Anda di halaman 1dari 10

e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha

Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS


CERITA RAKYAT TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
DAN MINAT BACA PADA SISWA KELAS V SD
A.A.A Bintang Marhaeni, A.A.I.N. Marhaeni, Made Sutama

Program Studi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: bintang.marhaeni@pasca.undiksha.ac.id,
agung.marhaeni@pasca.undiksha.ac.id,made.sutama @pasca.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kontekstual berbasis
cerita rakyat terhadap kemampuan membaca pemahaman dan minat baca pada siswa kelas V SD di
Gugus V Kecamatan Sukasada. Rancangan penelitian ini adalah Post Test Only Control Group Design.
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 127 orang dan sampel berjumlah 64 orang. Data
kemampuan membaca pemahaman dikumpulkan menggunakan tes pilihan ganda dan data minat baca
dikumpulkan menggunakan kuesioner. Data dianalisis menggunakan MANOVA berbantuan SPSS 17.00
for windows. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: 1) kemampuan membaca pemahaman siswa yang
mengikuti model pembelajaran kontekstual berbasis cerita rakyat lebih baik daripada siswa yang
mengikuti model pembelajaran konvensional, 2) minat baca siswa yang mengikuti model pembelajaran
kontekstual berbasis cerita rakyat lebih baik daripada siswa yang mengikuti model pembelajaran
konvensional, 3) secara simultan, kemampuan membaca pemahaman dan minat baca siswa yang
mengikuti model pembelajaran kontekstual berbasis cerita rakyat lebih baik daripada siswa yang
mengikuti model pembelajaran konvensional.

Kata kunci: Model model pembelajaran kontekstual, cerita rakyat, kemampuan membaca pemahaman,
minat baca.

Abstract

Keywords: Contextual Instructional Model, folklore, reading comprehension, reading interest

This study was aimed at investigating the effect of folklore-based contextual instructional model
WRZDUG WKH ILIWK JUDGH HOHPHQWDU\ VFKRRO VWXGHQWV¶ UHDGLQJ FRPSUHKHQVLRQ DQG UHDGLQJ LQWHUHVW DW WKH
fifth group of elementary school (gugus) in Sukasada District. Post Test Only Control Group Design was
used as the research design that involved 127 populations, and 64 of them became the samples. The
GDWD DERXW WKH VWXGHQWV¶ UHDGLQJ FRPSUHKHQVLRQ ZDV FROOHFWHG WKURXJK PXOWLSOH FKRLFH WHVW ZKLOH WKH
data about the studeQWV¶ UHDGLQJ LQWHUHVW ZDV JDWKHUHG IURP TXHVWLRQQDLUH 7KH GDWD ZDV DQDO\]HG XVLQJ
MANOVA with the assistance of SPSS 17.00 for windows. The result shows that 1)the students taught
using folklore-based contextual instructional model had better reading comprehension then those who
were taught using conventional model; 2)the students taught using folklore-based contextual instructional
model had better reading interest then those who were taught using conventional model; 3)
simultaneously , the students taught using folklore-based contextual instructional model had better
reading comprehension and reading interest then those who were taught using conventional model.
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

PENDAHULUAN mencermati teks tersebut agar paham


Menciptakan manusia Indonesia yang mengenai isi pesan penulis yang tertuang
unggul merupakan suatu tantangan dan dalam teks. Oleh karena itu, pemahaman
keharusan dalam menghadapi era tidak bisa terlepas dari kegiatan membaca.
globalisasi. Pendidikan anak bisa dilakukan Pemahaman merupakan prasyarat bagi
dengan berbagai hal atau berbagai cara, berlangsungnya suatu tindakan membaca.
tidak terlepas dari cara orang tua atau guru Membaca dikatakan tidak berlangsung bila
dalam mengajarkan membaca pada anak tidak ada pemahaman yang didapatkan
sejak dini. Berkembangnya pendidikan oleh pembaca. Walaupun seseorang bisa
dewasa ini, juga diiringi dengan melafalkan kata-kata yang ada dalam teks
berkembangnya metode-metode dan gaya- dengan benar, tetapi tidak memahami yang
gaya pengajaran sehingga dapat dibaca, orang itu tidak bisa dikatakan
meningkatkan mutu pendidikan. Metode melakukan kegiatan membaca karena
dan gaya pengajaran kini dijadikan alat tindakan membaca mengisyaratkan adanya
yang sangat mujarab guna pencapaian pemahaman (Sudiana, 2007:13).
tujuan pendidikan. Begitu banyaknya Dalam kegiatan membaca, jenis teks
metode dan gaya mengajar beserta apa pun dapat dijadikan bahan bacaan,
keuntungan dan kelebihan metode tersebut karena pada dasarnya apa pun jenis teks
tidak akan ada artinya tanpa partisipasi dari tersebut tentu mengandung informasi yang
insan pendidikan. Tanpa tanggapan atau hendak disampaikan kepada pembaca.
respon dari peserta didik mustahil PBM Semakin sering membaca semakin banyak
dapat berjalan. Terkadang guru-guru tidak informasi yang didapatkan. Semakin
memperdulikan apa dan bagaimana situasi banyak informasi yang diketahui orang
dan kondisi peserta didiknya. Guru hanya tersebut akan menjadi orang yang berpikir
terpaku pada apa yang ia rencanakan, kritis dan dewasa.
sehingga situasi PBM kurang kondusif. Membaca merupakan salah satu
Maka dari itu seorang guru hendaknya keterampilan berbahasa yang diajarkan
mampu mengerti dan memahami anak dalam mata pelajaran bahasa indonesia di
didik, mampu menempatkan diri sebagai sekolah dasar. Dalam kurikulum Tingkat
pengayom, pembimbing, teman belajar, Satuan Pendidikan (KTSP) dirumuskan
narasumber yang dilandasi pendekatan bahwa kemampuan membaca merupakan
emosional yang humanistik. salah satu kompetensi yang harus dikuasai
Keterampilan membaca membekali oleh siswa selain menyimak, berbicara dan
anak untuk menjadi pembelajar yang menulis. Selain empat keterampilan
mandiri. Untuk itu, usahakan kegiatan berbahasa tersebut aspek keterampilan
membaca anak dibiasakan dari usia dini penunjang lainnya adalah apresiasi bahasa
agar membaca menjadi aktivitas yang rutin dan sastra indonesia. Kelima aspek
dan menyenangkan. Keterampilan tersebut sangat berperan penting dalam
membaca secara lebih serius didapatkan pengajaran disekolah, salah satunya adalah
oleh seseorang ketika mereka mulai keterampilan membaca. Membaca sangat
memasuki dunia pendidikan. Kegiatan membantu proses belajar menjadi lebih
membaca memiliki nilai yang sangat efektif, karena anak yang gemar membaca
strategis dalam upaya pengembangan diri. akan memeroleh informasi baru dari
Oleh karena itu, membaca merupakan bacaan yang dibacanya.
kegiatan yang sangat penting untuk Melalui pembelajaran membaca,
dilakukan. Seperti pepatah menyatakan siswa diharapkan dapat memberikan
³GHQJDQ PHPEDFD NLWD GDSDW PHPEXND tanggapan yang tepat pada informasi yang
MHQGHOD GXQLD´ telah di baca. Selain itu, membaca juga
Semakin banyak pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai kunci pembuka
dimiliki oleh pembaca, maa semakin bagus ilmu pengetahuan. Dengan kunci tersebut,
pemahamannya terhadap teks bacaan. seorang siswa akan mampu mendalami
Ketika membaca, orang akan berusaha berbagai ilmu dan mengambil manfaatnya
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

sebagai usaha mengoptimalkan tujuan Belum tercapainya ketuntasan pada


belajar yanng sesungguhnya. Untuk keterampilan membaca ini, perlu mendapat
mencapai semua itu, pembelajaran perhatian dari semua pihak untuk mencari
membaca harus dilaksanakan secara faktor-faktor penyebabnya. Hasil observasi
terpadu. Sebagian besar guru SD yang dilakkukan menunjukkan bahwa
menganggap bahwa pengajaran membaca terdapat beberapa masalah yanng perlu
telah berakhir ketika seorang dapat dicermati dalam pembelajaran Bahasa
membaca dan menullis permulaan yang Indonesia, khususnya keterampilan
dilaksanakan di kelas I dan II sekolah dasar membaca di kelas tersebut. Berdasarkan
(Rahim, 2007:V). Pada jenjang kelas yang hasil observasi dan wawancara dari
lebih tinggi, yaitu kelas III sampai dengan beberapa pihak, baik wali kelas maupun
kelas VI, pengajaran membaca lanjut belum guru, terungkap faktor utama yang
mendapat perhatian serius. Membaca di diindikasikan sebagai penyebab rendahnya
kelas-kelas tinggi seolah-olah lebih kemampuan membaca siswa. Faktor
menekankan pada kegiatan membaca tersebut adalah sebagai berikut.
nyaring yang merupakan lanjutan dari Pendekatan pembelajaran yang kurang
membaca menulis permulaan di kelas I dan inovatif. Pendekatan pembelajaran yang
II sekolah dasar. Siswa kelas V seharusnya selama ini diterapkan masih dilaksanakan
telah melewati kemampuan recording dan secara konvensional, yaitu siswa diminta
decoding yaitu pada tingkat memahami untuk membaca teks dengan keras di
makna (meaning). Kemampuan membaca depan kelas dan siswa lainnya menyimak
tidak sekadar menyuarakan bunyi-bunyi dengan seksama. Setelah kegiatan
bahasa dalam suatu teks bacaan, tetapi membaca, dilanjutkan dengan menjawab
membaca melibatkan pemahaman, beberapa pertanyaan yang sesuai dengan
memahami apa yang dibaca, apa teks tersebut. Kegiatan ini sifatnya monoton
maksudnya, dan apa implikasinya. Ketika sehingga kurang menarik bagi siswa.
siswa mengalami kesulitan memahami Disinilah jelas terlihat bahwa membaca
suatu teks bacaan, tugas pengajaran bukanlah tujuan utama melainkan hanya
membaca semakin kompleks. Sebab suatu menjawab tugas yang diperintahkan oleh
teks dapat dipelajari dan diterapkan dalam guru., sehingga proses pembelajaran ini
kehidupan, jika siswa dapat memahami hany berlangsung satu arah hanya dari
isinya. guru ke siswa saja.
Kebiasaan dan kegemaran membaca Salah satu bahan bacaan yang dapat
perlu ditumbuhkan sejak dini. Penumbuhan dibaca siswa adalah dongeng, komik,
kebiasaan dan kegemaran membaca pada cerpen anak, puisi dan sebagainya.
suatu masyarakat perlu dilakukan secara Dongeng merupakan salah satu karya
bertahap. Salah saru langkah awal dalam sastra yang sangat digemari hanya oleh
menumbuhkan kebiasaan dan kegemaran segelintir orang saja karena membaca
membaca dalam masyarakat adalah dongeng atau memaknai sebuah dongeng
memulai penanaman kebiasaan membaca itu sangat sulit dirasakan. Akan tetapi,
pada jenjang sekolah. Penanaman sekarang kegemaran itu sudah menghilang
kebiasaan membaca tersebut, perlu karena dikalahkan oleh kemajuan teknologi.
diupayakan sejak anak berada pada Menurut pengakuan masyarakat umum,
jenjang sekolah dasar. Namun, pada kini tidak ada lagi orang tua yang mampu
kenyataannya masih banyak sekolah- memberikan contoh dalam membaca
sekolah yang mengalami permasalahan dongeng atau hanya sekadar mengenalkan
dalam pembelajaran membaca di kelas. Hal bentuk dongeng pada anak. Seandainya
ini tercermin dari hasil belajar siswa yang dongeng tidak diberikan di sekolah
belum optimal, baik dari segi kemampuan kemungkinan anak-anak tidak akan bisa
membacanya maupun pada tingkat memahami tentang isi puisi. Selain itu,
pemahaman bacaannya, seperti yang anak-anak juga akan sulit memahami
terjadi pada siswa kelas V gugus V bacaan yang diberikan. Oleh sebab itu,
kecamatan sukasada. dongeng dimasukkan ke dalam kurikulum.
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

Pelajaran tentang memahami isi dongeng pembelajaran berlangsung alamiah dalam


muncul pada kelas V semester II. Di dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
kurikulum disebutkan bahwa salah satu mengalami, bukan transfer pengetahuan
standar kompetensi yang harus dipenuhi dari guru ke siswa.Hasil pembelajaran
oleh siswa adalah memahami teks dengan diharapkan bermakna bagi anak untuk
membaca sekilas, membaca memindai dan memecahkan persoalan, berpikir kritis dan
membaca cerita anak dan kompetensi melaksanakan observasi serta menarik
dasar yang harus dipenuhi adalah simpulan dalam kehidupan jangka
menyimpulkan isi cerita anak dalam panjangnya. Dengan begitu, mereka
beberapa kalimat. memposisikan sebagai diri sendiri yang
Agar membaca pemahaman lebih memerlukan suatu bekal untuk hidupnya
kompleks maka perlulah adanya minat baca nanti. Mereka mempelajari apa yang
yang mendukung daya pikir siswa. Minat bermanfaat bagi dirinya sendiri dan
baca ini dimaksudkan yakni keinginan berupaya menanggapinya. Dalam upaya
seseorang untuk membaca. itu, mereka memerlukan guru sebagai
Dewasa ini, ada kecenderungan untuk pengarah dan pembimbing.
kembali pada pemikiran bahwa anak akan Adapun keunggulan dari model
belajar lebih baik jika lingkungan yang pembelajaran kontekstual yaitu, siswa
diciptakan alamiah. Belajar akan lebih secara aktif terlibat dalam proses
bermakna jika anak mengalami apa yang pembelajaran, siswa belajar dari teman
dipelajarainya bukan mengetahuinya. melalui kerja kelompok, diskusi,dan saling
Disinilah guru dituntut untuk membelajarkan mengoreksi, pembelajaran dikaitkan
siswa dengan memandang siswa sebagai dengan kehidupan dunia nyata dan atau
subjek belajar, yaitu dengan cara guru masalah dunia yata, perilaku dibangun atas
memulai pembelajaran yang dimulai atau kesadaran sendiri, keterampilan
dikaitkan dengan dunia nyata yaitu diawali dikembangkan atas dasar pemahaman,
dengan bercerita atau tanya jawab lisan pembelajaran yang dilakukan harus
tentang kondisi aktual dalam kehidupan mempertimbangkan pengetahuan atau
siswa, kemudian diarahkan melalui kekurangan siswa, pembelajaran dapat
modeling agar siswa termotivasi, quetioning terjadi di berbagai tempat, konteks, dan
agar siswa berpikir, contructivism agar setting kehidupan sehari-hari, penilaian
siswa membangun pengertian, inquiry agar menitik beratkan pada penilaian proses
siswa bisa menemukan konsep dengan tanpa mengesampingkan penilaian produk.
bimbingan guru, learning community agar Dengan keunggulan dari model
siswa bisa berbagi pengetahuan dan pembelajaran kontekstual, akan dapat
pengalaman serta terbiasa berkolaborasi, meningkatkan pemahaman membaca cerita
reflection agar siswa bisa mereviw rakyat siswa kelas V SD gugus V
pengalaman belajarnya, serta authentic kecamatan sukasada.
assessment agar penilaian yang diberikan Bertitik tolak dari permasalahan di
menjadi sangat objektif. Pembelajarn atas, peneliti merasa terdorong untuk
dengan sintak seperti ini disebut dengan melakukan penelitian yang berjudul
pembelajaran kontekstual. ³3HQJDUXK 0RGHO 3HPEHODMDUDQ
Salah satu pendekatan yang dapat Kontekstual Berbasis Cerita Rakyat
digunakan untuk memecahkan Terhadap kemampuan Membaca
permasalahan di atas adalah pendekatan Pemahaman dan Minat Baca pada Siswa
kontekstual. Pendekatan kontekstual Kelas V SD di Gugus V Kecamatan
merupakan suatu konsep belajar dimana 6XNDVDGD³ GHQJDQ WXMXDQ XQWXN
guru menghadirkan situasi dunia nyata ke mengetahui pengaruh model pembelajaran
dalam kelas dan mendorong siswa kontekstual berbasis cerita rakyat terhadap
membuat hubungan antar pengetahuan kemampuan membaca pemahaman dan
dimilikinya dengan penerapannya dalam minat baca pada siswa kelas V SD di gugus
kehidupan mereka sebagai anggota V kecamatan Sukasada.
keluarga dan masyarakat. Proses
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

METODE PENELITIAN siswa terhadap proses belajar yang


Populasi dalam penelitian ini adalah dilaksanakan, sedangkan metode tes
siswa-siswi kelas V SD Gugus V digunakan untuk mengumpulkan data
Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng tentang perubahan ranah kognitif/hasil
yang terdistribusi di dalam kelas-kelas belajar sesuai bidang studi.
homogen secara akademik yang berjumlah Data kemampuan membaca
127 orang. Sebelum dilakukan pengambilan pemahaman bahasa Indonesia khusunya
sampel, terlebih dahulu dilakukan uji membaca dongeng siswa dikumpulkan
kesetaraan. Berdasarkan hasil analisis uji dengan berbentuk tes obyektif.
kesetaraan yang telah dilakukan, maka Penyusunan tes kemampuan pemahaman
didapatkan bahwa seluruh kelas V SD membaca siswa dilakukan dengan
Gugus V Kecamatan Sukasada Kabupaten menyusun kisi-kisi penyusunan soal.
Buleleng setara. Penskoran tes kemampuan pemahaman
Setelah diketahui bahwa seluruh membaca mengacu pada rubrik jawaban
kelas V yang ada di gugus V Sukasada yang disusun. Pilihan benar diberikan skor
setara, maka dilanjutkan dengan 1 dan jawaban salah diberikan skor 0.
pengambilan sampel penelitian. Berdasarkan hasil uji coba dilapangan, dari
Pengambilan sampel dalam penelitian ini 45 soal kemampuan membaca pemahaman
menggunakan teknik random samplingyaitu yang diujicobakan, 5 soal gugur dan 40 soal
pengambilan anggota populasi secara acak valid dan realibilitas tes berada pada
menggunakan undian tanpa kategori sangat tinggi.
memperhatikan strata yang ada dalam Instrumen pengumpul data minat
populasi. Sampel yang diacak dalam baca berbentuk kuesioner dengan lima
penelitian ini adalah kelas, karena dalam alternatif jawaban, yaitu sangat setuju (SS),
penelitian tidak mungkin untuk mengubah setuju (S), kurang setuju (KS), tidak setuju
kelas yang ada. Kelas yang diacak (TS), dan sangat tidak setuju (STS).
merupakan kelas dalam jenjang yang Berdasarkan hasil uji coba dilapangan, dari
sama. Berdasarkan hasil undian yang telah 30 pernyataan minat baca siswa yang
dilakukan, maka yang menjadi sampel pada diujicobakan, 30 pernyataan valid dan
penelitian ini adalah siswa kelas V SD realibilitasnya berada pada kategori sangat
Negeri 3 Sambangan dengan jumlah 30 tinggi.
orang dan siswa kelas V SD Negeri 1 Panji Pada penelitian ini digunakan dua
dengan jumlah 34 orang. Dari dua kelas teknik analisis data yaitu analisis statistik
yang terpilih tersebut kemudian dirandom deskriptif dan statistik inferensial. Pengujian
lagi untuk menentukan kelas yang asumsi dilakukan untuk mengetahui bahwa
mendapatkan perlakuan menggunakan data yang tersedia dapat dianalisis dengan
model pembelajaran kontekstual dan kelas parametrik atau tidak. Berkaitan dengan
yang mendapat perlakuan menggunakan statistik yang digunakan untuk analisis data
model pembelajaran konvensional. Adapun dalam penelitian ini, uji asumsi yang
kelas yang mendapatkan perlakuan dilakukan meliputi uji normalitas sebaran
menggunakan menggunakan model data, uji homogenitas varians dan uji
pembelajaran kontekstual adalah kelas V korelasi antar variabel terikat.
SD Negeri 3 Sambangan sedangkan kelas Setelah uji asumsi terpenuhi, maka
yang mendapatkan perlakuan dilanjutkan pada uji hipotesis. Pengujian
menggunakan model pembelajaran hipotesis 1 dan 2 menggunakan MANOVA
konvensional adalah SD Negeri 1 Panji. melalui statistik varians (Fantar). Kriteria
Desain penelitian yang digunakan pengujiannya adalah apabila nilai F dengan
DGDODK ³Post Test Only Control Group signifikansi kurang dari 0,05 maka H0
Design´. Metode pengumpulan data yang ditolak, sedangkan bila F dengan
dipakai dalam penelitian ini adalah metode signifikansi lebih dari 0,05 maka H0
angket/kuesioner dan metode tes. Metode diterima. Sedangkan pengujian hipotesis 3
angket/kuisioner dalam penelitian ini dilakukan dengan uji F melalui MANOVA.
digunakan untuk mengukur minat baca Perhitungan dilakukan dengan
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

menggunakan bantuan SPSS 17.00 for membaca pemahaman siswa yang


windows dengan kriteria pengujian taraf dibelajarkan dengan model pembelajaran
signifikansi F = 5 %. Keputusan diambil Kontekstual berbasis cerita rakyat, 2) minat
dengan analisis pillae trace dan 5R\¶V baca siswa yang dibelajarkan dengan
Largest Root. Jika angka signifikansi F model pembelajaran Kontekstual berbasis
hitung kurang dari 0,05 maka hipotesis nol cerita rakyat, 3) kemampuan membaca
ditolak, dan sebaliknya jika angka sigfikansi pemahaman siswa yang dibelajarkan
F hitung lebih besar atau sama dengan dengan model pembelajaran konvensional,
0,05 maka hipotesis nol diterima. dan 4) minat baca siswa yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran konvensional.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Selanjutnya dilakukan perhitungan
Objek dalam penelitian ini adalah sentral dari masing-masing data untuk
kemampuan membaca pemahaman dan mencari mean, median, modus, serta
minat baca siswa dalam pembelajaran standar deviasi dari tiap-tiap kelompok
bahasa Indonesia sebagai hasil perlakuan data. Perhitungan ukuran sentral (mean,
antara penerapan model pembelajaran median, modus) dan ukuran penyebaran
kontekstual berbasis cerita rakyat dan data (standar deviasi) dapat dilihat pada
model pembelajaran konvensional. Tabel 01.
Data dalam penelitian ini
dikelompokan menjadi: 1) kemampuan

Tabel 01 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Kemampuan Membaca Pemahaman dan


Minat Baca Siswa.
VARIABEL
A1Y1 A1Y2 A2Y1 A2Y2
STATISTIK
Mean 85,33 137,03 74,51 126,15
Median 86,67 138,5 76,67 125,5
Modus 90 140 80 125
Std. Deviasi 8,24 6,651 10,51 9,01
Varians 67,88 44,24 110,36 81,16
Rentangan 33,33 24 36,66 33
Skor minimum 66,67 123 56,67 109
Skor maksimum 100 147 93,33 142
Jumlah 2560 4111 2533,33 4289

Keterangan:
A1Y1 = Kemampuan membaca pemahaman siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran kontekstual berbasis cerita rakyat.
A1Y2 = Minat baca siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kontekstual
berbasis cerita rakyat.
A2Y1 = Kemampuan membaca pemahaman siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran konvensional.
A2Y2 = Minat baca siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

Variabel kemampuan membaca diperoleh skor minimal 66,67, skor


pemahaman siswa yang dibelajarkan maksimal 100, rentangan 33,33, rata-rata
dengan model pembelajaran kontekstual 85,33, standar deviasi sebesar 8,24, modus
berbasis cerita rakyat diukur dengan lembar 90, median 86,67.
tes objektif, dengan skor minimum ideal = 0 Rata-rata skor data kemampuan
dan skor maksimum ideal= 100. Setelah membaca pemahaman siswa yang
dilakukan analisis terhadap data mengikuti model pembelajaran kontekstual
kemampuan membaca pemahaman siswa, berbasis cerita rakyat adalah 85,33 berada
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

pada interval > 75, maka data data pemahaman siswa yang mengikuti model
kemampuan membaca pemahaman siswa pembelajaran konvensional adalah 74,51
yang mengikuti model pembelajaran berada pada 58 < X < 75, maka data
kontekstual berbasis cerita rakyat berada kemampuan membaca pemahaman siswa
SDGD NDWHJRUL ³VDQJDW WLQJJL´ yang mengikuti model pembelajaran
Variabel minat baca siswa yang konvensional termasuk pada kategori
dibelajarkan dengan model pembelajaran ³WLQJJL´
kontekstual berbasis cerita rakyat diukur Variabel minat baca siswa yang
dengan kuesioner yang berjumlah 30 butir, dibelajarkan dengan model pembelajaran
setelah dianalisis terhadap data yang konvensional diukur dengan kuesioner yang
terkumpul diperoleh skor minimum 123, berjumlah 30 butir, setelah dianalisis
skor maksimum 147, rentangan 24, rata- terhadap data yang terkumpul diperoleh
rata 137,03, standar deviasi sebesar 6,65, skor minimum 109, skor maksimum 142,
modus 140, median 138,5. Rata-rata skor rentangan 33, rata-rata 126,15, standar
minat baca siswa yang mengikuti model deviasi sebesar 9,01, modus 125, median
pembelajaran Kontekstual berbasis cerita 125,5. Rata-rata skor minat baca siswa
rakyat adalah 137,03 berada pada interval yang mengikuti model pembelajaran
>120, maka data minat baca siswa yang Konvensional adalah 126 berada pada
mengikuti model pembelajaran kontekstual interval >120, maka data minat baca siswa
berbasis cerita rakyat termasuk kategori yang mengikuti model pembelajaran
³VDQJDW WLQJJL´ Konvensional termasuk kategori ³VDQJDW
Variabel kemampuan membaca WLQJJL´.
pemahaman siswa yang dibelajarkan Pengujian normalitas dilakukan
dengan model pembelajaran konvensional untuk meyakinkan bahwa sampel berasal
diukur dengan tes objektif, dengan skor dari populasi yang berdistribusi normal,
minimum ideal = 0 dan skor maksimum sehingga uji hipotesis dapat dilakukan. Uji
ideal= 100. Setelah dilakukan analisis normalitas data dilakukan pada empat
terhadap data kemampuan membaca kelompok data menggunakan SPSS-17.00
pemahaman siswa, diperoleh skor minimal for windows dengan melihat uji statistik
56,67, skor maksimal 93,33, rentangan Kolmonogov-smirnov pada taraf signifikansi
36,66, rata-rata 74,51, standar deviasi 5% dan didapatkan hasil seperti Tabel 02.
sebesar 10,36, modus 80, median 76,67.
Rata-rata skor data kemampuan membaca
Tabel 02 Uji Normalitas Sebaran Data
Kolmogorov-
Variabel Smirnov Keterangan
Statistics df Sig.
Kemampuan membaca pemahaman siswa 0,148 30 0,093 Distribusi
yang belajar dengan model pembelajaran normal
kontekstual berbasis cerita rakyat
Minat baca siswa yang belajar dengan model 0,158 30 0,055 Distribusi
pembelajaran kontekstual berbasis cerita rakyat normal
Kemampuan membaca pemahaman Siswa 0,127 30 0,200 Distribusi
yang belajar dengan model pembelajaran normal
Konvensional
Minat baca siswa yang belajar dengan model 0,096 30 0,200 Distribusi
pembelajaran Konvensional normal

Berdasarkan Tabel 02 di atas, Uji homogenitas dimaksudkan untuk


terlihat bahwa untuk semua variabel angka memperlihatkan bahwa dua atau lebih
statistik Kolmogorov-Smirnov lebih besar kelompok data sampel berasal dari populasi
dari 0,05. Dengan demikian maka semua yang memiliki variansi yang sama.
sebaran data berdistribusi normal. Pengujian homogenitas dilakukan dengan
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

uji kesamaan varian-kovarian (homogen) jika signifikansi yang dihasilkan


menggunakan SPSS-17.00 for windows dalam uji %R[¶V 0 dan uji /HYHQH¶V lebih
melalui uji %R[¶V 0 untuk uji homogenitas dari 0,05 dan data tidak berasal dari
secara bersama-sama dan dengan uji populasi yang homogen jika signifikansi
OHYHQH¶V untuk uji homogenitas secara yang dihasilkan dalam uji %R[¶V 0 dan uji
terpisah. /HYHQH¶V kurang dari 0,05. Hasil analisis uji
Kriteria pengujian data memiliki %R[¶V 0 dan uji /HYHQH¶V 7HVW didapatkan
matriks varians-kovarian yang sama seperti Tabel 03 dan Tabel 04.
Tabel 03 Hasil Analisis Uji %R[¶0
Box's Test of Equality of
Covariance Matricesa
Box's M 4,764
F 1,532
df1 3
df2 1457652,640
Sig. 0,204

Tabel 04 Hasil Analisis Uji /HYHQH¶V 7HVW


Variabel F f1 f2 Sig.
Kemampuan membaca pemahaman 3,412 1 2 0,070
Minat baca 2,269 1 2 0,137
Berdasarkan Tabel 03 dan Tabel 04, mendapatkan harga ry1y2 = 0,118, rhitung
tampak bahwa angka signifikansi yang < rtabel (0,361) dan data siswa yang belajar
dihasilkan baik secara bersama-sama dengan model konvensional mendapatkan
maupun secara sendiri-sendiri lebih besar harga ry1y2 = 0,031, rhitung < rtabel
dari 0,05. Dengan demikian berarti matrik (0,339) pada taraf signifikansi 5%, sehingga
varian-kovarians terhadap variabel dapat disimpulkan bahwa data kemampuan
kemampuan membaca pemahaman dan membaca pemahaman dan minat baca
minat baca siswa adalah homogen. siswa siswa yang belajar dengan CTL
Uji korelasi antar variabel terikat berbasis cerita rakyat maupun siswa yang
dilakukan terhadap kemampuan membaca belajar dengan model pembelajaran
pemahaman dan minat baca siswa yang konvensional tidak berkorelasi.
belajar dengan model pembelajaran Kedua data dinyatakan tidak
kontekstual berbasis cerita rakyat dan data berkorelasi, maka pengujian hipotesis dapat
kemampuan membaca pemahaman dan dilanjutkan dengan menggunakan Manova.
minat baca siswa siswa yang belajar Berdasarkan uji hipotesis I,
dengan model pembelajaran konvensional. kemampuan membaca pemahaman siswa
Uji korelasi dilakukan menggunakan yang dibelajarkan dengan model
korelasi product moment pada taraf pembelajaran kontekstual berbasis cerita
signifikansi 5% guna menentukan jenis rakyat dan model pembelajaran
statistik yang digunakan untuk uji hipotesis. konvensional menghasilkan harga F
Apabila diantar kedua data tidak berkorelasi sebesar 11,417 > Ftabel (4,12) dengan
maka uji hipotesis dilanjutkan dengan signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal ini
Manova, namun bila kedua data berkorelasi berarti, hipotesis nol (Ho) ditolak dan
maka uji hipotesis dilakukan dengan jenis hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan
statistik yang lain. terdapat perbedaan kemampuan membaca
Hasil uji korelasi menunjukkan pemahaman antara siswa yang mengikuti
bahwa data kemampuan membaca model pembelajaran kontekstual berbasis
pemahaman dan minat baca siswa siswa cerita rakyat dengan siswa yang mengikuti
yang belajar dengan model pembelajaran model pembelajaran konvensional diterima.
kontekstual berbasis cerita rakyat
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

Berdasarkan uji hipotesis II, minat bukan transfer pengetahuan dari guru ke
baca siswa yang dibelajarkan dengan siswa. Hasil pembelajaran diharapkan
model pembelajaran kontekstual berbasis bermakna bagi anak untuk memecahkan
cerita rakyat dan model pembelajaran persoalan, berpikir kritis dan melaksanakan
konvensional menghasilkan harga F observasi serta menarik simpulan dalam
sebesar 29,562 > Ftabel (4,12) dengan kehidupan jangka panjangnya. Dengan
signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal ini begitu, mereka memposisikan sebagai diri
berarti, hipotesis nol (Ho) ditolak dan sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk
hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan hidupnya nanti.
terdapat perbedaan minat baca siswa Adapun keunggulan dari model
antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kontekstual yaitu, siswa
pembelajaran kontekstual berbasis cerita secara aktif terlibat dalam proses
rakyat dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran, siswa belajar dari teman
pembelajaran konvensional diterima. melalui kerja kelompok, diskusi, dan saling
Selanjutnya uji hipotesis III, untuk mengoreksi, pembelajaran dikaitkan
mengetahui perbedaan kemampuan dengan kehidupan dunia nyata dan atau
membaca pemahaman dan minat baca masalah dunia nyata, perilaku dibangun
siswa yang belajar dengan kedua model atas kesadaran sendiri, keterampilan
pembelajaran tersebut, dilakukan analisis dikembangkan atas dasar pemahaman,
menggunakan Manova dengan bantuan pembelajaran yang dilakukan harus
SPSS 17.00 For Windows. Kriteria mempertimbangkan pengetahuan atau
pengujian adalah jika harga F Pillae Trace, kekurangan siswa, pembelajaran dapat
:LON /DPEGD +RWHOOLQJ¶V 7UDFH 5R\¶V terjadi di berbagai tempat, konteks, dan
Largest Root lebih besar dari F tabel atau setting kehidupan sehari-hari, penilaian
memiliki signifikansi lebih kecil dari 0,05 menitik beratkan pada penilaian proses
maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan berarti tanpa mengesampingkan penilaian produk.
hipotesis alternatif (Ha) diterima. Pembelajaran kontekstual berbasis
Berdasarkan analisis yang telah cerita rakyat merupakan suatu
dilakukan didapatkan hasil F sebesar pembelajaran yang dapat merangsang dan
23,308 > Ftabel (4,12) dan nilai sig lebih meningkatkan motivasi siswa dalam
kecil dari 0,05. Hal ini berarti hipotesis nol pembelajaran. Hal itu dikarenakan dalam
(Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) pembelajaran kontekstual berbasis cerita
yang menyatakan secara simultan, terdapat rakyat, siswa diarahkan untuk memadukan
perbedaan kemampuan membaca pengalaman-pengalaman mereka dengan
pemahaman dan minat baca siswa antara materi pembelajaran yang dibelajarakan.
siswa yang mengikuti model pembelajaran Selain itu, penggunaan cerita rakyat dalam
kontekstual berbasis cerita rakyat dengan pembelajaran juga akan dapat
siswa yang mengikuti model pembelajaran meningkatkan antusias siswa dalam
konvensional diterima. pembelajaran. Jika siswa sudah termotivasi
Hasil ini sekaligus menunjukkan dan berantusias dalam mengikuti
bahwa kemampuan membaca pemahaman pembelajaran, maka tentunya dapat
dan minat baca siswa yang belajar dengan meningkatkan minat siswa dalam
model pembelajaran kontekstual berbasis membaca, dan jika minat membaca siswa
cerita rakyat lebih baik dari siswa yang meningkat maka membaca pemahaman
belajar dengan model pembelajaran siswa pun akan dapat ditingkatkan pula.
konvensional. Maka dari itu, pembelajaran kontekstual
Model pembelajaran kontekstual berbasis cerita rakyat dapat meningkatkan
merupakan suatu proses pembelajaran membaca pemahaman siswa dan minat
yang berlangsung alamiah dalam bentuk baca siswa.
kegiatan siswa bekerja dan mengalami,

SIMPULAN DAN SARAN


e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dibelajarkan dengan model pembelajaran


dan pembahasan maka dapat ditarik kontekstual berbasis cerita rakyat dengan
simpulan sebagai berikut. kelompok siswa yang dibelajarkan dengan
Pertama, terdapat perbedaan pembelajaran konvensional. Kemampuan
kemampuan membaca pemahaman siswa membaca pemahaman dan minat baca
yang signifikan antara kelompok siswa yang kelompok siswa yang dibelajarkan dengan
dibelajarkan model pembelajaran model pembelajaran kontekstual berbasis
kontekstual berbasis cerita rakyat dengan cerita rakyat lebih tinggi daripada kelompok
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan
pembelajaran konvensional. Kemampuan pembelajaran konvensional.
membaca pemahaman siswa yang Berdasarkan simpulan penelitian yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran telah dipaparkan, maka dapat diajukan
kontekstual berbasis cerita rakyat lebih beberapa saran guna peningkatkan kualitas
tinggi dari siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai
pembelajaran konvensional. Kualifikasi berikut.
kemampuan membaca pemahaman siswa Pertama, kepada guru bidang studi
yang dibelajarkan dengan model khususnya bahasa Indonesia disarankan
pembelajaran kontekstual berbasis cerita dapat mengembangkan model
rakyat berada pada kategori sangat tinggi, pembelajaran kontekstual supaya dapat
sedangkan kemampuan membaca menghasilkan pemahaman membaca pada
pemahaman siswa yang dibelajarkan siswa.
dengan model pembelajaran konvensional Kedua, kepada kepala sekolah, hasil
berada pada kategori tinggi. penelitian ini menunjukkan bahwa model
Kedua, terdapat perbedaan minat pembelajaran kontekstual lebih baik
baca siswa yang signifikan antara kelompok daripada model pembelajaran
siswa yang dibelajarkan model konvensional. Oleh karena itu, diharapkan
pembelajaran kontekstual berbasis cerita kepala sekolah serta jajarannya
rakyat dengan kelompok siswa yang mensosialisasikan pembelajaran
dibelajarkan dengan pembelajaran kontekstual sehingga pemahaman
konvensional. Minat baca siswa yang membaca pada siswa meningkat.
dibelajarkan dengan model pembelajaran Sosialisasi ini dapat dilakukan dengan cara
kontekstual berbasis cerita rakyat lebih mengadakan pertemuan seperti : KKG,
tinggi dari siswa yang dibelajarkan dengan Seminar atau pelatihan-pelatihan yang lain.
pembelajaran konvensional. Kualifikasi Ketiga, kepada kepala Disdikpora dan
minat baca siswa yang dibelajarkan dengan instansi terkait, disarankan untuk
model pembelajaran kontekstual berbasis mengembangkan penelitian lanjutan serta
cerita rakyat berada pada kategori sangat pemahaman guru yang berkaitan dengan
tinggi, sedangkan minat baca siswa yang model pembelajaran kontekstual.
dibelajarkan dengan model pembelajaran Keempat, mengingat model
konvensional berada pada kategori sangat pembelajaran kontekstual memiliki
tinggi. keunggulan dibandingkan dengan model
Ketiga, secara simultan terdapat pembelajaran konvensional dalam
perbedaan kemampuan membaca meningkatkan pemahaman membaca
pemahaman dan minat baca siswa yang khususnya, guru diharapkan menggunakan
signifikan antara kelompok siswa yang model pembelajaran kontekstual.

DAFTAR RUJUKAN dari Minat Belajar Siswa Kelas V


Sekolah Dasar. Jurnal Pasca Sarjana
Sudiana, I Nyoman. 2007. Membaca. Undiksha Volume 3.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Tirtayanti, dkk. (2013). Pengaruh
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Terhadap Prestasi Belajar IPS Ditinjau

Anda mungkin juga menyukai