Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

KONSTITUSI

DISUSUN OLEH :

Silvi Putri Novrismi (1812018)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA BAHAN NABATI

POLITEKNIK ATI PADANG

TAHUN AJARAN 2020


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tatanan kehidupan politik yang beradab dan demokratis harus dimulai dan di

konstruksikan dalam konstitusi. Dalam kehidupan ekonomi yang sehat dan

mendorong kearah terciptanya kepastian hukum, keadilan dan kemakmuran rakyat

harus dimulai pula dari konstitusi. Kehidupan sosial budaya yang harmoni dan

pembentukan masyarakat madani harus termakstub dalam setiap huruf perubahan

konstitusi. Kehendak untuk hidup aman dan dapat bertahan dari serangan pasukan

asing yang dapat menghabscurkan persatuan dan kesatuan bangsa juga harus di

konstruksikan dalam butir pasal konstitusi.

Demikian pula dengan seluruh aspek-aspek perlindungan HAM, hak warga

yang sudah semestinnya masuk kedalam elemen-elemen dasar konstitusi yang kitra

rekonstruksi. Elemen HAM ini sangat penting bagi konstitusi.dari sinilah fungsi

utama dari konstitusi sebagai “pembatas kekuasaan” itu diangkat. Kekuasaan negara

konstitusi nasional tidak boleh mereduksi apalagi merampas HAM warga negarnya.

Bahkan konstitusi harus berfungsi sebagai tameng utama perlindungan HAM seluruh

rakyat.

Difinisi konstitusi adalah aturan dasar mengenai ketatanegaraan suatu negara.

Kedudukannya merupakan hukum dasar dan hukum tertinggi. Konstitusi memiliki

dua sifat yaitu kaku dan luwes. Adapun fungsi konstitusi adalah membatasi

kekuasaan dan menjamin HAM. Isinya berupa pernyataan luhur, struktur dan

organisasi negara, jaminan HAM, prosedur perubahan, dan larangan perubahan


tertentu. Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia terdiri dari 1. UUD 1945

(Konstitusi I), 2. Konstitusi RIS 1949, 3. UUDS 1950, 4. UUD 1945 Amandemen.

Amandemen konstitusi terdiri dari pengertian, hasil-hasil dan sikap yang seharusnya

positif-kritis dan mendukung terhadap proses Amandemen UUD 1945. Pelaksanaan

Konstitusi di Indonesia pernah terjadi penyimpangan, yang mana bertujuan untuk

menjadi pelajaran bagi masa depan.

Pesan Bijak :

1. “Di dalam negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi

konstitusional, UUD mempunyai fungsi yang khas yaitu membatasi kekuasaan

pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaan kekuasaan tidak bersifat

sewenang-wenang”. (Miriam Budiharjo).

2. “Kekuasaan cenderung diselewengkan, semakin besar kekuasaan, semakin besar

kecenderungan untuk diselewengkan”. (Lord Acton)


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Konstitusi

Konstitusi berasal dari kata constitution (Bhs. Inggris) – constitutie (Bhs.

Belanda) – constituer (Bhs. Perancis), yang berarti membentuk, menyusun,

menyatakan. Dalam bahasa Indonesia, konstitusi diterjemahkan atau disamakan

artinya dengan UUD. Konstitusi menurut makna katanya berarti dasar susunan

suatu badan politik yang disebut negara. Konstitusi menggambarkan keseluruhan

sistem ketatanegaraan suatu negara, yaitu berupa kumpulan peraturan untuk

membentuk, mengatur, atau memerintah negara. Peraturan-peraturan tersebut ada

yang tertulis sebagai keputusan badan yang berwenang, dan ada yang tidak

tertulis berupa konvensi. Dalam konsep dasar konstitusi, pengertian konstitusi:

1) Kontitusi itu berasal dari bahasa parancis yakni constituer yang berarti

membentuk.

2) Dalam bahasa latin konstitusi berasal dari gabungan dua kata yaitu “Cume”

berarti bersama dengan dan “Statuere” berarti membuat sesuatu agar berdiri

atau mendirikan, menetapkan sesuatu, sehingga menjadi “constitution”.

3) Dalam istilah bahasa inggris (constution) konstitusi memiliki makna yang

lebih luas dan undang-undang dasar. Yakni konstitusi adalah keseluruhan

dari peraturn-peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang


mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana sesuatu pemerintahan

diselenggarakan dalam suatu masyarakat.

4) Dalam terminilogi hokum islam (Fiqh Siyasah) konstitusi dikenal dengan

sebutan DUSTUS yang berati kumpulan faedah yang mengatur dasar dan

kerja sama antar sesame anggota masyarakat dalam sebuah Negara.

5) Menurut pendapat James Bryce, mendefinisikan konstitusi sebagai suatu

kerangka masyarakat politik (Negara yang diorganisir dengan dan melalui

hokum. Dengan kata lain konstitusi dikatakan sebagai kumpulan prinsip-

prinsip yang mengatur kekuasaan pemerintahan, hak-hak rakyat dan

hubungan diantara keduanya.

Dalam perkembangannya, istilah konstitusi mempunyai dua pengertian, yaitu:

Dalam pengertian luas (dikemukakan oleh Bolingbroke), konstitusi berarti

keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar atau hukum dasar. Seperti halnya

hukum pada umumnya, hukum dasar tidak selalu merupakan dokumen tertulis

atau tidak tertulis atau dapat pula campuran dari dua unsur tersebut. Sebagai

hukum dasar yang tertulis atau undang-undang Dasar dan hukum dasar yang

tidak tertulis / Konvensi.

Konvensi sebagai aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam

praktek penyelenggaraan bearnegara mempunyai sifat :


a. Merupakan kebiasaan yang berulangkali dalam prektek penyelenggaaraan

Negara

b. Tidak beartentangan dengan hukum dasar tertulis/Undang-undang Dasar

dan bearjalan sejajar.

c. Diterima oleh rakyat negara.Bersifat melengkapi sehingga memungkinkan

sebagai aturan dasar yang tidak terdapat dalam Undang-undang Dasar.

Konstitusi sebagiai hukum dasar memuat aturan-aturan dasar atau pokok-

pokok penyelenggaraan bernegara, yang masih bersifat umum atau bersifat

garis besar dan perlu dijabarkan lebih lanjut kedalam norma hukum

dibawahnya.

Dalam arti sempit (dikemukakan oleh Lord Bryce), konstitusi berarti

piagam dasar atau UUD, yaitu suatu dokumen lengkap mengenai peraturan-

peraturan dasar negara. Contohnya adalah UUD 1945.

Sesungguhnya pengertian konstitusi berbeda dengan Undang Undang

Dasar, hal tersebut dapat dikaji dari pendapat L.J. Apeldorn dan Herman Heller.

Menurut Apeldorn, konstitusi tidaklah sama dengan UUD. Undang-Undang

Dasar hanyalah sebatas hukum yang tertulis, sedangkan konstitusi di samping

memuat hukum dasar yang tertulis juga mencakup hukum dasar yang tidak

tertulis.
Adapun menurut Herman Heller, konstitusi mencakup tiga pengertian,

yaitu:

· Die politische verfassung als gesselchaffliche wirklichkeit, yaitu

konstitusi yang mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat

sebagai suatu kewajiban.

· Die verselbstandigte rechtverfassung, yaitu mencari unsur-unsur

hukum dari konstitusi yang hidup dalam masyarakat tersebut untuk

dihadirkan sebagai suatu kaidah hukum.

· Die geschriebene verfassung, yaitu menuliskan konstitusi dalam suatu

naskah sebagai peraturan perundangan yang tertinggi derajatnya dan

berlaku dalam suatu negara.

Konstitusi sebagai hukum dasar berisi aturan-aturan dasar atau pokok-

pokok penyelenggaraan negara. Aturan-aturan itu masih bersifat umum.

Prof. Bagir Manan mengatakan bahwa konstitusi ialah sekelompok ketentuan

yang mengatur organisasi negara dan susunan pemerintahan suatu negar, Sehinagga

negara dan konstitusi adalah satu pasangan yang tidak dapat dipisahkan. Setiap

negara tentu mempunyai konstitusi, meskipun mungkin tidak tertulis. Konstitusi

mempunyai arti dan fungsi yang sangat penting bagi negara, baik secara formil,

materiil, maupun konstitusionil. Konstitusi juga mempunyai fungsi konstitusional,

sebagai sumber dan dasar cita bangsa dan negara yang berupa nilai-nilai dan kaidah-

kaidah dasar bagi kehidupan bernegara. Ia selalu mencerminkan semangat yang oleh
penyusunnya ingin diabadikan dalam konstitusi tersebut sehingga mewarnai seluruh

naskah konstitusi tersebut.

Koernimanto soetopawiro mengatakan istilah konstitusi berasal dari bahasa

latin cisme yang berarati bewrsama dengan dan statute yang berarti membuat sesuatu

agar berdiri. Jadi konstitusi berarti menetapkan secara bersama.

Lasalle mengatakan Konstitusi adalah hubungan antara kekuasaaan yang

terdapat di dalam masyarakat seperti golongan yang mempunyai kedudukan nyata di

dalam masyarakat misalnya kepala negara angkatan perang, partai politik.

K. C. Wheare mengatakan Konstitusi adalah keseluruhan sistem

ketaatanegaraaan suatu negara yang berupa kumpulan peraturan yang mmbentuk

mengatur /memerintah dalam pemerintahan suatu negara.

2.2 Fungsi Konstitusi

Fungsi pokok konstitusi adalah membatasi kekuasaan pemerintah

sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-

wenang. Pemerintah sebagai suatu kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh

dan atas nama rakyat, terkait oleh beberapa pembatasan dalam konstitusi negara

sehigga menjamin bahwa kekuasaan yang dipergunakan untuk memerintah itu

tidak disalahgunakan.
Dengan demikian diharapkan hak-hak warganegara akan terlindungi.

Sesuai dengan istilah konstitusi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang

diarti kan sebagai:

1) Segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan;

2) Undang-undang Dasar suatu negara. Berdasarkan pengertian tersebut,

konstitusi merupakan tonggak atau awal terbentuknya suatu negara dan

menjadi dasar utama bagi penyelenggara negara. Oleh sebab itu, konstitusi

menempati posisi penting dan strategis dalam kehidupan ketatanegaraan

suatu negara. Konstitusi juga menjadi tolok ukur kehidupan berbangsa dan

bernegara yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu

sekaligus memuat ide-ide dasar yang digariskan oleh pendiri negara ( the

founding fathers ). Konstitusi memberikan arahan kepada generasi penerus

bangsa dalam mengemudikan negara menuju tujuannya.

Menurut Henc Van Maarseven (Harahap, 2008:179) bahwa konstitusi

berfungsi menjawab berbagai persoalan pokok negara dan masyarakat, yaitu:

Konstitusi menjadi hukum dasar suatu negara.

 Konstitusi harus merupakan sekumpulan aturan-aturan dasar yang

menetapkan lembaga-lembaga penting negara.

 Konstitusi melakukan pengaturan kekuasaan dan hubungan keterkaitannya.

 Konstitusi mengatur hak-hak dasar dan kewajiban-kewajiban warga negara

dan pemerintah, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama.


 Konstitusi harus mengatur dan membatasi kekuasaan negara dan lembaga-

lembaga-nya.

 Konstitusi merupakan ideologi elit penguasa.

 Konstitusi menentukan hubungan materiil antara negara dan masyarakat.

Keberadaan konstitusi tidak dapat dilepaskan dengan keberadaan negara.

Konstitusi ditempatkan pada posisi ter-atas yang menjadi pedoman untuk jalanya

sebuah negara dan mencapai tujuan bersama warga negara. Adapun Fungsi konstitusi,

baik tertulis maupun tidak tertulis adalah sebagai berikut (Asshiddiqie, 2006:122):

 Fungsi penentu dan pembatas kekuasaan organ negara.

 Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara.

 Fungsi pengatur hubungan antar organ negara dengan warga negara.

 Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara atau pun

kegiatan penyelenggaraan kekuasaan negara.

 Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli

(yang dalam sistem demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara.

 Fungsi simbolik sebagai pemersatu.

 Fungsi simbolik sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan.

 Fungsi simbolik sebagai pusat upacara.

 Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat, baik dalam arti sempit hanya

dibidang politik maupun dalam arti luas yang mencakup sosial dan ekonomi.

 Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat (social

engineering dan social reform), baik dalam arti sempit atau pun luas.
2.3 Tujuan Konstitusi

Secara garis besar konstitusi bertujuan untuk membatasi tindakan sewenang-

wenangpemerintah, menjamin hak-hak pihak yang diperintah (rakyat) dan

menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Sehingga pada hakekatnya tujuan

konstitusi merupakan perwujudan paham tentang konstitusionalisme yang berate

pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah diastu pihak dan jaminan terhadap hak-

hak warga Negara maupun setiap penduduk dipihak lain.

Tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wanang pemerintah

dan menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan

kekuasan yang berdaulat. Menurut Bagir Manan, hakekat dari konstitusi merupakan

perwujudan paham tentang konstitusi atau konstitusionalisme, yaitu pembatasan

terhadap kekuasaan pemerintah di satu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga

negara maupun setiap penduduk di pihak lain.

Sedangkan, menurut Sri Soemantri, dengan mengutip pendapat Steenbeck,

menyatakan bahwa terdapat tiga materi muatan pokok dalam konstitusi, yaitu:

1. Jaminan hak-hak manusia;

2. Susunan ketatanegaraan yang bersifat mendasar;

3. Pembagian dan pembatasan kekuasaan.

Dalam paham konstitusi demokratis dijelaskan bahwa isi konstitusi meliputi:

1. Anatomi kekuasaan (kekuasaan politik) tunduk pada hukum.

2. Jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia.

3. peradilan yang bebas dan mandiri.


4. pertanggungjawaban kepada rakyat (akuntabilitas publik) sebagai sendi utama dari

asas kedaulatan rakyat.

Keempat cakupan isi konstitusi di atas merupakan dasar utama dari suatu

pemerintah yang konstitusional. Namun demikian, indikator suatu negara atau

pemerintah disebut demokratis tidaklah tergantung pada konstitusinya. Sekalipun

konstitusinya telah menetapkan aturan dan prinsip-prinsip diatas, jika tidak

diimplementasikan dalam praktik penyelenggaraan tata pemerintahan, ia belum bisa

dikatakan sebagai negara yang konstitusional atau menganut paham konstitusi

demokrasi.

Tujuan-tujuan adanya konstitusi tersebut, secara ringkas dapat

diklasifikasikan menjadi tiga tujuan, yaitu :

1.Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan pembatasan sekaligus

pengawasan terhadap kekuasaan politik;

2.Konstitusi bertujuan untuk melepaskan control kekuasaan dari penguasa sendiri;

3.Konstitusi berjuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa

dalam menjalankan kekuasaannya.

C.F Strong menyatakan bahwa pada prinsipnya tujuan konstitusi adalah untuk

membatasi kewenangan tindakan pemerintah, untuk menjamin hak-hak yang

diperintah dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Oleh karena itu

setiap konstitusi senantiasa memiliki dua tujuan, yaitu (Utomo, 2007:12):

 Untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan politik.


 Untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak para penguasa serta

menetapkan batas-batas kekuasaan bagi penguasa.

 Tujuan dibuatnya konstitusi adalah untuk mengatur jalannya kekuasaan

dengan jalan membatasinya melalui aturan untuk menghindari terjadinya

kesewenangan yang dilakukan penguasa terhadap rakyatnya serta memberikan

arahan kepada penguasa untuk mewujudkan tujuan Negara.

2.4 Klasifikasi Konstitusi

Konstitusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a) Konstitusi tertulis dan tidak tertulis

1) Konstitusi tertulis merupakan suatu instrument atau dokumen yang

dapat dijumpai pada sejumlah hokum dasar yang diadopsi atau

dirancang oleh para penyusun konstitusi dengan tujuan untuk

memberikan ruang lingkup seluas mungkin bagi proses undang-undang

biasa untuk mengembangkan konstitusi itu sendiri dalam aturan-aturang

yang sudah disiapkan.

2) Konstitusi tidak tertulis dalam perumusannya tidak membutuhkan proses

yang panjang misalnya dalam penentuan Qourum, Amandemen,

Referendum dan konvensi.

b) Konstitusi Fleksibel dan Konstitusi Kaku

1) Ciri-ciri konstitusi fleksibel yaitu


a. Elastic

b. Diumumkan dan diubah dengan cara yang sama.

2) Ciri-ciri konstitusi yang kaku

a. Mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dan peraturan

undang-undang yang lain.

b. Hanya dapat diubah dengan cara yang khusus, istimewa dan

persyaratan yang berat.

c) Konstitusi derajat tinggi dan komstitusi derajat tidak tinggi

1) Konstitusi derajat tinggi ialah konstitusi yang mempunyai derajat

kedudukan yang paling tinggi dalam Negara dan berada diatas peraturan

perundang-undang yang lain.

2) Konstitusi tidak derajat tinggi ialah konstitusi yang tidak mempunyai

kedudukan serta derajat.

d) Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan

1) Jika bentuk Negara itu serikat maka akan didapatkan system pembagian

kekuasaan antara pemerintah Negara serikat dengan pemerintah Negara

bagian.
2) Dalam Negara kesatuan, pembagian kekuasaan tidak dijumpai karena

seluruh kekuasaannya terpusat pada pemerintah pusat sebagaimana

diatur dalam konstitusi.

e) Konstitusi system pemerintahan presidensial dan konstitusi system

pemerintahan parlementer.

Konstitusi yang mengatur beberapa ciri-ciri system pemerintrahan

presidensial dapat diklasifikasikan kedalam konstitusi system pemerintah

presidensial begitu pula sebaliknya

2.5 Konstitusi Yang Pernah Berlaku Di Indonesia

A. UUD 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949)

1. Menurut bentuknya Konstitusi pertama Indonesia (UUD 1945) adalah

konstitusi tertulis, karena UUD 1945 merupakan hukum dasar Negara

Indonesia pada waktu itu yang dituangkan dalam suatu dokumen yang formal.

Di pertegas dalam Risalah Sidang Tahunan MPR Tahun 2002,

diterbitkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 Dalam Satu Naskah, Sebagai Naskah Perbantuan dan Kompilasi Tanpa

Ada Opini. Bukti bahwa UUD 1945 adalah konstitusi tertulis yaitu bahwa

pada naskah Piagam Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD 1945 yang

disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan

Indonesia (PPKI). Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional

Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945.


Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK). Konstusi ini di

tuangkan dalam satu dokumen saja tanpa ada dokumen lainnya yang juga

merupakan konstitusi seperti yang ada di Negara Denmark( 2 dokumen) dan

Swedia (4 dokumen).

2. Menurut sifatnya UUD 1945 termasuk konstitusi yang Rigid (kaku) karena

UUD 1945 hanya dapat diubah dengan cara tertentu secara khusus dan

istimewa tidak seperti mengubah peraturan perundangan biasa. Hal ini

dijelaskan dalam BAB XVI PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR

pasal 37 ayat 1” Untuk mengubah UUD sekurang-kurangnya 2/3 dari pada

jumlah anggota MPR harus hadir” dan pasal 2 “Putusan Diambil dengan

persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari pada jumlah anggota yang hadir”.

3. Menurut kedudukannya UUD 1945 merupan konstitusi derajat tinggi karena

UUD 1945 di jadikan dasar pembuatan suatu peraturan perundang-undangan

yang lain. Karena menjadi dasar bagi peratutan yang lain maka syarat untuk

mengubahnyapun lebih berat jika di bandingkan dengan yang lain.

Mengakibatkan adanya hierarki peraturan perundangan. Tata urutan peraturan

perundang-undangan pertama kali diatur dalam Ketetapan MPRS No.

XX/MPRS/1966, yang kemudian diperbaharui dengan Ketetapan MPR No.

III/MPR/2000, dan terakhir diatur dengan Undang-undang No. 10 Tahun 2004

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dimana dalam Pasal 7

diatur mengenai jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan.


4. Menurut bentuk Negara, konstitusi (UUD 1945) mejelaskan bahwa bentuk

Negara Indonesia adalan Negara kesatuan. Buktinya terdapat pada BAB I

BENTUK DAN KEDAULATAN pasal 1 ayat 1 “ Negara Indonesia ialah

Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik”.

5. Menurut system pemerintahan yang dianut, Indonesia menganut sistem

pemerintahan Presidensial. Salah satu ciri sistem pemerintahan Presidensial

adalah”Dalam melakukan kewajibannya Presiden di bantu oleh satu orang

wakil presiden” (Pasal 4 Ayat 2 UUD’45).

B. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949-17 Agustus

1950)

1. Menurut bentuknya Kosntitusi RIS merupakan kostitusi tertulis karena

dituangkan dalam suatu dokumen. Konstitusi RIS ini terbentuk atas usulan

dari PBB, dengan mempertemukan wakil-wakil dari Indonesia dengan

Belanda , maka terbentuklah suatu persetujuan dan persetujuan tersebut

dituangkan dalam sebuah dokumen pada tanggal 27 Desember 1949, maka

terbentuklah konstitusi RIS.

2. Menurut sifatnya Konstitusi RIS merupakan konstitusi rigid karena

mempersyaratkan prosedur khusus untuk perubahan atau amandemennya.

Tertuang dalam BAB VI Perubahan, ketentuan-ketentuan peralihan dan

ketentuan-ketentuan penutup bagian satu perubahan, pasal 190 ayat (1), (2),

pasal 191 Ayat (1), (2), (3), bagian dua ketentuan-ketentuan peralihan pasal

192 Ayat (1), (2), pasal 193 Ayat (1),(2).


3. Menurut kedudukannya konstitusi RIS merupakan konstitusi derajat tinggi

karena persyaratan untuk mengubah lebih berat jika dibandingkan merubah

peraturan perundangan yang lain.

4. Menurut bentuk negara konstitusi RIS serikat/federal karena negara

didalamnya terdiri dari negara-negara bagian yang masing masing negara

bagian memiliki kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan dalam negerinya.

Terdapat BAB I negara Republik Indonesia Serikat bagian I bentuk negara

dan kedaulatan pasal 1, Ayat (1).

5. Menurut bentuk pemerintahannya konstitusi RIS, berbentuk parlementer

karena kepala negara dan kepala pemerintahan,di jabat oleh orang yang

berbeda. Kepala negaranya adalah presiden, dan kepala pemerintahannya

perdana menteri. Terdapat pada pasal 69 ayat 1, pasal 72 ayat 1.

C. UUDS 1950 (17 Agustus 1950-5 Juli 1959).

1. Menurut bentuknya UUDS’50 merupakan konstitusi tertulis karena

dituangkan dalam suatu dokumen yang formal. Dimana dengan berlakunya

UUDS 1950 maka konstitusi RIS tidak berlaku.

2. Menurut sifatnya UUDS’50 merupakan konstitusi rigid karena dalam

perubahannya mempersyaratkan prosedur khusus sehingga tidak semudah

seperti merubah peraturan perundang-undangan biasa. Diatur dalam pasal 140

UUDS 1950 ayat 1-4.


3. Menurut kedudukannya UUDS’50 merupakan konstitusi derajat tinggi karena

persyaratan merubahnya tidak semudah peraturan perundangan biasa. Dan

kedudukan UUDS ’50 merupakan peraturan tertinggi dalam perundang-

undangan diatas UU dan UU Darurat.

4. Menurut bentuk negara UUDS’50, Indonesia berbentuk kesatuan karena pada

asasnya seluruh kekuasaan dalam negara berada ditangan pemerintah pusat.

5. Menurut sistem pemerintahannya UUDS’50, Indonesia menganut sistem

pemerintahan parlementer dimana kepala negara dijabat oleh seorang presiden

dan kepala pemerintah di jabat oleh perdana mentri.

D. UUD’45 setelah amandemen I-IV

1. Menurut bentuknya UUD ’45 amandemen termasuk konstitusi tertulis karena

dituangkan dalam satu bentuk dokumen formal.

2. Menurut sifatnya UUD ’45 merupakan konstitusi rigid karena dalam

perbahannya memperhatikan syarat-syarat tertentu seperti tertera dalam pasal

37 ayat 1-5 UUD ’45, bahwa pengajuan perubahan minimal dilakuakan oleh

1/3 dari anggota MPR, dan dalam sidangnya dihadiri oleh 2/3 dari anggota

MPR, dan putusan disetujui oleh lima puluh persen ditambah satu dari seluruh

jumlah anggota MPR, dan syarat lain adalah dalam ayat 5 bahwa “Khusus

mengenai bentuk negara kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan

perubahan”.
3. Menurut kedudukannya UUD ’45 termasuk konstitusi derajat tinggi karena

UUD ’45 berkedudukan sebagai hukum dasar dan pedoman pembentukan

peraturan perundangan yang lain. Sehingga terdapat hierarki perundangan

sebagai konsekuensinya, di atur dalam UU No 10 tahun 2004 tentang

pembentukan peraturan perundangan.

4. Menurut bentuk negara UUD ’45, Indonesia menganut konstitusi dalam

negara kesatuan. Merujuk pada pasal 1 ayat 1 yang berbunyi “ Negara

Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik”.

5. Menurut sistem pemerintahannya, konstitusi yang dianut adalah konstitusi

dalam pemerintahan presidensial. Dimana kepala negara dan kepala

pemerintahan berada ditangan presiden.


DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairul, Konstitusi dan kelembagaan Negara, Jakarta: CV. Novindo Pustaka

Mandiri, 1999.

Daud, Abu Busroh dan Abubakar Busro, Asas-asas Hukum Tata Negara, Jakarta:

Ghalia Indonesia, 1983, cet. Ke-1

Kusnardi, Moh., et.ai., Ilmu Negara, Jakarta:Gaya Media Pratama, 2000, cet.ke-4.

Lubis, M. Solly, Asas-asas Hukum Tata Negara, Bandung: Alumni, 1982.

Thaib, Dahlan,et.al., Teori dan Hukum Konstitusi, Jakarta: PT> Raja Grafindo

Persada, 2001, cet.ke-2.

Ubaidillah, Ahmad, et.al., Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi,

HAM dan Masyarakat Madani, Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000, edisi

pertama.

Anda mungkin juga menyukai