Anda di halaman 1dari 14

A.

Konstitusi
1. Pengertian Konstitusi
Pengertian konstitusi bisa dimaknai secara sempit maupun secara luas. Konstitusi dalam arti sempit hanya
mengandung norma-norma hukum yang membatasi kekuasaan yang ada dalamNegara. Sedangkan Konstitusi
dalam arti luas adalah keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar atau hukum dasar, baik yang tertulis ataupun
tidak tertulis maupun campuran keduanya tidak hanya sebagai aspek hukum melainkan juga “non
hukum” (Riyanto, 2000:17).
Konstitusi dalam pandangan K.C. Whare (Hamidi & Malik, 2008) dipahami sebagai istilah untuk
menggambarkan keseluruhan sistem pemerintahan suatu negara, juga sebagai kumpulan aturan yang membentuk
dan mengatur atau menentukan pemerintahan negara yang bersangkutan.Menurut James Bryce, konstitusi adalah
sebagai kerangka negara yang diorganisasikan dengan dan melalui hukum. Dalam mana hukum menetapkan :
1) Pengaturan mengenai pendirian lembaga yang permanen;
2) Fungsi dan lembaga-lembaga masyarakat;
3) Hak-hak yang ditetapkan.
Demikian pula menurut CF Strong , konstitusi sebagai sekumpulan asas-asas yang mengatur :
1) kekuasaan pemerintahan;
2) hak-hak yang diperintah;
3) hubungan antara pemerintah dengan yangdiperintah.
Menurut Jimly Asshiddiqie (2009), konstitusi diartikan sebagai hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam
penyelenggaraan suatu negara. Konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang lazim disebut Undang-Undang
Dasar, dan dapat pula tidak tertulis.
2. Fungsi dan Tujuan Konstitusi
Hans Kelsen (Rudy, 2013:17) mengenai fungsi konstitusi mengatakan pendapatnya bahwa:
“… konstitusi yang biasa disebut sebagai hukum fundamental negara merupakan dasar dari
tatanan hukum nasional. Sebagai dasar dari tatanan hukum nasional, Konstitusi menjadisumber validasi norma
hukum nasional. Ditinjau dari teori politik, konsep konstitusi juga mencakup norma-norma yang mengatur
pembentukan dan kompetensi dari organ-organ eksekutif dan yudikatif tertinggi.”Konstitusi mempunyai
fungsi dan kedudukan yang sangat fundamental dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam konteks ini,
Komisi Konstitusi tentang perubahan Undang-UndangDasar Negara RI tahun 1945 menyimpulkan bahwa
kedudukan dan fungsi konstitusi adalah sebagaiberikut (Rudy, 2013:20) :
 
1. Konstitusi berfungsi sebagai dokumen nasional yang mengandung perjanjian luhur,berisi kesepakatan-
kesepakatan tentang politik, hukum, pendidikan, kebudayaan,ekonomi, kesejahteraan, dan aspek
fundamental yang menjadi tujuan negara;
2. Konstitusi sebagai piagam kelahiran negara baru. Hal ini juga membutuhkan adanyapengakuan
masyarakat internasional, termasuk untuk menjadi anggota PBB, karena itusikap kepatuhan suatu negara
terhadap hukum internasional ditandai dengan adanyaratifikasi terhadap perjanjian-perjanjian
internasional.
3. Konstitusi sebagai sumber hukum tertinggi. Konstitusi mengatur maksud dan tujuanterbentuknya suatu
negara dengan sistem administrasinya melalui adanya kepastianhukum yang terkandung dalam pasal-
pasalnya, unifikasi hukum nasional, social control,memberikan legitimasi atas berdirinya lembaga-
lembaga negara termasuk pengaturantentang pembagian dan pemisahan kekuasaan antara organ
legislatif, eksekutif, yudisial.
4. Konstitusi sebagai identitas nasional dan lambang persatuan, konstitusi menjadi suatusarana untuk
memperlihatkan berbagai nilai dan norma suatu bangsa dan negara,misalnya simbol demokrasi, keadilan,
kemerdekaan, negara hukum yang menjadikansandaran untuk mencapai kemajuan dan keberhasilan
tujuan negara.
5. Konstitusi sebagai alat untuk membatasi suatu kekuasaan, konstitusi dapat berfungsiuntuk membatasi
kekuasaan, mengandalkan perkembangan dan situasi politik yangselalu berubah, serta berupaya untuk
menghindarkan adanya penyalahgunaankekuasaan.
6. Konstitusi sebagai pelindung HAM dan kebebasan warga negara. Konstitusimemberikan perlindungan
terhadap hak-hak asasi manusia dan hak-hak kebebasanwarga negara. Hal ini merupakan
pengejawantahan suatu negara hukum.C.F Strong menyatakan bahwa pada prinsipnya tujuan konstitusi
adalah untuk membatasike sewenangan tindakan pemerintah, untuk menjamin hak-hak yang diperintah,
dan merumuskanpelaksanaan kekuasaan yang berdaulat.
Oleh karena itu setiap konstitusi senantiasa memiliki dua tujuan, yaitu:
1) Untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan politik;
2) Untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak para penguasa serta menetapkan batas-
bataskekuasaan bagi penguasa (Utomo, 2007:12).
3. Isi atau Muatan Konstitusi
Menurut Sri Soemantri (1992) dengan mengutip pendapat Steenbeckmenyatakan bahwa terdapat tiga materi
muatan pokok dalam konstitusi yaitu :
- Jaminan hak asasi manusia.
- Susunan ketatanegaraan yang bersifat mendasar.
- Pembagian dan pembatasan kekuasaan.
Selanjutnya dalam paham konstitusi demokratis dijelaskan bahwa isi konstitusi meliputi(Sri Soemantri, 1992) :
- Anatomi kekuasaan (kekuasaan politik) tunduk pada hukum.
- Jaminan dan perlindungan hak asasi manusia.
- Peradilan yang bebas dan mandiri.
- Pertanggungjawaban kepada rakyat (akuntabilitas public) sebagai sendi utama dari asaskedaulatan rakyat.

4. Sejarah Perkembangan Konstitusi


Konstitusi ideal baik menurut plato maupun Aristoteles menekankan pentingnya
pendidikan politik, sebab melalui warga negara yang terdidik, negara dapat dilindungi dari
timbulnya anarki, menurut pemikiran Plato dan Aristoteles, anarki merupakan akibat dari ketidak
kontrolnya perkembangan demokrasi (C.F Strong; 1996 : 24). Solusi Plato seperti dijelaskan
dalam karyanya Republic, terletak pada suat aristokrasi cendekiawan politik, suatu badan pelindung
yang memenuhi syarat untuk memerintah dengan sistem pendidikan kaku yang seharusnya memimpin
terciptanya negara ideal (Wawan Rosmawan, 2011:273).
Konstitusi Romawi dimulai sebagai suatu perpaduan harmonis antara elemen-elemen
monarki, aristokratis, dan demokratis dan berakhir sebagai aristokratis yang tidak bertanggung jawab. walau
pun demikian, tidak dapat dilupakan bahwa hal ini pasti terjadi seiring dengan perkembangan
kekaisaran Romawi yang wilayahnya sangat luas dengan beraneka ragam suku bangsa dan kepentingan.
Kekaisaran seperti ini menuntut adanya suatu instrumen kekuatan yang
cepat dan efisien yang hanya dapat dipenuhi oleh suatu kedaulatan absolut di satu tangan (C.FStrong; 1996 :
24). Pengaruh abadi konstitusionalisme Romawi dapat dilihat pertama hukum Romawi  pertama berpengaruh
besar terhadap sejarah hukum Eropa Kontinental, kedua kecintaan bangsa Romawi akan ketenteraman
dan kesatuan sangat kuat sehingga orang-orang di abad pertengahan
terobsesi dengan gagasan kesatuan politik dunia untuk menghadapi kekuatan disintegrasi (C.FStrong; 1996 :
24) Pada abad VII (zaman klasik) lahirlah Piagam Madinah atau Konstitusi Madinah yang dibentuk pada awal
masa Klasik Islam (633 M) merupakan aturan pokok tata kehidupan bersama di Madinah yang dihuni oleh
bermacam kelompok dan golongan: Yahudi, Kristen, Islam dan lainnya. Konstitusi Madinah berisikan tentang
hak bebas berkeyakinan, kebebasan berpendapat,kewajiban dalam hidup kemasyarakatan, dan mengatur
kepentingan umum dalam kehidupan sosialyang majemuk. Konstitusi ini merupakan satu bentuk konstitusi
pertama di dunia yang telahmemuat materi sebagaimana layaknya konstitusi modern dan telah mendahului
konstitusi-konstitusi lainnya di dalam meletakkan dasar pengakuan terhadap hak asasi manusia
(Ubaedillah,2015:111).Piagam Madinah mengandung 47 pasal. Pasal pertama, misalnya, berbunyi tentang
prinsip
 persatuan dengan pernyataan “innahum ummatan wahidatan min duuni al-naas” (sesungguhnya
mereka adalah umat yang satu, lain dari (komunitas) manusia lain). Menurut Ahmad Sukardja,sebagaimana
disarikan oleh Jimly Asshidiqie, terdapat 13 kelompok masyarakat yang secara eksplisit terikat dalam Piagam
Madinah. Pada Pasal 44 ditegaskan bahwa “Mereka (para
Secara umum, konstitusi yang dapat dikatakan demokratis mengandung prinsip-prinsip dasar demokrasi
dalam kehidupan bernegara, yaitu (Ubaedillah, 2015:117):
1. Menempatkan warga negara sebagai sumber utama kedaulatan.
2. Mayoritas berkuasa dan terjaminnya hak minoritas.
3. Adanya jaminan penghargaan terhadap hak-hak individu warga negara dan penduduknegara, sehingga
dengan demikian entitas kolektif, tidak dengan sendirinya menghilangkanhak-hak dasar orang per orang
4. Pembatasan pemerintahan.
5. Adanya jaminan terhadap keutuhan negara nasional dan integritas wilayah.
6. Adanya jaminan keterlibatan rakyat dalam proses bernegara melalui pemilihan umum yangbebas.
7. Adanya jaminan berlakunya hukum dan keadilan melalui proses peradilan yangindependen.
8. Pembatasan dan pemisahan kekuasaan negara yang meliputi:a. Pemisahan wewenang kekuasaan
berdasarkan trias politica

B. Lembaga Kenegaraan Setelah Amandemen UUD 1945

Sejak lengsernya Orde Baru pada 1998, telah terjadi empat kali perubahan (amandemen) atas UUD 1945
yaitu Perubahan Pertama pada 1999, Perubahan Kedua pada 2000, PerubahanKetiga pada 2002, dan Perubahan
Keempat pada 2002. Menurut pakar tata negara JimlyAsshiddiqie, materi UUD 1945 yang asli telah mengalami
perubahan besar-besaran dan dengan perubahan materi yang dapat dikatakan sangat mendasar. Perubahan
Pertama atas UUD 1945 pada19 Oktober 1999 merupakan tonggak sejarah yang berhasil mematahkan semangat
konservatisme dan romantisme pada sebagian kalangan masyarakat Indonesia yang beranggapan sangat
mensakralkan UUD 1945 sebagai sesuatu yang tidak bisa disentuh sama sekali oleh ide-ide perubahan
(Ubaedillah, 2015:119). Perubahan Kedua UUD 1945 berfokus pada penataan ulang keanggotaan, fungsi,
hak,maupun cara pengisiannya. Perubahan Ketiga UUD 1945 menitik beratkan pada penataan ulang kedudukan
dan kekuasaan MPR, jabatan presiden yang berkaitan dengan tata cara pemilihan presiden dan wakil presiden
secara langsung, pembentukan lembaga negara baru yang meliputi Mahkamah Konstitusi (MK), Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), dan Komisi Yudisial (KY), serta aturan tambahan untuk Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK). Perubahan Keempat UUD 1945 mencakup materi tentang keanggotaan MPR, pemilihan presiden dan
wakil presiden berhalangan tetap, serta kewenangan presiden (Ubaedillah, 2015:119). Dalam konteks perubahan
UUD terdapat lima unsur penting yang disepakati oleh panitia ad hoc perubahan UUD 1945, yaitu (Ubaedillah,
2015:120):
1. Tidak melakukan perubahan atas Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang meliputi sistematika,
aspek kesejarahan, dan orisinalitasnya.
2. Tetap mempertahankan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
3. Mempertegas Sistem Pemerintahan Presidensial.
4. Meniadakan penjelasan UUD 1945 dan hal-hal normatif dalam penjelasan dimasukkandalam pasal-
pasal.
5. Perubahan dilakukan dengan cara penambahan (addendum).

Sebelum perubahan UUD 1945, alat-alat kelengkapan negara dalam UUD 1945 adalahLembaga
Kepresidenan, MPR, DPA, DPR, BPK, dan Kekuasaan Kehakiman. Setelah amandemensecara keseluruhan
terhadap UUD 1945, alat kelengkapan negara yang disebut dengan lembagatinggi negara menjadi delapan
lembaga, yakni MPR, DPR, DPD, Presiden, MA, MK, KY, danBPK (Ubaedillah, 2015:120).

1. Lembaga Legislatif
1.1 MPR
MPR adalah lembaga negara. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sekarang ini bukanlagi
merupakan lembaga tertinggi negara. Ia adalah lembaga negara yang sederajat dengan lembaganegara lainnya.
Dengan tidak adanya lembaga tertinggi negara maka tidak ada lagi sebutan lembagatinggi negara dan lembaga
tertinggi negara. Semua lembaga yang disebutkan dalam UUD 1945adalah lembaga negara (www.mpr.go.id).
 
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) merupakan lembaga pelaksana kedaulatan rakyatoleh karena
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) adalah para wakil rakyat yangberasal dari pemilihan umum.
MPR bukan pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat sebagaimanatertuang dalam Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945
,perubahan ketiga bahwa kedaulatan berada di tanganrakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang dasar.
Ketentuan mengenai MPR tertuang dalamPasal 2 Ayat (1) UUD 1945 (www.mpr.go.id).Majelis
Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dananggota Dewan Perwakilan Daerah
yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjutdengan undang-undang. MPR mempunyai tugas dan
wewenang, yaitu (www.mpr.go.id) :
1. Mengubah dan menetapkan undang-undang dasar;
2. Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemilihan umum, dalam sidangparipurna MPR;
3. Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untukmemberhentikan presiden
dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya setelahpresiden dan atau wakil presiden diberi kesempatan
untuk menyampaikan penjelasan didalam sidang paripurna MPR,
4. Melantik wakil presiden menjadi presiden apabila presiden mangkat, berhenti,diberhentikan, atau tidak dapat
melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya;
5. Memilih wakil presiden dari dua .calon yang diajukan presiden apabila terjadi kekosongan jabatan
wakil presiden dalam masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu enampuluh hari;
6. Memilih presiden dan wakil presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalammasa jabatannya,
dari dua paket calon presiden dan wakil presiden yang diusulkan olehpartai politik atau gabungan partai
politik yang paket calon presiden dan waki1presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam
pemilihan sebelumnya,sampai habis masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu tiga puluh hari;
7. Menetapkan peraturan tata tertib dan kode etik MPR.
 
1.2 DPR
DPR adalah lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia yangmerupakan lembaga
perwakilan rakyat dan memegang kekuasaan membentuk undang-undang.DPR memiliki fungsi legislasi,
anggaran, dan pengawasan.
a. Terkait dengan fungsi legislasi, DPR memiliki tugas dan wewenang:
- Menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas)
- Menyusun dan membahas Rancangan Undang-Undang (RUU)
- Menerima RUU yang diajukan oleh DPD (terkait otonomi daerah; hubungan pusat dandaerah;
pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah; pengelolaan SDA dan SDElainnya; serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah)
- Membahas RUU yang diusulkan oleh Presiden ataupun DPD
- Menetapkan UU bersama dengan Presiden
- Menyetujui atau tidak menyetujui peraturan pemerintah pengganti UU (yang diajukanPresiden) untuk
ditetapkan menjadi UU
b. Terkait dengan fungsi anggaran, DPR memiliki tugas dan wewenang:
- Memberikan persetujuan atas RUU tentang APBN (yang diajukan Presiden)
- Memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU tentang APBN dan RUU terkait pajak,pendidikan dan
agama
- Menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangannegara yang
disampaikan oleh BPK
- Memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan aset negara maupun terhadapperjanjian yang
berdampak luas bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan bebankeuangan negara
c. Terkait dengan fungsi pengawasan, DPR memiliki tugas dan wewenang:
- Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN dan kebijakan pemerintah
- Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang disampaikan oleh DPD (terkaitpelaksanaan UU
mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran danpenggabungan daerah, pengelolaan SDA dan
SDE lainnya, pelaksanaan APBN, pajak,pendidikan dan agama)
d. Tugas dan wewenang DPR lainnya, antara lain:
- Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi rakyat
- Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk: (1) menyatakan perang ataupunmembuat perdamaian
dengan Negara lain; (2) mengangkat dan memberhentikan anggotaKomisi Yudisial.
- Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal: (1) pemberian amnesti dan abolisi;(2) mengangkat
duta besar dan menerima penempatan duta besar lain
- Memilih Anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD
- Memberikan persetujuan kepada Komisi Yudisial terkait calon hakim agung yang akanditetapkan menjadi
hakim agung oleh Presiden
- Memilih 3 (tiga) orang hakim konstitusi untuk selanjutnya diajukan ke Presiden
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, khususnya terkait pelaksanaan fungsi pengawasan, DPR dibekali
(tiga) hak, yakni:

1. Hak Interpelas: hak DPR untuk meminta keterangan kepada Pemerintah mengenaikebijakan pemerintah
yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupanbermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2. Hak Angket : hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan suatuundang-
undang/kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis, danberdampak luas pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang didugabertentangan dengan peraturan perundang-
undangan.

3. Hak Menyatakan Pendapat:


hak DPR untuk menyatakan pendapat atas:
a. kebijakan pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air ataudi dunia
internasional;
b. tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket; atau
c. dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran hukum baikberupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana beratlainnya, maupun perbuatan
tercela, dan/atau Presiden dan/atau Wakil Presiden tidaklagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau
Wakil Presiden.
1.3 DPD
DPD merupakan lembaga baru dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. BerdasarkanPerubahan Ketiga UUD
1945, gagasan pembentukan DPD dalam rangka restrukturisasi parlemendi Indonesia. DPR dimaksudkan untuk
mewakili rakyat, sedangkan DPD dimaksudkan untukmewakili daerah-daerah. DPD adalah lembaga negara
dalam sistem ketatanegaraan RepublikIndonesia yang merupakan wakil-wakil daerah provinsi dan dipilih melalui
pemilihan umum yang memiliki fungsi (Ubaedillah, 2015:122) :
a. Pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan yang berkaitan dengan bidang
legislasi tertentu.
b. Pengawasan atas pelaksanaan undang-undang tertentu.

2. Lembaga Eksekutif
Pemerintahan memiliki dua pengertian, yaitu (Ubaedillah, 2015:122) :
a. Pemerintahan dalam arti luas, yaitu pemerintahan yang meliputi keseluruhan lembagakenegaraan
(legislatif, eksekutif, dan yudikatif)
b. Pemerintahan dalam arti sempit, yaitu pemerintahan yang hanya berkenaan denganfungsi eksekutif
saja.Lembaga eksekutif terdiri dari kepala negara seperti raja, perdana menteri, atau presiden,beserta
menteri-menterinya. Dalam sistem presidensial, menteri-menteri merupakan pembantupresiden dan
langsung dipimpin olehnya, sedangkan dalam sistem parlementer para menteridipimpin oleh seorang
perdana menteri.
Tugas utama lembaga eksekutif adalah menjalankan undang-undang. Kekuasaan eksekutif mencakup
beberapa bidang (Ubaedillah, 2015:122-123):
a. Diplomatik, yakni menyelenggarakan hubungan diplomatik dengan negara-negara lain.
b. Administratif, yakni melaksanakan undang-undang serta peraturan-peraturan lain danmenyelenggarakan
administrasi negara.
c. Militer, yakni mengatur angkatan bersenjata, menyelenggarakan perang, serta keamanandan pertahanan
negara.
d. Yudikatif, yakni memberi grasi, amnesti, dan sebagainya.
e. Legislatif, yakni membuat rancangan undang-undang yang diajukan ke lembaga legislatif,dan membuat
peraturan-peraturan.

Pada UUD 1945 kekuasaan eksekutif dilakukan oleh presiden yang dibantu oleh wakilpresiden yang dalam
menjalankan kewajiban negara, seperti yang tercantum dalam Pasal 1.Presiden dibantu oleh menteri-menteri
negara. Menurut Perubahan Ketiga UUD 1945 Pasal 6A,presiden dan wakil presiden dipilih dalam satu pasangan
secara langsung oleh rakyat. Sebelumamandemen UUD 1945, presiden dipilih oleh MPR. Presiden adalah
simbol resmi negara Indonesiadi dunia. Presiden dibantu oleh menteri-menteri dalam kabinet, memegang
kekuasaan eksekutifuntuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan sehari-hari. Dengan adanya
perubahan(amandemen) UUD 1945 pasca-Orde Baru, presiden tidak lagi bertanggung jawab kepada MPR,dan
kedudukan antara presiden dan MPR adalah setara (Ubaedillah, 2015:123).Adapun wewenang, kewajiban, dan
hak presiden antara lain (Ubaedillah, 2015:123):
a. Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD.
b. Memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan AngkatanUdara.
c. Mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR. Presiden melakukan pembahasan danpemberian
persetujuan atas RUU bersama DPR serta mengesahkan RUU menjadi UU.
d. Menetapkan peraturan pemerintah.
e. Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri.
f. Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR.
g. Mengangkat dua dan konsul serta menerima penempatan duta negara lain denganmemerhatikan
pertimbangan DPR.
h. Memberi grasi, rehabilitasi, amnesti, dan abolisi.
i. Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang diatur dengan UU.

3. Lembaga Yudikatif
Fungsi-fungsi legislatif, eksekutif, dan yudikatif dikembangkan sebagai cabang-cabangkekuasaan yang terpisah
satu sama lain. Kekuasaan yudikatif berpuncak pada kekuasaankehakiman yang juga dipahami mempunyai dua
pintu, yakni Mahkamah Agung dan MahkamahKonstitusi. Kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh (Ubaedillah,
2015:123):
a. Mahkamah Agung dan badan peradilan yang ada di bawahnya dalam lingungan peradilanumum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, dan lingkunganperadilan tata usaha negara.
b. Mahkamah konstitusi
 
UUD 1945 yang telah diamendemen juga mengintroduksi suatu lembaga baru yangberkaitan dengan
penyelenggaraan kekuasaan kehakiman, yaitu Komisi Yudisial. Komisi Yudisialbersifat mandiri yang berwenang
mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyaiwewenang lain dalam rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, sertaperilaku hakim. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004
tentang Kekuasaan Kehakiman mengaturmengenai badan-badan peradilan penyelenggara kekuasaan kehakiman,
asas-asas penyelenggaraankekuasaan kehakiman, jaminan kedudukan dan perlakuan yang sama bagi setiap orang
dalamhukum dan dalam mencari keadilan (Ubaedillah, 2015:123).

3.1 Mahkamah Agung (MA)


Mahkamah Agung (MA) adalah salah satu kekuasaan kehakiman di Indonesia. Sesuaidengan UUD 1945
(Perubahan Ketiga), kekuasaan kehakiman di Indonesia dilakukan olehMahkamah Agung dan Mahkamah
Konstitusi. Menurut Undang-undang Dasar 1945, kewajibandan wewenang MA antara lain (Ubaedillah,
2015:123):
a. Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan dibawah undang-
undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.
 
b. Mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi.
 
c. Memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi dan rehabilitasi.
 
3.2 Mahkamah Konstitusi (MK)
Makhamah Konstitusi merupakan lembaga baru yang diperkenalkan oleh Perubahan KetigaUUD 1945. Salah
satu landasan yang melahirkan lembaga ini karena sudah tidak ada lagi lembagatertinggi negara. Menurut
Undang-undang Dasar 1945, kewajiban dan wewenang MK antara lain(Ubaedillah, 2015:125):
a. Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat finaluntuk menguji
undang-undang terhadap Undang-undang Dasar, memutus sengketakewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, memutuspembubaran partai politik, dan memutuskan
perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
 
b. Memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaranoleh presiden
dan/atau wakil presiden menurut UUD 1945.
 
3.3 Komisi Yudisial (KY)
Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang bersifat mandiri dan dalam pelaksanaanwewenangnya bebas dari
campur tangan atau pengaruh kekuasaan lainnya. Dibentuknya KomisiYudisial adalah agar warga masyarakat di
luar struktur resmi lembaga parlemen dapat dilibatkandalam proses pengangkatan, penilaian kinerja, dan
kemungkinan pemberhentian hakim. Untukmenjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta
perilaku hakim dalam rangkamewujudkan kebenaran dan keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dalam menjalankantugasnya, Komisi Yudisial melakukan pengawasan terhadap (Ubaedillah, 2015:125):
a. Hakim agung di Mahkamah Agung.
 
b. Hakim pada badan peradilan di semua lingkungan peradilan yang berada di bawahMahkamah Agung
seperti Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan badanperadilan lainnya.
 
c. Hakim Mahkamah Konstitusi.
 
3.4 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Badan Pemeriksa Keuangan adalah lembaga negara Indonesia yang memiliki wewenangmemeriksa pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara. Menurut UUD 1945, BPKmerupakan lembaga yang bebas dan mandiri.
BPK memiliki tugas dan wewenang yang sangatstrategis karena menyangkut aspek yang berkaitan dengan
sumber dan penggunaan anggaran sertakeuangan negara, yaitu (Ubaedillah, 2015:126):
a. Memeriksa tanggung jawab keuangan negara dan memberitahukan hasil pemeriksaankepada DPR,
DPRD, dan DPD.
b. Memeriksa semua pelaksanaan APBN.
 
c. Memeriksa tanggung jawab pemerintah tentang keuangan negara.
 
BPK memiliki tiga fungsi pokok, yakni:
a. Fungsi operati, yaitu melakukan pemeriksaan, pengawasan, dan penelitian ataspenguasaan dan
pengurusan keuangan negara.
b. Fungsi yudikatif , yaitu melakukan tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugiterhadap pegawai
negeri yang perbuatannya melanggar hukum atau melalaikankewajibannya, serta menimbulkan kerugian
bagi negara.
c. Fungsi rekomendatif , yaitu memberikan pertimbangan kepada pemerintah tentangpengurusan
keuangan negara.

C. Tata Urutan Perundang-undangan Indonesia


 Di awal 1966, melalui Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 Lampiran 2, disebutkan bahwa hierarki peraturan
perundang-undangan Indonesia sebagai berikut (Ubaedillah, 2015:128):
1. Undang-undang Dasar 1945
2. Ketetapan MPR
3. Undang-undang atau peraturan pemerintah pengganti undang-undang.
4. Peraturan pemerintah.
5. Keputusan presiden.

6. Peraturan-peraturan pelaksanaannya, seperti:

a) Peraturan menteri;
b) Instruksi menteri; dan
c) Dan lain-lainnya.
Selanjutnya, berdasarkan Ketetapan MPR No. III Tahun 2000, tata urutan peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia sebagai berikut (Ubaedillah, 2015:129):
1. Undang-undang Dasar 1945.
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
3. Undang-undang.
4. Peraturan pemerintah pengganti undang-undang.
5. Peraturan pemerintah.
6. Keputusan presiden.
7. Peraturan daerah.
Dalam UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan(PPP), yang
berlaku secara efektif pada November 2004.
Tata urutan peraturan perundang-undangan dalam UU PP ini sebagaimana diatur dalam Pasal 7 sebagai berikut
(Ubaedillah,2015:129):
1. Undang-undang Dasar 1945.
2. Undang-undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang.
3. Peraturan pemerintah.
4. Peraturan presiden.
5. Peraturan daerah yang meliputi:a.Peraturan daerah provinsi;b.Peraturan daerah kabupaten/kota; dan
d. Peraturan desa.
Dengan dibentuknya tata urutan perundang-undangan, maka segala peraturan dalamhierarki perundang-
undangan yang bertentangan dengan peraturan di atasnya, tidak bisadilaksanakan dan batal demi hukum
(Ubaedillah, 2015:130).

Anda mungkin juga menyukai