BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konstitusi.
2. Bagaimana kedudukan hukum konstitusi.
3. Apa nilai, sifat dan prinsip konstitusi.
4. Bagaimana klasifikasi, fungsi dan tujuan konstitusi.
C. Tujuan
Penulis memiliki tujuan dalam menyusun makalah ini. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah diketahui:
1. Maksud pengertian konstitusi.
2. Kedudukan hukum konstitusi.
3. Nilai, sifat dan prinsip konstitusi.
4. Klasifikasi, fungsi dan tujuan konstitusi.
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah diketahuinya:
1. Maksud dari pengertian konstitusi.
2. Kedudukan hukum konstitusi.
3. Nilai, sifat dan prinsip konstitusi.
4. Klasifikasi, fungsi dan tujuan konstitusi.
3
BAB II
KEDUDUKAN HUKUM KONSTITUSI
A. Maksud Konstitusi
Di dalam catatan sejarah klasik, kata konstitusi berasal dari bahasa
Yunani Kuno “politeia”, bahasa Latin “constitutio”yang berhubungan dengan
istilah “jus” yang artinya membentuk atau menetapkan. Kedua kata tersebut
dikatakan sebagai dasar munculnya gagasan “konstitusionalisme” yang sangat
berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Istilah konstitusi tersebut masih
cenderung bersifat materiil. Adapun secara formil konstitusi yaitu lebih
merujuk pada perhatian pada tata cara, dan pembentukanyapun mesti
istimewa apabila dibandingkan dengan pembentukan perundangan yang lain.
Selain itu konstitusi secara formil dikatakan dokumen atau naskah resmi yang
di dalamnya terdapat norma hukum, yang mana hal tersebut dapat dirubah
jika di bawah pengawasan ketentuan khusus dengan tujuan membuat
perubahan yang sifatnya sulit. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
Bolingbroke (Mu’allifin, 2016:162) yang menyatakan bahwa:
“Konstitusi berarti keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar atau
hukum dasar. Seperti halnya hukum pada umumnya, hukum dasar
tidak selalu merupakan dokumen tertulis atau tidak tertulis atau dapat
pula campuran dari dua unsur tersebut, sebagai hukum dasar yang
tertulis atau Undang-Undang Dasar yang tidak tertulis/ konvensi.
Konvensi sebagai aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara
dalam praktek penyelenggaraan bernegara mempunyai sifat:
merupakan kebiasaan yang berulangkali dalam praktek
penyelenggaraan negara, tidak bertentangan dengan hukum dasar
tertulis/ Undang-Undang Dasar dan berjalan sejajar, dan diterima oleh
rakyat negara bersifat melengkapi sehingga memungkinkan sebagai
aturan dasar yang tidak terdapat dalam Undang-Undang Dasar.
Konstitusi sebagai hukum dasar memuat aturan-aturan dasar atau
pokok-pokok penyelenggaraan bernegara, yang masih bersifat garis
besar dan perlu dijabarkan lebih lanjut kedalam norma hukum
dibawahnya”.
Pendapat Bolingbroke di atas menjelaskan bahwa konstitusi
merupakan ketentuan hukum yang sifatnya dasar atau pokok secara
keseluruhan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Bryce (Mu’allifin,
2016:162) yang menyatakan bahwa: “Konstitusi berarti piagam dasar atau
UUD, dimana konstitusi merupakan suatu dokumen lengkap mengenai
peraturan-peraturan dasar negara contohnya adalah UUD 1945”.Lebih lanjut
Bryce juga mengemukakan ada 4 hal yang mengawali munculnya konstitusi:
“Adanya keinginan warna negara untuk menjamin hak-haknya yang
mungkin terancam dan sekaligus membatasi tindakan-tindakan
penguasa; adanya keinginan dari pihak yang diperintah atau yang
memerintah dengan harapan untuk menjamin rakyatnya dengan
menentukan bentuk suatu sistem ketatanegaraan tertentu; adanya
keinginan dari pembentuk negara yang baru untuk menjamin tata cara
4
aturan, norma-norma, yang wajib ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh orang
atau pihak yang ada didalamnya yang terikat kepada negara tersebut.
Konstitusi atau Undang-Undang Dasar sebagai hukum dasar juga berfungsi
sebagai sumber hukum. Undang-undang, PP (Peraturan Pemerintah), Perpu
(Peraturan Pengganti UU), termasuk juga tindakan pemerintah dalam
berbagai kebijakan yang dikeluarkan dan isi dari kebijakan tersebut harus
mengacu pada peraturan yang paling tertinggi yaitu UUD (Undang-Undang
Dasar), UUD sebagai tata urutan tertinggi norma hukum. Kita ketahui bahwa
fungsi dari konstitusi yaitu sebagai alat kontrol atau pengendali, alat
pengecek, alat uji yang disesuaikan dengan norma hukum. Konstitusi sebagai
patokan atau tolak ukur bagi suatu negara guna untuk mengatur negara
maupun pemerintahan yang ada di dalamnya, dan disetujui oleh rakyat
melalui wakil rakyat yang diberikan kepercayaan dalam menjalankan atau
mengemban sesuai dengan kewenangan yang telah diberikan kepadanya.
Oleh sebab itu, konstitusi dianggap sebagai acuan bagi negara maupun
pemerintah dalam menjalankan hak yang sesuai dengan kewenangannya dan
tidak menjalankan hak apabila tidak sesuai dengan kewenangan yang ada
dalam dirinya.
Mengenai konstitusi atau UUD mempunyai derajat yang tinggi dalam
suatu negara di gambarkan oleh Wheare (Munir, 2014: 405-406) dalam
bukunya yang berjudul Modern Constitusion yaitu:
“Pertama, Konstitusi dilihat dari aspek hukum mempunyai derajat
tertinggi (supremasi) atas pertimbangan beberapa hal yaitu konstitusi
dibentuk oleh lembaga yang diberikan kewenangan untuk membentuk
undang-undang dan konstitusi dibentuk berdasarkan atas nama rakyat
sehingga kekuatan berlakunya berasal dari rakyat dan dijamin oleh
rakyat serta harus dilaksanakan secara langsung untuk kepentingan
rakyat.Dilihat dari sudut hukum (pandangan yang sempit) yaitu dari
proses pembuatannya, Konstitusi ditetapkan oleh lembaga atau badan
yang diakui keabsahannya.Jadi superioritas Konstitusi memiliki daya
ikat tidak saja kepada rakyat/warga negara tetapi juga bagi para
penyelenggara negara serta badan atau lembaga pembuat Konstitusi
yang bersangkutan”.
“Kedua, jika Konstitusi ditinjau dari aspek moral berdasarkan
fundamentalnya, maka Konstitusi berada lebih rendah artinya
Konstitusi tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai universal dari
etika moral, oleh sebab itu apabila dilihat dari segi Constitutional
Philosophy, apabila aturan Konstitusi bertentangan dengan etika dan
moral maka Konstitusi harus dikesampingkan karena itu pemahaman
bersama tentang sistem aturan sangat penting sehingga Konstitusi
dapat dijadikan sebagai pegangan hukum tertinggi untuk
melaksanakan atau memutuskan segala sesuatu yang dicita-citakan
dalam berbangsa dan bernegara. Tanpa pemahaman itu Konstitusi
tidak akan dapat berfungsi optimal dan hanya akan sekedar berfungsi
sebagai dokumen yang mati hanya bernilai semantik”.
6
2. Sifat Konstitusi
Mengacu pada banyaknya istilah konstitusi, begitupun dapat
mengetahui apasaja sifatnya, salah satunya luwes atau fleksibel dan kaku
atau right. Konstitusi awalnya dibentuk oleh penguasa yang mempunyai
kewenangan dalam membentuk atau menyusun konstitusi, apabila
meninjau dari perkembangannya terlihat jika konstitusi berkaitan dengan
tumbuhnya “Teori Kedaulatan Rakyat” maksudnya rakyatlah yang
mempunyai kekuasaan dalam membuat konstitusi.
Melihat dari segi isi pembahasan, konstitusi ialah aturan pokok
yang terdapat cita-cita rakyat. Namun tidak secara keseluruhan cita-cita
tersebut termuat dalam tulisan atau naskah, sebaliknya komponen pokok
yang bersifat mendasar. Oleh sebab itu konstitusi mesti bersifat
fleksibilitas agar mengikuti perkembangan zaman dan perubahan
masyarakat, dan memiliki sifat luwes atau tidak kaku, mampu mengikuti
dinamika. Adanya dinamika atau perubahan harusnya mempunyai sifat
lentur diluar dari sifat konstitusi yaitu formil atau materiil.
8
3. Prinsip Konstitusi
Indonesia mempunyai konstitusi yaitu UUD 1945, konstitusi
memuat nilai, norma, aturan hukum maupun sistem politik yang mana
bentukan dari pemerintahan atau negara secara tertulis yang dibuat secara
teratur menjadi suatu dokumen. Isinya tidak mengatur hal yang detail,
namun menjelaskan pokok dasar peraturan lainnya. Undang-Undang
Dasar (UUD) 1945 di dalamnya memuat 9 (sembilan) prinsip
penyelenggaraan Negara. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
Asshiddiqie (Suhardjana, 2010: 266-268) memberikan penekanan pada
prinsip-prinsip yang ada, sebagai berikut:
1) ”Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa. Undang Undang Dasar
1945, didahului dengan Pembukaan dimana dalam Pembukaan ini
terdapat Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, artinya adanya
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa...”
2) “Cita Negara Hukum. Cita negara hukum ini ada pada Bab I Pasal
1, yaitu bentuk negara adalah Republik dan berwujud negara
kesatuan, sehingga paham kerajaan dan paternalisme tidaklah
dikehendaki di Indonesia...”
3) “Paham Kedaulatan Rakyat atau Demokrasi. Paham kedaulatan
rakyat ada pada Bab II Pasal 2 dan 3 yaitu Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) terdiri dari anggota Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dan anggota Dewan Perwakilan Daerah
(DPD) yang dipilih dalam pemilihan umum yang diatur dengan
undang-undang, dan segala keputusan MPR ditetapkan dengan
9
2. Fungsi Konstitusi
Kehadiran konstitusi terhadap berbagai bidang kehidupan termasuk
ketatanegaraan, dalam negara ialah sesuatu yang pokok, sebab tanpa
adanya konstitusi mungkin saja tidak akan berdiri suatu negara. Jika
dilihat dari sejarah dari awal hingga sekarang betapa positifnya konstitusi
sebagai perangkat atau alat negara.
Fungsi konstitusi menurut Asshiddiqie (Suhardjana, 2010:263)
mengemukakan bahwa:
“Penentu atau pembatas kekuasaan negara, pengatur hubungan
antar lembaga negara, pengatur hubungan kekuasaan antara
lembaga dengan warga negara, pemberi atau sumber legitimasi
terhadap kekuasaan ataupun kegiataan penyelenggaraan kekuasaan
negara, penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan
yang asli (dalam demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara,
simbolik yaitu sebagai sarana pemersatu (symbol of unity), sebagai
rujukan identitas dan keagungan kebangsaan (identitu of nation)
serta sebagai center of ceremony, sebagai sarana pengendali
masyarakat (social control), baik dalam arti sempit yaitu bidang
politik dan dalam arti luas mencakup sosial ekonomi, dan sebagai
sarana perekayasa dan pembaruan masyarakat”.
Pendapat Asshiddiqie menjelaskan bahwa fungsi konstitusi yaitu
sebagai pembatas kekuasaan negara. Pendapat tersebut sejalan dengan
pendapat Andrews (Suhardjana, 2010:260) bahwa:
“The constitution imposes restraint an government as a function of
constitutionalism; but it also legitimizes the power of the
government. It is the documenttary instrument for the transfer of
authority from the residual holders-the people under democracy,
the king under monarchy- to the organs of State power. (Konstitusi
memaksakan pengekangan terhadap pemerintah sebagai fungsi dari
konstitusionalisme; tetapi juga melegitimasi kekuatan pemerintah.
Ini adalah instrumen dokumen teruntuk pengalihan otoritas dari
pemegang sisa-rakyat di bawah demokrasi, raja di bawah monarki-
ke organ-organ kekuasaan Negara)”.
Dari beberapa pendapat tersebut disimpulkan bahwa konstitusi
dianggap sebagai penentu atau pembatas negara dan sumber legitimasi.
Penulis berpendapat dan menyimpulkan bahwa fungsi utama adanya
konstitusi yaitu memberikan batasan terhadap kedudukan pemerintah
13
3. Tujuan Konstitusi
Tujuan adanya konstitusi dianggap mencerminkan kehidupan
masyarakat terutama dalam politik, kaidah hukum dan konstitusi dibuat
menjadi naskah UU yang merupakan hukum tertinggi suatu negara. Selain
itu konstitusi sebagai alat untuk pembatas kekuasaan negara. Pernyataan
tersebut sejalan dengan pendapat Budiardjo (Mu’allifin, 2016:164)
mengemukakan bahwa:
“Di dalam negara-negara yang mendasarkan dirinya atas
Demokrasi Konstitusional, Undang-Undang Dasar mempunyai
fungsi yang khas yang membatasi kekuasaan pemerintahan
sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan tidak bersifat
sewenang-wenang. Dengan demikian diharapkan hak-hak warga
negara akan lebih terlindungi”.
Berkaitan dengan hal pembatasan kekuasaan, Stahl (Suhardjana,
2010:264) mengemukakan bahwa:
“Pembatasan kekuasaan dikenal adanya bentuk Rechtsstaat di mana
dalam system Eropa Kontinental ini terdapat elemen pembatasan
kekuasaan sebagai salah satu cirri pokok Negara hukum, di mana
unsurnya adalah, pertama, hak asasi manusia; kedua, pemisahan
atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu (di negara-
negara Eropa Kontinental biasanya disebut triaspolitica); ketiga,
pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan (wetmatigheid van
bestuur); dan Keempat, peradilan administrasi dalam perselisihan”.
Mengenai beberapa pendapat disimpulkan bahwa munculnya
perbedaan fungsi kekuasaan sebenarnya adalah pembatasan atau pembatas
kekuasaan, kemudian Bagir Manan mengemukakan bahwa: “hakekat dari
konstitusi merupakan perwujudan paham tentang konstitusi atau
konstitusionalisme, yaitu pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah di
satu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga negara maupun setiap
penduduk di pihak lain”.
Pendapat penulis menyimpulkan bahwa secara umum konstitusi
mempunyai tujuan untuk memberi batasan tindakanpemerintah,
melindungi hak warga negara, dan menyetujui kekuasaan berdaulat.
Hingga pada hakikatnya tujuan dari konstitusi sebagai wujud paham
konstitusionalisme yang artinya pembatas kekuasaan pemerintah dan
melindungi HAM atau warga negara dan pihak lain.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konstitusi memuat nilai, norma, aturan hukum maupun sistem politik
yang mana bentukan dari pemerintahan atau negara secara tertulis yang
dibuat secara teratur menjadi suatu dokumen. Isinya tidak mengatur hal
yang detail, namun menjelaskan pokok dasar peraturan lainnya.
Kedudukan konstitusi dianggap sebagai “Hukum dasar” dan “Hukum
Tertinggi”. Keberadaan konstitusi sangatlah penting bagi kehidupan
warga negara dan negaranya, konstitusi dapat menunjang atau pun
membatasi kekuasaan badan-badan yang ada di negara tersebut.
Nilai yang terdapat dalam konstitusi yaitu nilai normatif, nominal, dan
semantik, karena konstitusi sebagai pembentuk atau menyusun dan
menyatakan berdirinya suatu negara maka nilai-nilai yang sebutkan tadi
sangat penting sebab ada dan tidak adanya suatu negara tergantung dari
konstitusi di dalam negara tersebut.
Salah satu sifat umum konstitusi yaitu luwes atau fleksibel dan kaku atau
right
1. Konstitusi mempunyai sifat luwes jika konstitusi tersebut terdapat
perubahan sesuai dengan perkembangan manusia dan kemajuan
zaman.
2. Konstitusi mempunyai sifat kaku jika konstitusi tidak bisa untuk
dirubah kapanpun.
Undang Undang Dasar 1945 terdapat prinsip-prinsip penyelenggaraan
negara yang terdiri dari: “Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa; Kedua,
Cita Negara Hukum atau Nomokrasi; Ketiga, Paham Kedaulatan Rakyat
atau Demokrasi; Keempat, Demokrasi Langsung atau Demokrasi
Perwakilan; Kelima, Pemisahan Kekuasaan dan Prinsip Checks and
Balances; Keenam, Sistem Pemerintahan Presidensiil; Ketujuh, Prinsip
Persatuan dan Kergaman dalam Negara Kesatuan; Kedelapan, Demokrasi
Ekonomi dan Ekonomi Pasar Sosial; dan Kesembilan, Cita Masyarakat
Madani”.
Meninjau dari pengklasifikasian konstitusi dari beberapa ahli yaitu dapat
dilihat keunikan NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,
selain itu klasifikasi konstitusi tergantung tujuan dari negara dan jenis
penguasa yang dijalankan pemerintah.
Fungsi utama adanya konstitusi yaitu memberikan batasan terhadap
kedudukan pemerintah secara menyeluruh agar tidak bertindak semaunya
dan menjalankan sesuai hak dan kewajibannya, serta melindungi hak
asasi manusia atau warga negara.
Konstitusi mempunyai tujuan untuk memberi batasan tindakan
pemerintah, melindungi hak warga negara, dan menyetujui kekuasaan
berdaulat. Hingga pada hakikatnya tujuan dari konstitusi sebagai wujud
15
B. Saran
Penulis menyarankan UUD 1945 yang disebut sebagai konstitusi yang
ada di Indonesia agar dijalankan sebaik-baiknya untuk tercapainya cita-cita
atau harapan bangsa yang termuat dalam konstitusi yang kita terapkan hingga
sekarang. Oleh karena itu perlu kesadaran atau pemahaman konstitusional
dari tiap warga negara sehingga masyarakat dapat mengontrol kegiatan atau
aktivitas penyelenggara negara dengan cara memfungsikan UUD 1945 dalam
berbagai bidang di kehidupan manusia.
16
DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie, Jimly. 2009. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta: Pt. Raja
Grafindo Persada.
Mu’allifin, M. Darin Arif. 2016. Hubungan Konstitusi Dengan Tugas Dan Fungsi
Negara. Jurnal AHKAM. 4(1): 161-169. (online) Tersedia di:
http://ejournal.iaintulungagung.ac.id/index.php/ahkam/article/download/
326/260,diakses pada tanggal 7 Juli 2019, pukul 15:58 WITA.
Usman. 2015. Negara dan Fungsinya. Jurnal Al-Daulah. 4(1): 130-139. (online)
Tersedia http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/al_daulah/article/download/1506/1445, diakses
pada tanggal 8 Juli 2019 pukul 05:25 WITA.
Munir, Sirojul. 2014. Keidentikan Makna Konstitusi dengan UUD dalam Sistem
Ketatanegaraan. Jurnal IUS. 2(5): 396-412. (online) tersedia
http://jurnalius.ac.id/ojs/index.php/jurnalIUS/article/download/178/154,
diakses pada tanggal 31 Agustus 2019 pukul 14:55 WITA.