Abstract: The purpose of this research was to improve the social attitudes use Problem Based Learning (PBL)
model. The form of this research is Classroom Action Research (CAR), that conducted in three cycles. The subject
of this research was the fifth grade students of Ngaru-Aru 2 State Elementary School Banyudono Boyolali in the
academic year of 2014/2015 amounting to 37 students. The data collecting technique were observation, interview,
documentation, and questionaires. The data validity were triangulation of resources and triangulation of technique.
The data analysis technique was interactive model that consist three components, they are reduction, data display,
conclusion drawing or verification. The conclusion was implementation of PBL learning model could improve the
achievement of social attitude responsibility, honesty and caring in tematik learning at A fifth grade students of
SD N 2 Ngaru-aru Banyudono Boyolali at 2014/2015 academic year. The result of this research shows the
minimum learning completeness before action is 67,57%; on the cycle I it increased to 75,68%; on the cycle II the
increased continous to 83,78%, and on the cycle III the end of the cycle, it increased become 94,59%.
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan sikap sosial melalui penggunaan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang
dilaksanakan dalam tiga siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 2 Ngaru-Aru Banyudono Boyolali
tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 37 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi,
wawancara, angket, dan dokumentasi. Uji validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi
sumber dan teknik. Teknik analisis data adalah model analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen yaitu
reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Simpulan penelitian ini adalah penggunaan
model pembelajaran PBL dapat meningkatkan pencapaian sikap sosial tanggung jawab, kejujuran dan kepedulian
pada pembelajaran tematik siswa kelas V SD Negeri 2 Ngaru-aru Banyudono Boyolali tahun ajaran 2014/2015.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketuntasan kelas pada kondisi awal sebelum tindakan sebesar 67,57%, siklus
I ketuntasan kelas naik menjadi 75,68%, siklus II naik lagi menjadi 83,78%, dan pada siklus III ketuntasan kelas
menjadi 94,59%.
nya, tidak berbohong, tidak mengada-ada, ti- Arends (2004) menyatakan bahwa mo-
dak menambah dan tidak mengurangi, serta del PBL adalah model pembelajaran dengan
tidak menyembunyikan informasi (Supar- pendekatan pembelajaran siswa pada masa-
man, 2011: 8). lah autentik sehingga siswa dapat menyusun
Kepedulian adalah sikap memerhatikan pengetahuan sendiri, menumbuhkembangkan
kebutuhan orang lain baik secara materi mau- keterampilan yang lebih tinggi dan inquiri,
pun non materi, mau berbagi, dan mende- memandirikan siswa dan meningkatkan ke-
ngarkan orang lain. (Aryani, Aunurrahman, & percayaan diri sendiri. (Hosnan, 2014: 295).
Fadillah, 2013). PBL adalah model pembelajaran yang
Berdasarkan nilai awal sikap sosial sis- menjadikan masalah dalam kehidupan nyata
wa yang didapatkan dari guru kelas V SDN 2 sebagai titik awal dalam proses pembelaja-
Ngaru-Aru Banyudono Boyolali tahun ajaran ran, menuntut siswa belajar secara aktif da-
2014/2015. Terdapat 25 dari 37 siswa atau lam suatu kelompok untuk mencari referensi
67,57% siswa memiliki sikap sosial yang dalam menemukan solusi sendiri dari masa-
membudaya dan sekitar 12 dari 37 siswa atau lah yang mereka ajukan atau yang diberikan
32,43% siswa belum memiliki sikap sosial oleh guru. Sehingga siswa dapat belajar lebih
yang membudaya, sehingga masih perlu un- bermakna. Disini guru menempatkan diri se-
tuk ditingkatkan sebab pendidikan sikap bagi bagai fasilitator yang membantu siswa mem-
siswa sekolah dasar tidak bisa setengah- berikan arahan bukan kuliah secara lisan, hal
setengah. Sikap tersebut pada akhirnya akan ini memungkinkan siswa membentuk kepri-
dibawa siswa dalam kehidupan bermasyara- badian yang baik melalui melalui model
kat, bukan hanya baik di sekolah namun juga pembelajaran PBL. Belajar melalui masalah
dalam kehidupan sehari-hari. dalam kehidupan nyata meningkatkan kee-
Kurang maksimalnya sikap sosial siswa fektifan siswa dalam meningkatkan sikap so-
tidak terlepas dari pengaruh pembelajaran sial yang baik.
yang masih menggunakan model pembelaja- Hosnan (2014: 301) & Sanjaya (2006:
ran yang kurang inovatif dan siswa yang ma- 217) menyatakan bahwa tahap pelaksanaan
sih pasif. Pembelajaran yang dilakukan sela- PBL terdiri atas lima langkah utama, yaitu:
ma ini belum memaksimalkan penggunaan 1)Orientasi siswa pada masalah. Guru menje-
model pembelajaran yang inovatif, sehingga laskan tujuan pembelajaran, menjelaskan lo-
siswa sering merasa bosan dan kurang berse- gistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa a-
mangat dalam mengikuti pembelajaran. Hal gar terlibat pada aktivitas pemecahan masa-
tersebut berdampak pada lemahnya sikap so- lah yang dipilih. 2) Mengorganisasi siswa un-
sial beberapa siswa dalam kelas tersebut. tuk belajar. Guru membantu siswa mendefi-
Salah satu alternatif yang dapat diguna- nisikan dan mengorganisasikan tugas belajar
kan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang berhubungan dengan masalah tersebut.
dan untuk meningkatkan sikap sosial siswa 3) Membimbing penyelidikan individual dan
adalah dengan menggunakan model pembe- kelompok. Guru mendorong siswa untuk me-
lajaran Problem Based Learning (PBL) ngumpulkan informasi yang sesuai, melaksa-
Suvery & Duffy (1995) menyatakan nakan eksperimen untuk mendapatkan penje-
“problem-based learning as a curriculum lasan dan pemecahan masalahnya. 4) Me-
design that identified students not as passive ngembangkan dan menyajikan hasil karya.
recipients of knowledge but as problem Guru membantu siswa merencanakan dan
solvers who could develop disciplinary menyiapkan karya yang sesuai, seperti lapo-
knowledge” (Kuo Shu Huang, 2012: 123). ran, video, dan model serta membantu ber-
Artinya bahwa pembelajaran berbasis masa- bagai tugas dengan temannya. 5) Menganali-
lah sebagai desain kurikulum yang diidentifi- sis dan mengevaluasi proses pemecahan ma-
kasi siswa tidak sebagai penerima pasif pe- salah. Guru membantu siswa melakukan ref-
ngetahuan tetapi sebagai pemecah masalah leksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan
yang bisa mengembangkan pengetahuan. proses-proses yang mereka gunakan
337 Volume 1, Nomor 4, Jurnal Pendidikan Indonesia 335 -342
Berdasarkan uraian di atas, rumusan ma- budaya, dan 10 atau 27,03% siswa yang me-
salah dalam penelitian ini, yaitu apakah pe- miliki sikap sosial kepedulian belum mem-
nerapan model pembelajaran PBL dapat me- budaya. Terlihat masih terdapat beberapa sis-
ningkatkan sikap sosial pada tema lingku- wa yang belum memiliki sikap sosial dengan
ngan sahabat kita di kelas V SD N 2 Ngaru- nilai sangat tinggi/ membudaya. Hasil se-
Aru Banyudono Boyolali tahun ajaran 2014/ lengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.
2015. Dengan tujuan penelitian meningkat-
kan sikap sosial melalui model pembelajaran Tabel 1. Distribusi Frekuensi Sikap Sosial
PBL pada tema Lingkungan Sahabat Kita di Tahap Pratindakan
kelas V SD N 2 Ngaru-Aru Banyudono Bo- Sikap Sosial
yolali tahun ajaran 2014/ 2015. Interval Tanggung
Kejujuran Kepedulian
METODE Jawab
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 0,00 - 1,32 0 0 0
Ngaru-Aru yang berada di kecamatan Banyu- 1,33 - 2,32 0 0 0
dono Kabupaten Boyolali. Subjek penelitian 2,33 - 3,32 10 17 10
ini adalah guru dan siswa kelas V SDN 2 3,33 - 4,00 27 20 27
Ngaru-Aru tahun ajaran 2014/2015. Jumlah Jumlah 37 37 37
keseluruhan siswa ada 37 siswa dengan 14 Skor rata-
putra dan 23 putri. Waktu penelitian dilaksa- 3,40 3,39 3,38
rata
nakan pada semester II tahun 2015 selama Persentase
delapan bulan yaitu bulan Maret 2014 sampai (%) 72,97% 54,05% 72,97%
bulan Oktober 2015. Ketuntasan
Sumber data penelitian ini berasal dari
narasumber, arsip RPP dan silabus kelas V, Pada tabel 1 dapat dilihat pada interval
hasil pengamatan dan pelaksanaan pembela- 0,00-1,32 masuk dalam kategori belum terli-
jaran, angket dan dokumentasi. Teknik yang hat/ sangat rendah, 1,33-2,32 masuk dalam
digunakan untuk pengumpulan data yaitu wa- kategori mulai terlihat/ rendah, 2,33-3,32 ma-
wancara, observasi, dokumentasi dan angket. suk dalam kategori mulai berkembang/ ting-
Validitas data yang digunakan yaitu triangu- gi, dan 3,33-4,00 masuk dalam kategori su-
lasi sumber. Sedangkan data dianalisis de- dah membudaya/ sangat tinggi. Tabel 1 men-
ngan menggunakan model interaktif yang jelaskan bahwa terdapat 27 atau 72,97% yang
mencakup empat kegiatan, yaitu: pengumpu- memiliki sikap sosial tanggung jawab dalam
lan data, mereduksi data, penyajian data, dan kategori membudaya/ sangat tinggi dengan
penarikan kesimpulan. Penelitian tindakan skor rata-rata 3,40. 20 atau 54,05% siswa ya-
kelas ini menggunakan prosedur penelitian ng memiliki sikap sosial kejujuran dalam ka-
yang dilakukan melalui siklus-siklus tinda- tegori membudaya/ sangat tinggi dengan skor
kan yang mencakup rencana, tindakan, obser- rata-rata 3,39. 27 atau 72, 97% yang memili-
vasi dan refleksi. ki sikap sosial kepedulian dalam kategori
membudaya/ sangat tinggi dengan skor rata-
HASIL rata 3,38. Berdasarkan penjelasan masing-
Berdasarkan observasi, wawancara dan masing sikap sosial di atas didapatkan nilai
nilai awal yang bersumber dari guru kelas, rata-rata sikap sosial tahap pratindakan siswa
pada kondisi awal dapat disimpulkan bahwa kelas V SD Negeri 2 Ngaru-Aru Banyudono
perlu adanya peningkatan sikap sosial siswa, Boyolali sebanyak 25 atau 67,57% siswa me-
khususnya dalam sikap tanggung jawab, ke- miliki sikap sosial membudaya/ sangat ting-gi
jujuran dan kepedulian. Hal tersebut ditun- dengan skor rata-rata 3,39.
jukkan melalui nilai sikap sosial siswa dari 37 Setelah menggunakan model Problem
siswa terdapat 10 atau 27,03% siswa yang Based Learning (PBL) pada pembelajaran te-
memiliki sikap sosial tanggung jawab belum matik tema 9 subtema 1 pembelajaran 3 dan 4
membudaya, 17 atau 45,95% siswa yang pada siklus 1, menunjukkan adanya penga-ruh
memiliki sikap sosial kejujuran belum mem- peningkatan sikap sosial siswa. Pening-katan
336
Hanifah, Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Sikap Sosial… 338
tersebut dapat kita lihat pada tabel 2 berikut Tabel 3. Distribusi Frekuensi Sikap Sosial
ini. Siklus II
Sikap Sosial
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Nilai Sikap Interval Tanggung
Kejujuran Kepedulian
Sosial Siklus I Jawab
Sikap Sosial 0,00 - 1,32 0 0 0
Interval Tanggung 1,33 - 2,32 0 0 0
Kejujuran Kepedulian
Jawab 2,33 - 3,32 6 9 8
0,00 – 1,32 0 0 0
3,33 - 4,00 34 33 33
1,33 – 2,32 0 0 0
Jumlah 37 37 37
2,33 – 3,32 6 9 8 Skor Rata-
3,56 3,50 3,45
3,33 – 4,00 31 28 29 rata
Jumlah 37 37 37 Persentase
(%) 91,89% 89,19% 89,19%
Skor Rata-
2,50 3,46 3,40 Ketuntasan
rata
Persentase Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat dili-
(%) 83,78% 75,68% 78,38% hat bahwa perolehan sikap sosial pada siklus
Ketuntasan II siswa yang memiliki sikap sosial kategori
membudaya/ sangat tinggi sebanyak 34 atau
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dili- 91,89% siswa dalam sikap sosial tanggung
hat bahwa perolehan sikap sosial pada siklus I jawab dengan skor rata-rata 3,56. 33 atau
siswa yang memiliki sikap sosial kategori 89,19% siswa dalam sikap sosial kejujuran
membudaya/ sangat tinggi sebanyak 31 atau dengan skor rata-rata 3,50. 33 atau 89,19%
83,78% siswa dalam sikap sosial tanggung siswa dalam sikap sosial kepedulian dengan
jawab dengan skor rata-rata 2,50. 28 atau skor rata-rata 3,45. Berdasarkan penjelasan
75,68% siswa dalam sikap sosial kejujuran masing-masing sikap sosial di atas didapat-
dengan skor rata-rata 3,46. 29 atau 78,38% kan nilai rata-rata sikap sosial tahap siklus II
siswa dalam sikap sosial kepedulian dengan siswa kelas V SD Negeri 2 Ngaru-Aru Ba-
rata-rata 3,40. Berdasarkan penjelasan masi- nyudono Boyolali sebanyak 31 atau 83,78%
ng-masing sikap sosial di atas didapatkan ni- siswa memiliki sikap sosial membudaya/ sa-
lai rata-rata sikap sosial tahap siklus I siswa ngat tinggi dengan skor rata-rata 3,50. Terda-
kelas V SD Negeri 2 Ngaru-Aru Banyudono pat peningkatan sikap sosial siswa pada si-
Boyolali sebanyak 28 atau 75,68% siswa me- klus II dibandingkan dengan pratindakan dan
miliki sikap sosial membudaya/ sangat tinggi siklus I, namun masih belum mencapai indi-
dengan skor rata-rata 3,46. Terlihat adanya kator yang ditargetkan..
peningkatan, namun be-lum mencapai indi- Tabel 4. Tabel Nilai Sikap Sosial Siklus III
kator yang ditargetkan. Indikator dari pene- Sikap Sosial
litian ini adalah sebanyak 90% atau 33 siswa Interval Tanggung
Kejujuran Kepedulian
memiliki sikap sosial dengan kategori sangat Jawab
tinggi. 0,00 - 1,32 0 0 0
Tindakan pada siklus I perlu adanya re- 1,33 - 2,32 0 0 0
fleksi dan tindak lanjut. Sehingga penelitian 2,33 - 3,32 6 9 8
dilanjutkan pada siklus II. Pelaksanaan pem- 3,33 - 4,00 37 37 35
belajaran pada siklus II dilakukan dengan Jumlah 37 37 37
memperbaiki kekurangan yang ada pada si- Skor Rata-
klus I dengan harapan dapat meningkatkan 3,63 3,54 3,47
rata
sikap sosial siswa agar dapat mencapai indi- Persentase
kator yang ditargetkan. Distribusi frekuensi (%) 100% 100% 94,59%
sikap sosial pada siklus II dapat dilihat pada Ketuntasan
Tabel 3.
Dibutuhkan adanya refleksi pada siklus
II dan perbaikan pada siklus III. Siklus III di-
337
339 Volume 1, Nomor 4, Jurnal Pendidikan Indonesia 335 -342
membudaya. Dari hasil pengamatan terhadap siswa atau 91,89%. Hal ini menunjukkan
pelaksanaan pembelajaran diketahui penye- bahwa terjadi peningkatan sebesar 8,11% ji-
bab belum maksimalnya sikap sosial tanggu- ka dibandingkan dengan siklus I. Siswa yang
ng jawab, kejujuran, dan kepedulian. Aktivi- memiliki sikap sosial kejujuran kategori su-
tas pembelajaran dominan dilakukan guru dah membudaya/sangat tinggi sebanyak 33
yang menjadikan siswa cenderung pasif. In- siswa atau 89,19%. Hal ini menunjukkan
teraksi pembelajaran bersifat satu a-rah yaitu bahwa terjadi peningkatan sebesar 13,51% ji-
dari guru kepada siswa yang menja-dikan ka dibandingkan dengan siklus I. Siswa yang
siswa kurang aktif. Kegiatan pembelaj-aran memiliki sikap sosial kepedulian kategori su-
belum menerapkan model pembelajaran yang dah membudaya/sangat tinggi sebanyak 33
inovatif yang menekankan pada partistema- siswa atau 89,19%. Hal ini menunjukkan
tiksi aktif siswa dalam menemukan pengeta- bahwa terjadi peningkatan sebesar 10,81% ji-
huannya serta menumbuhkan sikap sosial sis- ka dibandingkan dengan siklus I.
wa. Hal tersebut menyebabkan sikap sosial Pada siklus III, dari 37 siswa yang me
siswa khususnya tanggung jawab, kejujuran, miliki sikap sosial tanggung jawab kategori
dan kepedulian belum maksimal diterapkan sudah membudaya/sangat tinggi sebanyak 37
dalam diri siswa. Kurang maksimalnya sikap siswa atau 100%. Hal ini menunjukkan bah-
sosial siswa ditunjukkan hasil observasi pra- wa terjadi peningkatan sebesar 8,11% jika di-
tindakan, dari 37 siswa yang memiliki sikap bandingkan dengan siklus II. Siswa yang
sosial tanggung jawab kategori sangat tinggi memiliki sikap sosial kejujuran kategori su-
sebanyak 27 siswa atau 72,97%. Siswa yang dah membudaya/sangat tinggi sebanyak 37
memiliki sikap sosial kejujuran kategori siswa atau 100%. Hal ini menunjukkan bah-
sangat tinggi sebanyak 20 siswa atau 54, 05%. wa terjadi peningkatan sebesar 10,81% jika
Siswa yang memiliki sikap sosial ke-pedulian dibandingkan dengan siklus II. Siswa yang
kategori sangat tinggi sebanyak 27 siswa atau memiliki sikap sosial kepedulian kategori su-
72,97%. dah membudaya/sangat tinggi sebanyak 35
Pelaksanaan pembelajaran tematik me- siswa atau 94,59%. Hal ini menunjukkan
ngenai pencapaian sikap sosial pada siklus I, bahwa terjadi peningkatan sebesar 5,4% jika
II, dan III dengan menerapkan model pembe- dibandingkan dengan siklus II.
lajaran PBL menunjukkan adanya peningka- Sikap sosial tanggung jawab dalam ka-
tan pencapaian sikap sosial siswa. tegori sudah membudaya/ sangat tinggi me-
Pada siklus I, dari 37 siswa yang me- ngalami peningkatan sebanyak 27,03% dari
miliki sikap sosial tanggung jawab kategori pratindakan ke siklus III. Dengan perincian
sudah membudaya/sangat tinggi sebanyak 31 sebagai berikut, peningkatan yang terjadi pa-
siswa atau 83,78%. Hal ini menunjukkan da pratindakan ke siklus I mengalami pening-
bahwa terjadi peningkatan sebesar 10,81% ji- katan terbesar yaitu 10,81%, kemudian siklus
ka dibandingkan dengan pratindakan. Siswa I ke siklus II sebesar 8,11% dan dari siklus II
yang memiliki sikap sosial kejujuran katego- ke siklus III sebanyak 8,11%. Hal ini karena
ri sudah membudaya/sangat tinggi sebanyak dengan adanya penerapan model PBL yang
28 siswa atau 75,68%. Hal ini menunjukkan melibatkan siswa untuk menemukan pemeca-
bahwa terjadi peningkatan sebesar 21,67% ji- han masalah yang diajukan dengan cara me-
ka dibandingkan dengan pratindakan. Siswa ngumpulkan bahan dari berbagai sumber,
yang memiliki sikap sosial kepedulian kate- menuntut siswa untuk bertanggung jawab de-
gori sudah membudaya/sangat tinggi seba- ngan tugasnya mencari informasi dari ber-
nyak 29 siswa atau 78,38%. Hal ini menun- bagai sumber dan tugas memecahkan masa-
jukkan bahwa terjadi peningkatan sebesar lah tersebut. Hal ini sejalan dengan karakter-
5,41% jika dibandingkan dengan pratinda- istik PBL yang diungkapkan oleh Tan (2003)
kan. yaitu PBL Sangat mengutamakan belajar
Pada siklus II, dari 37 siswa yang me- mandiri (self directed learning) dan meman-
miliki sikap sosial tanggung jawab kategori faatkan sumber pengetahuan yang bervariasi,
sudah membudaya/sangat tinggi sebanyak 34 tidak dari satu sumber saja (Amir, 2007).
337
341 Volume 1, Nomor 4, Jurnal Pendidikan Indonesia 335 -342
Bertanggung jawab secara individual dengan nal yang tidak menekankan kerjasama antar
tugasnya dalam kelompok dan bertanggung siswa. Hal ini sejalan dengan karkteristik PBL
jawab secara berkelompok dalam memecah- yang diungkapkan oleh Arends (2004) yaitu
kan masalah yang ada. Hal ini menjadikan si- kolaboratif, maksudnya adalah dalam model
kap tanggung jawab siswa meningkat. De- pembelajaran ini, tugas-tugas belajar berupa
ngan demikian sejak diterapkannya model masalah di selesaikan bersama-sama antar
PBL sikap sosial kejujuran siswa sudah me- siswa (Trianto, 2007). Dari interaksi yang
ningkat seiring dengan meningkatnya kejuju- secara terus menurus dilakukan, dengan
ran dan kepedulian siswa. bentuk kelompok yang berubah-ubah, menja-
Sikap sosial kejujuran dalam kategori dikan siswa lebih mengenal teman satu kelas-
sudah membudaya/ sangat tinggi mengalami nya lebih dekat, dan menjadikan siswa lebih
peningkatan sebanyak 45,95% dari pratinda- peduli. Dengan demikian sejak diterapkannya
kan ke siklus III. Dengan perincian sebagai model PBL sikap sosial kepedulian siswa su-
berikut, peningkatan yang terjadi pada pratin- dah meningkat seiring dengan meningkatnya
dakan ke siklus I mengalami peningkatan ter- tanggung jawab dan kejujuran siswa.
besar yaitu sebesar 21,67%, kemudian siklus I Frekuensi siswa yang memiliki sikap
ke siklus II sebanyak 13,51% dan dari si-klus sosial tanggung jawab, kejujuran, dan kepe-
II ke siklus III sebanyak 10,81%. Hal ini dulian sama-sama mengalami peningkatan
karena dengan adanya penerapan model PBL dari pratindakan ke siklus I, siklus I ke siklus
yang menekankan pada keterlibatan siswa II, dan dari siklus II ke siklus III. Hal ini ka-
untuk mencari pengetahuannya di antaranya rena dengan adanya penerapan model PBL
dengan mengumpulkan data dari berbagai yang melibatkan siswa dalam merumuskan
sumber untuk menemukan jawaban dari per- masalah sebagai titik awal pembelajaran dan
masalahan. Hal ini sejalan dengan karakteris- untuk menemukan sendiri pengetahuan yang
tik PBL yang diungkapkan oleh Tan (2003) ia peroleh, sebagaimana yang dikatakan Bar-
yaitu memanfaatkan sumber pengetahuan row, (1982) “a learning method based on the
yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja principle of using pronlems as a starting point
(Amir, 2007). Dalam hal ini siswa dituntut for the acquisition and integration of new
untuk menyampaikan data yang mereka kum- knowledge” (Sani, 2014: 128) Model
pulkan dengan benar, sesuai sumber yang a- pembelajaran PBL adalah metode pembelaja-
da, dan tidak dibuat-buat. Dengan demikian ran dengan prinsip yang menjadikan masalah
sejak diterapkannya model PBL sikap sosial sebagai titik awal untuk memperoleh dan
kejujuran siswa sudah meningkat seiring de- mengintegrasikan pengetahuan baru.
ngan meningkatnya tanggung jawab dan ke- Penelitian ini telah menjawab rumusan
pedulian siswa. masalah bahwa dengan penerapan model PBL
Sikap sosial kepedulian dalam kategori dapat meningkatkan sikap sosial pada
sudah membudaya/sangat tinggi mengalami pembelajaran tematik di kelas V SD Negeri 2
peningkatan sebanyak 21,62% dari pratinda- Ngaru-Aru Banyudono Boyolali tahun ajaran
kan hingga pada siklus III. Dengan perincian 2014/2015. Penelitian yang telah dilaksana-
sebagai berikut, peningkatan yang terjadi pa- kan dalam tiga siklus ini menunjukkan bah-wa
da pratindakan ke siklus I mengalami pening- penerapan model PBL dapat meningkat-kan
katan sebesar yaitu sebesar 5,41%, kemudian sikap sosial pada pembelajaran tematik di
siklus I ke siklus II mengalami peningkatan kelas V SD Negeri 2 Ngaru-Aru Banyudo-no
terbesar yaitu 10,81% dan dari siklus II ke si- Boyolali tahun ajaran 2014/2015.
klus III sebanyak 5,4%. Hal ini karena de-
ngan adanya penerapan model PBL yang me- SIMPULAN
nuntut siswa harus bekerjasama dengan te- Berdasarkan hasil penelitian tindakan
mannya dalam memecahkan masalah yang kelas yang telah dilakukan dalam tiga siklus
diberikan oleh guru. Sehingga frekuensi in- (6 pertemuan) dapat dirumuskan simpulan
teraksi siswa lebih besar dibandingakan de- bahwa penerapan model PBL dapat mening-
ngan menggunakan pembelajaran konvensio- katkan sikap sosial pada pembelajaran tema-
336
Hanifah, Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Sikap Sosial… 342
tik kurikulum 2013 di kelas V SD Negeri 2 lam kategori sudah membudaya/ sangat ting-
Ngaru-aru Banyudono Boyolali tahun ajaran gi seluruhnya yaitu 31 siswa atau 83,78% de-
2014/2015. Hal ini dapat diketahui pada ngan skor rata-rata 3,50. Hal ini menun-
pratindakan siswa yang memiliki sikap sosial jukkan bahwa terjadi peningkatan lagi seba-
dalam kategori sudah membudaya/ sangat ti- nyak 8,1% jika dibandingkan dengan siklus I.
nggi sebanyak 25 siswa atau 67,57% dengan Pada siklus III siswa yang memiliki sikap
skor rata-rata 3,39. Pada siklus I siswa yang sosial dalam kategori sudah membudaya sa-
memiliki sikap sosial dalam kategori sudah ngat tinggi seluruhnya yaitu 35 siswa atau
membudaya/ sangat tinggi secara keseluru- 94,59% dengan skor rata-rata 3,55. Hal ini
han sebanyak 28 siswa atau 75,68% dengan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan lagi
skor rata-rata 3,46. Hal ini menunjukkan bah- sebanyak 10,81% jika dibandingkan dengan
wa terjadi peningkatan sejumlah 8,11% jika siklus II.
dibandingkan dengan pratinda-kan. Pada si-
klus II siswa yang memiliki sikap sosial da-
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M. Taufik. (2010). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Aryani, Aunurrahman, & Fadillah. (2013). Peran Guru dalam Menumbuhkan Kepedulian Anak
Usia 5-6 tahun di TK Angkasa Kubu Raya. Jurnal Penelitian Pendidikan. Diperoleh
20 Maret 2015.
Azwar, Saifuddin. (2013). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: pustaka
Pelajar
Hosnan. (2014). Pendekatak Saintific dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Huang, Kuo-shu. (2012). Applying Problem-based Learning (PBL) in University English
Translation Classes. The Journal of International Management Studies, 7 (1), 121-127.
Diperoleh pada 6 Maret 2015, dari www.jimsjournal.org/13%20Tzu-Pu%20Wang.pdf.
Mahmud. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Majid, Abdul. (2014). Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Interes media
Sani, Ridwan Abdullah. (2014). Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Penerbit
Kencana Prenada Media Group: Jakarta.
Suparman. (2011). Studi Perbedaan Kualitas Sikap Jujur Siswa Kelas Iii Smta Negeri Kota
Madiun. INTERAKSI" ISSN No. 1412 -2953. 7 (1), 1-13. Diperoleh 19 Maret 2015, dari
https://utsurabaya.files.wordpress.com/2013/07/suparman-interaksi.pdf.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.