Anda di halaman 1dari 8

PBL ( PROBLEM BASED LEARNING ) Dalam Meningkatkan

Kreativitas Peserta Didik

Kelompok ll :

1. Anisa Alifyani Mastur (210303031)

2. Puput Papalia (210303022)

Institusi Agama Islam Ambon Prodi Pendidikan Matematika

Tahun 2022
PENDAHULUAN

Pada dasarnya hakikat pendidikan merupakan syarat mutlak dalam pengembangan


sumber daya manusia untuk mencapai cita-citanya. Dari pendidikan ini dapat dibentuk
manusia yang berkemampuan dalam memenuhi kebutuhannya serta bermafaat bagi dirinya,
orang lain maupun bangsanya.
Paradigma pendidikan saat ini menuntut agar sumber daya manusia memiliki
kemampuan berpikir yang melibatkan penalaran tingkat tinggi yang dilamnya terdapat
kemampuan penalaran yang logis, cermat,sistematis, kritis dan juga kreatif dalam
memecahkan permasalahan. Kemampuan-kemampuan ini dapat dikembangkan lagi melalui
pembelajaran matematika yang merupakan suatu usaha agar manusia dapat mengembangkan
dirinya. Tujuan utama dalam pembelajaran matematika ialah meningkatkan daya pikir siswa
serta melatih siswa dalam mencari solusi untuk memecahkan suatu permasalahan. Hal ini
sesuai dengan Kemendikbud 2013 yaitu (1) meningkatkan kemampuan intelektual khususnya
kemampuan tingkt timnggi sisa, (2) Membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan
suatu masalah secara sistematis, (3) memperoleh hasil belajar yang tinggi, (4) Melatih siswa
dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis karya-karya ilmiah dan, (5)
pengembangan karakter siswa.
Kemampuan berpikir merupakan suatu proses dalam menemukan suatu tujuan secara
sistematis, analitik, kritis dan kreatif.
Pendidikan saat ini dihadapi dengan permasalahan-permasalaan yang begitu kompleks
dan beragam. Belum lagi dengan kurikulum yang setiap tahunnya berganti dan butuh
penyesuaian untuk kurikulum- kurikulum baru. Namun dalam hal ini perubahan kurikulum di
sesuaikan dengan kebutuhan perkembangan zaman yang serba dinamis, berkembang dan
semakin maju.
Dalam membentuk manusia yang berkemampuan
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang di gunakan adalah studi literatur dengan mecari hasil-hasil dari
sumber-sumber tertulis yang valid, berupa jurnal-jurnal dan artikel maupun dokumen-
dokumen yang relevan dengan permasalahan yang di kaji. Sehingga informasi yang di terima
dari studi kepustakaan ini di jadikan pedoman atau rujukan untuk memperkuat argumentasi-
argumentasi yang ada.
Penulis memperoleh data dari sumber informasi penelitian yang di lakukannya. Data yang di
peroleh di olah menjadi suatu informasi yang bermanfaat bagi pembaca. Penelitian ini
menggunakan pendekatan studi pustaka , artinya data yang di gunanakan adalah data
sekunder.
Teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penilitian ini adalah studi pustaka teknik
simak, khususnya teknik catat. Teknik catat adalah salah satu teknik pengumpulan data melalui
jurnal penelitian, artikel, dokumen-dokumen, literatur atau bahkan pustaka lainnya, lalu
kemudian di catat catat kembali sebagai sebuah kutipan dalam hasil penelitian baru.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Model Problem Based Learning (PBL) dalam meningkatkan kreatifitas berfikir
Menurut Putra(2013:82-83), model pembelajaran PBL memiliki beberapa kelebihan yaitu:
(1) peseeta didik lebih memahami konsep yang di ajarkan lantaran mereka yang menemukan
konsep tersebut, (2) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam memecahkan masalah dan
menunutuk keterampilan berfikir peserta didik yang lebih tinggi, (3) pengetahuan tertanam
berdasarkan skemata yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga pembelajaran lebih bermakna,
(4) peserta didik dapat merasakan manfaat pembelajaran, karena masalah-masalah yang di
selesaikan langsung di kaitkan dengan kehidupan nyata. Hal ini bisa meningkatkan motivasi dan
ketertarikan peserta didik terhadap bahan yang di pelajarinya, (5) menjadikan peserta didik
lebih mandiri dan dewasa, mampu menerima aspirasi dan pendapat orang lain, serta
menananmkan sikap sosial yang positif dengan peserta didik lainnya, (6) pengondisian peserta
didik terhadap kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajaran dan temannya,
sehingga pencapaian ketuntasan belajar peserta didik dapat di harapkan, (7) model Problem
Based Learning (PBL) diyakini pula dapat menumbuh kembangkan kemampuan kreatifitas
peserta didik, baik secara individual maupun kelompok, karena hampir di setiap langkah
menuntut adanya keaktifan peserta didik.
Hastuti (2011:105) mengatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah memberikan suatu
lingkungan pembelajaran dengan masalah yang menjadi basisnya, artinya pembelajaran dimulai
dengan masalah yang harus dipecahkan.
Arends (2012: 396) mengemukakan bahwa bahwa esensi dari model pembelajaran
berbasis masalah adalah menghadapkan siswa pada masalah yang autentik dan bermakna bagi
siswa serta mendorong siswa melakukan kegiatan investigasi dan penemuan. Hal ini berarti
model pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk aktif dalam memecahkan
masalah untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
Cheong (2008:47) menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah merupakan
pembelajaran yang berpusat pada siswa yang difokuskan pada proses belajar siswa dan apa
yang mereka lakukan dan mereka capai.
Bagaimana model ini pengerjaannya berupa pemberian masalah terhadap siswa. Masalah-
masalah yg di berikan tentunya adalah masalah yang faktual, orisinal, real yg di mana masalah
tersebut dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk melakukan suatu progres atau tindakan.
Sejalan dengan itu, langkah-langkah model pembelajaran PBL juga diungkapkan Suprijono
(2012: 74) yaitu (1) Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa, pada tahap
ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran, mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik
penting dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah; (2)
Mengorganisasi siswa untuk belajar, pada tahap ini guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahnya; (3) Membantu
investigasi mandiri dan kelompok, pada tahap ini guru mendorong siswa untuk mendapatkan
informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan solusi; (4)
Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit atau mengembangkan dan
menyajikan hasil karya, pada tahap ini guru membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan artefakartefak yang tepat, seperti laporan, rekaman video, dan model-model serta
membantu mereka untuk menyampaikan kepada orang lain; dan (5) Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah, pada tahap ini guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan.
Menurut Fogarty (dalam Rusman, 2012:243) PBL dimulai dengan masalah yang tidak
terstruktur-sesuatu yang kacau. Dari kekacauan ini siswa menggunakan berbagai
kecerdasannya melalui diskusi dan penelitian untuk menentukan isu yang ada. Langkah-langkah
yang akan dilalui oleh siswa dalam sebuah proses PBL adalah: (1) menemukan masalah; (2)
mendefinisikan masalah; (3) mengumpulkan fakta; (4) pembuatan hipotesis; (5) penelitian; (6)
rephrasing masalah; (7) menyuguhkan alternatif; dan (8) mengusulkan solusi.Lingkungan belajar
yang harus disiapkan dalam PBL adalah lingkungan belajar yang terbuka, menggunakan proses
demokrasi, dan menekankan pada peran aktif siswa. Seluruh proses membantu siswa untuk
menjadi mandiri dan otonom yang percaya pada keterampilan intelektual mereka sendiri.
Lingkungan belajar menekankan pada peran sentral siswa bukan pada guru. suatu progres atau
tindakan.

Munandar (2017:113)

indikator berfikir kreatif merupakan suatu uraian terperinci mengenai krearltifitas. dimana
terdapat 4 point yang jika dilihat maka akan nampak bahwasanya setiap point dapat memberikan ide-
ide tersendiri dalam peningkatan kretifitas pada siswa
PBL( Problem Based Learning ) Dalam Meningkatkan Kreativitas Berfikir Siswa

Semiawan (2010:14) mengemukakan bahwa kreativitas adalah kemampuan menghasilkan bentuk


baru dalam seni atau dalam pemesinan atau dalam memecahkan masalah-masalah dengan metode-
metode baru.
Santrock (2011:310) a mendefinisikan kreatif sebagai kemampuan untuk memikirkan sesuatu
dengan cara-cara yang baru dan tidak biasa dan melahirkan suatu solusi yang unik terhadap masalah-
masalah.
Suryadi dan Herman (2008) menjelaskan bahwa kemampuan berpikir kreatif merupakan suatu
proses berpikir untuk mengungkapkan hubungan-hubungan baru, melihat sesuatu dari sudut pandang
baru, dan membentuk kombinasi baru dari dua konsep atau lebih yang sudah dikuasai sebelumnya.
Kemampuan berpikir kreatif membantu peserta didik menciptakan ide-ide baru berdasarkan
pengetahuan yang telah dimiliki untuk menyelesaikan permasalahan dari sudut pandang yang berbeda.
Sani ( 2014:15) mengemukakan bahwa berpikir kreatif merupakan kemampuan mengembangkan
ide yang tidak biasa, berkualitas, dan sesuai tugas.
Jadi berfikir kreatif merupakan sekumpulan ide-ide ya di dapatkan dan pengimplementasiannya di
sajikan dalam bentuk yg unik atau ide penyelesaian dari suatu permasalahan yang tidak biasa pada
umumnya tapi dapat di terima karma berkualitas dan konkret
Berpikir kreatif adalah aktivitas berpikir untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif dan orisinil. Baer
(dikutip Aryana, 2007:675) mengemukakan berpikir kreatif yaitu (1) lancar, adalah kemampuan
menghasilkan banyak ide, (2) luwes, adalah kemampuan menghasilkan ide-ide yang bervariasi, (3)
orisinal, adalah kemampuan menghasilkan ide baru atau ide yang sebelumnya tidak ada, dan (4)
memerinci, adalah kemampuan mengembangkan atau menambahkan ide-ide sehingga dihasilkan ide
yang rinci atau detail. Hal ini bahwa berpikir kreatif memiliki beberapa indikator untuk menghasilkan ide
yang baru.Kreativitas seseorang ditunjukkan dalam berbagai hal, seperti kebiasaan berpikir, sikap,
pembawaan atau kepribadian, atau kecakapan dalam memecahkan masalah.
Menurut Munandar (Hendriana, Rohaeti dan Sumarmo, 2017:113) berpikir kreatif adalah kemampuan
untuk melakukan suatu kegiatan dengan menurunkan banyak ide (fluency), mengubah persfektif dengan
mudah (flexibility), menyusun sesuatu yang baru (originality), dan mengembangkan ide lain dari suatu
ide (elaboration). Dengan memiliki kemampuan tersebut maka siswa akan mampu menyelesaikan
permasalahan dengan caranya sendiri dan menghasilkan banyak cara yang berbeda-beda.
Tabel 1.1
No Indikator berfikir kritis Kriteria

1. Berfikir lancar a). Mencetuskan banyak gagasan


Penyelesaian masalah /pertanyaan.

b). Memberikan banyak cara atau saran


untuk melakukan banyak hal.

2. Berfikir luas a). Menghasilkan gagasan jawaban atau


pertanyaan yang bervariasi.
b). dapat melihat masalah dari sudut
pandang yang berbeda

c). mencari banyak alternatif atau arah


yang berbeda

3. Berfikir original 3. berfikir original a). mampu untuk


mengungkapkan hal yang baru dan unik .

b). mengungkapkan cara yang tidak lazim


untuk mengungkapkan diri.

c). mampu membuat kombinasi-


kombinasi yang tidak lazim dari bagian-
bagian atau unsur-unsur

4. a)Mampu mengembangkan dan


memperkaya suatu gagasan atau produk.

b). Menambah atau memperbaiki suatu


objek gagasan atau situasi sehingga lebih
menarik

Munandar (2017:113)

indikator berfikir kreatif merupakan suatu uraian terperinci mengenai krearltifitas. dimana terdapat
4 point yang jika dilihat maka akan nampak bahwasanya setiap point dapat memberikan ide-ide
tersendiri dalam peningkatan kretifitas pada siswa

Bilhakil Putra Yulisman, Usmeldi Usmeldi


Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 7 (2), 163-170, 2021
Hasil yang diperoleh selama observasi adalah buku siswa yang digunakan belum terintegrasi dengan
keterampilan berpikir kreatif. Selain itu, buku siswa yang tersedia belum menggunakan model kurikulum
2013 yang seharusnya diterapkan di sekolah. Hal ini berdampak pada kepuasan siswa dalam menerima
pembelajaran. Hasil angket yang disebar didapatkan bahwa semua aspek yang ditanyakan terkait
dengan sistem pembelajaran berada di bawah 80%. Hal ini tergolong rendah untuk tingkat SMA Negeri
di Kota Padang. Oleh karena itu, pengembangan buku siswa dengan menggunakan model dalam
kurikulum 2013, salah satunya model Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif siswa, dirasa perlu. Rumusan yang diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana
mengembangkan buku siswa dengan model Problem Based Learning yang mengintegrasikan
keterampilan berpikir kreatif siswa SMA praktikal. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan buku
siswa dengan model pembelajaran berbasis masalah yang mengintegrasikan keterampilan berpikir
kreatif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa SMA.
Anik Handayani, Henny Dewi Koeswanti
DOI: https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i3.924
Hasil analisis yang diperoleh menjelaskan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan nilai terendah 2,65%, tertinggi 19,90%,
serta rata-rata peningkatan 11,28%.

Rina Febriana, Radhya Yusri, Hafizah Delyana


AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika 9 (1), 93, 2020
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan pemecahan masalah mahasiswa sudah
baik dilihat dari rata-ratanya 78, 6, serta mahasiswa memberikan respon yang positif terhadap
pemecahan masalah. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa penggunaan Modul Problem Based Learning
mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa dan mendukung kreativitas
mahasiswa dalam menyelesaikan masalah.

Anda mungkin juga menyukai