Anda di halaman 1dari 17

HAKIKAT KONSTITUSI

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan


Dosen Pengampu: Imas Mastoah, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Erva Agustin : (231220007)
Yustifani Leonita : (231220013)
Abduh Qowiyul Matin : (231220016)
Subeqa : (231220019)
Ratu Nabila Octaviana : (231220032)

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA
HASANUDDIN BANTEN TAHUN 2024 M/1445 H.
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah memberikan
taufiq, hidayah dan inayahnya kepada penulis. Sehingga dapat merampungkan
penulisan makalah ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga dan sahabatnya. Semoga kelak
kita mendapatkan syafa‟at di yaumil qiyamah. Aamiin Yaa Rabbal „Alamin.
Tidak lupa penulis menucapkan terima kasih kepada Ibu Imas Mastoah,
M.Pd. selaku Dosen pengampu mata kuliah Kewarganegaraan yang telah
memberikan tugas membuat makalah dengan judul “Hakikat Konstitusi”, yang
Alhamdulillah berkat rahmat dan karunia Allah SWT. Tugas tesebut telah penulis
selesaikan sebelum berakhirnya waktu yang ditentukan.
Penulis menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan bahkan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca.

Serang, 14 Maret 2024 M.


3 Ramadhan 1445 H.

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i


DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Makna Konstitusi ................................................................................3
B. Teori Konstitusionalisme....................................................................4
C. Tujuan Konstitusi ...............................................................................5
D. Fungsi dan Isi Konstitusi ....................................................................6
E. Pentingnya Konstitusi dalam Negara .................................................7
F. Perubahan Konstitusi di Negara Indonesia.........................................8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................................11
B. Saran .................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan dan tidak boleh
diubah kini telah mengalami beberapa perubahan. Yang pada hakikatnya
merupakan penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dengan kata lain, sebagai upaya memulai kontrak sosial baru antara warga
dengan negara, menuju cita-cita bersama yang dituangkan dalam “Peraturan
Dasar” (konstitusi).
Perubahan konstitusi memuat adanya perubahan sistem dan kondisi
negara yang otoritarian menuju sistem yang demokratis dengan relasi lembaga
negara yang seimbang. Dengan demikian, perubahan konstititusi menjadi
suatu agenda yang tidak bisa diabaikan, hal ini menjadi suatu keharusan yang
amat menentukan bagi jalannya demokratisasi suatu bangsa.
Dalam realitas yang berkembang memang telah menunjukkan adanya
komitmen bersama dalam setiap elemen masyarakat untuk mengamandemen
UUD 1945. Namun dalam kajian yang lebih mendalam, bagaimana cara
mewujudkan komitmen itu dan siapa yang berwenang melakukannya serta
dalam situasi seperti apa perubahan itu terjadi, hal ini menjadikan suatu bagian
yang menarik dan terpenting dari sebuah proses perubahan konstitusi
tersendiri. Karena, dengan melihat kembali hasil-hasil perubahan itu, kita
dapat menilai apakah rumusan-rumusan perubahan yang dihasilkan memang
dapat dikatakan lebih baik dan sempurna. Dalam artian, sampai sejauh mana
rumusan perubahan itu telah mencerminkan kehendak dan tujuan bersama,
yang menjadi kerangka dasar dan sangat berarti bagi perubahan-perubahan
selanjutnya. Sebab dapat dikatakan konstitusi menjadi monumen sukses atas
keberhasilan sebuah perubahan.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat diperoleh beberapa perumusan
masalah yaitu antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan konstitusi?
2. Apa itu teori konstitusionalisme?
3. Apa saja fungsi dan isi konstitusi?
4. Mengapa konstitusi dalam negara sangat penting?
5. Bagaimana proses perubahan konstitusi?

C. Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah tersebut, maka dapat diperoleh beberapa tujuan
yaitu:
1. Untuk mengetahui makna konstitusi.
2. Untuk mengetahui teori konstitusionalisme.
3. Untuk mengetahui fungsi dan isi konstitusi.
4. Untuk mengetahui pentingnya konstitusi di Indonesia.
5. Untuk mengetahui proses perubahan konstitusi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Konstitusi
Konstitusi berasal dari bahasa Inggris " Constitution" atau bahasa
Belanda "Constitue". Terjemahan dari istilah tersebut adalah undang-undang
dasar, hal ini memang sesuai dengan kebiasaan orang Belanda dan Jerman
yang dalam percakapan sehari-hari memakai kata "grondwet".
Menurut James Bryce, konstitusi adalah suatu kerangka masyarakat
politik (negara) yang diorganisir melalui hukum. Konstitusi merupakan kanker
kehidupan negara yang diatur dengan ketentuan hukum.
Pada hakikatnya berlaku sebagai hukum tertinggi karena merupakan
wujud perjanjian sosial tertinggi seluruh rakyat yang berdaulat dalam suatu
negara. Dalam konstitusi terdapat berbagai dokumen hukum, politik dan
ekonomi yang berfungsi sebagai " mercusuar" yang memberikan pedoman,
arah, dan petunjuk bagi suatu negara untuk menata dirinya. Namun pengertian
konstitusi dalam praktik ketatanegaraan umumnya dapat mempunyai arti:
1. Lebih luas daripada undang-undang dasar, atau
2. Sama dengan pengertian undang-undang dasar.
Kata konstitusi dapat mempunyai arti lebih luas dari pada pengertian
undang-undang dasar, karena pengertian undang-undang dasar hanya meliputi
konstitusi tertulis saja, dan selain itu masih terdapat konstitusi tidak dasar.
Konstitusi mempunyai pengertian yang luas dan pengertian yang sempit.
Namun, semua negara di Indonesia yang memberi arti konstitusi dalam
pengertian sempit kecuali Inggris. Dalam pengertian yang sempit konstitusi
hanya mengacu pada ketentuan-ketentuan dasar yang tertuang dalam dokumen
tertulis yaitu undang-undang dasar, sehingga muncul sebutan seperti konstitusi
Amerika Serikat konstitusi Prancis konstitusi Swiss dan sebagainya.
Sedangkan dalam pengertian yang luas, konstitusi juga mencakup kebiasaan
ketatanegaraan sebagai kaidah yang sifatnya tidak tertulis.
Kebiasaan dalam negara yang tidak tertulis itu disebut konvensi.

3
Konvensi adalah hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan
dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan negara
meskipun tidak tertulis. Konnvensi ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1. Merupakan kebiasaan yang berulang kali dan terpelihara dalam praktik
penyelenggaraan negara.
2. Tidak bertentangan dengan undang-undang dasar dan berjalan sejajar.
3. Diterima oleh seluruh rakyat.
4. Bersifat sebagai pelengkap sehingga memungkinkan sebagai aturan-aturan
dasar yang tidak terdapat dalam undang-undang dasar.
Dalam praktik ketatanegaraan negara Republik Indonesia pengertian
konstitusi adalah sama dengan pengertian undang-undang dasar.

B. Teori Konstitusionalisme
Menurut teori konstitusionalisme untuk mewujudkan suatu
pemerintahan yang baik penyelenggaraan bernegara perlu diatur dan
dituangkan dalam suatu konstitusi. Sebab tanpa aturan, penyelenggaraan
bernegara cenderung bisa disalahgunakan.
Menurut basis pemikiran teori konstitusionalisme merupakan sebuah
kesepakatan umum atau persetujuan di antara mayoritas rakyat mengenai
bangunan yang di idealkan berkaitan dengan negara.
Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme di zaman
modern dewasa ini pada umumnya dipahami berdasar pada 3 elemen.
Kesepakatan atau konsensus, sebagai berikut:
1. Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama ( the general goals of
society or general acceptance of the some philosophy of government)
2. Kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau
penyelenggara negara ( The basis of government).
3. Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur-prosedur
ketatanegaraan ( the form of Constitutions and procedures).

4
Menurut Miriam Budihardjo, dalam negara demokrasi konstitusional
UUD berfungsi untuk membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa
hingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang.
Di samping itu konstitusi negara tersebut haruslah memuat gagasan
mengenai konstitusionalisme yaitu ada pembatasan kekuasaan. Jadi ada
negara yang punya konstitusi belum tentu konstitusionalisme karena tidak ada
pembatasan kekuasaan dalam konstitusi tersebut, atau pemerintah yang
berkuasa tidak melaksanakan konstitusi dan menjalankan kekuasaan secara
otoriter atau sewenang-wenang.
Konstitusionalisme adalah satu gagasan/paham yang menyatakan
bahwa suatu konstitusi/Undang-Undang harus memiliki fungsi khusus yaitu
membatasi kekuasaan pemerintah dan menjamin hak-hak warga negara. Dan
biasanya dalam suatu negara demokrasi pasti mempunyai konstitusi atau
undang-undang dasar.

C. Tujuan Konstitusi
Secara garis besar konstitusi bertujuan untuk membatasi tindakan
sewenang-wenang pemerintah, menjamin hak-hak warga negara atau pihak
yang diperintah (rakyat) dan menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang
berdaulat. Sehingga pada hakikatnya tujuan konstitusi merupakan perwujudan
paham tentang konstitusionalisme yang berarti pembatasan terhadap
kekuasaan pemerintah disatu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga
Negara maupun setiap penduduk dipihak lain.
Menurut Bagir Manan, hakikat dari konstitusi merupakan perwujudan
paham tentang konstitusi atau konstitusionalisme, yaitu pembatasan terhadap
kekuasaan pemerintah di satu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga
negara maupun setiap penduduk di pihak lain.

5
D. Fungsi dan Isi Konstitusi
1. Fungsi Konsitusi
Menurut jimly Asshiddiqie (2006), fungsi-fungsi konstitusi dapat dirinci
sebagai berikut:
a. Fungsi penentu dan pembatas kekuasaan organ negara.
b. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antara organ negara.
c. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara dan warga
negara.
d. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara
ataupun kegiatan penyelenggaraan kekuasaan negara.
e. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan
yang asli ( yang dalam sistem demokrasi adalah rakyat) kepada organ
negara.
f. Fungsi simbolik sebagai pemersatu (Simbol of unity)
g. Fungsi simbolik sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan
(identuty of nation).
h. Posisi mbolik sebagai pusat upacara (center of ceremony)
i. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat. Baik dalam arti
sempit hanya di bidang politik maupun dalam arti luas mencakup
bidang sosial dan ekonomi.
j. Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembauran masyarakat
(social engineering dan social reform).
2. Isi Konstitusi
Konstitusi pada dasarnya memiliki isi tentang berisi hal-hal yang
mendasar atau pada umumnya bersifat garis-garis besar yang dituangkan
lebih lanjut dalam peraturan perundangan di bawahnya, jadi konstitusi
tidak mengatur secara terperinci tapi menyangkut hal-hal yang dasar saja
dalam mengelola sebuah organisasi besar yang bernama negara.
Menurut Sri Soemantri materi muatan konstitusi dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu:
a. Pengaturan tentang perlindungan hak asasi manusia dan warga negara.

6
b. Pengaturan tentang susunan ketatanegaraan suatu negara yang
mendasar.
c. Pembatasan dan pembagian tugas-tugas ketatanegaraan yang
mendasar.

E. Pentingnya Konstitusi Dalam Negara


Konsekuensi logis dari kenyataan bahwa tanpa konstitusi negara tidak
mungkin terbentuk, maka konstitusi menempati posisi yang sangat krusial
dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara. Negara dan konstitusi
merupakan lembaga yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Dr. A.
Hamid S. Attamimi, dalam disertasinya berpendapat tentang pentingnya suatu
konstitusi atau Undang-undang Dasar adalah sebagai pegangan dan pemberi
batas, sekaligus tentang bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan.
Struycken dalam bukunya Net Staatsrecht van Het Koninkrijk der
Nederlanden menyatakan bahwa konstitusi merupakan barometer kehidupan
bernegara dan berbangsa yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para
pendahulu, sekaligus ide-ide dasar yang digariskan oleh the founding father,
serta memberi arahan kepada generasi penerus bangsa dalam mengemudikan
suatu negara yang akan dipimpin. Semua agenda penting kenegaraan ini
tercover dalam konstitusi, sehingga benarlah kalau konstitusi merupakan
cabang yang utama dalam studi ilmu hukum tata negara.
Pada sisi lain, eksistensi suatu ”negara” yang diisyaratkan oleh A. G.
Pringgodigdo, telah memenuhi empat unsur, yaitu:
1. Memenuhi unsur pemerintahan yang berdaulat,
2. Wilayah Tertentu.
3. Rakyat yang hidup teratur sebagai suatu bangsa (nation), dan
4. Pengakuan dari negara-negara lain.
Dari keempat unsur untuk berdirinya suatu negara ini belumlah
cukup menjamin terlaksananya fungsi kenegaraan suatu bangsa dan belum ada
hukum dasar yang mengaturnya. Hukum dasar yang dimaksud adalah sebuah
konstitusi atau Undang-Undang Dasar.

7
Prof. Mr. Djokosutono melihat pentingnya konstitusi dari dua segi.
Pertama, dari segi sisi (Naar de Inhoud) karena konstitusi memuat dasar dari
struktur dan memuat fungsi negara. Kedua, dari segi bentuk (Naar de Maker)
oleh karena itu, yang memuat konstitusi bukan sembarangan orang atau
lembaga. Mungkin bisa dilakukan oleh raja, raja dengan rakyatnya, badan
konstituante atau lembaga diktator.
Pada sudut pandang yang kedua ini, K. C. Wheare menggkaitkan
pentingnya konstitusi dengan peraturan hukum dalam arti sempit, dimana
konstitusi dibuat oleh badan yang mempunyai ”wewenang hukum” yaitu
sebuah badan yang diakui sah untuk memberikan kekuatan hukum pada
konstitusi.

F. Perubahan Konstitusi di Negara Indonesia


1. Dalam UUD 1945 menyediakan satu pasal yang berkenaan dengan
caraperubahan UUD, yaitu pasal 37 yang menyebutkan:
a. Untuk mengubah UUD sekurang-kuranngnya 2/3 daripada anggota
MPR harus hadir;
b. Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 jumlah
angggota yang hadir.
2. Pasal 37 terrsebut mengandung tiga norma, yaitu:
a. Bahwa wewenang untuk mengubah UUD ada pada MPR sebagai
lembaga tertinggi negara;
b. Bahwa untuk mengubah UUD, kuorum yang dipenuhi sekurang-
kurangnya adalh 2/3 dari sejumlah anggota MPR;
c. Bahwa putusan tentang perubahan UUD adalah sah apabila disetujui
oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari anggota MPR yang hadir.
Apabila kita amati mengenai system pembaharuan konstitusi di
berbagai Negara , terdapat dua system yang berkembang yaitu renewel
(pembaharuan) dan Amandement (perubahan). System renewel adalah bila
suatu konstitusi dilakukan perubahan (dalam arti diadakan pembaharuan)
maka yang berlaku adalah konstitusi baru secara keseluruhan. System ini

8
dianut di Negara-negara Eropa Kontinental. System Amandement adalah bila
suatu konstitusi yang asli tetap berlaku sedang hasil amandemen tersebut
merupakan bagian atau dilampirkan dalam konstitusi asli. Sistem ini dianut di
Negara-negara Anglo Saxon.
Factor utama yang menentukan pembaharuan UUD adalah berbagai
pembaharuan keadaan di masyarakat. Dorongan demokrasi, pelaksanaan
paham Negara kesejahteraan (welfare state), perubahan pola dan system
ekonomi akibat industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dapat menjadi kekuatan (forces) pendorong pembaharuan UUD. Demikian
pula dengan peranan UUD itu sendiri. Hanya masyarakat yang berkendak dan
mempunyai tradisi menghormati dan menjunjung tinggi UUD yang akan
menentukan UUD dijalankan sebagaimana semestinya.
Secara Yuridis, perubahan konstitusi dapat dilakukan apabila dalam
konstitusi tersebut telah ditetapkan tentang syarat dan prosedur perubahan
konstitusi. Perubahan konstitusi yang ditetapkan dalam konstitusi disebut
perubahan secara formal (formal amandement). Disamping itu perubahan
konstitusi dapat dilakukan melalui cara tidak formal yaitu oleh kekuatan-
kekuatan yang bersifat primer, penafsiran oleh pengadilan dan oleh kebiasaan
dalam bidang ketatanegaraan.
Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, Konstitusi atau Undang-
undang Dasar 1945 yang diberlakukan di Indonesia, telah mengalami
perubahan-perubahan dan masa berlakunya di Indonesia, yakni dengan rincian
sebagai berikut:
1. Undang-undang dasar 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949)
2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949-17 Agustus
1950);
3. Undang-undang Dasar Semntara Rrepublik Indonesia 1950 (17 Agustus
1950-5Juli 1959);
4. Undang-undang Dasar 1945 (5 Juli 1959-19 Oktober 1999);
5. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I (19 Oktober 1999-18
Agustus 2000);

9
6. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I dan II (18 Agustus 2000-9
November 2001);
7. Undang-undang Dasar 1945 dan peereubahan I, II, dan III (9 November
2001-10 Agustus 2002);
8. Undang-undang Dasar 1945 dan perubahan I,II, III dan IV (10 Agustus
2002).

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konstitusi memiliki makna yang sangat penting dalam suatu negara,
tidak hanya sebagai seperangkat aturan hukum, tetapi juga sebagai penjaga
nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan tujuan fundamental masyarakat. Teori
konstitusionalisme menegaskan pentingnya konstitusi dalam membatasi
kekuasaan pemerintah, melindungi hak-hak individu, dan menegakkan
supremasi hukum.
Tujuan konstitusi adalah menciptakan struktur kekuasaan yang
seimbang, mencegah penyalahgunaan kekuasaan, serta memastikan
perlindungan terhadap hak-hak dasar warga negara. Fungsi dan isi konstitusi
mencakup pengaturan tentang pembagian kekuasaan antara lembaga-lembaga
negara, hak-hak dan kewajiban warga negara, mekanisme penegakan hukum,
serta prosedur perubahan konstitusi.
Konstitusi memiliki peran penting dalam mempromosikan stabilitas
politik, keadilan sosial, dan kedaulatan rakyat. Di Indonesia, perubahan
konstitusi telah menjadi bagian integral dari perkembangan demokrasi dan
sosial-politik negara. Proses perubahan konstitusi harus dilakukan secara hati-
hati, melalui mekanisme yang demokratis dan partisipatif, serta
memperhatikan aspirasi masyarakat dan kebutuhan zaman.

B. Saran
Penting bagi kita untuk selalu mengingat bahwa konstitusi adalah
pondasi dari sistem hukum dan pemerintahan kita. Mari kita hargai dan
terapkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya, seperti demokrasi, keadilan,
dan perlindungan hak asasi manusia dalam kehidupan sehari hari. Dengan
memperkuat kesadaran akan pentingnya konstitusi, kita dapat memastikan
bahwa masyarakat kita tetap berjalan dalam arah yang benar.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dwiningrum, Nawang Retno dan Zulkarnaen. 2023. Pendidikan


Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi Vokasi. Yogyakarta. UNY
PRESS.

Mujahidah, Annisatul. “Makalah PKn tentang Konstitusi”. 13 Maret 2024.


https://www.academia.edu/30179925/MAKALAH_KONSTITUSI_docx

Anda mungkin juga menyukai