KELOMPOK 5
IKM-10
KONSTITUSI NEGARA
DISUSUN OLEH:
2022/2023
KATA PENGANTAR
Dengan makalah ini, kami berharap semoga makalah ini dapat diterima dan membawa
manfaat besar serta memberikan nuansa baru bagi pihak yang berkecimpung dalam dunia
ilmu keberagaman Studi Kewarganegaraan. Sebagai penyusun kami menyadari dalam proses
penyusunan makalah studi Kewarganegaraan ini tidak lepas dari hambatan, tetapi berkat
bantuan dari berbagai pihak segala hambatan itu dapat teratasi.
Akhirnya, jikalau dalam makalah ini ada hal-hal yang kurang berkenan atau bahkan
tidak sesuai menurut pengamatan pembaca, dengan lapang dada kami akan menerima kritik
dan saran demi pembenahan makalah kami selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah kini telah
mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945 itu pada
hakekatnya merupakan tuntutan bagi adanya penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa
dan bernegara. Atau dengan kata lain sebagai upaya memulai “kontrak sosial” baru antara
warga negara dengan negara menuju apa yang dicita-citakan bersama yang dituangkan dalam
sebuah peraturan dasar (konstitusi). Perubahan konstitusi ini menginginkan pula adanya
perubahan sistem dan kondisi negara yang otoritarian menuju kearah sistem yang demokratis
dengan relasi lembaga negara yang seimbang. Dengan demikian perubahan konstititusi
menjadi suatu agenda yang tidak bisa diabaikan. Hal ini menjadi suatu keharusan dan amat
menentukan bagi jalannya demokratisasi suatu bangsa. Realitas yang berkembang kemudian
memang telah menunjukkan adanya komitmen bersama dalam setiap elemen masyarakat
untuk mengamandemen UUD 1945. Bagaimana cara mewujudkan komitmen itu dan siapa
yang berwenang melakukannya serta dalam situasi seperti apa perubahan itu terjadi,
menjadikan suatu bagian yang menarik dan terpenting dari proses perubahan konstitusi itu.
Karena dari sini akan dapat terlihat apakah hasil dicapai telah merepresentasikan kehendak
warga masyarakat, dan apakah telah menentukan bagi pembentukan wajah Indonesia
kedepan. Wajah Indonesia yang demokratis dan pluralistis, sesuai dengan nilai keadilan
sosial, kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan. Dengan melihat kembali dari hasil-hasil
perubahan itu, kita akan dapat dinilai apakah rumusan-rumusan perubahan yang dihasilkan
memang dapat dikatakan lebih baik dan sempurna. Dalam artian, sampai sejauh mana
rumusan perubahan itu telah mencerminkan kehendak bersama. Perubahan yang menjadi
kerangka dasar dan sangat berarti bagi perubahan-perubahan selanjutnya. Sebab dapat
dikatakan konstitusi menjadi monumen sukses atas keberhasilan sebuah perubahan.
B. RUMUSAN MASALAH
B. TUJUAN
PEMBAHASAN
A. KONSTITUSI NEGARA
1. Pengertian Konstitusi
Istilah dalam bahasa Inggris “constitution” atau dalam bahasa Belanda “constitutie “
secara harafiah sering diterjemahkan dalam bahasa Indonesia UndangUndang Dasar.
Permasalahannya penggunaan istilah undang-undang dasar adalah bahwa kita langsung
membayangkan sesuatu naskah tertulis. Padahal istilah constitution bagi banyak sarjana ilmu
politik merupakan sesuatu yang lebih luas, yaitu keseluruhan peraturan – peraturan baik yang
tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara bagimana suatu
pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat. Kebiasaan menerjemahkan istilah
constitution menjadi undang-undang dasar, hal ini sesuai dengan kebiasaan orang Belanda
dan Jerman, yang dalam percakapan sehari-hari memakai kata “Grondwet” (Grond = dasar;
wet = undang-undang) dan grundgesetz (Grund = dasar ; gesetz = undang-
undang ).1Pengertian konstitusi menurut para ahli:
a) Koernimanto soetopawiro
Istilah konstitusi berasal dari bahasa latin cisme yang berarati bewrsama dengan dan
statute yang berarti membuat sesuatu agar berdiri. Jadi konstitusi berarti menetapkan secara
bersama.
b) Lasalle
1
https://journal.uny.ac.id/index.php/humanika/article/download/21011/11045
Konstitusi adalah hubungan antara kekuasaaan yang terdapat di dalam masyarakat
seperti golongan yang mempunyai kedudukan nyata di dalam masyarakat misalnya kepala
negara angkatan perang, partai politik.
c) Herman heller
Konstitusi mempunyai arti luas daripada uud. Konstitusi tidak hanya bersifat yuridis
tettapi juga sosiologis dan politis.
d) K. C. Wheare
Peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis sebagai keputusan badan yang ber
wenang, dan ada yang tidak tertulis berupa konvensi. Dalam konsep dasar konstitusi,
pengertian konstitusi:
1) Kontitusi itu berasal dari bahasa parancis yakni constituer yang berarti membentuk.
2) Dalam bahasa latin konstitusi berasal dari gabungan dua kata yaitu “Cume” berarti
bersama dengan dan “Statuere” berarti membuat sesuatu agar berdiri atau mendirikan,
menetapkan sesuatu, sehingga menjadi “constitution”.
3) Dalam istilah bahasa inggris (constution) konstitusi memiliki makna yang lebih luas
dan undang-undang dasar. Yakni konstitusi adalah keseluruhan dari peraturn-
peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat
cara-cara bagaimana sesuatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat.
4) Dalam terminilogi hokum islam (Fiqh Siyasah) konstitusi dikenal dengan sebutan
DUSTUS yang berati kumpulan faedah yang mengatur dasar dan kerja sama antar
sesame anggota masyarakat dalam sebuah Negara.
5) Menurut pendapat James Bryce, mendefinisikan konstitusi sebagai suatu kerangka
masyarakat politik (Negara yang diorganisir dengan dan melalui hokum. Dengan kata
lain konstitusi dikatakan sebagai kumpulan prinsip-prinsip yang mengatur kekuasaan
pemerintahan, hak-hak rakyat dan hubungan diantara keduanya
2. Dalam arti sempit (dikemukakan oleh Lord Bryce), konstitusi berarti piagam dasar
atau UUD, yaitu suatu dokumen lengkap mengenai peraturan-peraturan dasar negara.
Contohnya adalah UUD 1945.
2. Kedudukan konstitusi
1. Fungsi Konstitusi
2. Tujuan Konstitusi
Keempat cakupan isi konstitusi di atas merupakan dasar utama dari suatu pemerintah
yang konstitusional. Namun demikian, indikator suatu negara atau pemerintah disebut
demokratis tidaklah tergantung pada konstitusinya. Sekalipun konstitusinya telah menetapkan
aturan dan prinsip-prinsip diatas, jika tidak diimplementasikan dalam praktik
penyelenggaraan tata pemerintahan, ia belum bisa dikatakan sebagai negara yang
konstitusional atau menganut paham konstitusi demokrasi.
Konstitusi Negara Indonesia adalah UUD 1945 yang untuk pertama kali disahkan
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. Dalam
tatasusunan peraturan perundang-undangan Negara, UUD 1945 menempati tempatan
tertinggi. Menurut jenjang norma hukum, UUD 1945 adalah kelompok aturan dasar / pokok
Negara yang berada dibawah Pancasila sebagai Norma Dasar.
sejak proklamasi 17Agustus 1945 hingga sekarang di Indonesia telah berlaku tiga
macam undang-undang dasar dalam empat priode, yaitu sebagai berikut:
a. Periode 18 Agustus 1945-27 Desember 1949 berlaku UUD 1945. UUD 1945terdiri dari
bagian pembukaan, batang tubuh (16 bab), 37 pasal, 4 pasal aturanparalihan, 2 ayat aturan
tambahan, dan bagian penjelasan.
b. Periode 27 Desember 1949-17 Agustus 1950 berlakunya UUD RIS. UUD RIS terdiri atas 6
bab, 197 pasal, dan beberapa bagian.
c. Periode 17 Agustus 1959-5 Juli 1959 berlaku UUDS 1950 terdiri atas 6 bab, 146 pasal, dan
beberapa bagian.
d. Periode 5 Juni 1959- sekarang kembali berlaku UUD 1945.
Kasus untuk periode keempat bberlaku UUD 1945 dengan pembagian berikut:
2. UUD 1945 yang sudah diamandemenkan (tahun 1999, tahun 2000, tahun 2001, dan tahun
2002) Amandemen tersebut adalah:
Penetapan UUD 1945 sebagai konstitusi Negara Republik Indonesia oleh PPKI
dilakukan dalam dua tahap, yaitu sebagai berikut.
Konstitusi bukan hanya sebagai kumpulan norma-norma dasar statis yang merupakan
sumber ketatanegaraan, tapi juga memberi ruang untuk mengikuti perkembangan masyarakat
yang terjadi dalam suatu negara. Sejalan dengan dinamika perkembangan masyarakat pada
suatu negara, maka konstitusi dapat pula mengalami perubahan. Namun, untuk melakukan
perubahan tersebut tiap-tiap konstitusi mempunyai cara-cara atau prosedur tertentu. Menurut
Thaib (2003 :50), terdapat dua sistem perubahan sistem konstitusi yaitu : Sistem yang
pertama, bahwa apabila suatu Undang-Undang Dasar atau konstitusi diubah, maka yang
berlaku adalah Undang-Undang Dasar atau konstitusi yang baru secara keseluruhan. Hal ini
pernah dialami di Indonesia yaitu perubahan (pergantian) konstitusi dari UUD 1945 menjadi
Kontitusi RIS (27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950), dan perubahan (pergantian) dari
Kontitusi RIS menjadi UUDS 1950 (17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959), serta dari UUDS 1950
kembali menjadi UUD 1945 ( 5 Juli 1959 - 1999).
Sistem kedua, bahwa apabila suatu konstitusi diubah, maka konstitusi asli yang tetap
berlaku. Perubahan terhadap konstitusi tersebut merupakan amandemen dari konstitusi yang
asli tadi. Perubahan konstitusi yang menggunakan sistem pertama berarti terjadinya
pergantian suatu konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD) yang lama dengan adanya
konstitusi atau Undang-Undang Dasar yang baru. Perubahan konstitusi yang menggunakan
sistem kedua yang berarti dilakukan amandemen dari konstitusi atau Undang-Undang Dasar
juga pernah dialami di Indonesia, yaitu terjadi amandemen terhadap UUD 1945, yaitu
amandemen UUD 1945 yang pertama tahun 1999, yang kedua tahun 2000, yang ketiga tahun
2001, yang keempat tahun 2002.
Mengenai prosedur perubahan konstitusi, menurut C.F. Strong (Thaib, 2003: 51),
bahwa cara perubahan konstitusi ada empat macam yaitu;
Pada bagian ini dibahas perubahan UUD 1945, perubahan pertama, kedua, ketiga dan
keempat dengan fokus substansi perubahan yang terjadi. Pada perubahan pertama, substansi
perubahan dimaksudkan untuk pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden, hanya
dua periode masa jabatan saja. Perubahn kedua, substansi perubahan dimaksudkan untuk
mempertegaskan hal-hal tentang Hak-hak Asasi Manusia dan memperkokoh eksistensi DPR
sebagai lembaga legislatif. Perubahan ketiga, substansi perubahan dimaksudkan untuk
mengembalikan kedaulatan rakyat dari MPR kepada rakyat, sehingga berimplikasi pada
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat. Perubahan ketiga juga
dimaksudkan untuk memperkokoh independensi kekuasaan kehakiman. Perubahan keempat,
substansinya dimaksudkan untuk penghapusan Dewan Pertimbangan Agung, dan
mempertegas persyaratan pengisian dan tata cara pengisian Jabatan Presiden dan Wakil
Presiden.2
Secara substansial ada tujuh pokok pikiran penting yang terkandung di dalam Piagam
Madinah. Pertama, masyarakat pendukung Piagam Madinah adalah masyarakat majemuk
yang terdiri atas berbagai suku dan agama. Konstitusi Madinah secara tegas mengakui
eksistensi suku bangsa dan agama dan memelihara unsur solidaritasnya. Konstitusi Madinah
menggariskan kesetiaan kepada masyarakat yang lebih luas lebih penting daripada kesetiaan
yang sempit kepada suku, dengan mengalihkan perhatian suku-suku itu pada pembangunan
negara, yang warga negaranya bebas dan merdeka dari pengaruh dan kekuasaan manusia
2
https://ejournal.unp.ac.id/index.php/jd/article/view/993
lainnya (Pasal 1). Adapun tali persatuannya adalah politik dalam rangka mencapai cita- cita
bersama (Pasal 17, 23 dan 42).
Kedua, semua warga negara mempunyai kedudukan yang sama, wajib saling
menghormati dan wajib kerjasama antara sesama mereka, serta tidak seorang pun yang
diperlakukan secara buruk (Pasal 12, 16). Bahkan orang yang lemah di antara mereka harus
dilindungi dan dibantu (Pasal 11).
Secara umum, ada dua pendapat yang berbeda mengenai Piagam Madinah sebagai
konstitusi. Pertama, pendapat yang menyatakan Piagam Madinah adalah piagam biasa yang
berisi mengenai visi negara modern yang untuk ukuran saat itu sudah sangat maju. Pendapat
ini tidak mengakui Piagam Madinah sebagai sebuah konstitusi. Alasannya, pandangan ahli
konstitusi mengisyaratkan keharusan adanya pembagian kekuasaan antara badan legislatif,
eksekutif, dan yudikatif, sehingga Piagam Madinah tidak dapat disejajarkan sebagai
konstitusi modern. Kedua, pendapat yang secara confidence mengakui Piagam Madinah
sebagai sebuah konstitusi. Alasannya, Negara Madinah telah menetapkan Piagam Madinah
sebagai aturan bersama dan pemegang hukum tertinggi. Di samping itu, dari segi formal dan
substansial apa yang diatur dalam teks-teks Piagam Madinah mencirikan sebagai sebuah
konstitusi. Dari dua pendapat tersebut, kebanyakan sarjana Islam menganggap masyarakat
Madinah di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad telah memenuhi syarat untuk bisa
disebut sebuah negara menurut hukum konstitusi pada zaman modern ini.
Pendapat kedua tersebut cukup beralasan bila dilihat pendapat K.C. Wheare yang
menjelaskan konstitusi sebagai keseluruhan sistem ketatanegaraan dari suatu negara berupa
kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur pemerintahan suatu negara. Sifat yang khas
dan mendasar dari bentuk konstitusi yang terbaik dan ideal adalah konstitusi itu harus
sesingkat mungkin untuk menghindari kesulitan para pembentuk konstitusi memilih mana
yang terpenting dan harus dicantumkan dalam konstitusi dan mana yang tidak perlu pada saat
mereka akan merancang suatu konstitusi, sehingga hasilnya akan dapat diterima, baik oleh
mereka yang akan melaksanakan maupun pihak yang akan dilindungi oleh konstitusi
tersebut.46 Dari pandangan ini jelas bahwa Piagam Madinah semakna dengan Konstitusi
Madinah.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Konstitusi menurut makna katanya berarti dasar susunan suatu badan politik yang
disebut Negara.
2. Sifat pokok konstitusi negara adalah fleksibel (luwes) dan rigit (kaku).
Konstitusi negara memiliki sifat fleksibel / luwes apabila konstitusi itu
memungkinkan adanya perubahan sewaktu-waktu sesuai perkembangan jaman
dinamika masyarakatnya.
Sedangkan konstitusi negara dikatakan rigit / kaku apabila konstitusi itu sulit untuk
diubah kapanpun.
Adapun fungsi konstitusi adalah:
Fungsi pokok konstitusi adalah membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa
sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang.
Menjamin hak-hak asasi warga Negara.
3. kedudukan konstitusiyaitu:
3
http://scholar.unand.ac.id/117078/
Konstitusi lazimnya juga diberikan kedudukan sebagai hukum tertinggi dala tata
hukum yang bersangkutan.
B. SARAN
Semoga dengan adanya materi ini kita dapat mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari, bahwa konstitusi itu sangat penting ,karena merupakan suatu hukum dasar
tertulis yang merupakan aturan-aturan dasar yang dibentuk dalam mengatur hubungan
antarNegara dan warga Negara.
DAFTAR PUSTAKA
https://journal.uny.ac.id/index.php/humanika/article/download/21011/11045
Bakry Noor MS. 1994. Pancasila Yuridis Kenegaraan. Yogyakarta. Penerbit Liberty
Effendi Bahtiar. 2000. Reformasi Konstitusi Sebagai Prasyarat Demokratisasi
Pengalaman Indonesia. Analisis CSIS Tahun XXIX/2000, No. 4.
Jimly Assiddiqie. 2007. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta PT Bhuana
Ilmu Populer Kelompok Gramedia.
Kaelan, 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta. Penerbit Paradigma
Miriam Budiardjo. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta. Penerbit Gramedia Pustaka
Utama.
Sekretariat Jenderal MPR RI. 2003. Panduan dalam memasyarakatkan UUD 1945; Latar
Belakang, Proses dan Hasil Perubahan UUD 1945. Jakarta.