Anda di halaman 1dari 13

MENINGKATKAN AKTIVITAS, BERPIKIR KRITIS DAN HASIL

BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL GIRANG DI SEKOLAH DASAR

M. Nafis
Program Studi PGSD, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat
1810125310091@mhs.ulm.ac.id

Amberansyah
Program Studi PGSD, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat
amberansyah@ulm.ac.id
Abstrak
Permasalahan dari penelitian ini adalah rendahnya aktivitas, keterampilan berpikir kritis dan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Solusi dalam
mengatasi masalah di atas adalah melakukan pembelajaran menggunakan model
Pembelajaran GIRANG. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan aktivitas
guru dan menganalisis aktivitas siswa, keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar.
Pendekatan penelitian ialah pendekatan kualitatif, Jenis penelitian yang digunakan yaitu
penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan sebanyak 4 Pertemuan, dilaksanakan di
kelas IVB SDN Inti Pengambangan 3 Banjarmasin yang berjumlah 13 siswa(i) terdiri dari 7
siswa dan 6 siswi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan tes.
Analisis data berupa analisis deskriptif. Hasil penelitian menujukkan bahwa aktivitas guru
pada setiap pertemuan sudah terlaksana dari skor 20 kriteria “Baik”, menjadi skor 27 kriteria
“Sangat Baik”. Aktivitas siswa juga `mengalami peningkatan pada pertemuan 1 memperoleh
54% kriteria “sebagian besar” dan meningkat pada pertemuan 4 menjadi 92% kriteria
“hampir seluruhnya”. kemudian keterampilan berpikir kritis siswa pada pertemuan 1
memperoleh 54% kriteria “sebagian besar” dan meningkat pada pertemuan 4 menjadi 92%
kriteria “hampir seluruhnya”. Begitu pula dengan hasil belajar siswa pada pertemuan 1
memperoleh 46% dan meningkat pada pertemuan 4 menjadi 100%.
Kata Kunci : Aktivitas, Berpikir Kritis, Hasil Belajar

Abstrack
The problem of this research is the low activity, critical thinking skills and student learning
outcomes in Social Sciences (IPS) subjects. The solution in overcoming the problem above is
to do learning using the GIRANG Learning model. The purpose of this study was to describe
teacher activities and analyze student activities, critical thinking skills and learning
outcomes. The research approach is a qualitative approach. The type of research used is
classroom action research (CAR) which was carried out in 4 meetings, carried out in class
IVB at SDN Inti Pengambangan 3 Banjarmasin, totaling 13 students (i) consisting of 7
students and 6 students. Data collection techniques used are observation and tests. Data
analysis in the form of descriptive analysis. The results showed that the teacher's activities at
each meeting had been carried out from a score of 20 "Good" criteria to a score of 27 "Very
Good" criteria. Student activity also increased at meeting 1 obtaining 54% of the "most"
criteria and increased at the 4th meeting to 92% of the "almost all" criteria. then students'
critical thinking skills at meeting 1 obtained 54% of the "mostly" criteria and increased at the
4th meeting to 92% of the "almost all" criteria. Likewise, student learning outcomes at
meeting 1 obtained 46% and increased at meeting 4 to 100%.
Keywords: Activities, Critical Thinking, Learning Outcomes
Pendahuluan
Dalam era globalisasi yang sedang berlangsung, sekolah merupakan salah satu hal yang
utama mengingat pada dasarnya guruan merupakan wahana untuk membentuk kepribadian
seseorang menjadi lebih unggul. Sekolah memainkan bagian penting untuk menentukan
pergantian peristiwa dan kemajuan suatu negara. Peningkatan ilmu pengetahuan dan inovasi
yang semakin pesat di era globalisasi yang sedang berlangsung membutuhkan SDM yang
berkualitas, sehingga kemajuan saat ini dapat dikuasai dan dapat diciptakan untuk
memperbaiki sesuatu. Oleh karena itu, kebutuhan sekolah harus cukup menonjol untuk
diperhatikan dan diperhatikan.
Penggunaan sistem guruan saat ini di abad 21 saat ini menggabungkan imajinasi,
penalaran yang menentukan, korespondensi, dan upaya terkoordinasi, dan kemudian dikenal
sebagai 4C. Salah satu bagian dari 4C adalah Critical Thinking, Communication, Collaboration
dan Creativity dan iInovation. Kemampuan menalar yang menentukan adalah tingkat
kemampuan nalar yang tidak dapat disangkal, di mana seorang individu dapat memanfaatkan
dan mengendalikan materi agar sesuai dengan keadaan yang diperlukan dan tidak hanya
mempertahankan sesuatu. Sulaiman dan Syakarofath (2018) menyatakan penalaran yang
menentukan adalah penilaian untuk menguraikan, mengkaji, menilai, dan keahlian, serta
klarifikasi bukti, gagasan, sistem, dan perenungan yang menyusun premis penilaian. Definisi
ini mengasumsikan bagian penting dalam menunjukkan hasil penalaran yang dapat
direpresentasikan dengan siklus mental yang efisien.
Pembelajaran yang hebat, tentu saja, harus memiliki alasan. Banyak tujuan
pembelajaran telah direncanakan oleh para spesialis. Semuanya menuju pemuliaan belajar.
Tujuan pembelajaran yang ideal adalah agar siswa memiliki pilihan untuk mengakui cara
belajar yang menarik dalam berperilaku, termasuk seperti yang diungkapkan oleh Jan James
Mitchell dalam ujiannya di Monash College, sebagai berikut: (1) Pertimbangan siswa bersifat
aktif dan berpusat pada pembelajaran (2) Berusaha dan menyelesaikan tugas dengan tepat (3)
Siswa dapat memahami hasil belajarnya (4) Siswa diajak bekerja sama untuk menyatakan
kepada guru apa yang belum dipahami (5) Siswa mencoba mengkomunikasikan konflik (6)
Siswa didorong untuk berangkat meminta data yang berkaitan dengan pokok pembicaraan
lebih jauh (Suyono dan Hariyanto, 2012:210).
Program guruan adalah suatu pengaturan yang memberikan aturan atau arahan selama
waktu yang dihabiskan untuk latihan mengajar dan belajar (Nana Syaodih, 2009:5). Hal ini
juga diutarakan oleh Nasution (2006:5) yang menyatakan bahwa program guruan dipandang
sebagai suatu tatanan yang ditarik untuk bekerja dengan pengajaran dan pengembangan
pengalaman di bawah arahan dan kewajiban sekolah atau yayasan guruan dan personel
sekolahnya. Pada program guruan tahun 2013, terdapat beberapa mata pelajaran, salah
satunya adalah ujian sosial.
Ilmu Pengetahuan Sosial, yang sering diringkas sebagai IPS, adalah ilmu yang melihat
berbagai disiplin ilmu. Ilmu Pengetahuan Sosial digabungkan secara logis untuk memberikan
pengetahuan dan pemahaman yang mendalam kepada siswa, terutama pada tingkat dasar dan
opsional. Trianto (2010: 171) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah
koordinasi dari berbagai bagian Ilmu Pengetahuan Sosial, seperti ilmu manusia, sejarah,
topografi, masalah keuangan, masalah legislatif, regulasi, dan budaya. Ilmu Pengetahuan
Sosial digambarkan berdasarkan faktor-faktor nyata dan kekhasan sosial masyarakat yang
dicontohkan dalam metodologi interdisipliner dari perspektif dan bagian Ilmu Pengetahuan
Sosial. Penilian atau investigasi sangat penting untuk program guruan sekolah yang
bersumber dari substansi materi bagian-bagian Ilmu Pengetahuan Sosial, yaitu ilmu sosial
khusus, sejarah, geologi, aspek keuangan, politik, humaniora, penalaran, dan kebudayaan.
Sesuai BNSP (2006: 575) secara spesifik, mata kuliah Ilmu Pengetahuan Sosial
direncanakan agar siswa memiliki kemampuan untuk mengikuti: (1). Memahami ide-ide yang
terkait dengan kehidupan individu dan keadaan mereka saat ini, (2). Memiliki kapasitas
esensial untuk berpikir secara wajar dan mendasar, minat, permintaan, pemikiran kritis, dan
kemampuan dalam aktivitas publik, (3). Memiliki tanggung jawab dan kesadaran akan
kualitas sosial dan kemanusiaan, (4). Dapat menyampaikan, mengkoordinasikan dan bersaing
dalam budaya pluralistik, di tingkat lingkungan, publik dan di seluruh dunia.
Pada kenyataannya di lapangan masih banyak siswa yang malas untuk membaca
dengan teliti untuk menemukan materi pelajaran dalam pembelajaran ulangan, sehingga
siswa tidak dapat menumbuhkan wawasannya sendiri mengingat kesulitan dalam mengingat
materi yang diberikan dalam materi investigasi ramah yang muncul. Sekedar memberikan
hipotesis, siswa biasanya akan cepat lelah dan sisanya juga tidak ikut. secara efektif
mengambil bagian dalam pengalaman yang berkembang.
Hal-hal tersebut di atas apabila dibiarkan akan berdampak pada kurangnya pemahaman
siswa terhadap materi, ketidakpedulian terhadap latihan-latihan pembelajaran dan rendahnya
hasil belajar siswa. Akhirnya, belajar tidak bisa memberikan arti penting bagi siswa. siswa
sehingga pembelajaran akan terus menerus tanpa akhir dan hasil tidak sesuai dengan target
pembelajaran. Salah satu upaya yang sangat ingin kami lakukan adalah membuat latihan-
latihan pembelajaran yang dapat lebih mengembangkan hasil belajar siswa. Dalam latihan
belajar dan mengajar, yang utama adalah membuat ilustrasi sesuai kebutuhan siswa dan
sesuai kemampuan siswa. Indrawati dalam (Al-Tabani, 2015: 77) menyatakan bahwa suatu
pembelajaran biasanya akan lebih menarik jika diselenggarakan melalui model pembelajaran
yang menggabungkan kelompok penanganan data.
Dengan cara ini, untuk mengatasi masalah ini guru harus menemukan model
pembelajaran yang bodoh dan menerapkannya dalam ilustrasi ujian ramah. Alasan dipilihnya
model GIRANG adalah perpaduan dari tiga model yaitu Group Investigation, Cooperative
Integrated Reading and Composition, Number Head Together. Sesuai referensi Kata Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), pentingnya kata kepuasan adalah bahagia. Arti lainnya dari
kesenangan adalah kepuasan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan Aktivitas Guru
dan menganalisis siswa, kemampuan penalaran yang menentukan dan hasil belajar siswa.

Metode
Jenis penelitian yang digunakan adalah PTK. Penelitian tindakan kelas adalah suatu
jenis ujian yang bersifat refleksi atas pengaruh yang telah dilakukan guru selama
pembelajaran di ruang belajar dengan kerangka pelaksanaan yang metodis, tersusun,
situasional, dan logis untuk mencapai perluasan sifat pembelajaran (Muslich, 2014).
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Inti Pengambangan 3 Banjarmasin
Jl. Keramat Raya, RT.02/RW.01, Pengambangan, Kec. Banjarmasin Timur., Kota
Banjarmasin, Kalimantan Selatan 70237. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas IVB di SDN Inti Pengambangan 3 Banjarmasin tahun ajaran 2021/2022 yang berjumlah
13 siswa yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Objek penelitian ini
adalah perluasan inspirasi, kemampuan nalar menentukan dan perolehan hasil mata pelajaran
Sosiologi kelas IVB SDN Inti Pengambangan 3 Banjarmasin.
Unsur-unsur yang akan dipertimbangkan adalah aktivitas guru dengan 7 presepsi yang
dinilai, Aktivitas siswa dengan 6 presepsi yang dinilai, kemampuan nalar dengan 4 presepsi
yang dinilai dan selanjutnya adalah hasil belajar siswa merinci hasil belajar yang diperluas
selama mengikuti pembelajaran, dalam kelompok kerja siswa atau hasil siswa secara terpisah.
bebas selama pelaksanaan pembelajaran di kelas pada setiap pertemuan melalui penilaian tes
hasil belajar.
Jenis data yang diperkenalkan dalam penelitian ini adalah informasi kuantitatif dan data
Kualitatif yang terdiri dari: Data Kualitatif adalah informasi yang diperoleh dari persepsi
siswa terhadap latihan pembelajaran, Aktivitas guru, dan kemampuan penalaran yang
menentukan dalam melakukan penguasaan dengan menggunakan model pembelajaran
GIRANG. Informasi kuantitatif adalah informasi yang diperoleh dari hasil belajar siswa yang
menggunakan model pembelajaran GIRANG.
Data penelitian ini diperoleh dengan cara: Persepsi, prosedur ini digunakan untuk
memperoleh informasi tentang Aktivitas siswa dalam pembelajaran dan Aktivitas guru dalam
memanfaatkan model pembelajaran GIRANG di SDN Inti Pengambangan 3 Kota
Banjarmasin. Tes, strategi tes diselesaikan dengan memberikan uji coba hasil belajar kepada
siswa untuk mengetahui informasi kuantitatif sebagai hasil belajar siswa model pembelajaran
GIRANG di SDN Inti Pengambangan 3 Kota Banjarmasin.
Untuk mengetahui tanda-tanda kemajuan penelitian ini dalam hal ujian ini dinyatakan
efektif dengan standar penilaian atau pengaturan tanda-tanda pencapaian penelitian tindakan
kelas ini adalah: Aktivitas guru dalam pembelajaran diurutkan sebagai bermanfaat dengan
asumsi sampai pada skor pada lembar persepsi dengan rentang skor antara 22-28 dengan
klasifikasi sangat baik. Aktivitas siswa dikatakan meningkat jika pengamanan tindakan siswa
di tingkat tradisional seperti yang diperkirakan melalui strategi persepsi selama guruan dan
pengalaman guruan mencapai 80% dengan kelas yang sangat aktif. Keterampilan berpikir
kritis siswa dikatakan meningkat apabila dilihat dari indikator keterampilan berpikir kritis
siswa pada ketuntasan klasikal dianggap berhasil apabila siswa berkategori sangat terampil
mencapai ≥80% Hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran ini adalah jika ketuntasan
individual mencapai ≥65, sedangkan untuk ketuntasan klasikal apabila mencapai 80% nilai
siswa mendapat nilai ≥65.

Hasil Penelitian
Pengelolaan pembelajaran di kelas yang dilaksanakan oleh guru tentunya akan
berpengaruh pula terhadap kualitas aktivitas belajar siswa dan keterampilan berpikir kritis
serta hasil belajar siswa karena keterkaitan antara keempat aspek tersebut, yaitu aktivitas
guru, aktivitas siswa, keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Apabila aktivitas
guru terlaksana dengan baik, maka aktivitas siswa, keterampilan berpikir kritis serta hasil
belajar pun akan meningkat.
Pengelolaan pembelajaran di kelas yang dilakukan oleh guru tentunya akan
berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa, keterampilan berpikir kritis serta hasil belajar
siswa. Apabila aktivitas guru terlaksana dengan baik maka akivitas belajar, keterampilan
berpikir kritis dan hasil belajar akan menjadi lebih baik pula.
Berdasarkan hasil observasi dari keempat aspek tersebut selama 4 pertemuan terlihat
adanya kecenderungan peningkatan kualitas secara signifikan. Kecenderungan peningkatan
pada penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas IVB SDN Inti Pengambangan
3 Banjarmasin menggunakan model GIRANG pada tema 7 Indahnya Keragaman di
Negeriku, seperti berikut:
Guru dalam melaksanakan pembelajaran mencapai skor 27 dengan kualifikasi “Sangat
Baik” dan telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Peningkatan nilai ini
merupakan hasil kerjasama yang baik dari peneliti dengan observer. Semua penilaian
observer dapat dilaksanakan dengan baik pada setiap pertemuannya.
Dalam penelitian tindakan kelas ini terjadi peningkatan kualitas guru dalam kegiatan
pembelajaran dari pertemuan 1 hingga pertemuan 4 dan hal itu dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
No Pertemuan Skor Presentase
1 Pertemuan 1 20 71%
2 Pertemuan 2 22 79%
3 Pertemuan 3 25 89%
4 Pertemuan 4 27 96%
Berdasarkan hasil data diatas diketahui bahwa Pertemuan 1 mendapat skor 20 dengan
persentase 71% dengan kategori baik, selanjutnya pada pertemuan 2 guru meningkat
mendapat skor 22 dengan persentase 79% dengan kategori baik, pada pertemuan 3 guru
meningkat memperoleh skor 25 dengan persentase 89% dikategori sangat baik dan yang
terakhir pada pertemuan 4 guru meningkat mendapat skor 27 dengan persentase sebesar 96%
kategori sangat baik.
Kemudian hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam tema 7 Indahnya Keragaman
Negeriku pada siswa kelas IV SDN Inti Pengambangan 3 Banjarmasin menggunakan model
GIRANG seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
No Pertemuan Presentase
1 Pertemuan 1 54%
2 Pertemuan 2 69%
3 Pertemuan 3 85%
4 Pertemuan 4 92%
Peningkatan kegiatan aktivitas siswa ini terjadi karena dari tiap-tiap pertemuan
peneliti berusaha memperbaiki kekurangan atau kelemahan yang dimiliki dalam melakukan
pembelajaran agar kedepannya siswa turut berpartisipasi lagi dalam mengikuti setiap
pembelajaran dan menjadi lebih aktif. Dengan demikian, sudah terbukti guru mampu secara
optimal dalam melaksanakan proses pembelajaran dan mampu meningkatkan kinerja
aktivitas siswa sesuai dengan yang diharapkan.
Kemudian hasil observasi terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dalam tema 7
Indahnya Keragaman Negeriku pada siswa kelas IV SDN Inti Pengambangan 3 Banjarmasin
menggunakan model GIRANG seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
No Pertemuan Presentase
1 Pertemuan 1 54%
2 Pertemuan 2 69%
3 Pertemuan 3 85%
4 Pertemuan 4 92%
Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa ini terjadi karena dari tiap-tiap pertemuan
peneliti berusaha memperbaiki kekurangan atau kelemahan yang dimiliki dalam melakukan
pembelajaran agar kedepannya siswa turut berpartisipasi lagi dalam mengikuti setiap
pembelajaran dan menjadi lebih terampil. Dengan demikian, sudah terbukti guru mampu
secara optimal dalam melaksanakan proses pembelajaran dan mampu meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa sesuai dengan yang diharapkan.
Kemudian hasil observasi terhadap hasil belajar siswa dalam tema 7 Indahnya
Keragaman Negeriku pada siswa kelas IV SDN Inti Pengambangan 3 Banjarmasin
menggunakan model GIRANG seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Berdasarkan hasil pengamatan hasil belajar siswa selama 4 pertemuan pada aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik diperoleh informasi bahwa hasil belajar siswa dalam proses
pembelajaran saat menggunakan model GIRANG mampu mencapai indikator keberhasilan
yang ditetapkan oleh peneliti menunjukkan bahwa pemilihan model dan strategi
pembelajaran yang dilakukan oleh guru sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran
dan lebih meningkatkan hasil belajar siswa daripada pembelajaran biasa. Hal ini dapat dilihat
dari tabel ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal berikut:
No Pertemuan Afektif Kognitif Psikomotorik
1 Pertemuan 1 46% 46% 38%
2 Pertemuan 2 62% 69% 62%
3 Pertemuan 3 69% 77% 69%
4 Pertemuan 4 85% 100% 92%
Diketahui dari tabel diatas bahwa hasil dari pertemuan 1 dengan persentase 46%
siswa sudah tuntas dan 54% siswa yang masih tidak tuntas, pada pertemuan 2 meningkat
menjadi 69% siswa tuntas dan 31% siswa tidak tuntas, pada pertemuan 3 siswa yang tuntas
mencapai 77% sedangkan yang tidak tuntas hanya 23%, pada pertemuan 4 sudah semakin
meningkat menjadi 100% siswa tuntas dan tidak ada siswa yang tidak tuntas.
Selanjutnya kecendrungan peningkatan pembelajaran yang terjadi di setiap pertemuan dapat
dilihat pada grafik berikut:

100%
100% 96%
92% 92%
90% 89% 85%
85%
79% 92%
80%
71% 69% 85%
70% 69% 69% 77%
55% 69% 62% 69%
60%
54% 62%
50%
40%38% 46%
46%
30%
20%
10%
Hasil Belajar Kognitif Hasil Belajar Afektif
0% Hasil Belajar Psikomotorik Keterampilan Berpikir Kritis
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4
Aktivitas Siswa Aktivitas Guru

Dilihat dari grafik tersebut dapat ditarik kesimpulan anatara variabael yang satu
dengan yang lain saling berkaitan, dengan berhasilnya aktivitas guru dengan skor terakhir 27
dalam menjalankan model GIRANG sangat berpengaruh dalam peningkatan aktivitas siswa
dalam belajar sehingga mendapatkan klasikal 92% serta keterampilan berpikir kritis siswa
pun juga meningkat karena aktivitas siswa sudah berjalan dengan baik yang mana
keterampilan berpikir kritis siswa berada pada klasikal 92%, hal itu pula sangat berdampak
dengan hasil belajar pada siswa dimana klasikal hasil belajar siswa meningkat menjadi 100%.

Pembahasan
Pembahasan berdasarkan hasil pengamatan dan data yang diperoleh melalui observasi
yang telah dilakukan kemudian diuraikan sesuai dengan data yang diperoleh dilapangan, baik
mengenai aktivitas guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa terhadap tindakan
pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan model GIRANG pada siswa kelas IVB
SDN Inti Pengambangan 3 Kota Banjarmasin pada semester genap tahun ajaran 2021/2022.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVB yang berjumlah 13 orang yang terdiri dari 7
orang siswa laki-laki dan 6 orang siswa perempuan. Adapun hasil temuan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dapat diuraikan pembahasan sebagai berikut:
Aktivitas Guru
Aktivitas guru dengan menggunakan model pembelajaran GIRANG lebih ideal dalam
mempersiapkan persiapan dan melaksanakan kemajuan secara ideal. Kondisi ini
menunjukkan bahwa guru dapat menyelesaikan latihan-latihan pembelajaran idealnya
memanfaatkan model pembelajaran GIRANG sehingga terjadi peningkatan yang sangat
besar. Hal ini diperkuat dengan penilaian (Hamalik, 2013) yang menyatakan bahwa seorang
guru yang baik akan senantiasa berusaha memberikan pembelajaran yang baik untuk
kemajuan pembelajaran.
Perluasan Aktivitas guru yang terjadi karena refleksi dilakukan sehingga dalam
pengalaman yang berkembang pada setiap pertemuan guru umumnya berusaha untuk
mengatasi kesalahan dari pertemuan sebelumnya dan secara konsisten berusaha untuk bekerja
pada sifat pembelajaran yang diselesaikan baik sejauh memahami mengatur dan menciptakan
kondisi belajar yang ideal sehingga secara simultan dapat lebih mengembangkan latihan dan
kemampuan nalar tegas siswa. Hal ini didukung oleh penilaian Shoimin (2014, hlm. 21)
untuk bertahan atau mengatasi kesalahan atau kekurangan ini, penting untuk memiliki
pengembangan pembelajaran di setiap pertemuan sehingga siswa terdorong dan terlibat
secara efektif dengan guruan dan pengalaman yang berkembang di ruang kelas. Sesuai
dengan pandangan Hamalik (2015:161) yang mengatakan bahwa seorang guru yang baik
akan terus berusaha melakukan pembelajaran yang hebat untuk membuat kemajuan dalam
pembelajaran. Kemudian, pada saat itu, hal ini diperkuat oleh penilaian Suriansyah, dkk
(2014, hlm. 40) yang menyatakan bahwa untuk mencapai kemajuan dalam pembelajaran
sangat tergantung pada sifat guru dalam menyelesaikan pengalamannya.
Dalam pelaksanaan pengalaman guru di setiap pertemuan, guru mengambil peran
penting dalam memperluas tindakan. Menurut Aslamiah dan Agusta (2015:71) yang masuk
akal bahwa dalam pengalaman guruan yang telah dilaksanakan, guru berperan penting dalam
mendukung kemajuan pengalaman yang berkembang dengan sistem yang luar biasa.
Salah satu prestasi dalam pembelajaran dipengaruhi oleh guru. Guru merupakan bagian
yang mempengaruhi penggunaan prosedur pembelajaran di kelas (Suriansyah, dkk, 2014).
Dengan demikian, kecukupan pengalaman guruan terletak di pundak guru. Akibatnya,
kemajuan pengalaman guruan tidak sepenuhnya ditentukan oleh kualitas atau kapasitas guru.
Kemudian penilaian komparatif juga disampaikan oleh Suriansyah, Aslamiah, Sulaiman dan
Norhafizah (2014) yang menyatakan “bahwa dalam pengalaman guruan guru juga berperan
sebagai pengawas pembelajaran (director of learning), kelangsungan menunjukkan prestasi
terletak pada bahu seorang guru karena pembelajaran masih digantungkan pada hakikat
pembelajaran, terlebih lagi kapasitas guru”. Demikian pula kemajuan guru dalam penelitian
yang telah dilakukan guru tidak lepas dari latihan-latihan pembelajaran yang disampaikan
dengan menerapkan metodologi logis dalam program guruan 2013.
Sesuai dengan penegasan di atas, guru merupakan bagian penting dalam memutuskan
pelaksanaan suatu prosedur pembelajaran di ruang kelas. Suriansyah (2014)
merekomendasikan bahwa saat ini bagian guru benar-benar menentukan kemajuan
pengalaman yang berkembang. Salah satu hal yang paling menarik dalam program guruan
2013 adalah penekanan pada pembelajaran siswa yang aktif. Untuk situasi seperti ini, tugas
guru sangatlah besar dengan tujuan akhir mensukseskan tujuan guruan 2013 (Kurniasih:
2014).
Dalam tindakan pembelajaran ini, guru berperan sebagai fasilitator yang berusaha
menjadikan latihan pembelajaran berkelanjutan menjadi bermakna, bertenaga dan
menyenangkan, ditopang oleh sifat kerja guru yang menyadari sehingga mereka dapat
mengarahkan, memacu dan bekerja dengan kapasitas siswa sehingga mereka dapat melacak
wawasan mereka sendiri.
Pembelajaran juga diselesaikan dalam kelompok heterogen. Pembagian perkumpulan
tergantung pada orientasi, landasan sosial, ras dan kebangsaan. Melalui pembelajaran dalam
perkumpulan dapat memberikan pengertian bahwa setiap siswa harus memiliki pilihan untuk
bergaul dengan siapa saja, di mana saja dan kapan saja. Guru telah mempersiapkan siswa
untuk memiliki pilihan untuk bergaul dengan semua siswa yang memiliki berbagai yayasan.
Hal ini ditegaskan oleh (Siregar, 2011:115) yang mengatakan bahwa pemanfaatan
pembelajaran yang bermanfaat harus membidik pada konstruksi dan administrasi
pembelajaran. Hal ini biasanya ditemukan mengenai orientasi penyampaian, jumlah siswa di
kelas, dan prosedur tugas. Dengan demikian, semua siswa akan aktif dalam menyelesaikan
tugas dan akan memudahkan guru untuk mengawasi pembelajaran di ruang belajar.
Pembelajaran selesai juga dilengkapi dengan penemuan yang menggunakan metode logika
dimana siswa melakukan latihan 5M, yaitu memperhatikan (notcing), bertanya (addressing),
mengumpulkan data, mengolah data, dan menyampaikan. Pembelajaran ini dilakukan agar
kemampuan penalaran yang menentukan siswa dalam crement dan dapat membentuk
kemampuan siswa untuk secara efisien menangani suatu masalah. Hal ini sesuai dengan apa
yang diungkapkan (Berlin 2014) yang menyatakan bahwa alasan untuk memilih
menggunakan metodologi logis dapat bekerja pada kapasitas ilmiah, terutama kemampuan
menghitung permintaan yang lebih tinggi, dapat membingkai kemampuan untuk menangani
masalah secara efisien, dan dapat mempersiapkan diri. siswa dalam menyampaikan pikiran
(kesimpulan atau anggapan). pertengkaran), dan dapat menumbuhkan kepribadian siswa.
Latihan pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran GIRANG pada
pembelajaran ulangan ramah tamah topik 7 Keunikan Ragam Bangsa kelas IVB SDN Inti
Pengambangan 3 Banjarmasin sangat berpengaruh terhadap pembelajaran karena
pembelajaran dengan menggunakan model GIRANG dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa dan hasil belajar siswa. Perluasan Aktivitas guru dalam pengalaman guruan adalah
karena pengajar menggunakan model pembelajaran GI (Group Investigation) dimana model
ini memberikan masalah dalam suatu pertemuan dengan tujuan melatih siswa untuk
mengembangkan kemampuan berpikir bebas, menjawab masalah dan mengatasi masalah
serta kontribusi siswa yang aktif mulai dari tahap utama hingga batas terjauh dari contoh.
Dalam menangani masalah yang ada, diperlukan kemampuan penalaran dasar dan imajinatif
dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang diberikan.
Apalagi sesuai penilaian (Wahyuningsih, Sarwi, dan Sugianto, 2012) yang menyatakan
bahwa pemanfaatan model GI (Group Investigation) ampuh dalam memperluas Aktivitas
siswa dan hasil belajar mental.
Selain GI (Group Investigation), tentunya ada kebutuhan model korelatif, sehingga para
ahli menggunakan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition
(CIRC). Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
adalah model pembelajaran yang dirancang untuk mempersiapkan kemampuan siswa secara
terpadu antara membaca dan menelusuri pikiran utama dari suatu pembicaraan/materi dan
memberikan reaksi yang tenang. Melalui model ini, penemuan-penemuan ujian sosial yang
belakangan ini dianggap melelahkan dan segudang hipotesis dapat dikembangkan secara
efektif dan lebih tolol. Model pembelajaran ini dapat mempersiapkan siswa untuk berpikir
secara fundamental dengan cara membaca dengan teliti untuk menelusuri pokok pikiran suatu
pembicaraan/materi. Membiasakan menggunakan model Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC) dilakukan dengan membingkai tandan sehingga siswa dapat bekerja
sama dengan teman sekelas mereka untuk melacak pemikiran dasar suatu materi. Setiap
bagian Investigasi menyampaikan pemikiran/pemikirannya terhadap materi yang sedang
dibicarakan dan bertukar perasaan untuk menyelesaikan tugas Investigasinya.
Model pendukung dari kedua model tersebut adalah pemanfaatan model pembelajaran
Number Head Together untuk membuat siswa aktif, berpikir pada dasarnya, menarik
keuntungan siswa dalam pembelajaran dengan pembelajaran yang menyenangkan, dan lugas
materi. Menurut Syah, model pembelajaran Number Head Together dapat membuat siswa
aktif dalam belajar. Demikian pula menurut Permana (2016) model pembelajaran yang ramah
Number Head Together (NHT) dapat membuat siswa aktif dan dapat lebih mengembangkan
kemampuan penalaran tegas siswa, memperluas pemahaman siswa, memuaskan siswa dalam
belajar. Model pembelajaran Number Head Together (NHT) dalam jenis ini siswa dapat
berkonsentrasi dalam berkumpul, bekerja sama untuk menggabungkan pemikiran siswa dan
berangkat untuk menawarkan sudut pandang mereka di depan kelas yang akan memperluas
inspirasi siswa untuk belajar dan aktif dalam pengalaman guruan ( Mulyana, Hanifah, dan
Jayadinata, 2016).
Hal ini jelas terkait dengan pelaksanaan program guruan 2013 yang merupakan salah
satu komponen dalam ujian ini, tugas guru sangat penting untuk kemajuan pengalaman yang
berkembang. Peran guru dalam pengalaman yang berkembang adalah sebagai penghubung,
motivasi, sumber, koordinator, inspirasi, inisiator, fasilitator, pemandu, demonstrator, ketua
kelas, perantara, manajer dan evaluator. (Djamarah, 2013).
Dari klarifikasi di atas, cenderung terlihat bahwa Aktivitas guru dalam melaksanakan
model pembelajaran campuran GIRANG telah selesai dengan baik pada setiap pertemuan.
Hal ini akan membuat siswa tergugah untuk bekerja sama, berkelompok, bergerak,
berdiskusi, mengarahkan penyelidikan, menyampaikan pemikiran dan kesimpulan.
Hasil penelitian dengan menggunakan model pembelajaran GIRANG diperkuat dengan
penelitian lainnya, yaitu : M. Rayzaldi Sukma, Akhmad Riandy Agusta dan Diani Ayu
Pratiwi (2019) dengan penelitian mereka pada Pengembangan Lebih Lanjut Kemampuan
Perusing Cognizance dalam Menemukan Data Menggunakan Model Cooperative Integrated
Reading and Composition (CIRC), Number Head Together (NHT) dan Course Review Horay
(CRH) untuk Siswa Kelas IVB di SDN Gambut 2, Rezim Banjar beranggapan bahwa model
Agreeable Coordinated Perusing and Structure (CIRC), Number Head Together (NHT) dan
Course Review Horay (CRH) dapat lebih mengembangkan gerakan guru, tindakan siswa, dan
pembelajaran. hasil.
Aslamiah dan Pratiwi (2013) dengan penelitiannya pada Pengembangan Lebih Lanjut
Hasil Pembelajaran PKN pada Materi Pilihan Bersama Melalui Model Pembelajaran
Bermanfaat (GI) Berubah dengan Model Snowball Trowwing dan Media Umum pada Siswa
Kelas IV SDN Pekauman 1 Banjarmasin menduga bahwa Model Pembelajaran Group
Investigation (GI) Varietas dengan Model Snowball Trowwing dan Media Umum dapat
meningkatkan gerak guru, tindakan siswa, dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan penjelasan dan dukungan pemeriksaan di atas, ditunjukkan bahwa
penggunaan Model GIRANG dalam Aktivitas guru dapat melatih kemampuan siswa untuk
berpikir secara mendasar, mengatasi masalah, bekerja sama dalam percakapan dan
menangani masalah.
Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa dalam menyelesaikan membiasakan penggunaan model pembelajaran
GIRANG dalam pembelajaran ujian persahabatan mata pelajaran 7 keragaman di Negeriku
umumnya meningkat sehingga mencapai indikator yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan
bahwa pemanfaatan perpaduan model pembelajaran tersebut dapat membuat siswa aktif
selama pengalaman yang berkembang.
Dalam program guruan 2013, siswa diharapkan dapat terlibat secara efektif dan berpikir
secara mendasar. Sesuai Kurniasih (2014), merekomendasikan bahwa dalam program guruan
2013 siswa lebih didesak untuk memiliki tanggung jawab mengenai iklim, relasional,
relasional, dan kemampuan penalaran yang menentukan. Hal ini sesuai dengan penilaian
Rusman (2013:323), memahami bahwa pembelajaran akan lebih signifikan dengan asumsi
siswa diberi kesempatan untuk mengikuti latihan pembelajaran yang berbeda, sehingga siswa
dapat menyadari kapasitasnya di dalam dan di luar kelas.
Suriansyah, dkk (2014:217) mengatakan bahwa siswa menjadi aktif sejak mereka
berperan dalam pembelajaran di kelas. Dengan cara ini dapat dikatakan bahwa untuk
meningkatkan gerakan siswa, siswa harus bertindak sebagai subjek pembelajaran, bukan
objek pembelajaran.
Kemajuan guru dalam mengembangkan Aktivitas siswa juga tidak dapat dipisahkan
dari pengaturan dan pelaksanaan penjemputan yang ideal. Hal ini juga diperkuat oleh
Peraturan No. 14 Tahun 2005 Pasal 19 tentang Guru dan Penutur, secara khusus dalam
melaksanakan kewajiban cakap, guru berkewajiban merancang pembelajaran yang bermutu,
dan menilai hasil pembelajaran.
Dengan model pembelajaran GIRANG, para analis unggul dalam hal memperluas
pergerakan siswa selama pengalaman yang berkembang. Pakar berpendapat bahwa penentuan
model pembelajaran merupakan salah satu model pembelajaran yang menekankan gerakan
siswa dan dapat menyebabkan siswa berperan secara efektif. Perpaduan model pembelajaran
ini menonjolkan dukungan siswa selama waktu yang dihabiskan data urusan sosial dalam
meneliti, kerjasama, surat menyurat, kepastian, animasi dalam bergerak, dan mempersiapkan
kemampuan penalaran siswa.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2017)
tentang penerapan pembelajaran Group Investigation (GI) untuk meningkatkan prestasi dan
keaktifan siswa materi statistika. Penelitian ini memperoleh kesimpulan bahwa penerapan
model pembelajjaran Group Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar dan
keaktifan siswa.
Hasil Penelitian Lucia Venda Christina & Firosalia Kristin (2016) yang berjudul
“Efektivitas Model Pembelajaran Tipe Group Investigation (GI) dan Cooperative Integrated
Reading and Composition (CIRC) Dalam Meningkatkan Kreativitas Berpikir Kritis dan Hasil
Belajar IPS Siswa Kelas 4” Model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated
Reading and Composition (CIRC) merupakn model pembelajaran yang bertujuan untuk
melatih kemampuan siswa secara terpadu antara membaca dan menemukan ide pokok suatu
wacana/materi dan memberikan tanggapan secara tertulis. Melalui model tersebut
pembelajaran IPS yang tadinya dianggap membosankan dan banyak teori dapat dipelajari
dengan mudah dan lebih menyenangkan. Model pembelajaran ini akan melatih siswa untuk
mampu berpikir kritis dengan membaca untuk menemukan ide pokok dari suatu
wacana/materi. Pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Integrated Reading
and Composition (CIRC) dilakukan dengan cara membentuk kelompok agar siswa mampu
bekerjasama dengan teman satu kelompoknya untuk menemukan suatu ide pokok suatu
materi. Setiap anggota kelompok menyampaikan ide/gagasannya mengenai suatu materi yang
sedang dibahas dan saling bertukar pendapat untuk menyelesaikan tugas kelompoknya
Berdasarkan hal tersebut, terbukti penggunaan Model GIRANG dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam berpikir kritis, pemecahan masalah, bekerjasama dalam diskusi
serta pemecahan masalah.
Keterampilan Berpikir Kritis
Kemampuan penalaran tegas siswa dalam penguasaan materi 7 Keragaman di Negeriku
dengan memanfaatkan model pembelajaran GIRANG di kelas IVB SDN Inti Pengambangan
3 Kota Banjarmasin telah mencapai langkah gaya lama, hampir semuanya berbakat.
Upaya guru dalam mempersiapkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah dengan
mengarahkan dan membimbing mereka untuk terlibat secara efektif dengan percakapan
kelompok sehingga siswa dapat membentuk masalah, tindakan pembentukan masalah ini
dapat mempersiapkan siswa untuk menemukan titik dan siswa mencari cara untuk menangani
masalah. diberikan oleh guru, untuk lebih mengembangkan kemampuan penalaran yang
menentukan siswa. . Menurut Chief (2010:5) sebagaimana dikutip oleh Dahana (2017)
individu yang memiliki kemampuan penalaran yang menentukan diharapkan memiliki pilihan
untuk membedah dan berpikir secara bijaksana atas suatu masalah yang dihadapinya, hal ini
karena apa yang dikomunikasikan pada saat itu pasti sudah tersampaikan.
Menurut Krulik dan Rudnick sebagaimana dikutip oleh Nisa, Koestiari, Habibbulloh,
dan Jatmiko, (2018) penalaran tegas adalah perspektif yang memeriksa, menghubungkan, dan
menilai semua bagian dari keadaan masalah, termasuk kapasitas untuk mengumpulkan data,
mempertahankan, memecah keadaan, baca dan pahami. selanjutnya, membedakan apa yang
diperlukan.
Dalam pembelajaran ini guru juga melibatkan siswa dalam mengajukan dan
menanggapi pertanyaan, ini bertujuan untuk membuat siswa berpikir secara mendasar baik
saat menjawab pertanyaan maupun mengajukan pertanyaan. Guru juga mengikutsertakan
siswa dalam membedakan anggapan, sehingga siswa dapat memilih asumsi yang diperoleh
sehingga siswa dapat memperoleh tujuan yang dapat diselesaikan setelah selama percakapan
berpikir kritis.
Dalam pengalaman guruan guru mengikutsertakan siswa dalam bekerja sama dengan
orang lain, hal ini dimaksudkan agar siswa dapat memberikan data atau penilaian kepada
orang lain dan bertukar perasaan dalam menangani masalah yang diberikan oleh pengajar.
Selain itu, untuk membuat siswa berpikir secara mendasar, guru juga memasukkan siswa
dalam latihan penilaian, menunjukkan bahwa siswa dapat menilai pernyataan orang lain atau
sudut pandang mereka sendiri berdasarkan fakta atau bukti. Sesuai dengan Johnson (2010, p.
185) sebagaimana dikutip oleh Wulandari (2015) penalaran yang menentukan adalah siklus
efisien yang memungkinkan siswa untuk membentuk dan menilai keyakinan dan kesimpulan
mereka sendiri.
Dari penjelasan di atas, cenderung terlihat bahwa kemampuan penalaran tegas siswa
dalam mengikuti pengalaman yang berkembang menggunakan model GIRANG semakin
berkembang.
Penilaian ini diperkuat oleh Suprijono (2015) dalam Novita, Sarkadi, dan Maksum
(2020) model pembelajaran ujian kumpul merupakan salah satu model pembelajaran yang
menyenangkan yang bekerja dengan siswa dalam berkonsentrasi dalam berkumpul untuk
mengurus masalah yang diberikan kepada siswa sehingga siswa dapat berpikir secara
mendasar. Sesuai penilaian Lestari, Cahyono, dan Awaluddin (2019) model pembelajaran
Group Investigation dapat membuat siswa efektif dikaitkan dengan pengalaman yang
berkembang karena pembelajaran terfokus pada siswa dan dapat membuat siswa berpikir
secara mendasar.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dipimpin oleh Supriyanto dan Mawardi
(2020), Kumbaraningtyas, dkk (2019). Berdasarkan hal tersebut, terbukti bahwa penggunaan
model GIRANG dapat melatih kemampuan siswa dalam berpikir kritis, berpikir kritis,
bekerja sama dalam percakapan dan berpikir kritis.
Hasil Belajar
Mempelajari hasil belajar dalam pembelajaran pada mata pelajaran pembelajaran pada
topik 7 Keragaman di Negeriku untuk penilaian dengan memanfaatkan perpaduan model
pembelajaran GIRANG di kelas IVB SDN Inti Pengambangan 3 Banjarmasin telah mencapai
indicator yang ditetapkan. Peningkatan ini tidak terlepas dari tugas guru yang umumnya
menilai dan mempertimbangkan latihan pembelajaran pada setiap pertemuan.
Mengerjakan hakikat memperoleh hasil tidak dapat dipisahkan dari tugas guru dalam
latihan-latihan pembelajaran. Memberikan penjelasan yang logis dan sangat lugas oleh siswa
adalah teknik yang harus terus dilakukan selama latihan belajar dan belajar di mana saja dan
kapan saja. Ketika siswa telah memahami gambaran keseluruhan dari contoh, guru
memberikan panduan kepada siswa untuk melacak ide-ide dari masalah ilustrasi yang
relevan. Hasil belajar yang dikembangkan lebih lanjut juga dihasilkan oleh pendekatan
pembelajaran yang bermanfaat, di mana siswa berlatih untuk saling menguji dan memberikan
pendapat mereka kepada kelompok. Ini adalah contoh kualitas. Sejauh pembelajaran, siklus
lebih diprioritaskan daripada hasil (Suriansyah, dkk, 2014).
Nasution (Kunandar, 2013:276) berpendapat bahwa hasil belajar adalah perubahan
dalam belajar individu, sehubungan dengan informasi, tetapi juga membentuk kemampuan
dan apresiasi pada orang yang belajar. Kemudian hasil belajar menurut Nawawi (Susanto,
2013:5), hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat kemajuan siswa dalam berkonsentrasi
pada topik di sekolah yang dikomunikasikan dalam skor yang didapat dari hasil tes untuk
mengetahui sejumlah topik tertentu. Untuk melihat apakah hasil belajar yang dicapai sudah
sesuai dengan tujuan ideal, dapat diketahui dengan baik melalui penilaian. Hasil siswa dalam
memperoleh materi pembelajaran ini juga tidak dapat dibedakan dari pekerjaan seorang guru.
Menurut Susanto (2013:13), guru dalam pengalaman yang berkembang memegang peranan
penting.
Tugas guru dalam pembelajaran tentunya sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Mulai dari latihan dasar dalam mempersiapkan diri secara sungguh-sungguh dan intelektual
dalam mengelola siswa, mendapatkan contoh-contoh yang akan dididik hingga meminta
siswa untuk memikirkan bagaimana mereka dapat memaknai pembelajaran yang diberikan.
Perpaduan model pembelajaran ini juga diubah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
mengantisipasi bahwa prosedur pembelajaran harus menemukan keberhasilan yang
sebenarnya dan membawa siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Seperti yang dikatakan oleh Sumantri (2015:5) bahwa menyampaikan target pembelajaran
kepada siswa sangat penting, karena tujuan tersebut harus tercapai setelah pembelajaran
selesai. Gerakan terakhir, guru menilai apa yang telah direalisasikan. Hal ini sesuai dengan
penilaian yang disampaikan oleh Sumantri (2009) yang menyatakan “penilaian sangat vital
dan benar-benar diperlukan bahkan merupakan salah satu bagian yang merupakan prasyarat
yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pembelajaran”. Hal ini juga sesuai dengan penilaian
tersebut, Djamarah (2010) menyatakan bahwa “penilaian adalah suatu tindakan yang
dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang sejauh mana siswa efektif dalam belajar dan
hasil guru dalam mengajar”.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa pemanfaatan model
pembelajaran GIRANG dalam pengalaman guruan dapat lebih mengembangkan hasil belajar
siswa. Konsekuensi dari penelitian ini didukung oleh berbagai pemeriksaan yang diarahkan
oleh:
Purnama (2017) dalam penelitiannya untuk mengembangkan lebih lanjut hasil
pembelajaran IPS untuk perjuangan kemerdekaan menggunakan model campuran ujian
kumpul dengan kepala bernomor bersama dan diubah dengan model kursus survei horay pada
siswa kelas 5 di SDN 1 Cempaka Kota Banjarbaru , diduga penggunaan model blend
menunjukkan hasil belajar siswa. Siklus I pertemuan 1 sebesar 33,33%, berkembang pada
siklus I pertemuan 2 menjadi 46,67%. Kemudian pada pola kedua pertemuan 1 sebesar
66,67% dan meningkat pada pola kedua pertemuan 2 menjadi 86,67%.
Dewi., Iswari., Susanti., dan Supriyanto (2012) dari Perguruan Tinggi Negeri Semarang
dalam pelatihan e-Diary Unnes Diary of Science tentang pemanfaatan model ujian kumpul
terhadap hasil belajar materi substansi yang diduga model pembelajaran GI dapat diterapkan
untuk lebih mengembangkan hasil belajar dan tindakan siswa pada bahan sintetik dalam
makanan.

Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai berikut:
Aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model GIRANG
pada siswa kelas IVB SDN Inti Pengambangan 3 Kota Banjarmasin sudah terlaksana sesuai
dengan langkah-langkah model dengan kriteria sangat baik. Aktivitas siswa dalam
pembelajaran dengan menggunakan model GIRANG pada siswa kelas IVB SDN Inti
Pengambangan 3 Kota Banjarmasin mengalami peningkatan sehingga mencapai kriteria
klasikal hampir seluruhnya aktif. Keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran dengan
menggunakan model GIRANG pada siswa kelas IVB SDN Inti Pengambangan 3 Kota
Banjarmasin mengalami peningkatan sehingga mencapai kriteria klasikal hampir seluruhnya
terampil. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model GIRANG
pada siswa kelas IVB SDN Inti Pengambangan 3 Kota Banjarmasin mengalami peningkatan
sehingga mencapai ketuntasan hasil belajar secara klasikal dan individu.

Anda mungkin juga menyukai