1. Pengertian Konstitusi
Koernimanto Soetopawiro,
konstitusi berasal dari bahasa
latin “cisme” berarti bersama
K.C. Wheare, konstitusi ialah dengan dan “statute” berarti
sistem ketatanegaraan suatu memuat sesuatu agar berdiri. Jadi
negara berupa kumpulan konstitusi berarti menetapkan
peraturan yang mengatur secara bersama.
pemerintahan suatu negara. Lasalle, konstitusi adalah
L.j Van Apeldoorn, konstitusi hubungan antara kekuasaaan di
memuat baik peraturan tertulis dalam masyarakat seperti
maupun peraturan tak tertulis. golongan kedudukan nyata di
dalam masyarakat misalnya
kepala negara angkatan perang,
partai politik.
2. Dalam perkembangannya konstitusi mempunyai
pengartian, yaitu:
• Dahlan Thalib :
Barometer untuk menjaga adanya kepastian hukum
• M. Kusnardi dan Bintan Saragih :
Fungsi Konstitusi :
a) membagi kekuasaan dalam negara
b) membatasi kekuasaan pemerintah/penguasa negara
c) menentukan cara bagaimana pusat kekuasaan bekerja
sama dan menyesuaikan diri satu sama lain serta
menekan hubungan-hubungan kekuasaan dalam negara
Tujuan konstitusi :
• J. Barents :
tujuan asli yakni memelihara ketertiban dan ketentraman
mempertahankan kekuasaan bagi golongan pemimpin
mengurus kepentingan umum dengan menjalankan tugas besar
• Maurice Duverger :
menjaga keseimbangan antara ketertiban, kekuasaannya, dan
kebebasan.
• G. S. Diponolo :
menjaga kekuasaan,perdamaian, keamanan, dan ketertiban,
kemerdekaan, keadilan, kesejahteraanmdan, kebahagiaan
• Koerniatmanto Soetoprawiro :
memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan
politik.
membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak para penguasa serta
menetapkan bagi penguasa batas kekuasaan.
PERILAKU TAAT KONSTITUSI
Ketaatan (kesadaran) konstitusi lahir dari adanya
kesadaran terhadap konstitusi. Perilaku ini merupakan salah
satu bentuk kesadaran hukum. Hal ini dikarenakan konstitusi
merupakan salah satu bentuk hukum yang berkedudukan
sebagai hukum dasar negara (Winataputra, 2001; Riyanto,
2008). Oleh karena itu, pembicaraan mengenai ketaatan
terhadap konstitusi harus didahului oleh pemahaman tentang
kesadaran hukum.
Paul Scholten (Soekanto & Purwadi, 1993, p. 23)
mengemukakan bahwa kesadaran hukum merupakan kesadaran
nilai-nilai di dalam diri manusia mengenai hukum yang ada atau
tentang hukum yang diharapkan ada. Jalinan nilai-nilai hukum
yang mengendap dalam diri warga masyarakat sangat penting,
karena: