PENDAHULUAN
yang harus dimiliki oleh sumber daya manusia berkualitas pada abad 21
(Partnership for 21st Century, 2008: 13). Kemampuan berpikir kritis merupakan
pendidikan untuk memperoleh skor yang tinggi, melainkan juga digunakan untuk
berpikir kritis peserta didik menjadi sangat penting di setiap jenjang pendidikan.
Kemampuan berpikir kritis peserta didik perlu dikontruksi melalui aktivitas dan
Biologi.
skor bidang Sains adalah 403 dan masih berada di bawah rerata OECD.
1
(TIMSS) yang dilakukan oleh International Association for the Evaluation of
45 dari 48 negara dengan skor 397. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan
berpikir peserta didik masih rendah bermuara pada rendahnya hasil belajar peserta
didik. Berdasarkan hasil survei tersebut dapat dikatakan bahwa mayoritas peserta
didik Indonesia hanya memiliki kemampuan berpikir tingkat rendah atau Low
Order Thinking Skills (LOTS), bukan High Order Thinking Skills (HOTS).
Peserta didik diberi kebebasan dalam mengkonstuk pemikiran dan temuan selama
guru ke peserta didik, melainkan pemberian stimulan kepada peserta didik agar
2
inovatif dan kreatif sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung aktif,
efektif dan menyenangkan. Menurut Sani (2017: 76), ada beberapa model
problem based learning, serta project based learning. Juga diketahui bahwa
instrumen penilaian yang digunakan belum berorientasi dan terukur pada High
Order Thinking Skills (HOTS). Soal-soal yang sering digunakan masih berada
pada Low Order Thinking Skills (LOTS). Peserta didik belum terbiasa
skills) termasuk kemampuan berpikir kritis. Sebagian besar siswa yang mengikuti
pembelajaran Biologi kelas X, nilai yang diperoleh belum memenuhi nilai KKM
peserta didik maka akan lebih mudah bagi mereka untuk memahami isi pelajaran.
3
Pengaitan materi pembelajaran dengan lingkungan sekitar membuat pembelajaran
Keeeley (2018), ketika peserta didik terbiasa menjadi pembelajar pasif hanya
dengan menghafal dan mengingat informasi, maka akan sulit untuk melibatkan
kritis siswa (McDonald, 2017: 79). Oleh karena itu, pembelajaran materi
learning). Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang mana
siswa belajar melalui penyelesaian masalah yang realistis, umum, dan penting,
komplek serta open ended problem. Masalah-masalah ini adalah masalah dunia
nyata dan harus dipecahkan dengan menerapkan beberapa konsep dan prinsip
(Sani, 2016: 130-131; Ali, 2019: 73). Masalah nyata yang digunakan pada PBL
4
menstimulasi siswa untuk membangun pengetahuan baru secara aktif yang mana
2005: 734). Menurut hasil penelitian Surya, dkk. (2014: 144), PBL dapat
dan mengevaluasi solusi yang diterapkan. Dalam hal ini siswa benar-benar dilatih
penelitian yang dilakukan oleh Orozco & Yangco (2016: 2), bahwa PBL dapat
Biologi.
pengaturan diri (self regulation). Menurut Ennis (1985: 46), kemampuan berpikir
5
mempertimbangkan definisi, 10) mengidentifikasi asumsi, 11) menentukan suatu
tindakan, 12) berinteraksi dengan orang lain. Dalam penelitian ini pengukuran
mengidentifikasi akar penyebab masalah disebut root cause analysis tools. Salah
satu root cause analysis tools adalah fishbone diagram (FD) atau cause effect
diagram (CED).
menemukan penyebab yang sudah diketahui pasti, maka tindakan atau solusi dari
6
sebuah permasalahan yang mereka pilih lebih mudah dilakukan dan siswa dapat
diskusi lebih terarah pada masalah dan penyebabnya sedangkan pada penggunaan
ini sejalan dengan pendapat Asmoko (2013: 1), proses menganalisis masalah akan
menjadi lebih mudah jika masalah diilustrasikan dalam suatu diagram atau
mempelajari ilmu alamiah maka harus disertai sikap ilmiah. Sikap ilmiah berarti
7
langkah-langkah ilmiah. Peserta didik perlu dilatih untuk mengembangkan sikap
ilmiahnya.
pada kegiatan menghafal dan mengingat informasi dari buku teks serta
sehingga pengembangan sikap ilmiah peserta didik belum dioptimalkan. Selain itu
guru juga belum pernah menyusun instrumen penilaian sikap ilmiah serta
sesuai. Oleh karena itu diperlukan instrumen yang sesuai untuk mengukur sikap
140) yakni, 1) sikap ingin tahu (curiosity), 2) sikap respek terhadap data (respect
8
diukur dibatasi pada tujuh dimensi antara lain 1) memiliki rasa ingin tahu atau
kuriositas yang tinggi, 2) sikap respek terhadap data/fakta, 3) sikap refleksi kritis,
sikap ketekunan, 7) sikap peka terhadap lingkungan sekitar. Setiap sintaks dalam
2012: 411). Menurut Agustina, dkk. (2017: 146), peserta didik yang mempunyai
sikap ilmiah apabila dihadapkan pada permasalahan maka akan terangsang untuk
tahu lebih lanjut mengenai apa, bagaimana, dan mengapa masalah itu dapat
ekperimen melalui PBL meningkat dikarenakan peserta didik belajar untuk aktif,
dan dituntut untuk memahami konsep baru terhadap suatu permasalahan yang
kebenarannya perlu dibuktikan, hal inilah yang dapat membantu peserta didik
9
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah peserta didik SMA kelas X.
B. Identifikasi Masalah
1. Kemampuan berpikir kritis peserta didik Indonesia masih rendah dalam skala
capaian dari tahun ke tahun masih pada level rendah diantara negara lain. Hal
berpikir kritis.
4. Peserta didik cenderung menghafal konsep dan teori sehingga peserta didik
berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah dan sikap ilmiah kurang
10
dapat menstimulasi peserta didik agar mampu mengembangkan kemampuan
dan belum terukur pada kemampuan berpikir kritis serta sikap ilmiah sehingga
keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skills). Oleh karena
sikap ilmiah.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan dari hasil identifikasi masalah, maka peneliti dalam hal ini
membatasi masalah yang akan diteliti. Hal ini dimaksudkan agar penelitian
menjadi fokus dan terarah pada masalah yang akan diteliti. Adapun yang akan
diteliti yaitu kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa SMA Negeri 1
11
D. Rumusan Masalah
yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
terhadap kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah peserta didik SMA
kritis dan sikap ilmiah peserta didik SMA kelas X pada materi perubahan
lingkungan?
kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa SMA kelas X pada
E. Tujuan Penelitian
kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa SMA kelas X materi
perubahan lingkungan.
12
3. model pembelajaran yang paling efektif terhadap peningkatan kemampuan
berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa SMA kelas X pada materi perubahan
(5M).
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini meliputi dua hal, yaitu manfaat praktis dan
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
b. Bagi Guru
c. Bagi Sekolah
13
pembelajaran serta teknik pembelajaran yang tepat agar kemampuan tersebut
d. Bagi Peneliti
2. Manfaat Teoritik
kepustakaan ilmiah.
dan sikap ilmiah siswa kelas X pada materi perubahan lingkungan serta
permasalahan sejenis.
14