Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KONSTITUSI
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu: M. Farid Azmi, M.H.I

Disusun Oleh :

Kelompok 6

1. Faiz Maulana Adhi (10323077)

2. Kurnia Nabilla (10323087)

3. Retno Tri Nita Sari (10323094)

HTN C
PROGRAM STUDI HUKUM TATANEGARA
FAKULTAS SYARIAH
UIN K.H ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN
2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “KONSTITUSI” tanpa suatu
halangan apapun. Tidak lupa pula kami haturkan sholawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW
yang kita nantikan syafa’atnya dihari Yaumul Qiyamah, amin.

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Pancasila dan
Kewarganegaraan. Selain itu untuk mengetahui dan memahami materi Kewarganegaraan tentang
“Konstitusi”.

Terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan kami semata, namun karena
adanya do’a, motivasi, dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait. Sehubungan dengan hal tersebut,
kami pengucapkan terimakasih kepada;

1. Bapak M. Farid Azmi M.H.I selaku dosen pengampu mata kuliah Pancasila dan
Kewarganegaraan ;

2. Orang tua, kakak, adik dan teman-teman semua ;

3. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu kami dalam
penyusunan makalah ini.

Kami meyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna dan masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, besar harapan kami agar makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca.

Pekalongan, 26 Agustus 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada suatu negara di dunia pasti mempunyai konstitusi, karena konstitusi merupakan salah satu
syarat penting untuk mendirikan dan membangun suatu negara yang merdeka, oleh karenanya begitu
pentingnya konstitusi itu dalam suatu negara. Konstitusi merupakan suatu kerangka kehidupan politik
yang sesungguhnya telah dibangun pertama kali peradaban dunia dimulai, karena hampir semua negara
menghendaki kehidupan bernegara yang konstitusional, adapun ciri-ciri pemerintahan yang
konstitusional diantaranya memperluas partisipasi politik, memberi kekuasaan legislatif pada rakyat,
menolak pemerintahan otoriter dan sebagainya (Adnan Buyung Nasution, 1995 : 16). 1

Indonesia sebagai negara yang merdeka tentu saja mempunyai konstitusi sebagai landasan untuk
menjalankan pemerintahan negara. Undang-undang Dasar 1945 sebagai konstitusi di Indonesia
merupakan hukum tertinggi yang ditetapkan secara konstitusional. Terbentuknya konstitusi di Indonesia
diawali dari janji Jepang yang kemudian membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Zumbi choosakai, kemudian
terbentuk pada tanggal 29 April 1945, dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mulai bekerja tanggal 29
Mei 1945. Maka dengan terbentuknya BPUPKI bangsa Indonesia secara legal mempersiapkan
kemerdekaannya, untuk merumuskan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai negara yang merdeka
(Darji Darmodiharjo, 1991 : 26). 2

Dengan demikian, konsep konstitusi itu sendiri meliputi pengertian peraturan tertulis, kebiasaan,
dan konvensi-konvensi kenegaraan (ketatanegaraan) yang menentukan susunan dan kedudukan organ-
organ negara, mengatur hubungan antarorgan-organ negara itu dengan warga negara. Semua konstitusi
selalu menjadikan kekuasaan sebagai pusat perhatian, karena kekuasaan itu sendiri pada intinya
memang perlu diatur dan dibatasi sebagaimana mestinya.3

Sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, dan diikuti pengesahan UUD
1945 sebagai konstitusi pada tanggal 18 Agustus 1945, hingga kini UUD 1945 sebagai konstitusi telah
mengalami perkembangan dan perubahan-perubahan, hal itu disebabkan karena perkembangan politik
demokrasi yang selalu berkembang dan berubah-ubah pula.4

1
Yudha Fazria, “Konstitusi dan Landasan Hukum” Makalah Kewarganegaraan, Tangerang, 24 Maret 2018, hlm.4
2
Yudha Fazria, “Konstitusi dan Landasan Hukum” Makalah Kewarganegaraan, Tangerang, 24 Maret 2018, hlm.4
3
Jimmy Asshiddiqie, Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia, (Jakarta Timur: Sinar Grafika, 2010), hlm.17
4
Yudha Fazria, “Konstitusi dan Landasan Hukum” Makalah Kewarganegaraan, Tangerang, 24 Maret 2018, hlm.4
Secara umum Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Bahkan, setelah abad pertengahan yang ditandai dengan ide demokrasi dapat dikatakan
tanpa konstitusi Negara tidak mungkin terbentuk. Konstitusi merupakan hukum dasarnya suatu Negara.
Dasar-dasar penyelenggaraaan bernegara didasarkan pada konstitusi sebagai hukum dasar. Negara yang
berlandaskan kepada suatu konstitusi dinamakan Negara konstitusional.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa konsep dan teori konstitusi ?

2. Bagaimana sejarah konstitusi di Indonesia ?

3. Apa saja jenis konstitusi di Indonesia ?

4. Bagaimana perubahan konstitusi di Indonesia ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dan teori konstitusi;

2. Untuk mengetahui sejarah konstitusi di Indonesia;

3. Untuk mengetahui jenis konstitusi di Indonesia;

4. Untuk mengetahui perubahan konstitusi di Indonesia.

1.4 Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah literature review tentang konsep dan
teori konstitusi, sejarah konstitusi, jenis konstitusi, dan perubahan konstitusi di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Teori Konstitusi


1. Pengertian Konstitusi

Kontitusi berasal dari bahasa perancis yaitu constituer yang berarti membentuk. Dalam bahasa
latin konstitusi berasal dari gabungan dua kata yaitu “Cume” berarti bersama dengan dan “Statuere”
berarti membuat sesuatu agar berdiri atau mendirikan, menetapkan sesuatu, sehingga menjadi
“constitution”. Dalam istilah bahasa inggris (constution) konstitusi memiliki makna yang lebih luas, yakni
konstitusi adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang
mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana sesuatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu
masyarakat.5

Konstitusi adalah sejumlah aturan-aturan dasar dan ketentuan-ketentuan hukum yang dibentuk
untuk mengatur fungsi dan struktur lembaga pemerintahan termasuk dasar hubungan kerja sama
antara negara dan masyarakat dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam perkembangannya istilah konstitusi mempunyai dua pengertian, yaitu:

a. Dalam pengertian luas (dikemukakan oleh Bolingbroke), konstitusi berarti keseluruhan dari
ketentuan-ketentuan dasar atau hukum dasar. Seperti halnya hukum pada umumnya, hukum
dasar tidak selalu merupakan dokumen tertulis atau tidak tertulis atau dapat pula campuran
dari dua unsur tersebut.6

b. Dalam arti sempit (dikemukakan oleh Lord Bryce), konstitusi berarti piagam dasar atau UUD,
yaitu suatu dokumen lengkap mengenai peraturan-peraturan dasar negara. Contohnya adalah
UUD 1945. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Konstitusi yaitu keseluruhan
peraturan baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-
cara bagaimana suatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat.

5
Chairul Anwar, Konstitusi dan Kelembagaan Negara, (Jakarta: CV. Novindo Pustaka Mandiri, 1999)
6
Puji Hidayanti, “Konstitusi dan Landasan Hukum”, Makalah Kewarganegaraan, Tangerang, 23 Maret 2018, hlm.6-
7
Berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat didasarkan atas kekuasaan
tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu negara. Jika negara itu menganut paham
kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi konstitusi itu adalah rakyat. Jika yang berlaku adalah paham
kedaulatan raja, maka raja yang menentukan berlaku tidaknya suatu konstitusi, hal inilah yang disebut
oleh para ahli sebagai constituent power yang merupakan kewenangan yang berada di luar dan
sekaligus di atas sistem yang diaturnya.7

2. Tujuan Konstitusi

C.F Strong menyatakan bahwa pada prinsipnya tujuan konstitusi adalah untuk membatasi
kesewenangan tindakan pemerintah, untuk menjamin hak-hak yang diperintah, dan merumuskan
pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Oleh karena itu setiap konstitusi senantiasa memiliki dua tujuan
:

a. Untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan politik.

b. Untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak para penguasa serta menetapkan batas-
batas kekuasaan bagi penguasa.

c. Melindungi HAM, maksudnya setiap penguasa berhak menghormati Hak Asasi Manusia orang
lain dan hak memperoleh perlindungan hukum dalam hal melaksanakan haknya.

d. Pedoman penyelenggaraan negara berdaulat, maksudnya tanpa adanya pedoman konstitusi


negara kita tidak akan berdiri dengan kokoh.

Konstitusi merupakan sarana dasar untuk mengawasi proses-proses kekuasaan. Tujuan


dibuatnya konstitusi adalah untuk mengatur jalannya kekuasaan dengan jalan membatasinya melalui
aturan untuk menghindari terjadinya kesewenangan yang dilakukan penguasa terhadap rakyatnya serta
memberikan arahan kepada penguasa untuk mewujudkan tujuan Negara. Jadi, pada hakikatnya
konstitusi Indonesia bertujuan sebagai alat untuk mencapai tujuan negara dengan berdasarkan kepada
nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara.8

3. Nilai Konstitusi

Berkenaan dengan penilaian terhadap pelaksanaan konstitusi, Karl Loewenstein dalam bukunya
Reflection on the Value of Constitutions in our Revolusionary, berpendapat bahwa ada tiga jenis yang
sekaligus tingkatan ninali (value) konstitusi, yaitu nilai normatif, nilai nominal, dan nilai semantik.

a. Nilai normatif konstitusi

Karl Loewnstein-sebagaimana dikutip Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih dalam buku
mereka Ilmu Negara, mengatakan dalam setiap Undang-Undang Dasar ada dua masalah, yaitu:
(a) sifat ideal dari Undang- Undang Dasar itu teori, (b) bagaimana melaksanakan Undang-
7
Himmawan Utomo, “Konstitusi”, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Kewarganegaraan,
(Yogyakarta: Kanisius, 2007)
8
Yudha Fazria, “Konstitusi dan Landasan Hukum” Makalah Kewarganegaraan, Tangerang, 24 Maret 2018, hlm.6
Undang Dasar itu praktek. Peraturan hukum yang bersifat normatif ialah kalau peraturan
hukum itu masih dipatuhi oleh masyarakat , kalau tidak ia merupakan peraturan yang mati
dan/atau tidak pernah terwujud.9

b. Nilai nominal dari suatu konstitusi diperoleh apabila ada kenyataan sampai dimana batas-batas
berlakunya itu, yang dalam batas-batas berlakunya itulah yang dimaksud dengan nilai nominal
konstitusi. Bila konstitusi itu hanya sebagian saja dilaksanakan karena untuk sementara tidak
sesuai dengan keperluan di lapangan, maka konstitusi tersebut disebut dengan konstitusi
nominal.

c. Nilai semantik, apabila suatu konstitusi disusun dengan sebaik-baiknya, dengan mencerminkan
segala kepentingan rakyat, tetapi tentang pelaksanaanya tidak sesuai dengan isi dari konstitusi
tersebut. Secara istilah (semantika) dan teori konstitusi seakan-akan dijunjung tinggi, tetapi
dalam prakteknya terjadi banyak penyimpangan, sehingga bentuk demokrasi berubah menjadi
diktator dan sebagainya. Kalau konstitusi itu sama sekali tidak dilaksanakan , maka konstitusi itu
disebut dengan konstitusi semantik.

4. Fungsi

Fungsi konstitusi antara lain:

a. Konstitusi berfungsi sebagai dokumen nasional (national document) yang mengandung


perjanjian luhur, berisi kesepakatan-kesepakatan tentang politik, hukum, pendidikan,
budaya, ekonomi, kesejahteraan, dan aspek fundamental yang menjadi tujuan negara.10

b. Konstitusi memberikan legitimasi pada kekuasaan pemerintah sebagai fungi


konstitusionalisme.

c. Konstitusi merupakan instrumen dari satu satunya pemegang kekuasaan yakni rakyat.

d. Konstitusi sebagai piagam kelahiran (a birth certificate of new state).

e. Konstitusi sebagai sumber hukum tertinggi.

f. Konstitusi sebagai identitas nasional dan lambang persatuan.

g. Konstitusi sebagai alat membatasi kekuasaan negara (legislatif, eksekutif dan yudikatif).

h. Konstitusi sebagi pelindung HAM dan kebabasan warga negara.

5. Kedudukan Konstitusi

a. Kedudukan konstitusi/UUD yaitu:

9
Yudha Fazria, “Konstitusi dan Landasan Hukum” Makalah Kewarganegaraan, Tangerang, 24 Maret 2018, hlm.7-8
10
Puji Hidayanti, “Konstitusi dan Landasan Hukum”, Makalah Kewarganegaraan, Tangerang, 23 Maret 2018, hlm.6-
7
Dengan adanya UUD baik penguasa dapat mengetahui aturan atau ketentuan pokok
mendasar mengenai ketatanegaraan, sebagai hukum dasar, dan sebagai hukum yang
tertinggi.

b. Perubahan konstitusi/UUD

Secara revolusi, pemerintahan baru terbentuk sebagai hasil revolusi ini yang kadang –
kadang membuat sesuatu UUD yang kemudian mendapat persetujuan rakyat. Secara
evolusi, UUD atau konstitusi berubah secara berangsur–angsur yang dapat
menimbulkan suatu UUD, secara otomatis UUD yang sama tidak berlaku lagi.

c. Keterkaitan antara dasar negara dengan konstitusi

Keterkaitan antara dasar negara dengan konstitusi nampak pada gagasan dasar, cita –
cita dan tujuan negara yang tertuang dalam pembukaan UUD suatu negara. Dasar
negara sebagai pedoaman penyelenggaraan negara secara tertulis termuat dalam
konstitusi suatu negara.

d. Keterkaitan konstitusi dengan UUD

Konstitusi adalah hukum dasar tertulis dan tidak tertulis sedangkan UUD adalah hukum
dasar tertulis. UUD memiliki sifat mengikat oleh karenanya makin elastik sifatnya aturan
itu makin baik, konstitusi menyangkut cara suatu pemerintahan diselenggarakan. 11

2.2 Unsur dan Syarat Konstitusi


1. Syarat Konstitusi

Pada umumnya suatu konstitusi berisi 3 (tiga) hal pokok, yakni :

a. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negaranya;

b. Ditetapkan susunan ketatanegaran suatu Negara yang bersifat fundamental;

c. Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan.

2. Ciri-Ciri Konstitusi

Menurut Meriam Budiarjo, ciri-ciri ini dapat dilihat bahwa konstitusi atau Undang-Undang Dasar
memuat ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

a. Organisasi Negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif, dan
yudikatif.Hak-hak asasi manusia (biasanya disebut Bill of Rights jika berbentuk naskah
tersendiri.

11
Puji Hidayanti, “Konstitusi dan Landasan Hukum”, Makalah Kewarganegaraan, Tangerang, 23 Maret 2018,
hlm.11
b. Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari undang-undang dasar.
Hal ini biasanya terdapat jika para penyusun undang-undang dasar ingin menghindari
munculnya seorang dictator atau kembalinya suatu monarki.

c. Merupakan pengaturan hukum yang tertinggi dan mengikat semua orang.

Menurut Steenbeek ciri – ciri sebuah konstitusi meliputi 3 hal yaitu:

a. Adanya jaminan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM);

b. Adanya susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental;

c. Adanya pembatasan tugas ketatanegaraan.

3. Unsur Konstitusi

Menurut Savonir Lohman ada tiga unsur yang terdapat dalam tubuh konstitusi-konstitusi
sekarang, yaitu12

a. Konstitusi dipandang sebagai perwujudan perjanjian masyarakat (kontrak sosial). Artinya,


bahwa konstitusi merupakan konklusi dari kesepakatan untuk membina negara dan
pemerintahan yang akan mengatur mereka.

b. Konstitusi sebagai piagam yang menjamin hak-hak asasi manusia dan warga negara
sekaligus penentuan batas-batas hak dan kewajiban warga negara dan alat-alat
pemerintahannya.

c. Sebagai forma regimenis , berarti sebagai kerangka bangunan pemerintahan, dengan kata
lain sebagai gambaran struktur pemerintahan negara.

2.3 Jenis Konstitusi di Indonesia13


a. Konstitusi tertulis (written) dan konstitusi tidak tertulis (unwritten).Konstitusi tertulis (written)
adalah konstitusi dalam bentuk suatu dokumen hukum tertulis yang memiliki kedudukan hukum
khusus dalam penyelenggaraan negara. Konstitusi tertulis, disamping karena tertulis juga lebih
karena memiliki bentuk hukum dengan nama Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.

b. Konstitusi tidak tertulis (unwritten) adalah konstitusi yang tidak memiliki bentuk hukum khusus
atau harus tertulis, melainkan tumbuh berdasarkan praktik dan kebiasaan ketatanegaraan.

c. Konstitusi negara kesatuan dimana kedaulatan ada di pemerintah pusat yaitu Presiden sebagai
pemegang kekuasaan pemerintahan tertinggi dan hanya memiliki satu lembaga legislatif
tunggal, yaitu DPR sebagai pembentuk undang-undang.

12
Henc van Maarseveen dan Ger van der Tang, Written Constitution A Computerized Comparative Study, Oceana
Publications Inc, Dobbs Ferry, New York, 1978, hlm. 4.
13
Miftahul Huda, Majalah Konstitusi No.34 Nopember 2009, hlm. 113
d. Konstitusi rigid karena untuk mengubah UUD 1945 tidak dapat dilakukan dengan mekanisme
pembentukan undang-undang, tetapi memerlukan mekanisme yang lebih berat baik dari sisi
tahapan, syarat kuorum, maupun syarat persetujuan sebagaimana diatur dalam Pasal 37 UUD
1945.

e. Konstitusi yang memberikan hak pilih kepada seluruh warga negara dewasa dalam pemilihan
lembaga legislatif (Pasal 22E UUD 1945).

f. Konstitusi yang menentukan pengisian kamar kedua dengan cara dipilih (elective) mengingat
ketentuan bahwa anggota DPD dipilih oleh rakyat (Pasal 22C ayat (1) UUD 1945).

g. Konstitusi yang menganut soft bicameral mengingat wewenang DPD sebagai kamar kedua lebih
lemah jika dibanding DPR sebagai kamar pertama.

h. Konstitusi presidensial berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (1) UUD 1945 bahwa Presiden
memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.

i. Konstitusi yang menganut administrative law karena di bawah Mahkamah Agung dibentuk
pengadilan tata usaha negara (Pasal 24 ayat (2) UUD 1945.

2.4 Perubahan Konstitusi di Indonesia


Konstitusi suatu negara pada hakekatnya merupakan hukum dasar tertinggi yang memuat hal-hal
mengenai penyelenggaraan negara, karenanya suatu konstitusi harus memiliki sifat yang lebih stabil
dari pada produk hukum lainnya. Terlebih lagi jika jiwa dan semangat pelaksanaan penyelenggaraan
negara juga diatur dalam konstitusi sehingga perubahan suatu konstitusi dapat membawa perubahan
yang besar terhadap sistem penyelenggaraan negara. Menurut C.F Strong ada empat macam prosedur
perubahan kosntitusi, yaitu:14

1. Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan legislatif, akan tetap yang
dilaksanakan menurut pembatasanpembatasan tertentu. Perubahan ini terjadi melalui tiga
macam kemungkinan, yaitu:

a. Pertama, untuk mengubah konstitusi, sidang pemegang kekuasaan legislatif harus dihadiri
oleh sekurangkurangnya sejumlah anggota tertentu (kuorum) yang ditentukan secara pasti.

b. Kedua, untuk mengubah konstitusi maka lembaga perwakilan rakyat harus dibubarkan
terlebih dahulu dan kemudian diselenggarakan pemilihan umum. Lembaga perwakilan
rakyat harus diperbaharui inilah yang kemudian melaksanakan wewenangnya untuk
mengubah konstitusi.

c. Ketiga, adalah cara yang terjadi dan berlaku dalam sistem majelis dua kamar. Untuk
mengubah konstitusi, kedua kamar lembaga perwakilan rakyat harus mengadakan sidang

14
C. F. Strong, Konstiusi-Konstitusi Politik Modern kajian Tentang Sejarah dan Bentuk-Bentuk Konstitusi Dunia,
Penerjemah SPA Teamwork (Bandung: Nusamedia, 2004), hlm. 209-211
gabungan. Sidang gabungan inilah, dengan syarat-syarat seperti dalam cara pertama, yang
berwenang mengubah kosntitusi.

2. Perubahan konstitusi yang dilakukan rakyat melalui suatu referendum. Apabila ada kehendak
untuk mengubah kosntitusi maka lembaga negara yang diberi wewenang untuk itu mengajukan
usul perubahan kepada rakyat melalui suatu referendum atau plebisit. Usul perubahan
konstitusi yang dimaksud disiapkan lebih dulu oleh badan yang diberi wewenang untuk itu.
Dalam referendum atau plebisit ini rakyat menyampaikan pendapatnya dengan jalan menerima
atau menolak usul perubahan yang telah disampaikan kepada mereka. Penentuan diterima atau
ditolaknya suatu usul perubahan diatur dalam konstitusi.

3. Perubahan konstitusi yang berlaku pada negara serikat yang dilakukan oleh sejumlah negara
bagian. Perubahan konstitusi pada negara serikat harus dilakukan dengan persetujuan sebagian
terbesar negara-negara tersebut. Hal ini dilakukan karena konstitusi dalam negara serikat
dianggap sebagai perjanjian antara negara-negara bagian. Usul perubahan konstitusi mungkin
diajukan oleh negara serikat, dalam hal ini adalah lembaga perwakilannya, akan tetapi kata
akhir berada pada negara-negara bagian. Disamping itu, usul perubahan dapat pula berasal dari
negara-negara bagian.

4. Perubahan konstitusi yang dilakukan dalam suatu konvensi atau dilakukan oleh suatu lembaga
negara khusus yang dibentuk hanya untuk keperluan perubahan. Cara ini dapat dijalankan baik
pada Negara kesatuan ataupun negara serikat. Apabila ada kehendak untuk mengubah
konstitusi, maka sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dibentuklah suatu lembaga negara
khusus yang tugas serta wewenangnya hanya mengubah konstitusi. Usul perubahan dapat
berasal dari pemegang kekuasaan perundang-undangan dan dapat pula berasal dari pemegang
kekuasaan perundang-undangan dan dapat pula berasal dari lembaga negara khusus tersebut.
Apabila lembaga negara khusus dimaksud telah melaksanakan tugas serta wewenang sampai
selesai,dengan sendirinya lembaga itu bubar.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konstitusi adalah sejumlah aturan-aturan dasar dan ketentuan-ketentuan hukum yang dibentuk
untuk mengatur fungsi dan struktur lembaga pemerintahan termasuk dasar hubungan kerja sama
antara negara dan masyarakat dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Hakikat dan fungsi
konstitusi adalah adannya pembatasan kekuasaan pemerintah sehingga penyelenggaraan kekuasaan
tidak sewenang-wenang. Dengan demikian, hak-hak warga negara diharapkan dapat terlindungi.
Konstitusi yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Undang-Undang Dasar 1945. Sedangkan landasan
hukum dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat terpijak atau titik tolak dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan tertentu. Antara negara dan konstitusi mempunyai hubungan yang sangat erat.
Karena melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar negara. Pancasila sebagai alat
yang digunakan untuk mengesahkan suatu kekuasaan dan mengakibatkan Pancasila cenderung menjadi
idiologi tertutup, sehingga pancasila bukan sebagai konstitusi melainkan UUD 1945 yang menjadi
konstitusi di Indonesia.15

Tujuan dibuatnya konstitusi adalah untuk mengatur jalannya kekuasaan dengan jalan
membatasinya melalui aturan untuk menghindari terjadinya kesewenangan yang dilakukan penguasa
terhadap rakyatnya serta memberikan arahan kepada penguasa untuk mewujudkan tujuan Negara.
Serta konstitusi memempunyai kedudukan, nilai, fungsi, serta perubahan.

3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini, para pembaca khususnya mahasiswa dapat lebih
memahami tentang konstitusi dan landasan hukum serta dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-
hari.

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa penulisan masih jauh dari kata sempurna,
maka kami mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang, kedepannya kami
akan lebih berhati-hati dalam menjelaskan tentang makalah dengan sumber-sumber yang lebih banyak
dan dapat lebih dipertanggung jawabkan.

15
Puji Hidayanti, “Konstitusi dan Landasan Hukum”, Makalah Kewarganegaraan, Tangerang, 23 Maret 2018,
hlm.15
DAFTAR PUSTAKA
FAZRIA, YUDHA. "MAKALAH KEWARGANEGARAAN KONSTITUSI DAN LANDASAN HUKUM.",
https://www.academia.edu/download/56152436/YUDHA_FAZRIA_KONSTITUSI_DAN_LANDASAN_HUK
UM.PDF, diakses pada 27 Agustus 2023 pukul 11.20

Hidayanti, Puji. "KONSTITUSI DAN LANDASAN HUKUM.",


https://www.academia.edu/download/56152431/PUJI_HIDAYANTI_MAKALAH_KONSTITUSI_DAN_LAND
ASAN_HUKUM.PDF diakses pada 3 September 2023 pukul 07.30

Makalah Konstitusi Negara,


file:///C:/Users/USER/Documents/Makalah%20PPKN%20HTN%20C/MAKALAH%20KONSTITUSI
%20NEGARA.pdf , diakses pada 7 September 2023 pukul 12.20

Effendi Suryani & Kaswan, Pancasila dan Ketahanan Jati Diri Bangsa, Bandung: PT Refika Aditama, 2015.

Kaelan, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Pergerian Tinggi , Yogyakarta: Paradigma, 2016. Lubis.

Maulana Arafat, Pembelajaran PPKn di SD/MI, Medan: AKASHA SAKTI, 2018. Winarno, Paradigma Baru
Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2007.

Anwar, Chairul. 1999. Konstitusi dan kelembagaan Negara. Jakarta: CV. Novindo Pustaka Mandiri.

Budiarjo, Miriam. 2000. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia

Hady, Nuruddin. 2010. Teori Konstitusi dan Negara Demokrasi. Malang: Setara Press.

Priyanto, A. T Sugeng, dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning: Pendidikan Kewarganegaraan.
Jakarta: PT Gramedia.

Strong, C.F Konstiusi-Konstitusi Politik Modern kajian Tentang Sejarah dan Bentuk-Bentuk Konstitusi
Dunia, Penerjemah SPA Teamwork (Bandung: Nusamedia, 2004), hlm. 209-211

Anda mungkin juga menyukai