BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
manusia. Bukan hanya berkaitan dengan aspek ekonomi, melainkan juga aspek sosial,
budaya, dan akhlak. Krisis pada aspek sosial sudah sampai pada bentuk yang cukup
siswa, tetapi juga para mahasiswa, bahkan orang dewasa dalam bentuk prilaku
Pada kalangan siswa sekolah dasar seperti juga masyarakat pada umumnya, gejala
masalah pribadi dan sosial ini tampak dalam prilaku keseharian. Sikap-sikap
individualistis, egoistis, acuh tak acuh, kurangnya rasa tanggung jawab, malas
mutu pendidikan pada setiap jenjang pendidikan, khususnya pendidikan dasar. Oleh
Fenomena rendahnya mutu pendidikan secara sistematis dapat ditelaah dari aspek
input, proses, dan output. Perbaikan, pengembangan, dan inovasi pendidikan ketiga
Sampai saat ini, persoalan pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah
dan sebagainya.
manajemen sekolah.
sosial di kelas IV SD Negeri Manjalling Kec Bajeng Barat Kab. Gowa pada beberapa
tahun terakhir ini menunjukkan adanya fluktuasi daya serap siswa pada mata
pelajaran yang kurang memenuhi standar. Pada sisi yang lain, terdapat pula kenyataan
bahwa siswa kurang termotivasi mencapai peringkat di dalam kelas. Hal ini di ukur
oleh adanya kecenderungan siswa bersikap pasif terhadap kegiatan belajar di sekolah
penting. Faktor yang menyebabkan adalah porsi bahan ajar yang tidak sesuai dengan
perkembangan intelektual siswa. Selain itu, faktor variasi pendekatan, strategi, dan
materi pelajaran dalam proses belajar mengajar yang tidak sesuai dengan kondisi
siswa.
Fenomena lain yang tampak selama ini di kelas terteliti bahwa hasil belajar
siswa akhir-akhir ini bersifat fluktuasi. Hal ini berarti bahwa keberhasilan siswa
ditentukan oleh materi, bukan atas sistem pembelajaran yang ditetapkan oleh guru.
Sementara yang diharapkan adalah hasil belajar siswa tetap meningkat dari masa ke
masa tanpa melihat materi tertentu. Dalam hal ini, hasil belajar siswa pada semua
pembelajaran artikulasi yang sangat rendah. Di antara 42 orang murid masih ada 75%
murid yang memperoleh nilai 5,5 ke bawah. Hal ini berarti sekitar 75% orang murid
ini dinyatakan belum memenuhi standar nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
tersebut disebabkan oleh kurangnya hubungan komunikatif antara guru dan siswa.
Serta siswa dengan siswa lainnya sehingga proses interaksi menjadi vakum. Jadi
untuk menciptakan suasana yang kooperatif dan interaktif, guru harus cermat memilih
model pembelajaran yang prosesnya seperti pesan berantai artinya apa yang telah
diberika oleh guru seorang siswa wajib meneruskan menjelaskannya kepada siswa
maka segala problematika pembelajaran selama ini dapat diselesaikan. Hal ini
dinyatakan karena model pembelajaran artikulasi pada dasarnya strategi belajar yang
mengutamakan kerjasama antar individu dan kelompok. Dengan demikian, tidak ada
siswa yang belajar sendiri-sendiri, tetapi belajar secara bermasyarakat dengan siswa
lain.
serta siswa lebih dituntut untuk bias berperan sebgai penerima pesan sekaligus
berperan sebagai penyampai pesan. Oleh sebab itu, penulis berinisiatif melakukan
penelitian dengan judul: “Meningkatkan hasil belajar ips melalui model pembelajaran
artikulasi pada siswa kelas IV sd negeri manjalling kec.bajeng barat kab.gowa”. Judul
ini dipilih dengan alasan bahwa penelitian yang relevan di kelas terteliti belum pernah
belum ditemukan indikasinya. Dengan demikian hasil penelitian ini diharapkan dapat
belajar IPS siswa. Dengan demikian, model pembelajaran artikulasi tersebut dapat
5
digunakan dalam pembelajaran IPS secara kontinyu sehingga prestasi siswa semakin
meningkat.
A.Rumusan Masalah
dapat meningkatkan hasil belajar ips pada siswa kelas IV SD Negeri Manjalling
B.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
B. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti : Sebagai suatu pengalaman dalam menerapkan salah satu model
pembelajaran artikulasi.
pembelajaran artikulasi .
d. Bagi kepala sekolah : Sebagai suatu masukan dalam upaya memperbaiki dan
BAB II
A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Belajar
berbagai definisi tersebut pada hakekatnya memiliki pengertian dan prinsip serta
tujuan yang sama, berikut ini beberapa kutipan dari berbagai ahli pembelajaran.
Menurut Slameto (2003: 2) “belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
psikologis yang berlangsung alam interaksi aktif subjek dengan lingkungan dan
sesuatu yang baru yang segera nampak dalam perilaku yang nyata.
yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan
latihan”. Sedang menurut Sudjana (2000: 28) Bahwa perubahan sebagai hasil dari
proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pada aspek
7
perubahan aspek -aspek lain yang ada pada diri seseorang. Sedangkan menurut
suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat,
perubahan tingkah laku yang berorentasi pada lingkungan, perubahan tingkah laku
2. Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 200) “Hasil belajar adalah hasil yang
dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, yang ditandai
dengan skala nilai berupa huruf, kata, atau simbol”. Hasil belajar seringkali
diasumsikan sebagai cermin kualitas suatu sekolah. Dengan hasil belajar yang
diperoleh, guru akan mengetahui apakah metode serta media yang digunakan sudah
tepat atau belum. Jika sebagian besar siswa memperoleh angka jelek pada penelitian
yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan oleh metode dan media yang digunakan
kurang tepat. Apabila demikian halnya, Arikunto (2009: 7) mengatakan “bahwa guru
harus mawas diri dan mencoba mencari metode dan media lain dalam mengajar”.
8
mengikuti suatu kegiatan belajar. Menurut Haling (2007: 108) mengatakan “bahwa
angka atau skor sebagai hasil pengukuran mempunyai makna jika dibandingkan
dengan patokan sebagai batas yang menyatakan bahwa pebelajar telah menguasai
Penilaian hasil belajar dinilai dengan ukuran-ukuran guru, tingkat sekolah dan
lulus atau tidak lulus. Jika digolongkan lulus maka dapat dikatakan proses belajar
siswa dan tindak mengajar guru “berhenti” sementara. Jika digolongkan tidak lulus,
terjadilah proses belajar ulang bagi siswa dan mengajar ulang bagi guru.
sosial yang diintegrasikan menjadi satu ke dalam mata pelajaran. Dengan demikian
pengajaran IPS di SD merupakan bagian integral dari bidang studi. Namum ketika
membicarakan suatu topik yang berkaitan dengan sejarah, bahan – bahan pengajaran
9
bisa dibicarakan secara lebih tajam. Ada dua bahan kajian IPS, yaitu bahan kajian
pengetahuan sosial mencakup lingkungan sosial, yang terdiri atas ilmu bumi,
besar serta berbagai variasi pendekatan untuk mendapatkan partisipasi peserta didik.
Akan tetapi kondisi kelas juga harus tetap dijaga supaya tidak kehilangan kendali dan
disiplin. Selain itu diharapkan juga pengajar harus selalu antusias dalam menembah
Kasmadi (2001 : 152) ada tiga kegiatan yang dapat diterapkan oleh guru sejarah
untuk meningkatkan partisipasi peserta didik dalam kelas, yaitu : (1) partisipasi
peserta didik melalui ketrampilan latihan, (2) partisipasi peserta didik melalui
dilakukan ialah dengan membuat catatan. Hal ini disebabkan karena buku catatan.
mampu menyimpan semua hasil belajar di kelas, seperti ringkasan, diagram, chart
dan gambar. Dalam partisipasi peserta didik melalui penelitian, yang dilakukan
berupa pengembangan bahan pelajaran dengan membuat suatu kegiatan proyek yang
dapat memberikan motivasi kepada peserta didik yang ”enggan” mempelajari sejarah.
Sedangkan dalam partisipasi peserta didik dilakukan melalui diskusi merupakan salah
satu aktivitas yang dapat melatih kemampuan mental peserta didik dalam menghadapi
10
situasi tertentu, karena mental merupakan isi penting dalam perkembangan peserta
didik. Peserta didik yang aktif dalam kegiatan ini akan terlatih berpikir kritis dan
pengertian terhadap fakta sejarah dan melatih dirinya untuk membuat suatu
dapat pula berupa diskusi setelah mereka mengamati suatu model dramatisasi
merupakan tolok ukur keberhasilan seluruh proses belajar mengajar yang telah
peristiwa sejarah.
10. Menumbuhkan pengertian tentang arti serta hubungan peristiwa masa lampau
bagi situasi masa kini dalam prespektifnya dengan situasi yang akan datang.
tanggung jawab sejarah sesuai dengan tuntutan zaman pada waktu mereka
hidup).
masa kini dari masyarakat di mana mereka hidup yang merupakan hasil dari
c. Aspek Ketrampilan.
1. Sesuai dengan trend baru dalam pengajaran IPS maka pelajaran IPS di sekolah
ketrampilan menulis.
masalah dan mencari hubungan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya atau
pengajaran ( Sugito, 1994:115). Pengukuran di sini bisa dilakukan secara tertulis atau
berdasar hasil pengamatan, untuk kemudian dituangkan dalam skala penilaian atau
skoring.
dengan tujuan pembelajaran. Tidak semua materi pembelajaran IPS dipakai alat
pengukur yang sama. Evaluasi adalah usaha untuk mengetahui sampai dimana
evaluasi formatif yang dilaksanakan setiap kali selesai pelajaran. Suatu unit pelajaran
tertentu sebagai alat penilai proses belajar mengajar suatu unit bahan tertentu.
hasil pencapaian peserta didik terhadap tujuan suatu program pelajaran dalam suatu
materi IPS.
14
proses pada pembelajaran IPS. Teknik tes yang digunakan dalam evaluasi dpat
dibedakan atas tes lisan, tes tindakan dan tes tertulis (Ali 1987:116). Cara mengukur
prestasi belajar bisa menggunakan tes yang sudah distandarisasi dan bisa juga tes
dimana butir-butir tesnya dibuat sendiri oleh guru. Suatu tes harus memenuhi
persyaratan yairu: memiliki validitas (artinya bila diuji coba dimana saja, kapan saja
dan pada kondisi apapun ) pada obyek yang standar/ sejenis bisa dilaksanakan
bersifat reliabilitas dalam pengertian tetap tidak berubah-ubah, objective, praktis dan
ekonomis. (Arikunto,1987:57).
Tes yang diberikan kepada peserta didik dalam penelitian ini dibuat dan
ditetapkan ileh instansi terkait. Tes yang diberikan kepada peserta didik sifatnya lisan
dan tertulis. Tes Lesan diberikan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil belajar
siswa dalam hal sikap, perilaku mencakup aspek afektif dan psikomotorik. Sedangkan
15
tes tertulis lebih bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kemampuan kognitif
peserta didik.
4. Metode Pembelajaran
belajar. Menurut Haling (2007: 27) model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman
makna yang lebih luas dari pada strategi. Kedua, model dapat berfungsi sebagai
ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau metode tertentu yaitu (i) rasional
teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, (ii) tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai, (iii) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut
berhasil, (iv) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran tercapai.
Artikulasi atau articulate terjemahan dalam kamus diartikan sebagai hal yang
kooperatif tipe artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif
dalam pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi kelompok kecil yang masing-
artikulasi prosesnya seperti pesan berantai,artinya apa yang telah diberikan giru,
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang
baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-
dipahami.
7. Kesimpulan/penutup.
A. Kelemahannya
B.Kelebihannya
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
tutorial.
penelitian
B. Kerangka Pikir
karena itu, perlu mendapat perhatian yang serius agar dapat melibatkan siswa secara
aktif dan dapat terjadi interaksi antara siswa dengan guru, begitu pula antara siswa
guru harus mampu memilih model yang tepat sesuai dengan materi pembelajaran.
Model pembelajaran yang diterapkan guru adalah salah satu faktor yang menentukan
tidak tepat dapat menurunkan motivasi dan minat belajar siswa sehingga tujuan
pembelajaran tidak tercapai secara optimal. Apabila dikaji lebih lanjut berdasarkan
teori yang telah ada maka salah satu alternatif peningkatan hasil belajar siswa di
ini selain dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa juga dapat menjadikan
artikulasi.
20
C. Hipotesis Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
dan refleksi.
1. Lokasi Penelitian
2. Subjek Penelitian
Untuk mampu menjawab permasalahan di atas ada beberapa faktor yang ingin
diselidiki, yaitu :
proses pembelajaran.
22
b. Faktor hasil yaitu melihat hasil belajar akhir dari proses belajar mengajar
D. Rencana Tindakan
E. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian akan digunakan metode tindakan 2 (dua) siklus. Siklus ini
Number Head Together (NHT) pada mata pelajaran IPS untuk meningkatkan hasil
belajar siswa, selain itu siklus I digunakan sebagai komparasi atau pembanding
dengan pembelajaran pada siklus II. Langkah-langkah yang digunakan dalam siklus
1. Siklus I
a. Perencanan
b. Tindakan
c. Observasi
d. Refleksi
aktif berinteraksi antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa dan
2. Siklus II
Penilaian proses dan penilaian hasil ini merupakan satu kesatuan yang
a. Perencanaan
yang meliputi jenis mata pelajaran, jenjang pendidikan, tema, kelas, semester,
b. Tindakan
Langkah awal yang dilakukan dalam siklus II ini tidak jauh berbeda dengan
siswa masih merasa kesulitan dalam penerimaan materi pelajaran IPS melalui
bagian yang masih sulit dipahami oleh siswa menjadi perhatian peneliti untuk
kegiatan yang telah dilakukan pada siklus I. Akan tetapi pada tindakan siklus
II ini peneiliti lebih memfokuskan pada masalah minat dan motivasi siswa
(NHT), dan guru menugasi siswa untuk membuat rangkuman terkait dengan
c. Pengamatan
Dalam siklus II ini peneliti juga mengamati segala perilaku siswa selama
siswa pada mata pelajaran IPS khusus yang berkaitan dengan kondisi
26
d. Refleksi
siswa. Analisa kinerja siswa ini meliputi sejauh mana siswa aktif dan antusias
dalam mengikuti kegiatan belajar mengejar pada mata pelajaran IPS. Setelah
PELAKSANAAN
PERENCANAAN PENGAMATAN
PELAKSANAAN
PERENCANAAN PENGAMATAN
F. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan oleh guru untuk memperoleh data. Jenis
b. Lembar Observasi
data yang baik. Instrumen yang baik adalah instrumen yang valid dan reliabel.
Instrumen valid adalah instrumen yang mengukur apa yang seharusnya diukur dan
instrumen reliabel adalah instumen yang konsisten dan akurat. Untuk mengetahui
validitas dan reliabilitas semua intrumen dalam penelitian tindakan kelas dapat
peneliti memutuskan instrumen tersebut layak atau tidak dengan kriteria “easy for
use”, yang jika memenuhi berarti dinyatakan valid dan reliabel. Bentuk practical
validity (validitas praktis) yang digunakan peneliti adalah face validity (validitas
muka) yaitu kolaborator dengan peneliti saling menilai, mengecek, dan memutuskan
hasil instrumen yang dibangun dari proses kolaborasi. Untuk mempertajam dan
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah:
a. Tes untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS
keberhasilan.
Together (NHT).
H. Analisi Data
kuantitatif digunakan analisis deskriptif yaitu skor rata-rata yang diperoleh dari hasil
tes tiap siklus yang bertujuan untuk hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan
yang terdiri dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai tertinggi (maksimal), dan
selama proses belajar mengajar dari tiap siklus. Dari aktifitas siswa dalam kelompok
dan sikap siswa. Dengan menggunakan lembar observasi yang dilakukan oleh
observator.
I. Indikator Keberhasilan
kriteria tuntas belajar apabila nilai hasil evaluasi siswa pada siklus I,
II minimal 6,5.
dicapai oleh siswa secara baik, baik individu maupun kelompok. Dimana
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Koperatif Tipe NHT (Number Head
Together)Terhadap Hasil Belajar Siswa SMK Negeri 3 Pinrang Kelas X
TKR (Pada Kompetensi Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja) :
Skripsi, tidak diterbitkan. FT UNM
Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta; Kencana Predana Media
Group.
Sudjana, 2003. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Kosdakarya.