PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
4
PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
4
Revisi: 00/2019
Hal. 1 dari 12
CHAPTER MODUL MATA KULIAH
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
4
CHAPTER 4
KONSEP NEGARA DAN KONSTITUSI
Capaian pembelajaran
Setelah mengikuti sesi modul ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan mampu
menjelaskan konsep negara dan konstitusi.
Secara garis besar konstitusi merupakan seperangkat aturan main dalam kehidupan bernegara
yang mengatur hak dan kewajiban warga Negara dan Negara itu sendiri. Konstitusi suatu Negara
biasa di sebut dengan Undang-Undang Dasar (UUD) . dalam pengembangan Negara dan warga
Negara dan warga Negara yang demokratis, keberadaan konstitusi demokrasi lahir dan Negara
yang demokrasi.
Namun demikian, tidak ada jaminan adanya konstitusi yang demokratis akan melahirkan sebuah
Negara yang demokratis akan melahirkan sebuah Negara yang demokratis. Hal itu disebabkan
oleh penyelewengan atas konstitusi oleh penguasa otoriter. Oleh karenanya akan diuraikan lebih
menyeluruh unsure-unsur penting dalam konstitusi.
Hal. 2 dari 12
CHAPTER MODUL MATA KULIAH
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
4
konstitusi dikatakan sebagai kumpulan prinsip-prinsip yang mengatur kekuasaan
pemerintahan, hak-hak rakyat dan hubungan diantara keduanya.
b) Tujuan Konstitusi
Secara garis besar konstitusi bertujuan untuk membatasi tindakan sewenang-wenang pemerintah,
menjamin hak-hak pihak yang diperintah (rakyat) dan menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang
berdaulat. Sehingga pada hakekatnya tujuan konstitusi merupakan perwujudan paham tentang
konstitusionalisme yang berate pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah diastu pihak dan
jaminan terhadap hak-hak warga Negara maupun setiap penduduk dipihak lain.
B. Klasifikasi Konstitusi
Konstitusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Konstitusi tertulis dan tidak tertulis
1) Konstitusi tertulis merupakan suatu instrument atau dokumen yang dapat dijumpai pada
sejumlah hokum dasar yang diadopsi atau dirancang oleh para penyusun konstitusi
dengan tujuan untuk memberikan ruang lingkup seluas mungkin bagi proses undang-
undang biasa untuk mengembangkan konstitusi itu sendiri dalam aturan-aturang yang
sudah disiapkan.
2) Konstitusi tidak tertulis dalam perumusannya tidak membutuhkan proses yang panjang
misalnya dalam penentuan Qourum, Amandemen, Referendum dan konvensi.
Hal. 3 dari 12
CHAPTER MODUL MATA KULIAH
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
4
b) Konstitusi Fleksibel dan Konstitusi Kaku
1) Ciri-ciri konstitusi fleksibel yaitu
a) Elastic
b) Diumumkan dan diubah dengan cara yang sama.
Hal. 4 dari 12
CHAPTER MODUL MATA KULIAH
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
4
juli 1945 yang diketuai oleh Soepomo dengan tugas menyusun rancangan UUD dan membentuk
panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang beranggotakan 21 orang. Sehingga UUD
atau konstitusi Negara republic Indonesia diatukan ditetapkan oleh PPKI pada hari sabtu tanggal
18 Agustus 1945. Dengan demikian sejak itu Indonesia telah menjadi suatu Negara modern
karena telah memiliki suatu system ketatanegaraan yaitu dalam UUD 1945.
Dalam perjalanan sejarah, konstitusi Indonesia telah mengalami beberapa kali pergantian baik
nama maupun subtansi materi yang dikandungnya, yaitu :
a) UUD 1945 yang masa berlakunya sejak 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949.
b) Konstitusi republic Indonesia serikat yang lazim dikenal dengan sebutan konstitusi RIS (17
Desember 1949 – 17 Agustus 1950).
c) UUD 1950 (17 Agustus 1950 – 05 Juli 1959).
d) UUD 1945 yang merupakan pemberlakuan kembali konstitusi pertama Indonesia dengan
masa berlakunya sejak dekrit presiden 05 Juli 1959 – Sekarang.
Undang-Undang 1945 merupakan konstitusi bagi Negara Indonesia. Sebagai dasar hukum, UUD
1945 berperan dalam mewujudkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam ideologi bangsa
Indonesia yaitu pancasila. Pancasila sendiri merupakan hukum diatas segala hukum (staats
fundamental norm). Artinya UUD 1945 sebagai dasar hukum, dalam pembuatannya tidak boleh
bertentangan dan harus mematuhi nilai-nilai yang terdapat pada pancasila, sebab UUD 1945
adalah hokum yang setingkat dibawah Pancasila. Maka dari itu dikenallah asas yang berbunyi
“hukum yang lebih tinggi menjadi acuan bagi hukum yang lebih rendah”.
UUD 1945 dalam prosesnya tidak bersifat absolut, maksudnya UUD 1945 dapat diamandemen
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan Negara Indonesia. Bahkan dalam perubahan UUD ini
Hal. 5 dari 12
CHAPTER MODUL MATA KULIAH
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
4
telah tercantum sendiri pada pasa 37. Dan dalam perubahannya juga harus mematuhi asas
“hukum yang lebih tinggi menjadi acuan bagi hukum yang lebih rendah”.
Pada dasarnya Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi Negara Indonesia maksudnya
adalah UUD 1945 menjadi dasar atau landasan struktural dalam penyelenggaraan pemerintahan
menurut sistem ketatanegaraan. Undang-Undang Dasar 1945 juga memiliki fungsi khusus sebagai
perwujudan hukum tertinggi yang harus ditaati, bukan hanya oleh rakyat akan tetapi oleh
pemerintahan dan penguasa juga.
Intinya setiap warga Negara Indonesia beserta pemerintah wajib mematuhi apa yang sudah
tertulis dalam UUD 1945. Sebab dengan cara ini, tujuan Negara dalam menyelenggarakan
kepentingan umum tanpa menyingkirkan kepentingan pribadi dapat terlaksana dengan baik dan
bijaksana.
Undang-undang Dasar 1945 merupakan konstitusi bagi Negara Indonesia. Sebagai dasar hukum,
UUD 1945 memegang peranan dalam mewujudkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam
ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.
Kesepaktan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau penyelenggaraan
negara, dan
Namun berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat, berdasarkan atas
kedaulatan yang dianut pada suatu negara. Jika suatu negara menganut paham demokrasi maka
sumber konstitusinya berasal dari rakyat, dan apabila yang berlaku adalah paham kedaulatan
Raja, maka raja yang menentukan berlaku tidaknya konstitusi.
Konstitusi sangat berpengaruh terhadap pembentukan sistem politik dalam suatu Negara, selain
sebagai dokumen nasional konstitusi juga menjadi alat untuk membentuk sistem pemerintahan
yang ada. Oleh karena itu UUD biasanya secara umum akan memuat materi-materi tentang
sejarah perjuangan berdirinya suatu Negara dengan mewujudkan keinginan dan cita-cita para
tokoh bangsa baik masa sekarang maupun di masa akan datang serta pemikiran bagaimana
ketatanegaraan dalam Negara tersebut mampu membawa pada perkembangan yang lebih baik.
Pendapat ini dikemukan oleh seorang ahli hokum dari Belanda A.A.H. Struycken.
Hal. 6 dari 12
CHAPTER MODUL MATA KULIAH
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
4
Karena banyaknya pengertian konstitusi menurut para ahli hukum tersebut disebabkan sudut
pandang yang berbeda yang juga tidak terlepas dari banyaknya klasifikasi konstitusi itu sendiri.
Oleh karena itu, seorang ahli konstitusi dari Inggris bernama K.C. Wheare setelah banyak
mengungkapkan secara panjang lebar mengenai konstitusi dan mengklasifikasikan konstitusi
sebagai berikut:
1. Konstitusi tertulis dan konstitusi bukan tertulis,
Pada mulanya konstitusi tentunya kebanyakan bersifat tidak tertulis, namun seiring
berkembangnya sistem hukum pemerintahan dunia menyebabkan adanya kodifikasi terhadap
hukum-hukum yang sebelumnya hanya sebuah kebiasaan dituangkan dalam sebuah kitab
undang-undang dan diiringi juga dengan pembentukan peraturan-peraturan yang sesuai dan
dibutuhkan pada masa pembuatan undang-undang, sehingga bersifat konkrit dan memiliki
kekuatan hukum Namun, disamping itu ada juga di beberapa Negara yang menggunakan
konstitusi tidak tertulis dalam menegakkan hukum di Negara tersebut, seperti di Inggris, Israel, dan
New Zaeland.
James Bryce memberikan pemahaman tentang konstitusi fleksibel dengan melihat keriteria cara
perubahan terhadap konstitusi tersebut. Menurutnya konstitusi yang mudah dalam proses
perubahan undang-undangnya disebut konstitusi fleksibel sedangkan yang susah dan banyak
persyaratan serta prosedur yang harus dilalui untuk mengubah suatu undang-undang itulah yang
disebut dengan konstitusi rijid.
Adapun ciri-ciri khusus dari konstitusi fleksibel menurut Bryce adalah; a. elastis, b. diumumkan dan
diubah dengan cara yang sama seperti undang-undang. Berbeda dengan ciri-ciri pokok konstitusi
yang rijid, meliputi; a. mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dari peraturan
perundang-undangan yang lain, dan b. hanya dapat diubah dengan cara yang khusus atau
istimewa atau dengan persyaratan yang berat.
Dilihat dari ciri-ciri, kedudukan serta syarat untuk mengubah undang- undang tersebut konstitusi
rijid dapat disamakan dengan konstitusi derajat tinggi yang mana undang-undang ini
berkedudukan diatas peraturan perundang- undangan lainnya dan konstitusi derajat rendah sama
dengan konstitusi fleksibel.
Hal. 7 dari 12
CHAPTER MODUL MATA KULIAH
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
4
Bentuk konstitusi serikat dan kesatuan ini sesuai dengan bentuk pemerintahannya, apabila suatu
Negara itu berbentuk serikat maka pembagian kekuasaannya adalah antara pemerintah Negara
serikat dengan Negara bagian dan masing-masing Negara memiliki konstitusi sendiri. Sedangkan
dalam Negara kesatuan pemerintahan terpusat pada satu pemerintah saja dan konstitusinya yang
bersifat satu untuk semua.
Sebagaimana halnya konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan yang tergantung pada bentuk
pemerintahannya maka pada konstitusi presidensiil dan konstitusi parlementer juga tergantung
pada jenis sistem pemerintahannya. Konstitusi ini mengikut pada ciri-ciri dan sifat sistem
pemerintahan yang berlaku.
Jadi, UUD 1945 sebagai konstitusi Indonesia termasuk pada konstitusi yang bersifat rijid, dan
berderajat tinggi, dengan bentuk konstitusi kesatuan dengan sistem presidensiil serta
memberlakukan konstitusi tertulis dan tidak tertulis.
UUD 1945 ini dirancang oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) yang dibentuk pada tanggal 29 April 1945. Pada masa sidang pertama yang
berlangsung dari tanggal 28 Mei hingga 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan gagasan
tentang "Dasar Negara" yang diberi nama Pancasila. Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota
BPUPKI membentuk Panitia Sembilan yang terdiri dari 9 orang untuk merancang Piagam Jakarta
yang akan menjadi naskah Pembukaan UUD 1945. Setelah dihilangkannya anak kalimat "dengan
kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk- pemeluknya" maka naskah Piagam Jakarta
menjadi naskah Pembukaan UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945.
Sebelum dilakukan Perubahan, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (16 bab, 37
pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1 ayat dan 49 ayat berasal
dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat Aturan
Tambahan), serta Penjelasan.
UUD 1945 adalah konstitusi NKRI yang berdasarkan Pancasila, dengan tujuan negara seperti
yang termuat dalam pembukaan UUD 1945, yaitu : “melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan
soial”, bentuk susunan pemerintahan adalah kesatuan dengan kabinet presidensiil.
Hal. 8 dari 12
CHAPTER MODUL MATA KULIAH
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
4
Sebagaimana dijelaskan dalam Penjelasan Umum UUD 1945 ayat 1, undang-undang dasar suatu
negara ialah hanya sebagian dari hukum dasar Negara itu. Yang dimaksud hanya sebagian
adalah karena selain UUD (hukum tertulis) juga berlaku hukum tidak tertulis. Sebagai konstitusi
negara Indonesia UUD 1945 berada di posisi tertinggi dalam tata urutan perundang-undangan.
Semua hukum yang berlaku di Indonesia haruslah sesuai dan berintisari dari UUD 1945. Akan
tetapi biar bagaimanapun UUD 1945 adalah hukum yang di ciptakan manusia dan tidak dapat
dikatakan sempurna. Setidaknya telah ada 4 sejarah amandemen UUD 1945 dan ada tiga macam
UUD yang telah digunakan di Indonesia. Yang dimaksud ketiganya adalah UUD 1945, UUD RIS
1949, dan UUDS 1950.
Ketiga konstitusi tersebut berlaku dalam enam periode yang tercatat sebagai berikut:
1. Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949 berlaku UUD 1945;
2. Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950 berlaku Konstitusi Republik
Indonesia Serikat (KRIS);
3. Periode 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959 berlaku UUDS 1950;
4. Periode Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sampai 22 Februari 1967 berlaku kembali UUD 1945 di
bawah pemerintahan Orde Lama;
5. Periode 22 Februari 1967 sampai 21 Mei 1998 berlaku UUD 1945 di bawah pemerintahan
Orde Baru;
6. Periode 21 Mei 1998 sampai sekarang dengan era reformasi dan berkonstitusikan UUD
1945 yang telah di amandemen.
Beruntung saat ini kita tetap menggunakan produk pendiri bangsa kita sebagai konstitusi negara
yaitu UUD 1945. Namun dalam perjalanannya bangsa Indonesia semakin berkembang dan
memiliki kebutuhan yang lebih beragam lagi. UUD 1945 yang diposisikan sebagai dasar negara
ternyata memiliki beberapa kelemahan. Wajar saja karena dalam proses penyusunan UUD 1945
ini dilakukan dalam situasi kondisi genting, sama halnya seperti proses perumusan pancasila, oleh
karena itu keadaan dan perkembangan zaman menuntut untuk diadakan amandemen terhadap
UUD 1945.
3. PRILAKU KOSTITUSIONAL
Konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan hal yang penting. Oleh karena
itu, bangsa Indonesia sudah memiliki konstitusi sejak kemerdekaan dari UUD 1945, konstitusi RIS,
UUDS 1950, sampai UUD 1945 hasil amandemen. Konstitusi negara tidak hanya sekedar teks-
teks yang tertuang dalam suatu naskah. Konstitusi diharapkan bisa hidup dalam penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Atau dengan kata lain, konstitusi benar-benar harus ditaati
dan dijalankan oleh segenap komponen negara.
Hal. 9 dari 12
CHAPTER MODUL MATA KULIAH
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
4
Para penyelenggara negara wajib taat dan melaksanakan semua yang digariskan oleh konstitusi.
Demikian juga halnya dengan warga negara harus taat pada konstitusi. Ketaatan terhadap
konstitusi ini diwujudkan dalam perilaku konstitusional. Perilaku konstitusional adalah perilaku-
perilaku yang senantiasa berdasar dan hanya berpijak pada aturan-aturan penyelengaraan
bernegara yang tertuang dalam UUD 1945. Perilaku konstitusional juga dapat diartikan sebagai
perilaku yang sesuai dengan konstitusi negara. Sebaliknya, perilaku inkonstitusional adalah
perilaku yang menyimpang dari konstitusi negara.
Sebagai warga negara yang baik adalah warga negara yang memiliki kesetiaan terhadap bangsa
dan negara, yang meliputi kesetiaan terhadap ideologi negara, kesetiaan terhadap konstitusi,
kesetiaan terhadap peraturan perundang-undangan, dan kesetiaan terhadap kebijakan
pemerintah. Oleh sebab itu, maka setiap warga Negara harus dan wajib untuk memiliki prilaku
positif terhadap konstitusi, yang mempunyai makna berperilaku peduli atau memperhatikan
konstitusi (UUD), mempelajari isinya, mengkaji maknanya, melaksanakan nilai-nilai yang
terjandung didalamnya, mengamalkan dalam kehidupan, dan berani menegakkan jika konstitusi
dilanggar.
Perilaku konstitusional wajib dimiliki dan diterapkan oleh semua warga negara, karena perilaku
konstitusional dapat menciptakan keadaan yang tertib, disiplin, dan sesuai dengan hukum.
Berikut adalah contoh sikap konstitusional :
1. MPR
o Mengubah dan menetapkan UUD
o Melantik Presiden dan Wakil Presiden
o Memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut UUD
o Mengubah dan menetapkan UUD
o Melantik Presiden dan Wakil Presiden
o Memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut UUD
Hal. 10 dari 12
CHAPTER MODUL MATA KULIAH
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
4
o Tidak pernah menghianati Negara
o Mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas sebagai Pres dan Wapre
o Mengajukan rancangan UU kepada DPR
o Menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan UU
Hal. 11 dari 12
CHAPTER MODUL MATA KULIAH
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
4
4) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
5) Adanya keterbukaan dan etika dalam menghadapi suatu permasalahan.
6) Mengembangkan sikap sadar dan rasional.
7) Menjalin persatuan dan kesatuan melalui berbagai kegiatan.
8) Pelaksanaan pemilihan umum secara transparan, jujur, adil, dan bebas, serta sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
9) Pengambilan keputusan dengan musyawarah atau pemungutan suara, tidak dengan
money politic, suap, kolusi, dan intimidasi.
10) Pelaksanaan demonstrasi atau aksi-aksi secara damai bukan dengan kekerasan, infiltrasi,
atau revolusi.
11) Membayar pajak tepat waktu
12) Ikut melaksanakan pembelaan negara sesuai dengan kemampuan, hak dan kewajiban.
13) Memberikan kritik atau saran kepada pemerintah melalui wakil rakyat.
Berikut adalah contoh perilaku inkonstitusional yang perlu dihindari dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara :
1) Melanggar apa yang menjadi isi Konstitusi atau melanggar aturan dan norma yang telah
ditetapkan di dalam konstitusi
2) Menyalahgunakan konstitusi untuk kepentingan pribadi atau kelompok, ataupun untuk
memperkaya diri sendiri (korupsi).
Perilaku konstitusional harus dilaksanakan oleh penyelenggara dan warga negara secara
seimbang. Untuk mengembangkan perilaku konstitusional, pertama kali dengan mengetahui dan
memahami aturan-aturan penyelenggaraan negara yang tecantum dalam UUD 1945. Oleh karena
itu, sosialisasi UUD 1945 kepada seluruh warga negara harus dilaksanakan secara efektif melalui
kegiatan pembelajaran di sekolah.
BAHAN REVIEW
Mahasiswa diharapkan melakukan review terkait modul chapter diatas!
Hal. 12 dari 12