Anda di halaman 1dari 12

UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI MEMBACA INTENSIF

MELALUI PENERAPAN METODE “MEMBATIK”


PADA SISWA KELAS XII MIPA.1 SMA NEGERI 1 GUNTUR DEMAK
SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Suprapto S.Pd, M.Si


SMA Negeri 1 Guntur Demak Jawa Tengah
Email : hm.suprapto@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian tindakan Kelas (PTK) sangat sering didengar, tetapi relatif jarang dilakukan oleh
para guru Bahasa Indonesia SMA, terutama di Kabupaten Demak. PTK yang dilakukan di
kelas XII MIPA.1 SMA Negeri 1 Guntur Demak ini merupakanan karya pemula untuk
meningkatkan kinerja guru. Hasil PTK berjudul : “Upaya Peningkatan Kompetensi
Membaca Intensif Melalui Penerapan Metode “Membatik” Pada Siswa Kelas XII MIPA.1
SMA Negeri 1 Guntur Demak Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 ”, memperlihatkan
bahwa pembelajaran yang bervariatif telah meningkatkan kompetensi siswa dalam
membaca intensif. Siswa menjadi semakin senang membaca. Hal itu terbukti
berdasarkan hasil analisis dari intrumen yang digunakan, antara lain lembar
evaluasi, lembar observasi, angket, dan catatan. Lembar evaluasi memperlihatkan
fakta bahwa terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan dari Siklus I ke siklus
II. Tingkat kelulusan KKM nya mencapai 23%. Pada siklus I tingkat pencapaian KKM
67% dan pada siklus II mencapai 90%. Berdasarkan hasil lembar observasi selama
tindakan dilakukan diperoleh hasil peningkatan kinerja guru dan partisipasi siswa
dalam pembelajaran dari siklus I ke siklus II. Guru memperbaiki kekurangannya
dalam memberikan penguatan pada siklus I dan siswa menjadi lebih aktif bertanya
dan antusias menjawab pertanyaan guru. Hasil polling angket aplikasi metode
pembelajaran “membatik” menunjukkan fakta bahwa 80% menyukainya, 10% lebih
suka cara lama, dan 10% tidak memberikan tanggapan. Para siswa menyukai
penerapan metode pembelajaran “membatik” karena mayoritas berpendapat bahwan
metode ini menarik, variatif, tidak monoton, memberi peluang siswa lebih aktif,
melatih kemandirian, kerja sama, dsb. Dari catatan-catatan peneliti dan observer
selama proses tindakan diperoleh fakta bahwa teknik membaca intensif siswa
mengalami kemajuan dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan fakta-fakta di atas, sudah
selayaknya jika pembelajaran di kelas diterapkan berbagai model pembelajaran agar
lebih variatif, menarik, lebih melibatkan siswa, dan sebagainya. Agar Pembelajar
berlangsung lebih baik dari waktu ke waktu, berbagai Penelitian Tindakan Kelas
lainnya perlu dilakukan.

Kata kunci : kompetensi membaca intensif, metode membatik

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM) Indonesia merupakan hal yang
tidak bisa lagi ditawar-tawar. Perbaikan kualitas SDM bangsa ini adalah sebuah
keniscayaan. Berdasarkan data dari Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dam
Kebudayaan PBB (UNESCO) pada tahun 2011, indeks pembangunan pendidikan atau
education development index (EDI), berada di posisi 69 dari 127 negara. Dari data
tersebut telah tergambar letak kualitas SDM Indonesia.
Tuntutan akan perbaikan mutu SDM ini seirama dengan kemajuan zaman.
Zaman yang terus maju dan berkembang mengharuskan peningkatan kualitas SDM,
jika tidak ingin kiaan tertinggal dengan bangsa lain yang lebih dulu maju.
Sumber daya manusia dan pendidikan merupakan dua sisi mata uang yang
tidak bisa dipisahkan. Salah satu parameter kualitas sumber daya manusia sebuah
bangsa adalah kualitas dunia pendidikannya. Semakin tinggi kualitas pendidikan
sebuah bangsa, maka akan semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusianya.
Dengan demikian, peran dunia pendidikan dalam meningkatkan SDM sangat
strategis. Pendidikan merupakan salah satu wadah untuk melahirkan generasi yang
berkualitas (Aqib, dkk, 2011: 28).
Untuk menciptakan manusia berkualitas, maka tentu saja diperlukan
pendidikan yang berkualitas pula. Peningkatak kualitas pendidikan tentu harus selalu
diupayakan dengaan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan peningkatan kualitas
pembelajaran. Melalui peningkatan mutu pembelajaran, maka siswa pun akan lebih
termotivasi untuk belajar. Kreativitas siswa juga dapat meningkat. Dari ranah afektif,
sikap siswa pun semakin positif. Pengetahuan dan psikomotor siswa jg kian
bertambah serta terlatih.
Namun demikian, untuk mewujudkan kualitas pembelajaran yang berkualitas
itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Berbagai kelemahan dalam upaya
mencapai misi tersebut masih terdeteksi dengan jelas. Salah satunya adalah masih
rendahnya minat baca di kalangan pelajar. Padahal, membaca merupakan salah satu
kunci kerhasilan visi dan misi pendidikan.
Rendahnya minat baca masyarakat Indonesia hingga kini masih menjadi salah
satu kendala bagi bangsa ini. Bukan saja hal ini terjadi di kalangan umum, bahkan di
lingkup yang lebih kecil pun, misalnya pendidikan, persoalan rendahnya minat baca
ini terlihat kasat mata dan seolah menjadi kendala klasik. Ironis. Salah satu
indikatornya adalah relatif lengangnya pemustaka di perpustakaan sekolah. Sebagai
contoh, hanya sekitar 10% saja siswa yang dengan inisiatif sendiri berkunjung ke
Perpustakaan SMA Negeri 1 Guntur Demak. Kondisi serupa pun disinyalir terjadi di
sekolah lain.
Kondisi sedemikian ini diperparah oleh metode pembelajaran membaca di
kelas, terutama mata pelajaran Bahasa Indonesia yang cenderung masih tradisonal.
Pembelajaran masih dilakukan secara “sama” selama bertahun-tahun. Sehingga
pengalaman belajar siswa pun dari tahun ke tahun relatif sama. Padahal, ada banyak
metode pembelajaran yang lebih menarik untuk diaplikasikan.
Akibat pembelajaran membaca dengan metode yang sama dan ketinggalan
zaman secara turun temurun ini, pembelajaran membaca menjadi cenderung
membosankan bagi siswa. Siswa menjadi cenderung malas membaca. Malas
membaca berakibat kompetensi membaca siswa pun cenderung kurang. Padahal
membaca adalah salah satu tulang punggung dunia pendidikan. Kemampuan
membaca bukan hanya berguna dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, tetapi justru
akan sangat bermanfaat untuk semua mata pelajaran.
Salah satu parameter kurangnya kompetensi membaca siswa adalah
kekurangmampuan siswa memahami wacana, memahami pertanyaan, serta menjawab
pertanyaan berdasarkan wacana yang diberikan. Tidak mengherankan jika Bahasa
Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang memperoleh nilai relatif rendah
dalam Ujian Nasional secara umum.
Fenomena kurangnya kemampuan siswa membaca intensif berakibat
kurangnya minat belajar siswa, terutama di luar kelas. Demikian juga yang terjadi di
SMA Negeri 1 Guntur Demak. Kemampuan membaca intensif siswa cenderung
kurang. Di antara sebelas rombongan belajar di SMA tersebut, para siswa di kelas
XII MIPA.1 SMA Negeri 1 Guntur Demak merupakan salah satu yang secara klasikal
kemampuan membacanya paling kurang. Oleh karena itu, siswa di kelas ini dipilih
menjadi subyek penelitian tindakan kelas ini. Untuk itu perlu dilakukan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) pada kelas ini.
Berdasarkan ilustrasi di atas, kiranya perlu dilakukan revitalisasi pembelajaran
membaca dengan metode yang lebih variatif. Salah satunya adalah penerapan metode
pembelajaran “membatik”. Melalui metode pembelajaran ini, maka akan terjadi
suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan. Muaranya adalah mampu mangatrol
kompetensi membaca dan minat baca siswa.

Identifikasi Masalah
(1). Pembelajaran membaca masih berjalan monoton. (2). Metode
pembelajaran masih konvensional dan cenderung semrawut. (3). Rendahnya
kemampuan siswa menjawab pertanyaan berdasarkan wacana. (4). Masih rendahnya
kolaborasi antara guru dan siswa. (5). Bahan bacaan masih kurang variatif.

Rumusan Masalah
Apakah penerapan metode pembelajaran cooperative integrated reading
composition dapat meningkatkan kompetensi membaca intensif siswa kelas XII
MIPA.1 SMA Negeri 1 Guntur Demak Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 ?

Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam Penelitian Tindakan kelas ini adalah untuk
meningkatkan kompetensi siswa kelas XII MIPA.1 SMA Negeri 1 Guntur Demak
Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam membaca intensif melalui penerapan
model pembelajaran cooperative integrated reading compositio.

Hipotesis Tindakan
Dengan penerapan model pembelajaran cooperative integrated reading composition,
kompetensi membaca intensif siswa kelas XII MIPA.1 SMA Negeri 1 Guntur Demak
Semester 2 Tahun 2015/2016 akan meningkat.

Manfaat Penelitian
Untuk siswa : Memotivasi siswa untuk meningkatkan partisipasi mereka
dalam pembelajaran sehingga siswa mampu meningkatkan kompetensi membaca
intensif.
Untuk guru : Memotivasi guru untuk menerapkan metode pembelajaran yang
lebih bervariatif dalam melaksanakan pembelajaran,tidak monoton, dan konvensional.
Di samping itu, dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru (Saudagar dan Ali
idrus, 2009: 33)
Untuk satuan pendidikan : Meningkatkan kinerja guru yang bermuara pada
meningkatnya mutu pendidikan di satuan pendidikan.
Untuk Pemerintah : Menunjukkan keberhasilan dalam upaya peningkatan
kualitas guru dan semua stakehoulder pendidikan nasional.

KAJIAN PUSTAKA
Kompetensi
Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir, dan bertindak yang bersifat dinamis,
berkembang, dan dapat diraih setiap saat.
Gorgon (1988:109) dalam weblog.pendidikan.blogspot.com mengatakan
bahwa kompetensi mengandung aspek atau ranah pengetahuan, pemahaman,
kemampuan, nilai, sikap, dan minat. Ustyah (1982) dalam wawan
junaidi.blogspot.com berpendapat bahwa kompetensi mengandung pengertian
pemilikan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan
tertentu.
Sedangankan dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (2005: 584), kompetensi
berarti kemampuan menguasai gramatika suatu bahasa secara abstrak atau batimah.
Jadi secara umum, kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan.

Membaca
Membaca merupakan salah satu aspek kebahasaan. Menurut Snow (dalam
wawan-satu.blogspot.com), membaca adalah suatu proses pemberian makna pada
materi yang tercetak dengan menggunakan pengetahuan tentang huruf tertulis dan
susunan suara bahasa oral untuk mendapat pengertian. Dalam Kamus Besar bahasa
Indonesia (2005: 83), membaca bermakna melihat serta memahami isi dari apa yang
tertulis (dengan melisankan atau daalam hati).

Intensif
Secara umum, intensif dapat diartikan mendalam. Dalam www.artikata.com,
intensif adalah secara sungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu hingga
memperolah hasil maksimal. Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia(2005: 438) arti intensif seperti yang ada di situs www.artikata.com.

Metode Membatik
Pengertian
Membatik disini adalah akronim dari membaca tidak konvensional. Pengertian
membaca telah disampaikan pada bagian 2.2. Adapun pengertian konvensional
menurut ahli adalah sebagai berikut. Di dalam penelitian ini, istilah membatik
mengacu kepada salah satu model pembelajaran, yaitu cooperative integrated reading
composition (CIRS). Dalam pembelajaran model CIRS, terdapat kegiatan membaca
yang tidak konvensional. Oleh karena itu, istilah mematik dipergunakan sebagai
salah satu bentuk implementasi model pembelajaran CIRS yang telah mengalami
modifikasi dan adaptasi sesuai lingkungan belajar.

Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading Composition


Model adalah resepresntasi realitas yang disajikan dengan suaatu derajat
struktur dan urutan (Ricky, dallam modul PTK Rayon 8 LPTK Jambi). Cooperative
Integrated Reading Composition (CIRC) merupakan model pembelajaran membaca
yang melibatkan siswa secara berkelompok. Dengan cara ini, siswa tidak akan
merasa bosan belajar membaca. Apalagi dengan duperlakukannya pendidikan
berkarakter bangsa, model pembelajaran ini dapat memupun jiwa mandiri, kerja sama,
menghargai, berani, dan sebagainya.
Langkah-langkah pembelajaran dengan model CIRC : (1).Guru
mengelompokkan siswa secara heterogen yang terdiri atas 4 siswa per kelompok. (2).
Guru memberikan wacana/ kliping sesuai dengan topik pembelajaran. (3). Siswa
bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide-ide pokok setiap paragraf dan
memberikan tanggapan terhadap wacana/kliping yang ditulis pada lembar kertas. (4).
Siswa mempresentasikan /membacakan hasil kelompok (5). Guru dan siswa membuat
simpulan bersama. (6). Penutup ; Model pembelajaran CIRC membantu guru
menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Siswa menjadi jauh lebih aktif
karena siswa menemukan ide-ide pokok bacaaan secara mandiri berkelompok.
Diharapkan dengan menerapkan pembelajaran ini, maka minat baca sisea semakin
meningkat.

Pengelolaan Kelas
Keterampilan pengelolaan kelas secara praktis berkaitan dengan usaha
mempertahankan kondisi kelas dan mengembangkan iklim kelas (Fahurrohman dan
Sobry Sutikno, 2007:107-108). Untuk menciptakan kondisi kelas merupakan
perbuatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan dengan memberi ramalan atau
prediksi iklim kelas yang kemungkinan akan terjadi. Sedangkan mempertahankan
kondisi kelas merupakan respons langsung atas peristiwa yang terjadi dalam suasana
nyata kelas.
Mengembangkan iklim kelas memiliki arti menata ulang kondisi kelas yang
kurang akseptabel. Beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain dengan
memodifikasi siswa serta penerapan model pembelajaran yang menarik, misalnya
penerapan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC).

Hasil Penelitian yang Relevan


Berdasarkan penelusuran yang dilakukan secara online, ada beberapa
penelitian yang relevan yang telah dilakukan dan dipublikasikan di internet. Namun
sejauh penelusuran yang dilakukan secara manual, maupun online, belum ada
penelitian serupa di wilayah Kabupaten Demak. Oleh karena itu, penelitian ini sangat
perlu dilakukan.

METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas XII MIPA.1 SMA
Negeri 1 Guntur Demak yang berlokasi di Kabupaten Demak. Jumlah siswa 21 orang,
9 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan dengan latar belakang ekonomi, sosial, dan
etnis heterogen. Penelitian dilakukan selama dua bulan yakni pada bulan Maret –
April 2016.

Persiapan Penelitian
Guna memperlancar pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini telah
dipersiapkan instrumen dan penilaian, yakni berupa lembar evaluasi, lembar
observasi, angket, dan catatan.

Siklus I
Pendahuluan
Mempersiapkan berbagai keperluan penelitian tenaga peneliti, observer,
berbagai lembar observasi, lembar evaluasi, serta konsep materi yang akan dijadikan
bahan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Membatik, yaitu:

Standar Kompetensi:
11. Membaca. Memahami ragam wacana tuis meaui kegiatan membaca cepat dan
membaca intensif
Kompetensi Dasar :
11.2 Menentukan kalimat kesimpulan (ide pokok) dari berbagai pola paragraf
induksi, deduksi dengan membaca intensif
Indikator:
 Membedakan paragraf induktif dan deduktif
 Menemukan paragraf induktif dan deduktif
 Menentukan kalimat simpulan
 Merangkum bacaan

Pelaksanaan penelitian Tindakan:


Waktu : Dibatasi pada jam mata pelajaran Bahasa Indonesia
Tempat : lokal kelas XII MIPA.1 SMA Negeri 1 Guntur Demak Semester 2
Tahun Pelajaran 2015/2016
Pelaksana : Suprapto, S.Pd, M.Si guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas
XII MIPA.1 yang bertugas sebagai kepala sekolah sebagai peneliti.
Observer : Guru Mapel Bahasa Indonesia yang lain, yang mengamati
pelaksanaan pembelajaran melalui lembar observasi yang telah
dipersiapkan.

Langkah Utama
1. Guru mengelompokkan siswa menjadi 4 anggota per kelompok.
2. Guru memberikan fotokopi kliping artikel Bersihkan Candi Muaro Jambi
3. Siswa bekerja sama membaca dan membahas/menemukan kalimat utama tiap
paragraf, ide pokok tiap paragraf, dan menemukan permasalahan dalam artikel.
4. Siswa mempresentasikan hasil diskusi/kerja kelompok di depan kelas.

Penutup
Guru memberikan penilaian kinerja siswa. Guru dan siswa memberikan apresiasi atas
kinerja kelompok
Refleksi siklus I dilakukan peneliti/kolaborator bersama observer. Siklus II dilakukan
berdasarkan refleksi pada siklaus I.

Siklus II
Pendahuluan
Hampir sama dengan siklus I, peneliti mempersiapkan semua keperluan dalam
penelitian tindakan kelas, antara lain tenaga peneliti, observator, berbagai lembar
observasi, lembar evaluasi, kertas catatan, angket, serta perangkat pembelajaran.
Langkah Utama
1. Guru mengelompokkan siswa menjadi 4 anggota per kelompok. Anggota
kelompok berbeda dengan anggota pada siklus I agar bervariasi.
2. Guru memberikan fotokopi kliping artikel Kabinet.
Siswa bekerja sama membaca dan membahas/menemukan kalimat utama tiap
paragraf, ide pokok tiap paragraf, dan menemukan permasalahan dalam artikel.
Anggota kelompok boleh berbagi tugas misalnya, anggota 1 mempelajari
paragraf 1-3, anggota 2 mempelajarai paragraf 4-5. Dst.
3. Siswa mempresentasikan hasil diskusi/kerja kelompok di depan kelas.
Penutup
Guru memberikan penilaian kinerja siswa. Guru dan siswa memberikan apresiasi atas
kinerja kelompok

Teknik dan Analisis Data


Untuk mendapatkan data yang valid dan akurat, guru/peneliti menggunakan beberapa
intrumen dan penggunaannya sebagai berikut:
1) Catatan.
Pencatatan dilakukan selama kegiatan berlangsung yang meliputi catatan
persiapan, pelaksanaan, dan penelitian sebagai perekam kegiatan setiap siklus.
Pencatatan dilakukan untuk memperoleh data real yang tidak ada dalam lembar
evaluasi dan observasi penelitian.
2) Lembar evaluasi
Teknik tes dilakukan setiap siklus untuk mengetahui daya serap daya serap siswa
dalam membaca intensif. Hasil tes dituangkan dalam lembar evaluasi.
3) Lembar observasi
Observasi dilakukan secara bersama oleh guru/kolaborator. Suprapto, S.Pd, M.Si
sebagai guru yang mengajar di kelas XII MIPA.1 dan Guru Mapel Bahasa
Indonesia yang lain sebagai kolaborator dan observer
4) Angket
Angket dilakukan dengan memberikan daftar pertanyaan seputar kegiatan
pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran Membatik kepada siswa
untuk mengetahui respons siswa serta berbagai hambatan dialami siswa selama
proses pembelajaran berlangsung.
Penganalisisan data dilakukan secara holistik terhadap semua data yang
tercatat, melalui catatan, lembar abservasi, lembar angket, serta lembar evaluasi.
Hal ini dilakukan agar mendapatkan hasil penelitian yang sebenarnya berdasarkan
tujuan yang hendak dicapai. Penganilisisan dilakukan dari hasil PTK siklus I dan
II. Analisis data dilakukan oleh peneliti dan observer. (dalam penelitian tindakan
kelas ini, observer juga peneliti).

Refleksi
Refleksi dilakukan dua kali, yakni setelah dilakukan penelitian siklus I dan Siklus
II. Siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi pada Siklus I. Siklus II
dilaksanakan untuk memperbaiki berbagai kekurangan yang terjadi pada siklus I.
Dengan demikian perencanaan, pelaksanaan, dan hasil pada Siklus II lebih baik
dibanding pada Siklus I.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Deskripsi Umum Hasil Penelitian
Secara umum hasil penelitian menunjukkan hal positif mulai dari persiapan,
pelaksanaan, dan hasil yang diperoleh. Terlihat peningkatan yang signifikan dalam
hal persiapan pada siklus I ke siklus II. Peneliti lebih mempersiapkan bahan-bahan
yang diperlukan dalam penelitian pada siklus II.
Selama pelaksanaan PTK pun, tampak peningkatan positif dari siklus I ke Siklus
II. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil observasi yang dilakukan observer terhadap
proses pembelaajaran pada Siklus II. Kemampuan guru meningkat. Demikian pula
dengan peran siswa dalam pembelajaran yang semakin baik. Dalam beberapa aspek
yang diamati, peran serta siswa dalam pembelajaran membaik.
Dengan membaiknya persiapan dan pelaksanaan pembelajaran pada Siklus II,
maka implikasinya jelas terlihat pada hasil pembelajaran. Hasil tes memperlihatkan
bahwa terdapat kemajuan yang sangat berarti dari Siklus I ke Siklus II. Ada
peningkatan kelulusan 23% dari siklus I ke Siklus II. Ketidaklulusan pun berkurang
23%. Meski pun masih ada yang belum mencapai KKM, dalah kelas klasikal, hal itu
lumrah.
Berbagai catatan peneliti dan oberver pun memperlihatkan perbaikan kinerja
dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus II.

Hasil Penelitian Siklus I


Perencanaan Penelitian
Pada siklus I, guru sebagai peneliti bersama observer telah mempersiapkan
segala keperluan dalam penelitian. Berdasarkan pengamatan observer, guru telah
mempersiapkan perangkat pembelajaran, media, lembar observasi bagi observer,
lembar evaluasi, bahan evaluasi dengan baik (Lampiran 7). Hanya saja terjadi
kekurangan media pembelajaran. Handout yang diberikan guru kepada siswa hanya
20 lembar. Padahal jumlah siswa 21 orang. Jadi guru memberikan kliping asli yang
seharusnya menjadi pegangan guru kepada siswa yang kurang.

Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian Siklus I dilaksanakan pada Selasa, 8 Maret 2016 pada
jam pelajaran Bahasa Indonesia pada jam ke-7 sampai 8 di kelas XII MIPA.1 SMA
Negeri 1 Guntur Demak. Berdasarkan hasil pengamatan observer secara umum guru
telah melaksanakan pembelajaran dengan baik sesuai dengan perencanaan. Guru telah
membuka pembelajaran, menyampaaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa,
menerapkan model pembelajaran membatik, memberi kesempatan siswa bertanya,
melaksanakan penilaian, serta menyimpulkan pembelajaran. Hanya ada satu indikator,
yang belum dilaksanakan guru dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ini,
yakni guru tidak memberikan penguatan kepada siswa.
Penerapan metode pembelajaran membatik di kelas XII MIPA.1 telah
diterapkan guru dengan bervariasi, disesuaikan dengan kondisi siswa pada jam 7-8.
Jam 7-8 merupakan jam rawan bagi siswa karena sudah lewat tengah hari. Waktu-
waktu seperti itu umumnya siswa mengantuk, lelah, dan lapar. Dengan penerapan
metode pembelajarn membatik, siswa menjadi lebih bersemangat karena semua siswa
dilibatkan dalam proses pembelajaran.
Pelibatan siswa tergambar dari upaya guru membentuk kelompok
beranggotakan 4 siswa. Masing-masing siswa diberi tugas. Jadi tidak ada siswa yang
tidak belajar. Apalagi setiap siswa harus mendiskusikan hasil tugasnya dengan teman
sekelompoknya. Dengan demikian, selain belajar mandiri individual, siswa juga
belajar bekerja sama berkelompok.

Pengamatan
Berdasarkan pengamatan observer dan dari catatan-catatan kecil peneliti
selama berlangsungnya pembelajaran pada siklus I, secara umum siswa antusias
dengan proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran membatik.
Hanya saja, dari hasil pengamatan dengan lembar observasi pada lampiran 7
terungkap bahwa masih ada ditemukan kekurangaktivan siswa, terutama ketika
diminta bertanya atau menjawab pertanyaan guru.
Setelah dianalisis, hal ini terjadi karena keterkejutan siswa akan model
pembelajaran yang tidak biasa. Sesuatu yang baru tentu saja tidak akan langsung klop.
Perlu waktu untuk benar-benar menyatu. Di samping itu, faktor cuaca dan waktu
proses pembelajaran juga memberi andil.

Refleksi
Setelah persiapan, pelaksanaan dan evaluasi pada siklus I ada beberapa catatan
yang dijadikan sumber refleksi bagi guru/peneliti dan siswa, antara lain:
1. Masih ada 33% siswa yang belum mencapai KKM 68.
2. Perlu siasat lebih bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran pada jam ke-7
sampai 8.
3. Pembelajaran berlangsung menarik, tetapi antusiasme siswa, terutama keinginan
bertanya dan menjawab pertanyaan guru masih kurang.
4. Guru belum melaksanakan penguatan pada bagian akhir pembelajaran
5. Teknik membaca siswa masih lemah. Masih ada siswa yang membaca komat-
kamit, bahkan terdengar suaranya.
Berdasarkan beberapa temuan ini, maka peneliti/guru memperbaiki
pembelajarannya pada pertemuan selanjutnya. Guru melakukan penguatan pada akhir
pembelajaran. Pembelajaran agar lebih menarik pada jam-jam rawan, harus ada
inovasi dalam pembelajaran. Catatan-catatan ini menjadi bahan pertimbangan dalam
melaksanakan penelitian pada siklus II.

Hasil Penelitian Sikluas II


Perencanaan Penelitian
Sebagaimana pada siklus I, pada siklus II guru sebagai peneliti bersama
observer telah mempersiapkan segala keperluan dalam penelitian dengan lebih baik.
Berdasarkan pengamatan observer, guru telah mempersiapkan perangkat
pembelajaran, media, lembar observasi bagi observer, lembar evaluasi, bahan evaluasi
dengan baik (Lampiran 8). Berbagai kelemahan persiapan pada siklus I telah
diperbaiki pada siklus II. Misalnya, kekurangan fotokopi handout bahan pembelajaran
pada siklus I, sudah tidak lagi ditemukan.

Pelaksanaan Penelitian Tindakan


Guru telah melaksanakan pembelajaran pada siklus II sesuai skenario
pembelajaran. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II dilaksanakan pada
Selasa, 22 Maret 2016 pada jam pelajaran Bahasa Indonesia pada jam ke-1 sampai ke-
2 di kelas XII MIPA.1 SMA Negeri 1 Guntur Demak. Berdasarkan hasil lembar
pengamatan observer pada lampiran 8, secara umum guru telah melaksanakan
pembelajaran dengan baik sesuai dengan perencanaan. Guru telah membuka
pembelajaran, menyampaaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa, menerapkan
metode pembelajaran membatik, memberi kesempatan siswa bertanya, melaksanakan
penilaian, serta menyimpulkan pembelajaran.
Kekurangan guru pada Siklus I yakni tidak memberikan penguatan kepada
siswa, pada siklus II telah dilakukan sebagai bentuk perbaikan.
Pelibatan siswa tergambar dari upaya guru membentuk kelompok
beranggotakan 4 siswa. Masing-masing siswa diberi tugas. Jadi tidak ada siswa yang
tidak belajar. Apalagi setiap siswa harus mendiskusikan hasil tugasnya dengan teman
sekelompoknya. Dengan demikian, selain belajar mandiri individual, siswa juga
belajar bekerja sama berkelompok.
Berdasarkan data hasil evalusi pada siklus II, ternyata ternjadi peningkatan.
Pada siklus II ini hanya tinggal 10% siswa yang belum mencapai KKM. Sedangkan
90% siswa telah mencapai KKM. Pada siklus II ini, memang pencapaian hasil siswa
belum 100%. Dalam pembelajaran klasikal, hal ini sudah dianggap baik karena siswa
memiliki latar belakang heterogen dengan minat yang juga heterogen.

Pengamatan
Berdasarkan pengamatan observer dan dari catatan-catatan kecil peneliti
selama berlangsungnya pembelajaran pada siklus II, Secara umum antusiasme siswa
akan proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran membatik
meningkat. Atensi siswa membaik signifikan. Hanya ada seorang siswa yang permisi
keluar sebentar.
Berdasarkan hasil pengamatan dengan lembar observasi pada lampiran 8
tergambar bahwa telah ada perbaikan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.
Keaktivan siswa telah terlihat dengan munculnya beragam pertanyaan serta respon
siswa dalam menjawab pertanyaan guru.
Teknik membaca siswa juga mengalami perbaikan. Suara riuh ketika
membaca sudah berkurang, meskipun komat-kamit masih tampak pada mulut
beberapa siswa

Refleksi
Pada pelaksanaan PTK siklus II terlihat beberapa perbaikan dalam segala lini,
mulai persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Berbagai catatan pada refleksi pada siklus
I telah mengalami perbaikan, antara lain:
1. Masih ada 10% siswa yang belum mencapai KKM 68. Turun 23% dari siklus I.
2. Pembelajaran Bahasa Indonesia pada jam berapa pun, seyogyanya tidak menjadi
persoalan. Yang diperlukan adalah inovasi dan variasi dalam pembelajaran.
3. Antusiasme siswa meningkat karena pembelajaran menjadi lebih menarik dan
melibatkan semua siswa. Meskipun pada kenyataannya tetap tidak semua siswa
memiliki tingkat antusiasme yang sama.
4. Perbaikan pembelajaran telah dilakukan guru, misalnya guru telah melaksanakan
penguatan pada bagian akhir pembelajaran dan siswa sudah mau bertanya dan
menjawab pertanyaan guru.
5. Teknik membaca siswa meningkat, meskipun masih terlihat komat-kamit mulut
siswa yang seharusnya tidak.
Berdasarkan beberapa catatan diatas, terlihat bahwa keberhasilan peningkatan
kompetensi membaca intensif siswa kelas XII MIPA.1 SMA Negeri 1 Guntur Demak
Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 , meskipun belum mencapai 100%.
Meskipun tidak lagi dilakukan siklus III, tetapi guru sebagai peneliti tetap
dapat memanfaatkan refleksi pada siklus II sebagai bahan perbaikan diri pada proses
pembelajaran pada masa mendatang.

Pembahasan
Berdasarkan data-data dari instrumen yang dipakai dalam PTK pada siklus I dan
siklus II dapat dibahasa hal-hal sebagai berikut:

Lembar Evaluasi.
Dari lembar evaluasi pembelajaran pada siklus I dan II dapat disampaikan
bahwa terjadi peningkatan hasil secara signifikan. Dari 21 siswa, tingkat kelulusan
pencaian KKM pada siklus I 67% dan pada siklus II 90%. Terjadi kenaikan 23%.
Demikian juga tingkat ketidak lulusan juga mengalamai penurunan 23% dari 33%
pada siklus I menjadi 10% saja pada siklus II. Setelah dua kali siklus dilakukan
ternyata tingkat kelulusan belum mencapai kelulusan 100%. Namun hal ini dinilai
masih wajar mengingat siswa-siswa kelas XII MIPA.1 3 berasal dari latar belaakang
heterogen. Siswa 10% yang tidak lulus KKM perlu mendapat layanan lanjutan
berupa remideal pada kesempatan lain.

Lembar Observasi
Berdasarkan hasil lembaran observasi pada sikuls I dan siklus II oleh observer,
diperoleh data bahwa baik guru mapun siswa sama-sama memanfaatkan refleksi pada
siklus I untuk perbaikan pembelajaran pada siklus II. Kelemahan guru pada siklus I,
yakni tidak memberikan penguatan pada akhir pembelajaran, telah diperbaiki dan
dilakukan pada siklus II. Demikina juga peran serta siswa dalam proses pembelajaran
meningkap pada siklus II dibandingkan dengan siklus I. Siswa sudah mau bertanya
dan juga mampu menjawab pertanyaan guru.

Angket
Fakta yang terungkap pada hasil angket bahwa umumnya siswa kelas XII
MIPA.1 SMA Negeri 1 Guntur Demak menyukai pembelajaran Bahasa Indonesia.
85% menyukai dan hanya 15% yang tidak menyukainya.
Dari siswa yang menyukai pembelajaran Bahasa Indonesia ternyata 80%
menyukai penerapan model pembelajaran baru yang lebih variatif, tidak monoton,
melibatkan siswa, menarik, melatih kerja sama, dan sebagainya.
Dengan demikian, PTK ini membuktikan bahwa penerapan metode membatik dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia untuk KD 11.2 Menentukan kalimat kesimpulan (ide
pokok) dari berbagai pola paragraf induksi, deduksi dengan membaca intensif cocok
untuk di terapkan di kelas XII MIPA.1 SMA Negeri 1 Guntur Demak.

Catatan-catatan
Catatan-catatan dilakukan oleh peneliti dan observer selama pelaksanaan
siklus I dan siklus II. Catatan ini untuk mengakomodasi dan merekam berbagai
peristiwa yang tidak terakomodir di lembar observasi, lembar evaluasi, dan angket.
Catatan yang diperoleh dalam PTK ini antara lain, laporan pandangan mata seputar
kegiatan membaca siswa. Misalnya, siswa masih membaca dengan berbisik-bisik dan
komat-kamit pada siklus I. Pada siklus II, bisik-bisik sudah tidak terdengar, tetapi
komat-kamit masih berlangsung, meskipun pelakunya telah berkurang. Ada juga
catatan perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran, misalnya hanya ada seorang
siswa yang permisi keluar ruangan pada siklus II.

PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan uraian pada Bab I-IV, dapat disimpulkan bahwa Penerapanan
metode pembelajaran membatik dapat meningkatkan kompetensi membaca intensif
siswa kelas XII MIPA.1 3 SMA Negeri 1 Guntur Demak Semester 2 Tahun Pelajaran
2015/2016. Keberhasilan itu terbukti berdasarkan beberapa fakta yang terekam selama
penelitian berlangsung, antara lain berdasarkan hasil lembar evaluasi, hasil lembar
observasi, hasil angket, serta berbagai catatan peneliti dan observer.
Meskipun penerapan metode pembelajaran membatik belum mampu
peningkatan kompetensi membaca intensif siswa hingga 100%, tetapi penelitian ini
dinilai berhasil. Hal ini dianggap lumrah karena PTK dilakukan pada kelas klasikal
yang memiliki siswa dengan latar belakang etnis, ekonomi, agama, dan strata sosial
heterogen.
Saran
Melihat keberhasilan pembelajaran di kelas XII MIPA.1 SMA Negeri 1
Guntur Demak Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan menerapkan metode
pembelajaran membatik pada KD 11.2 Menentukan kalimat kesimpulan (ide pokok)
dari berbagai pola paragraf induksi, deduksi dengan membaca intensif, maka guru
Bahasa Indonesia SMA dapat mencoba menerapkan model ini pada pembeajaran
Bahasa Indonesia di sekolah masing-masing.
Budaya intelektual, salah satunya melakukan penelitian kecil seperti PTK ini
hendaknya dapat dilakukan lagi pada masa mendatang oleh semua guru Bahasa
Indonesia SMA dimana pun berada.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, dkk, 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Fathurrohman, Pupuh dan Sobry Sutikno, 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung :

Reflika Aditama

Saudagar, Fachruddin dan Ali Idrus, 2009. Pengembangan Profesional Guru.

Jakarta : gaung Persada press

Suratno, dkk, 2011. Model Penelitian Tindakan Kelas, Jambi: PLPG Rayon 8

Tim Penyusun, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Wawan-satu.blogspot.com, diakses 30 September 2012

Weblog.pendidikan.com, diakses 30 September 2012

www.artikata.com, diakses 30 september 2012

Anda mungkin juga menyukai