A. Pengantar
Data di atas cukup mencemaskan kita semua. Bagaimana tidak? Alih-alih bangsa
Indonesia sedang giat mempersiapkan generasi emas 2045, dihadapkan pada kenyataan
bahwa peserta didik yang digadang-gadangkan sebagai bonus demografi kemampuan
literasinya rendah. Bonus demografi yang dimaksud adalah jumlah penduduk usia muda (usia
rata-rata sekolah) lebih bayak dibandingkan dengan penduduk usia tua. Kondisi ini akan
berlangsung antara tahun 2012 hingga 2035. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)
tahun 2011 diketahui bahwa jumlah anak usia 0 - 9 tahun mencapai 45,93 juta, dan anak usia
10 - 19 tahun berjumlah 43,55 juta jiwa. Mereka inilah kader generasi emas 2045. Pada
tahun 2045 mereka yang berusia 0 - 9 tahun akan berusia 35 - 45 tahun dan yang berusia 10 -
19 tahun akan berusia 45 - 54 tahun. Apabila potensi tersebut tidak dikelola dengan benar,
tidak menutup kemungkinan genersi emas akan menjadi generasi lemas.
Setahun lebih GLS diluncurkan. Gaung GLS merasuk ke semua tingkatan pendidikan,
terutama pendidikan dasar dan menengah, termasuk ke SMAN 2 Sumedang, tempat penulis
mengabdi. Dalam kurun waktu tersebut ketika upaya digulirkan serta-merta tantangan selalu
hadir mengikutinya. Adapun upaya-upaya yang dilakukan di SMAN 2 Sumedang untuk
meningkatkan kemampuan literasi baca-tulis berpedoman pada buku panduan GLS berkut
ini.
1. Tahap pembiasaan
2. Tahap Pengembangan
c. Tahap Pembelajaran
Setelah tantangan pada tahap pembiasaan, muncul pula tantangan pada kegiatan tahap
pengembangan. Tak dapat dipungkiri, tantangan ini muncul karena kegiatan ini
adalah tindak lanjut yang dilakukan guru setelah kegiatan 15 menit membaca. Dalam tahap
pengembangan ini, kegiatan tindak lanjut dilakukan secara berkala (misalnya 1 - 2 minggu).
Menulis komentar singkat terhadap buku yang dibaca di jurnal membaca harian adalah
kegiatan tahap pengembangan yang selalu dihadapkan pada sebuah tantangan. Walaupun
jurnal membaca harian dapat dibuat secara sederhan, singkat, namun konsistensi selalu
terkendala. Padahal peserta didik hanya mengisi sendiri jurnal hariannya dengan
menyebutkan judul buku, dan pengarang.
”Lima belas menit begitu menenukan!” Ya, itulah ungkapan yang tepat untuk
menggambarkan betapa pentinggya kegiatan ini dalam meningkatkan kemampuan literasi
baca-tulis di kalangan peserta didik. Mengapa demikan? Lihat Permendikbud No. 23 tahun
2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti kalimat “kegiatan 15 menit membaca buku
nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai” tertuang secara eksplisit. Ini menunjukan
bahwa jiwa dari gerakan litersi sekolah adalah pembiasaan membaca 15 menit sebelum
pembelajaran dimulai setiap hari. Adapun kegiatan tahap pengembangan dan pembelajaran
adalah tindak lanjut dari kegiatan ini.
a. Fakta
1. Bonus demografi yang dimaksud adalah jumlah penduduk usia muda (usia rata-rata
sekolah) lebih bayak dibandingkan dengan penduduk usia tua.
3. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 diketahui bahwa jumlah
anak usia 0 - 9 tahun mencapai 45,93 juta, dan anak usia 10 - 19 tahun berjumlah 43,55 juta
jiwa.
4. Mereka inilah kader generasi emas 2045. Pada tahun 2045 mereka yang berusia 0 - 9 tahun
akan berusia 35 - 45 tahun dan yang berusia 10 - 19 tahun akan berusia 45 - 54 tahun.
b. Opini
1. Apabila potensi tersebut tidak dikelola dengan benar, tidak menutup
kemungkinan genersi emas akan menjadi generasi lemas.