota MPR.

7
Wacana amandemen UUD 1945 mulai mengemuka seiring dengan perkembangan
politik pasca orde baru. Ada yang ingin mengubah UUD 1945 secara total dengan yang
baru. UUD 1945 diklaim tidak lagi sejalan dengan perkembangan politik dan
ketatanegaraan Indonesia, sehingga diperlukan UUD baru untuk menggantikan UUD
1945. Kelompok lain berpendapat bahwa UUD 1945 masih terkait dengan perkembangan
politik Indonesia. Pendapat kelompok yang terakhir ini didasarkan pada pandangan bahwa
UUD 1945 berisi pembukaan dan bahwa amandemen UUD 1945 akan mengubah
konsensus politik. Perubahan UUD 1945 juga menyebabkan pembubaran Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
Sejak Proklamasi 1945, telah menjadi perubahan-perubahan atas UUD negara
Indonesia, yaitu :
1. UUD 1945 (18 Agustus 1945 - 27 Desember 1949).
2. Konstistusi RIS (27 Desember 1949 -17 Agustus 1950).
3. UUDS RI 1950 (17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959).
4. UUD 1945 (5 Juli 1959 - 19 Oktober 1999).
5. UUD 1945 Amandemen I (19 Oktober 1999 - 18 Agustus 2000).
6. UUD 1945 Amandemen I dan II (18 Agustus 2000 - 9 November 2001).
7. UUD 1945 Amandemen I, II, dan III (9 November 2001 - 10 Agustus 2002).
8. UUD 1945 Amandemen I, II, III, dan IV (10 Agustus 2002).

8
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Konstitusi bisa dikatakan sebagai deretan asas maupun prinsip-prinsip yang mengatur
kekuasaan lembaga penyelenggara negara baik beserta prosedur korelasi antara
penyelenggara negara dan masyarakat negara . Tujuan konstitusi ialah membatasi
kesewenangwenangan pemerintah, menjamin hak-hak rakyat yang diperintah serta
menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat, sedangkan fungsi konstitusi adalah
sebagai dokumen nasional dan indera untuk membuat sistem politik serta sistem hukum
negaranya.
Implementasi dari konstitusi yang berlaku di Indonesia ditujukan untuk menjamin
keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara yang adil dan Makmur . Dimana
kejelasan hierarki tata perundang-undangan dimaksudkan supaya pada tataran
implementasinya masing-masing peraturan tidak saling bertentangan.
Pentingnya segenap rakyat negara untuk mengetahui konstitusi serta tata
perundangundangan Indonesia agar dapat menjadi bagian dari wawasan kebangsaan yang
membuat kepribadian rakyat yang taat peraturan, juga berpartisipasi secara langsung
maupun tidak langsung terhadap keberlangsungan kehidupan berbangsa serta bernegara.
B. Saran
Penulis menyadari apabila makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar kedepannya dapat membuat makalah
dengan lebih baik lagi. Penulis juga meminta maaf apabila masih terdapat salah penulisan
kata maupun ejaan.

9
DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie, Jimly. 2009. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. Gunawan, Rudy. 2013. Pendidikan IPS: Filosofi, Konsep Dan Aplikasi. Bandung:
Alfabeta.
Hamidi, Jazim, and Malik. 2008. Hukum Perbandingan Konstitusi. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher.
Nasution, Adnan Buyung. 1995. Aspirasi Pemerintahan Konstitusional Di Indonesia: Studi
SosioLegal Atas Konstituante 1956-1959. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Radjab, Dasril. 2005. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Riyanto, Astim. 2000. Teori Konstitusi. Bandung: Yapemdo.
Rosmawan, Wawan. 2011. “Sejarah Perkembangan Konstitusionalisme Dunia Dan Indonesia
(Tinjauan Perbandingan).”
Soemantri, Sri. 1992. Bunga Rampai Hukum Tata Negara. Bandung: Alumni.
Strong, C.F. 2012. Modern Political Constitutions: An Introduction to the Comparative Study
of Their History and Eisting Form (Konstitusi-Konstitusi Politik Modern; Study
Perbandingan Tentang Sejarah Dan Bentuk). ed. Penerjemah Derta Sri Widowatie. Bandung:
Nusamedia.
Ubaedillah, A. 2015. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) : Pancasila,
Demokrasi, Dan Pencegahan Korupsi. Jakarta: Prenada Media Group.
Utomo, A. Himawan. 2007. “Konstitusi”, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
Pendidikan Kewarganegaran. Yogyakarta
Kusnardi, Moh., and Harmaily Ibrahim. 1983. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Sinar
Bakti.

10

Anda mungkin juga menyukai