Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KELOMPOK 5

IKM-10

KONSTITUSI NEGARA

DOSEN PENGAMPU: WASIYEM, M.TH

DISUSUN OLEH:

DINDA NURI HIDAYATI (0801222462)

NADIA RIZKA YULIANDA ()

SITI FADHILA AFIFAH ()

RAUDHA YASMINE NOOR ()

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATRA UTARA

2022/2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan


limpahkan rahmatnya makalah berjudul Konstitusi Negara untuk memenuhi tugas mata
kuliah “STUDI KEWARGANEGARAAN” ini telah kami selesaikan.

Dengan makalah ini, kami berharap semoga makalah ini dapat diterima dan membawa
manfaat besar serta memberikan nuansa baru bagi pihak yang berkecimpung dalam dunia
ilmu keberagaman Studi Kewarganegaraan. Sebagai penyusun kami menyadari dalam proses
penyusunan makalah studi Kewarganegaraan ini tidak lepas dari hambatan, tetapi berkat
bantuan dari berbagai pihak segala hambatan itu dapat teratasi.

Akhirnya, jikalau dalam makalah ini ada hal-hal yang kurang berkenan atau bahkan
tidak sesuai menurut pengamatan pembaca, dengan lapang dada kami akan menerima kritik
dan saran demi pembenahan makalah kami selanjutnya.

Medan, 23 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hampir semua negara yang mengalami transisi ke demokrasi menjadikan reformasi


konstitusi sebagai bagian tak terpisahkan dari pembaharuan politik mereka. Demikian
pentingnya reformasi konstitusi itu, sehingga kehadirannya dipandang sebagai suatu
keharusan. Tidak jelas benar kapan suatu negara yang tengah mengalami transisi mulai
melaksanakan reformasi konstitusi. Sejauh yang dapat dibaca dari berbagai literatur
mengenai transisi ke demokrasi, pengalaman masing-masing negara dalam hal ini relatif
berbeda. Filipina misalnya mulai melakukan reformasi konstitusi dengan membentuk komisi
konstitusi, dimana tugas utamanya adalah menuliskan kembali undang-undang dasar negeri
itu tak lama setelah Presiden Marcosdijatuhkan, dan setelah pemerintahan baru Cory Aquino
terbentuk.
Idealnya, suatu konstitusi dibuat untuk memenuhi kebutuhan, yaitu terciptanya
hubungan kekuasaan yang seimbang antara cabang-cabang kekuasaan yang ada. Akan tetapi
karena suatu konstitusi itu merupakan produk zamannya,tidak jarang ia ditulis untuk
mengakomodasi kepentingan-kepentingan waktu itu. Karenanya, sebenarnya tanpa adanya
perubahan besar pun, reformasi konstitusi dapat dilakukan, baik melalui cara amandemen,
perubahan dan penggantian konstitusi. Ini dilakukan ketika suatu konstitusi sudah tidak lagi
mampu mengakomodasi kepentingan zamannya di atas mana proses penyelenggaraan negara
hendak ditumpukan.

Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah kini telah
mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945 itu pada
hakekatnya merupakan tuntutan bagi adanya penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa
dan bernegara. Atau dengan kata lain sebagai upaya memulai “kontrak sosial” baru antara
warga negara dengan negara menuju apa yang dicita-citakan bersama yang dituangkan dalam
sebuah peraturan dasar (konstitusi). Perubahan konstitusi ini menginginkan pula adanya
perubahan sistem dan kondisi negara yang otoritarian menuju kearah sistem yang demokratis
dengan relasi lembaga negara yang seimbang. Dengan demikian perubahan konstititusi
menjadi suatu agenda yang tidak bisa diabaikan. Hal ini menjadi suatu keharusan dan amat
menentukan bagi jalannya demokratisasi suatu bangsa. Realitas yang berkembang kemudian
memang telah menunjukkan adanya komitmen bersama dalam setiap elemen masyarakat
untuk mengamandemen UUD 1945. Bagaimana cara mewujudkan komitmen itu dan siapa
yang berwenang melakukannya serta dalam situasi seperti apa perubahan itu terjadi,
menjadikan suatu bagian yang menarik dan terpenting dari proses perubahan konstitusi itu.
Karena dari sini akan dapat terlihat apakah hasil dicapai telah merepresentasikan kehendak
warga masyarakat, dan apakah telah menentukan bagi pembentukan wajah Indonesia
kedepan. Wajah Indonesia yang demokratis dan pluralistis, sesuai dengan nilai keadilan
sosial, kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan. Dengan melihat kembali dari hasil-hasil
perubahan itu, kita akan dapat dinilai apakah rumusan-rumusan perubahan yang dihasilkan
memang dapat dikatakan lebih baik dan sempurna. Dalam artian, sampai sejauh mana
rumusan perubahan itu telah mencerminkan kehendak bersama. Perubahan yang menjadi
kerangka dasar dan sangat berarti bagi perubahan-perubahan selanjutnya. Sebab dapat
dikatakan konstitusi menjadi monumen sukses atas keberhasilan sebuah perubahan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu konstitusi


2. Bagaimana sifat dan fungsi konstitusi
3. Apa kedudukan konstitusi

B. TUJUAN

1. Dapat mengetahui apa itu konstitusi


2. Dapat mengetahui sifat dan fungsi konstitusi
3. Dapat mengetahui kedudukan konstitusi
4. Supaya lebih tahu hokum dasar tertulis yang merupakan aturan-aturan yang ada
diIndonesia
5. Supaya dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-sehari, bahwa KONSTITUSI
itu sangat penting
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSTITUSI NEGARA

1. Pengertian Konstitusi

Istilah dalam bahasa Inggris “constitution” atau dalam bahasa Belanda “constitutie “
secara harafiah sering diterjemahkan dalam bahasa Indonesia UndangUndang Dasar.
Permasalahannya penggunaan istilah undang-undang dasar adalah bahwa kita langsung
membayangkan sesuatu naskah tertulis. Padahal istilah constitution bagi banyak sarjana ilmu
politik merupakan sesuatu yang lebih luas, yaitu keseluruhan peraturan – peraturan baik yang
tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara bagimana suatu
pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat. Kebiasaan menerjemahkan istilah
constitution menjadi undang-undang dasar, hal ini sesuai dengan kebiasaan orang Belanda
dan Jerman, yang dalam percakapan sehari-hari memakai kata “Grondwet” (Grond = dasar;
wet = undang-undang) dan grundgesetz (Grund = dasar ; gesetz = undang-
undang ).1Pengertian konstitusi menurut para ahli:

a) Koernimanto soetopawiro

Istilah konstitusi berasal dari bahasa latin cisme yang berarati bewrsama dengan dan
statute yang berarti membuat sesuatu agar berdiri. Jadi konstitusi berarti menetapkan secara
bersama.

b) Lasalle

1
https://journal.uny.ac.id/index.php/humanika/article/download/21011/11045
Konstitusi adalah hubungan antara kekuasaaan yang terdapat di dalam masyarakat
seperti golongan yang mempunyai kedudukan nyata di dalam masyarakat misalnya kepala
negara angkatan perang, partai politik.

c) Herman heller

Konstitusi mempunyai arti luas daripada uud. Konstitusi tidak hanya bersifat yuridis
tettapi juga sosiologis dan politis.

d) K. C. Wheare

Konstitusi adalah keseluruhan sistem ketaatanegaraaan suatu negara yang berupa


kumpulan peraturan yang mmbentuk mengatur /memerintah dalam pemerintahan suatu
Negara.

Peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis sebagai keputusan badan yang ber
wenang, dan ada yang tidak tertulis berupa konvensi. Dalam konsep dasar konstitusi,
pengertian konstitusi:

1) Kontitusi itu berasal dari bahasa parancis yakni constituer yang berarti membentuk.
2) Dalam bahasa latin konstitusi berasal dari gabungan dua kata yaitu “Cume” berarti
bersama dengan dan “Statuere” berarti membuat sesuatu agar berdiri atau mendirikan,
menetapkan sesuatu, sehingga menjadi “constitution”.
3) Dalam istilah bahasa inggris (constution) konstitusi memiliki makna yang lebih luas
dan undang-undang dasar. Yakni konstitusi adalah keseluruhan dari peraturn-
peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat
cara-cara bagaimana sesuatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat.
4) Dalam terminilogi hokum islam (Fiqh Siyasah) konstitusi dikenal dengan sebutan
DUSTUS yang berati kumpulan faedah yang mengatur dasar dan kerja sama antar
sesame anggota masyarakat dalam sebuah Negara.
5) Menurut pendapat James Bryce, mendefinisikan konstitusi sebagai suatu kerangka
masyarakat politik (Negara yang diorganisir dengan dan melalui hokum. Dengan kata
lain konstitusi dikatakan sebagai kumpulan prinsip-prinsip yang mengatur kekuasaan
pemerintahan, hak-hak rakyat dan hubungan diantara keduanya

Dalam perkembangannya, istilah konstitusi mempunyai dua pengertian, yaitu:


1. Dalam pengertian luas (dikemukakan oleh Bolingbroke), konstitusi berarti
keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar atau hukum dasar. Seperti halnya hukum
pada umumnya, hukum dasar tidak selalu merupakan dokumen tertulis atau tidak
tertulis atau dapat pula campuran dari dua unsur tersebut. sebagai hukum dasar yang
tertulis atau undang-undang Dasar dan hukum dasar yang tidak tertulis / Konvensi.
Konvensi sebagai aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan bearnegara mempunyai sifat ;

a) Merupakan kebiasaan yang berulangkali dalam prektek penyelenggaaraan Negara.


b) Tidak bear tentangan dengan hukum dasar tertulis/Undang-undang Dasar dan
bearjalan sejajar.
c) Diterima oleh rakyat Negara Bersifat melengkapi sehingga memungkinkan sebagai
aturan dasar yang tidak terdapat dalam Undang-undang Dasar. Konstitusi sebagiai
hukum dasar memuat aturan-aturan dasar atau pokok-pokok penyelenggaraan
bernegara, yang masih bersifat umum atau bersifat garis besar dan perlu dijabarkan
lebih lanjut kedalam norma hukum dibawahnya.

2. Dalam arti sempit (dikemukakan oleh Lord Bryce), konstitusi berarti piagam dasar
atau UUD, yaitu suatu dokumen lengkap mengenai peraturan-peraturan dasar negara.
Contohnya adalah UUD 1945.

Sesungguhnya pengertian konstitusi berbeda dengan Undang Undang Dasar, hal


tersebut dapat dikaji dari pendapat L.J. Apeldorn dan Herman Heller. Menurut Apeldorn,
konstitusi tidaklah sama dengan UUD. Undang-Undang Dasar hanyalah sebatas hukum yang
tertulis, sedangkan konstitusi di samping memuat hukum dasar yang tertulis juga mencakup
hukum dasar yang tidak tertulis. Adapun menurut Herman Heller, konstitusi mencakup tiga
pengertian, yaitu:

 Die politische verfassung als gesselchaffliche wirklichkeit, yaitu konstitusi yang


mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu kewajiban.
 Die verselbstandigte rechtverfassung, yaitu mencari unsur-unsur hukum dari
konstitusi yang hidup dalam masyarakat tersebut untuk dihadirkan sebagai suatu
kaidah hukum.
 Die geschriebene verfassung, yaitu menuliskan konstitusi dalam suatu naskah sebagai
peraturan perundangan yang tertinggi derajatnya dan berlaku dalam suatu negara.
Konstitusi sebagai hukum dasar berisi aturan-aturan dasar atau pokok-poko penyelenggaraan
negara. Aturan-aturan itu masih bersifat umum.

2. Kedudukan konstitusi

Konstitusi menempati kedudukan yang begitu krusial di dalam kehidupan


ketatanegaraan sebuah Negara sebab konstitusi menjadi tolak ukur kehidupan berbangsa dan
bernegara yang penuh dengan fakta sejarah perjuangan para pahlawannya.Hampir semua
Negara didunia memiliki konstitusi, kecuali inggris yng memang tidak memiliki konstitusi
atau undang-undang dasar.walupun demikian setiap konstitusi yangmempunyai kedudukan
resmi/formal yang relative sama,yaitu hukum dasar dan hukum tinggi:

Konstitusi sebagai hukum dasar


Konstitusi berkedudukan sebagai hukum dasar karena berisi aturan dan ketentuan
tentang hal-hal yang mendasar dalam kehidupan suatu Negara.
Konstitusi sebagai hukum tertinggi
Konstitusi lazimnya juga diberikan kedudukan sebagai hukum tertinggi dala tata
hukum yang bersangkutan.

3. Fungsi dan Tujuan Konstitusi

1. Fungsi Konstitusi

 Konstitusi berfungsi untuk membatasi kewenangan penguasa, menjamin hak rakyat


dan mengatur jalannya pemerintahan.
 Dalam negara demokrasi, konstitusi mempunyai fungsi yang khas,yaitu untuk
membatasi kekuasaan pemerintah.

2. Tujuan Konstitusi

Secara garis besar konstitusi bertujuan untuk membatasi tindakan sewenang-


wenangpemerintah, menjamin hak-hak pihak yang diperintah (rakyat) dan menetapkan
pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Sehingga pada hakekatnya tujuan konstitusi
merupakan perwujudan paham tentang konstitusionalisme yang berati pembatasan terhadap
kekuasaan pemerintah diastu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga Negara maupun
setiap penduduk dipihak lain.

Tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wanang pemerintah dan


menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan kekuasan yang
berdaulat. Menurut Bagir Manan, hakekat dari konstitusi merupakan perwujudan paham
tentang konstitusi atau konstitusionalisme, yaitu pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah
di satu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga negara maupun setiap penduduk di pihak
lain.Sedangkan, menurut Sri Soemantri, dengan mengutip pendapat Steenbeck, menyatakan
bahwa terdapat tiga materi muatan pokok dalam konstitusi, yaitu:
1. Jaminan hak-hak manusia;
2. Susunan ketatanegaraan yang bersifat mendasar;
3. Pembagian dan pembatasan kekuasaan.

Dalam paham konstitusi demokratis dijelaskan bahwa isi konstitusi meliputi:


1. Anatomi kekuasaan (kekuasaan politik) tunduk pada hukum.
2. Jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia.
3. peradilan yang bebas dan mandiri.
4. pertanggungjawaban kepada rakyat (akuntabilitas publik) sebagai sendi utama dari asas
kedaulatan rakyat.

Keempat cakupan isi konstitusi di atas merupakan dasar utama dari suatu pemerintah
yang konstitusional. Namun demikian, indikator suatu negara atau pemerintah disebut
demokratis tidaklah tergantung pada konstitusinya. Sekalipun konstitusinya telah menetapkan
aturan dan prinsip-prinsip diatas, jika tidak diimplementasikan dalam praktik
penyelenggaraan tata pemerintahan, ia belum bisa dikatakan sebagai negara yang
konstitusional atau menganut paham konstitusi demokrasi.

Tujuan-tujuan adanya konstitusi tersebut, secara ringkas dapat diklasifikasikan menjadi

tiga tujuan, yaitu:

1.Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan pembatasan sekaligus


pengawasan terhadap kekuasaan politik;

2.Konstitusi bertujuan untuk melepaskan control kekuasaan dari penguasa sendiri;


3.Konstitusi berjuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa dalam
menjalankan kekuasaannya.   

Oleh karena itu, setiap konstitusi mempunyai dua tujuan, yaitu :

a. Untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan politik.


b. Untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak para penguasa serta menetapkan
pembatasan kekuasaan penguasa.

Oleh karena itu, setiap konstitusi mempunyai dua tujuan, yaitu :

c. Untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan politik.


d. Untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak para penguasa serta menetapkan
pembatasan kekuasaan penguasa.

4. UUD 1945 Sebagai Konstitusi Pertama NKRI

Konstitusi Negara Indonesia adalah UUD 1945 yang untuk pertama kali disahkan
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. Dalam
tatasusunan peraturan perundang-undangan Negara, UUD 1945 menempati tempatan
tertinggi. Menurut jenjang norma hukum, UUD 1945 adalah kelompok aturan dasar / pokok
Negara yang berada dibawah Pancasila sebagai Norma Dasar.

1. Konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia Dalam sejarahnya,

sejak proklamasi 17Agustus 1945 hingga sekarang di Indonesia telah berlaku tiga
macam undang-undang dasar dalam empat priode, yaitu sebagai berikut:

a. Periode 18 Agustus 1945-27 Desember 1949 berlaku UUD 1945. UUD 1945terdiri dari
bagian pembukaan, batang tubuh (16 bab), 37 pasal, 4 pasal aturanparalihan, 2 ayat aturan
tambahan, dan bagian penjelasan.

b. Periode 27 Desember 1949-17 Agustus 1950 berlakunya UUD RIS. UUD RIS terdiri atas 6
bab, 197 pasal, dan beberapa bagian.

c. Periode 17 Agustus 1959-5 Juli 1959 berlaku UUDS 1950 terdiri atas 6 bab, 146 pasal, dan
beberapa bagian.
d. Periode 5 Juni 1959- sekarang kembali berlaku UUD 1945.

Kasus untuk periode keempat bberlaku UUD 1945 dengan pembagian berikut:

1. UUD 1945 yang belum diamandemenkan;

2. UUD 1945 yang sudah diamandemenkan (tahun 1999, tahun 2000, tahun 2001, dan tahun
2002) Amandemen tersebut adalah:

a) Amandemen ke-1 pada sidang umum MPR, disahkan 19 Oktober 1999;


b) Amandemen ke-2 pada sidang tahunan MPR, disahkan 18 Agustus 2000;
c) Amandemen ke-3 pada siding tahuna MPR, disahkan 10 November 2001;
d) Amandemen ke-4 pada tahunan MPR, disahkan 10 Agustus 2002;

Sidang PPKI pertama berlangsung tanggal 18 Agustus 1945 yang menghasilkan 3


keputusan penting, yaitu sebagai berikut.

1) Mengesahkan Rancangan Pembukaan Hukum Dasar Negara dan Hukum Dasar


Sebagai UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Memilih Ir. Seokarno dan Drs. Mohammad Hatta sebagai Presiden dan wakil
presiden.
3) Membentuk sebuah Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) untuk membentuk
presiden.

Sidang PPKI mengenai pengesahan undang-undang dasar inin belangsung sngat


singgat yaitu kurang lebih dua jam. Namun dengan semangat persatuan dan keinginan untuk
segera membentuk konstitusi Negara maka penetepan UUD 1945 berjalan dengan lancar.
Perubahan yang dilakukan hanyalah hal-hal yang kecil saja, bukan masalah yang mendasar.
Hal ini karena PPKI sudah mendapatkan naskah rancangan hokum dasar yang dihasilkan oleh
BPUPKI. Beberapa perubahan tersebut antara lain:

a. Istilah”hokum dasar” diganti menjadi” undang-undang dasar”,


b. Kata”mukadimah” diganti menjadi”pembukaan”.
c. “dalam suatu hukum dasar”diubah menjadi”dalam suatu undang-undang dasar”.
d. Diadakannya ketentuan tentang perubahan UUD yang sebelumnya tidak ada.
e. Rumusan”Ketuhanan Dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam Bagi Pemeluk-
Pemeluknya” diganti menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Penetapan UUD 1945 sebagai konstitusi Negara Republik Indonesia oleh PPKI
dilakukan dalam dua tahap, yaitu sebagai berikut.

1. Pengesahan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Yang Terdiri Dari 4


Alinea.
2. Pengesahan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar Negara Republok Indonesia terdiri
atas 16 Bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, dan dua ayat aturan tambahan.

5. Perubahan konstitusi NKRI

Konstitusi bukan hanya sebagai kumpulan norma-norma dasar statis yang merupakan
sumber ketatanegaraan, tapi juga memberi ruang untuk mengikuti perkembangan masyarakat
yang terjadi dalam suatu negara. Sejalan dengan dinamika perkembangan masyarakat pada
suatu negara, maka konstitusi dapat pula mengalami perubahan. Namun, untuk melakukan
perubahan tersebut tiap-tiap konstitusi mempunyai cara-cara atau prosedur tertentu. Menurut
Thaib (2003 :50), terdapat dua sistem perubahan sistem konstitusi yaitu : Sistem yang
pertama, bahwa apabila suatu Undang-Undang Dasar atau konstitusi diubah, maka yang
berlaku adalah Undang-Undang Dasar atau konstitusi yang baru secara keseluruhan. Hal ini
pernah dialami di Indonesia yaitu perubahan (pergantian) konstitusi dari UUD 1945 menjadi
Kontitusi RIS (27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950), dan perubahan (pergantian) dari
Kontitusi RIS menjadi UUDS 1950 (17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959), serta dari UUDS 1950
kembali menjadi UUD 1945 ( 5 Juli 1959 - 1999).

Sistem kedua, bahwa apabila suatu konstitusi diubah, maka konstitusi asli yang tetap
berlaku. Perubahan terhadap konstitusi tersebut merupakan amandemen dari konstitusi yang
asli tadi. Perubahan konstitusi yang menggunakan sistem pertama berarti terjadinya
pergantian suatu konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD) yang lama dengan adanya
konstitusi atau Undang-Undang Dasar yang baru. Perubahan konstitusi yang menggunakan
sistem kedua yang berarti dilakukan amandemen dari konstitusi atau Undang-Undang Dasar
juga pernah dialami di Indonesia, yaitu terjadi amandemen terhadap UUD 1945, yaitu
amandemen UUD 1945 yang pertama tahun 1999, yang kedua tahun 2000, yang ketiga tahun
2001, yang keempat tahun 2002.

Mengenai prosedur perubahan konstitusi, menurut C.F. Strong (Thaib, 2003: 51),
bahwa cara perubahan konstitusi ada empat macam yaitu;

1) Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan legislatif menurut


pembatasan-pembatasan tertentu.
2) Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh rakyat melalui suatu referendum.
3) Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh sejumlah negara-negara bagian yang
terdapat pada negara berbentuk Serikat.
4) Perubahan konstitusi yang dilakukan dalam suatu konvensi atau dilakukan oleh suatu
lembaga negara khusus yang dibentuk hanya untuk keperluan perubahan.

Sejak bergulirnya gerakan reformasi, UUD 1945 telah mengalami perubahan.


Prosedur perubahan UUD 1945 tersebut berdasarkan ketentuan Pasal 37 bahwa untuk
merubah UUD 1945, harus hadir sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlah anggota MPR, dan
kemudian putusan diambil atas persetujuan sekurangkurangnya 2/3 dari anggota yang hadir.
Setelah Amandemen keempat, Pasal 37 UUD 1945 pengalami perubahan bahwa untuk
perubahan Pasal-Pasal UUD dapat dilakukan jika diajukan sekurang-kurangnya oleh 1/3
anggota MPR. Keputusan tentang perubahan diambil jika Sidang MPR dihadiri oleh
sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR.

Pada bagian ini dibahas perubahan UUD 1945, perubahan pertama, kedua, ketiga dan
keempat dengan fokus substansi perubahan yang terjadi. Pada perubahan pertama, substansi
perubahan dimaksudkan untuk pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden, hanya
dua periode masa jabatan saja. Perubahn kedua, substansi perubahan dimaksudkan untuk
mempertegaskan hal-hal tentang Hak-hak Asasi Manusia dan memperkokoh eksistensi DPR
sebagai lembaga legislatif. Perubahan ketiga, substansi perubahan dimaksudkan untuk
mengembalikan kedaulatan rakyat dari MPR kepada rakyat, sehingga berimplikasi pada
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat. Perubahan ketiga juga
dimaksudkan untuk memperkokoh independensi kekuasaan kehakiman. Perubahan keempat,
substansinya dimaksudkan untuk penghapusan Dewan Pertimbangan Agung, dan
mempertegas persyaratan pengisian dan tata cara pengisian Jabatan Presiden dan Wakil
Presiden.2

6. Piagam Madinah Sebagai Konstitusi Pertama

Berdirinya negara Islam pertama di Madinah yang dipimpin langsung Nabi


Muhammad telah mempesona dunia. Negara Islam di Madinah atau sering disebut Negara
Madinah berjalan berdasarkan Piagam Madinah yang menjadi aturan bersama masyarakat
Madinah. Kehadiran negara Islam telah merubah geopolitik dunia. Dua kekuatan adikuasa
imperium romawi dan persia mulai mendapat kompatriot baru. Sejak saat itu, secara bertahap
umat Islam berhasil memimpin dua lebih dari 13 abad.

Piagam Madinah adalah dokumen perjanjian persahabatan antara Muhajirin-


AnsharYahudi dan sekutunya bersama Nabi Muhammad yang menjamin hak-hak mereka,
menetapkan kewajiban-kewajiban mereka dan memuat prinsip-prinsip pemerintahan yang
bersifat fundamental yang sifatnya mengikat untuk mengatur pemerintahan di bawah
pimpinan Nabi Muhammad. Menurut Montgomery Watt, secara umum Piagam Madinah
diakui autentik. Piagam Madinah merupakan sumber ide yang mendasari negara Islam pada
awal pembentukannya.

Ditetapkannya piagam politik tersebut dimaksudkan untuk membina kesatuan hidup


berbagai golongan warga Madinah. Dalam piagam tersebut dirumuskan kebebasan beragama,
hubungan antar kelompok, kewajiban mempertahankan kesatuan hidup dan lain-lain.
Berdasarkan isi Piagam Madinah itulah warga Madinah yang majemuk, secara politis dibina
di bawah pimpinan Nabi Muhammad.

Secara substansial ada tujuh pokok pikiran penting yang terkandung di dalam Piagam
Madinah. Pertama, masyarakat pendukung Piagam Madinah adalah masyarakat majemuk
yang terdiri atas berbagai suku dan agama. Konstitusi Madinah secara tegas mengakui
eksistensi suku bangsa dan agama dan memelihara unsur solidaritasnya. Konstitusi Madinah
menggariskan kesetiaan kepada masyarakat yang lebih luas lebih penting daripada kesetiaan
yang sempit kepada suku, dengan mengalihkan perhatian suku-suku itu pada pembangunan
negara, yang warga negaranya bebas dan merdeka dari pengaruh dan kekuasaan manusia

2
https://ejournal.unp.ac.id/index.php/jd/article/view/993
lainnya (Pasal 1). Adapun tali persatuannya adalah politik dalam rangka mencapai cita- cita
bersama (Pasal 17, 23 dan 42).

Kedua, semua warga negara mempunyai kedudukan yang sama, wajib saling
menghormati dan wajib kerjasama antara sesama mereka, serta tidak seorang pun yang
diperlakukan secara buruk (Pasal 12, 16). Bahkan orang yang lemah di antara mereka harus
dilindungi dan dibantu (Pasal 11).

Ketiga, negara mengakui, melindungi, dan menjamin kebebasan menjalankan ibadah


dan agama bagi orang-orang muslim maupun non muslim (Pasal 25-33). Keempat, setiap
warga negara mempunyai kedudukan yang sama di depan hukum (Pasal 34, 40). Kelima,
hukum adat (kelaziman mereka pada masa lalu), dengan berpedoman pada kebenaran dan
keadilan, tetap diberlakukan (Pasal 2, 10, 21). Keenam, semua warga negara mempunyai hak
dan kewajiban yang sama terhadap negara. Mereka berkewajiban membela dan
mempertahankan negara dengan harta, jiwa mereka dan mengusir setiap agresor yang
mengganggu stabilitas negara (Pasal 24, 36, 37, 38). Kedelapan, sistem pemerintahan adalah
desentralisasi, dengan Madinah sebagai pusatnya (Pasal 39).

Secara umum, ada dua pendapat yang berbeda mengenai Piagam Madinah sebagai
konstitusi. Pertama, pendapat yang menyatakan Piagam Madinah adalah piagam biasa yang
berisi mengenai visi negara modern yang untuk ukuran saat itu sudah sangat maju. Pendapat
ini tidak mengakui Piagam Madinah sebagai sebuah konstitusi. Alasannya, pandangan ahli
konstitusi mengisyaratkan keharusan adanya pembagian kekuasaan antara badan legislatif,
eksekutif, dan yudikatif, sehingga Piagam Madinah tidak dapat disejajarkan sebagai
konstitusi modern. Kedua, pendapat yang secara confidence mengakui Piagam Madinah
sebagai sebuah konstitusi. Alasannya, Negara Madinah telah menetapkan Piagam Madinah
sebagai aturan bersama dan pemegang hukum tertinggi. Di samping itu, dari segi formal dan
substansial apa yang diatur dalam teks-teks Piagam Madinah mencirikan sebagai sebuah
konstitusi. Dari dua pendapat tersebut, kebanyakan sarjana Islam menganggap masyarakat
Madinah di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad telah memenuhi syarat untuk bisa
disebut sebuah negara menurut hukum konstitusi pada zaman modern ini.

Pendapat kedua tersebut cukup beralasan bila dilihat pendapat K.C. Wheare yang
menjelaskan konstitusi sebagai keseluruhan sistem ketatanegaraan dari suatu negara berupa
kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur pemerintahan suatu negara. Sifat yang khas
dan mendasar dari bentuk konstitusi yang terbaik dan ideal adalah konstitusi itu harus
sesingkat mungkin untuk menghindari kesulitan para pembentuk konstitusi memilih mana
yang terpenting dan harus dicantumkan dalam konstitusi dan mana yang tidak perlu pada saat
mereka akan merancang suatu konstitusi, sehingga hasilnya akan dapat diterima, baik oleh
mereka yang akan melaksanakan maupun pihak yang akan dilindungi oleh konstitusi
tersebut.46 Dari pandangan ini jelas bahwa Piagam Madinah semakna dengan Konstitusi
Madinah.

Hamidullah berpendapat bahwa Piagam Madinah dapat disebut konstitusi karena


ciriciri lain, misalnya dalam bentuk tertulis, menjadi dasar organisasi pemerintahan
masyarakat Madinah sebagai suatu umat, adanya kedaulatan negara yang dipegang oleh Nabi
Muhammad, dan adanya ketetapan prinsip-prinsip pemerintahan yang bersifat fundamental,
yaitu mengakui kebiasaan-kebiasaan masyarakat Madinah, mengakui hak-hak mereka dan
menetapkan kewajiban-kewajiban mereka.

Walau bagaimanapun, prinsip-prinsip yang terkandung di dalam Piagam Madinah


dapat dikatakan sebagai suatu ide yang revolusioner untuk saat itu. Dalam konteks kekinian,
Piagam Madinah dapat diterima sebagai sumber inspirasi untuk membangun masyarakat yang
majemuk. Nurcholis Madjid menyatakan bahwa bunyi naskah konstitusi Madinah itu sangat
menarik. Ia memuat pokok-pokok pikiran yang dari sudut tinjauan modern mengagumkan.
Dalam konstitusi itulah untuk pertama kalinya dirumuskan ide-ide yang kini menjadi
pandangan hidup modern, seperti kebebasan beragama, hak setiap kelompok untuk mengatur
hidup sesuai dengan keyakinannya, kemerdekaan hubungan ekonomi dan lain-lain. Juga
ditegaskan adanya suatu kewajiban umum, yaitu partisipasi dalam usaha pertahanan bersama
menghadapi musuh dari luar.

Piagam Madinah yang dibuat untuk mempersatukan kelompok-kelompok sosial di


Madinah menjadi satu umat dan mengakui hak-hak mereka demi kepentingan bersama
merupakan contoh teladan sejarah kemanusiaan dalam membangun masyarakat yang
bercorak majemuk. Ide-ide dalam ketetapan-ketetapan Piagam Madinah tetap mempunyai
relevansi kuat dengan perkembangan dan keinginan masyarakat internasional dewasa ini dan
telah menjadi pandangan hidup modern berbagai negara di dunia. Hal ini dapat dibandingkan
dengan isi berbagai piagam, konstitusi dan deklarasi hak-hak asasi manusia yang lahir
puluhan abad kemudian sesudah lahirnya Konstitusi Madinah. Di samping itu, Piagam
Madinah dapat diterima sebagai sumber inspirasi untuk membangun masyarakat yang
pluralistik, memiliki relevansi yang kuat dengan perkembangan masyarakat internasional dan
menjadi pandangan hidup modern berbagai negara di dunia.

Piagam Madinah sebagai konstitusi yang diterapkan di Madinah merupakan


konsensus (kesepakatan) bersama, bukan hanya untuk kepentingan kelompok tertentu, begitu
pula konstitusi Negara Kesatuan Negara Republik Kesatuan Indonesia merupakan konsensus
bersama yang ditujukan untuk kepentingan bersama jangan sampai “dimanfaatkan” oleh
Penguasa, atau kelompok tertentu saja.3

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Konstitusi menurut makna katanya berarti dasar susunan suatu badan politik yang
disebut Negara.
2. Sifat pokok konstitusi negara adalah fleksibel (luwes) dan rigit (kaku).
 Konstitusi negara memiliki sifat fleksibel / luwes apabila konstitusi itu
memungkinkan adanya perubahan sewaktu-waktu sesuai perkembangan jaman
dinamika masyarakatnya.
 Sedangkan konstitusi negara dikatakan rigit / kaku apabila konstitusi itu sulit untuk
diubah kapanpun.
Adapun fungsi konstitusi adalah:
Fungsi pokok konstitusi adalah membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa
sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang.
Menjamin hak-hak asasi warga Negara.

3. kedudukan konstitusiyaitu:

 Konstitusi sebagai hukum dasar


Konstitusi berkedudukan sebagai hukum dasar karena berisi aturan dan ketentuan
tentang hal-hal yang mendasar dalam kehidupan suatu Negara.
 Konstitusi sebagai hukum tertinggi

3
http://scholar.unand.ac.id/117078/
Konstitusi lazimnya juga diberikan kedudukan sebagai hukum tertinggi dala tata
hukum yang bersangkutan.

B. SARAN

Semoga dengan adanya materi ini kita dapat mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari, bahwa konstitusi itu sangat penting ,karena merupakan suatu hukum dasar
tertulis yang merupakan aturan-aturan dasar yang dibentuk dalam mengatur hubungan
antarNegara dan warga Negara.

DAFTAR PUSTAKA

https://journal.uny.ac.id/index.php/humanika/article/download/21011/11045
Bakry Noor MS. 1994. Pancasila Yuridis Kenegaraan. Yogyakarta. Penerbit Liberty
Effendi Bahtiar. 2000. Reformasi Konstitusi Sebagai Prasyarat Demokratisasi
Pengalaman Indonesia. Analisis CSIS Tahun XXIX/2000, No. 4.
Jimly Assiddiqie. 2007. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta PT Bhuana
Ilmu Populer Kelompok Gramedia.
Kaelan, 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta. Penerbit Paradigma

Miriam Budiardjo. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta. Penerbit Gramedia Pustaka
Utama.

Sekretariat Jenderal MPR RI. 2003. Panduan dalam memasyarakatkan UUD 1945; Latar
Belakang, Proses dan Hasil Perubahan UUD 1945. Jakarta.

Toto S.Pandoyo. 1981. Ulasan Terhadap Beberapa Ketentuan Undang-Undang Dasar


1945. Yogyakarta. Penerbit Liberty.
Feri Amsari 1980-. (2013.). Perubahan UUD 1945 : perubahan konstitusi Negara Kesatuan
Republik Indonesia melalui putusan mahkamah konstitusi / Feri Amsari. Jakarta :: Rajawali
Pers,.

Anda mungkin juga menyukai