Anda di halaman 1dari 8

Efektivitas Layanan Konseling Kelompok dengan Pendekatan Behaviour

untuk Mengurangi Burnout Belajar Siswa Kelas VIII


SMP Negeri 7 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2020/2021

Devita Mawarni
Bimbingan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Yogyakarta, Indonesia
Email: devitamawarni32@gmail.com

DOI:

Abstract
The purpose of this study was to determine whether group guidance services with a behavioural approach were effective in reducing
learning burnout for class VIII students of SMP Negeri 7 Yogyakarta in the 2020/2021 academic year. The type of research used is
experimental quantitative research using a pre experimental design with the One - Group Pretest-Posttest Design method. The
number of the research population was 204 students consisting of students from class VIII A to class VIII F. Sampling used
Nonprobability Sampling with purposive sampling technique where 5 students were sampled. The method of data collection in this
study was using a questionnaire. Data analysis techniques using statistics with the t-test test formula. The results showed that the
hypothesis was proven that group guidance services with a behavioural approach were effective in reducing learning burnout for
Class VIII students of SMP Negeri 7 Yogyakarta in the 2020/2021 academic year. From the results of the t-test, the value of t =
25,992 with p value = 0.000 < 0.050 means that the proposed hypothesis is proven and significant.

Keywords: Group Counseling Services; Behavioural Approach; Learning Burnout

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan behaviour efektif untuk
mengurangi burnout belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Yogyakarta tahun pelajaran 2020/2021. Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian kuantitatif eksperimen menggunakan pre experimental design dengan metode One – Group Pretest-Posttest
Design. Adapun jumlah populasi penelitian yaitu sebanyak 204 siswa yang terdiri dari siswa kelas VIII A hingga kelas VIII F.
Pengambilan sampel menggunakan Nonprobability Sampling dengan teknik Sampling Purposive dimana siswa yang dijadikan
sampel sebanyak 5 orang. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan angket. Teknik analisis data dengan
menggunakan statistik dengan rumus uji t-tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis terbukti layanan bimbingan kelompok
dengan pendekatan behaviour efektif untuk megurangi burnout belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Yogyakarta Tahun Pelajaran
2020/2021. Dari hasil uji t-test diperoleh nilai t = 25.992 dengan nilai p = 0,000 < 0,050 maka hipotesis yang diajukan terbukti dan
signifikan.

Kata Kunci : Layanan Konseling Kelompok; Pendekatan Behaviour; Burnout Belajar

1
1. Pendahuluan
Pendidikan hingga kini masih menjadi jalan utama untuk mengentaskan kebodohan dan mencetak
generasi-generasi emas. Pendidikan juga merupakan pilar utama dalam kemajuan suatu bangsa, oleh sebab itu
pendidikan bagi semua (education for all) menjadi pekerjaan yang harus dituntaskan bersama. Artinya, bahwa hal
tersebut bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah melainkan tanggung jawab semua elemen masyarakat.
Untuk mencetak generasi emas tentunya dibutuhkan pendidikan sejak dini dengan kualitas yang unggul. Pendidikan
dapat ditempuh dimanapun dan kapanpun. Pada umumnya, jalur pendidikan terdiri dari jalur pendidikan formal,
nonformal, dan informal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada
umumnya, pendidikan nonformal bisa berupa lembaga bimbingan belajar diluar sekolah, sedangkan pendidikan
informal merupakan pendidikan melalui jalur keluarga dan lingkungan masyarakat. Sebagian orang memang
menganggap bahwa pendidikan formal adalah yang paling utama. Meski demikian, tak jarang pula yang beropini
bahwa ketiga jalur pendidikan tersebut sama pentingnya.
Sekolah menjadi fasilitas utama dalam pelaksanaan pendidikan formal. Segala aktivitas belajar mengajar
antara guru dan siswa berlangsung didalamnya. Melalui sekolah, siswa dididik untuk tumbuh menjadi pribadi yang
berilmu dan berakhlak mulia. Sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif, para siswa diarahkan untuk
mampu mengelola dirinya sendiri serta potensinya masing-masing. Sama halnya dengan pemerataan dan
peningkatan kualitas pendidikan, keberhasilan pembelajaran di sekolah bukan hanya menjadi tanggung jawab
penuh para guru sebagai pentrasfer ilmu. Keberhasilan pembelajaran merupakan tanggung jawab seluruh staff
kependidikan, tenaga pengajar, orangtua dan siswa itu sendiri. Jika seluruh komponen tersebut mampu
menjalankan kewajiban sesuai perannya masing-masing, maka seluruh harapan baik pada pendidikan akan
tercapai.
Prestasi belajar siswa juga menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan pembelajaran di sekolah. Para
orangtua tentunya bangga bilamana anaknya bersekolah ditempat yang bagus serta meraih prestasi dalam
belajarnya. ironinya tidak segalanya selalu berjalan sesuai harapan, begitu pula mengenai prestasi belajar siswa.
Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar siswa baik faktor internal maupun eksternal. Salah
satu diantara adalah kejenuhan (Burnout) belajar yang menghambat tercapainya prestasi yang unggul dan
menjadikan pembelajaran tidak berjalan baik. Fenomena Burnout belajar menjadi fokus penelitian karena
merupakan penyumbang kegagalan di dunia pendidikan. Kejenuhan belajar adalah masalah yang banyak dialami
oleh para pelajar dimana akibat serius dari masalah tersebut adalah menurunnya keinginan dalam belajar,
timbulnya rasa malas yang berat, dan menurunnya prestasi belajar (Yusuf, 2009: 98).
Layaknya sebuah masalah, burnout belajar muncul dengan beragam penyebab. Adapun penyebabnya bisa
berasal dari ranah pembelajaran hingga diluar ranah tersebut, seperti permasalahan pribadi dan pola asuh yang
salah suai. Hal ini selaras dengan pendapat Hakim (2011:63) bahwa kejenuhan belajar dapat disebabkan karena:
cara atau metode belajar yang tidak bervariasi, belajar hanya di tempat tertentu, suasana belajar yang tidak
berubah-ubah, kurang aktivitas rekreasi atau hiburan, adanya ketegangan mental kuat dan berlarut-larut pada saat
belajar. Sindrom burnout belajar ini nampaknya muncul hampir disetiap bangku sekolah dengan kadar dan jumlah
siswa terserang yang beragam. Tak terhalau pula di SMP Negeri 7 Yogyakarta,yang merupakan salah satu Sekolah
Menengah Pertama unggulan. Berdasar pada studi pendahuluan hasil observasi dan wawancara peneliti selama
kegiatan pengalaman lapangan, diperoleh data mengenai siswa dengan sindrom kejenuhan belajar. Burnout belajar
juga tak hanya dialami oleh siswa laki-laki saja, tetapi juga siswa perempuan dari kelas VII hingga kelas IX. Melalui
buku catatan pelanggaran siswa, dapat dilihat bahwa kelas VIII menempati peringkat pertama. Sebagian dari
pelanggaran tersebut merupakan dampak dari kejenuhan belajar yang mereka alami.

2
Siswa yang mengalami burnout belajar mengalami perubahan sikap dalam belajarnya. Prestasi dan
motivasi belajar menurun serta tidak memiliki gairah kompetisi disekolah. Mereka cenderung bertindak radikal
bahkan ketika jam pelajaran berlangsung. Siswa dengan sindrom ini kemudian menjadi pribadi yang sulit
dikendalikan, tidak mengikuti pembelajaran dengan baik, membuat kegaduhan dan mengganggu teman dikelas,
membolos saat jam pelajaran, hingga membolos sekolah tanpa keterangan. Dampak burnout belajar ini tidak boleh
dibiarkan begitu saja karena dapat memicu permasalahan yang lebih serius baik semasa sekolah maupun di fase
kehidupan selanjutnya. Segenap kegiatan disekolah harus diarahkan untuk dapat membantu siswa mencapai
tujuan perkembangan dan mengatasi permasalahannya. Artinya bahwa, sebuah layanan bimbingan dan konseling
sangat penting untuk menangani masalah siswa disamping kegiatan pengajaran.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa konselor sekolah sebagai kemudi layanan
bimbingan dan konseling wajib memiliki wawasan dan menguasai landasan pendidikan. Mampu mengembangkan
program bimbingan dan konseling serta mampu mengaplikasikan teknik dan teori pendekatan-pendekatan
bimbingan konseling dengan tepat guna dalam suasana konseling. Menurut Habsy (2017) konseling dalam lingkup
pendidikan merupakan upaya penanganan masalah dalam rangka memfasilitasi perkembangan individu dalam
lingkungannya yang tertuju pada upaya menciptakan kondisi optimum bagi perkembangan individu.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan konselor dalam menangani siswa dengan burnout belajar yaitu
dengan memberikan layanan konseling kelompok. Menurut pendapat Juntika Nurihsan (2006: 24) mengatakan
bahwa konseling kelompok adalah suatu bantuan kepada individu dalam situasi kelompok yang bersifat
pencegahan, penyembuhan, serta diarahkan pada pemberian kemudahan dalam perkembangan dan
pertumbuhannya. Melihat banyaknya siswa yang mengalami kejenuhan, maka layanan ini sangat tepat digunakan.
Disamping itu melalui suasana kelompok dapat meminimalisir munculnya kejenuhan baru.
Sebagai sebuah praktik layanan konseling, konseling kelompok tentunya selalu bersandar pada teori
konseling yang sudah ada. Maka, layanan ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan berbagai macam
pendekatan konseling. Salah satu diantaranya adalah menggunakan pendekatan perilaku behaviour. Pendekatan
ini sangat popular dikalangan konselor serta cukup relevan digunakan untuk mengatasi masalah burnout belajar
ini. Natawidjaja (2009: 260) menyebutkan bahwa asumsi pokok dari pendekatan ini adalah bahwa perilaku hingga
perasaan bersalah terbentuk karena dipelajari, sehingga semua dapat diubah melalui proses belajar yang baru.
Berdasar pada pertimbangan-pertimbangan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti efektivitas layanan
konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan behaviour untuk mengurangi burnout pada siswa kelas VIII
di SMP Negeri 7 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2020/2021. Hal ini sebagai upaya peneliti berkontribusi dalam
mencetak generasi emas sebagai sumber daya manusia yang unggul melalui pembenahan minat belajar.

2. Metode
2.1. Variabel Penelitian
Suharsimi Arikunto (2013: 161) menyatakan bahwa variabel adalah objek penelitian, atau apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yang terdiri dari variabel
bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (independen) : Layanan konseling kelompok menggunakan
pendekatan behaviour. Variabel terikat (dependen) : Perilaku burnout belajar

3
2.2. Metode Penentuan Subjek
Populasi yang menjadi sasaran pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP negeri 7
Yogyakarta. Adapun jumlah populasi penelitian ini sebanyak 204 siswa yang terdiri dari siswa kelas VIII A
hingga VIII F. Namun demikian yang dijadikan subyek penelitian adalah berupa sampel, yaitu sebagian siswa
untuk mewakili keseluruhan. Menurut Sugiyono (2016: 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Nonprobability
Sampling dengan teknik Sampling Purposive. Teknik Sampling Purposive merupakan teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu, yang diperoleh dengan cara menetapan tujuan sampel terlebih dahulu. Peneliti
memiliki kriteria dan pertimbangan tertentu terhadap pengambilan sampel yaitu sampel yang memiliki burnout
belajar yang tinggi. Sehingga dalam penelitian ini peneliti mengambil 5 siswa kelas VIII yang merupakan siswa
dengan tingkat burnout belajar kategori sedang hingga tinggi.
2.3. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen menggunakan pre
experimental design dengan metode One – Group Pretest-Posttest Design yang artinya subyek diobservasi
dua kali. Penelitian desain ini digunakan untuk mengukur Burnout belajar pada peserta didik. Untuk itu,
pengukuran Burnout belajar dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah diberikan pendekatan
behaviour. Sebelum diberikan layanan bimbingan dan konseling, dilakukan pengukuran (pretest) dengan
menggunakan angket untuk melihat tingkat Burnout belajar pada peserta didik, kemudian diberikan perlakuan
(treatment) dengan layanan konseling kelompok menggunakan pendekatan behaviour. Setelah itu dilakukan
pengukuran kembali (posttest) dengan diberikan angket yang sama, untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh
setelah diberikannya pendekatan behaviour terhadap subjek yang diteliti tersebut. .

2.4. Metode dan Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data penelitian diperlukan alat bantu berupa instrumen. Dimana dalam hal ini
Menurut Suharsimi (2010: 203) instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah.
Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu metode observasi untuk mengamati
tingkah laku siswa pada saat treatment dan metode angket untuk mengukur skala burnout pada siswa. Jenis
angket yang digunakan merupakan angket tertutup dan angket langsung. Dengan demikian, responden dapat
langsung menjawab tentang dirinya sendiri. Selain itu,responden tinggal memilih jawaban yang sudah
disediakan.

2.5. Teknik Analisis Data


Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 349) dalam langkah memilih pendekatan penelitian telah
dikemukakan beberapa desain eksperimen diantaranya telah disertai rumus/cara analisis datanya. Analisis
data dilakukan dengan menggunakan uji t paired samples statistics. Analisis data ini menggunakan SPSS
(Statistical Product and Servis Solution) versi 16.0 . Untuk mengetahui keberhasilan eksperimen, Analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah One – Group Pretest-Posttest Design dengan rumus t-tes.

4
3. Hasil dan Pembahasan
3.1. Hasil Penelitian
3.1.1.Distribusi Frekuensi
Distribusi frekuensi untuk menentukan kategori skor burnout belajar siswa sebelum dan
sesudah diberikan treatment dibedakan menjadi 3 yaitu kategori tinggi, sedang dan rendah.
Tabel.1. Kategori skor burnout belajar
Kelas interval Kategori indikator
1. Mengalami kecemasan berlebih
2. Kesehatan fisik terganggu
99 – 132 Tinggi 3. Tidak dapat berkonsentrasi
4. Tidak dapat mengendalikan diri
5. Kehilangan harapan belajar
1. Konsentrasi belajar tidak stabil
2. Perubahan kemampuan belajar
66 – 99 Sedang
3. tidak nyaman belajar di sekolah
4. Mudah cemas
1. Bersikap tenang
2. Mampu mengendalikan diri
33 – 66 Rendah
3. Konsentrasi belajar baik
4. Motivasi belajar stabil

3.1.2. Hasil Pretest Burnout belajar pada siswa kelas VIII


Frekuensi burnout belajar siswa sebelum diberikan treatment terdapat 2 siswa pada kategori
tinggi dan 3 siswa lainnya berada pada kategori sedang.
Tabel.2. Kategori skor pretest burnout belajar
Kelas Interval Frekuensi Kategori
99 – 132 2 Tinggi
66 – 99 3 Sedang
33 – 66 0 Rendah
Jumlah 5

3.1.3. Hasil Posttest Burnout belajar pada siswa kelas VIII


Setelah pemberian treatment, diperoleh hasil dimana 2 siswa berada dalam kategori sedang
dan 3 siswa dalam kategori rendah. Dari data tersebut maka, dapat disimpulkan bahwa tingkat kejenuhan
belajar pada siswa yang menjadi obyek menurun.
Tabel.3. Kategori skor Posttest burnout belajar
Kelas Interval Frekuensi Kategori
99 – 132 0 Tinggi
66 – 99 2 Sedang
33 – 66 3 Rendah
Jumlah 5

5
3.1.4. Perbandingan hasil pretest-posttest dan Gain Score
Berdasarkan hasil perhitungan pretest, posttest, dan gain score terhadap 5 sampel tersebut
diperoleh skor pre-test burnout belajar masuk kedalam kriteria sedang hingga tinggi sedangkan skor
posttest masuk kedalam kriteria sedang hingga rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
layanan konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan behaviour efektif untuk mengurangi
burnout belajar, dilihat dari perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah pemberian treatment.
Tabel.4. Perbandingan hasil pretest-posttest dan Gain Score
No Inisial Siswa Pre-test Post-test Gain Score
1 AZI 102 78 24
2 MSK 93 66 27
3 SDP 92 66 26
4 AR 85 63 22
5 NZR 99 72 27
N(Ʃ) 471 345 126
Mean 94.20 69.00 25.20

3.2. Analisis Data


3.2.1.Uji Normalitas
Sebelum dilakukannya pengujian hipotesis, maka peneliti terlebih dahulu melakukan uji
normalitas sebaran sebagai analisis persyaratan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan SPSS
16.0. Uji normalitas sebaran bertujuan untuk mengetahui sebaran dari tiap variabel berdistribusi normal
atau tidak. Untuk mengetahui normalitas sebaran digunakan rumus shapiro wilk, dengan kriteria p > 0.05
berarti data distribusi normal.
Tabel.5. Hasil Uji Normalitas Sebaran
Kolmogorov-Smirnovª Shapiro Wilk
Statistic df. Sig. Statistic df. Sig.
Pre-test 0.172 5 0.200* 0.965 5 0.843
Post-test 0.291 5 0.191 0.905 5 0.440
Hasil uji normalitas sebaran dalam tabel diatas menunjukkan bahwa diperoleh hasil sebaran
skor sebelum diberikan layanan dengan nilai = 0.843 dan skor setelah permberian layanan = 0.440.
dengan demikian maka dapat dinyatakan sebaran data berdistribusi normal karena diperoleh nilai p >
0.05.

3.2.2.Uji T-Test
Perhitungan uji paired T-test dalam penelitian ini menggunakan program aplikasi komputer
SPSS (Statistical Package for Social Sciense) versi 16.0 for windows. Hasil uji T-Test menunjukan
adanya perbedaan rata-rata (mean) antara pre-test dan post-test. Rata-rata pre-test sebesar 94.20
sedangkan rata-rata post-test sebesar 69.00. sehingga didapat selisih sebesar 25.20.

6
Tabel.6. Mean Pretest dan Posttest
Std. Error
Mean N Std. Deviation
Mean
Pre-test 94.2000 5 6.61060 2.95635
Post-test 69.0000 5 6.00000 2.68328

Berdasarkan hasil analisis uji Paired T-test diperoleh nilai t = 25.992 dengan nilai p = 0.000 <
0.050 yang berarti penggunaan pendekatan behaviour pada konseling kelompok efektif untuk
mengurangi burnout belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Yogyakarta dilihat dari perbedaan hasil
pretest dan posttest serta tingkat signifikansinya.
Tabel.7. Hasil Uji Paired T-Test
Paired Differences
95% Confidence
Std. Interval of the Sig.
Error Difference (2-
Mean Std. Dev Mean Lower Upper t df Tailed)
Pretest-
25.20000 2.16795 0.96954 22.50814 27.89186 25.992 4 0.000
Posttest

Berdasarkan uji t dengan kriteria p ≤ 0,05, maka hipotesis yang diajukan terbukti dan signifikan. Maka
dengan demikian hipotesis yang diajukan berupa layanan konseling kelompok menggunakan pendekatan
behaviour efektif menurunkan burnout belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Yogyakarta terbukti.

4. Kesimpulan
Berdasarkan dari analisis data dalam penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Perilaku burnout
belajar sebelum mendapatkan layanan konseling kelompok menggunakan pendekatan behaviour termasuk dalam
kategori sedang hingga tinggi. Hasil pretest menunjukan terdapat 2 siswa dalam kategori tinggi dan 3 siswa dalam
kategori sedang dengan rata-rata pretest sebesar 94.20. Burnout belajar pada siswa menurun setelah pemberian
treatment. Hal ini ditunjukan dengan hasil rata-rata posttest 69.00 sehingga layanan konseling kleompok
menggunakan pendekatan behaviour terbukti efektif dan signifikan mengurangi burnout belajar siswa kelas VIII
SMP N 7 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2020/2021.

5. Daftar Pustaka

Ahmad Juntika Nurihsan. (2007). Bimbingan dan Konseling Dalam Berbagai Latar Kehidupan .
Bandung: PT. Refika Aditama.
Hakim, T. (2011). Diagnosis Kesulitan Belajar dan Perbaikan Belajar (cetakan ke enam ed.). Jakarta:
PT. Rineka Cipta.

7
Habsy, B. A. (2017). Perspektif Ilmu Pendidikan. Model konseling kelompok cognitive behaviour untuk
meningkatkan self esteem siswa SMK, 31(1), 21-35.
Jusuf, T. (2009). Kesukaran-kesukaran dalam pendidikan. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Natawidjaja, R. (2009). Konseling Kelompok: Konsep Dasar dan Pendekatan. Bandung: Rizqi.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: CV alfabeta.
. (2016). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: CV. Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai