Anda di halaman 1dari 9

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA TEORI


A. Kajian Teori
1. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
a. Pengertian PKn

Pendidikan kewarganegaraan dikemukakan oleh beberapa para ahli diantaranya

menurut Aziz (1997:112) menyatakan bahwa “Pendidikan kewarganegaraan

merupakan wahana menyiapkan, membina, dan mengembangkan pengetahuan serta

kemampuan dasar peserta didik yang berkenaan dengan hubungan antara warga negara

dengan negaranya”. Senada dengan pendapaat diatas Depdiknas (2006:271)

mengemukakan: “pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang

memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu

melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara yang cerdas,

terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945”.

Bedasarkan pendapat para ahli di atas, terlihat bahwa PKn merupakan usaha

untuk membekali siswa dengan kemampuan dan keterampilan dasar agar tumbuh

menjadi pribadi yang baik.

b. Tujuan Pembelajaran PKn

Menurut Depdiknas (2006:271) menyatakan bahwa PKn bertujuan agar siswa


memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Berpikir secara kritis, rasional, dan keratif dalam menaggapi isu
kewarganegaraan, 2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan
bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
serta anti-korupsi, 3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk
membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat
hidup bersama dangan bangsa-bangsa lainnya, 4) Berinterksi dengan bangsa-
bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan
6 dan komunikasi.
memanfaatkan teknologi informasi
Winataputra (2006:428) menyatakan tujuan PKn adalah untuk mengembangkan

potensi indV/Aidu warga Negara Indonesia sehingga memiliki wawasan, posisi dan
keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi

secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai dimensi kehidupan

bermasyarakata, berbangsa dan bernegara di Indonesia.

Jadi tujuan dari pembelajaran PKn adalah untuk membekali siswa dengan

kemampuan dan keterampilan dasar agar dapat tumbuh menjadi pribadi menurut

norma-norma yang ada.

c. Ruang Lingkup PKn

Menurut KTSP (2006:271) menyatakan bahwa ruang lingkup pembelajaran PKn

adalah sebagai berikut: “1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, 2) norma, hukum dan

peraturan, 3) hak azazi manusia, 4) kebutuhan warga negara, 5) konstitusi, 6)

kekuasaan dan Politik, 7) pancasila, 8) globalisasi”.

Sedangkan menurut Aziz (2007:31) menyatakan bahwa ruang lingkup PKn

adalah pemahaman dan pengamalan serta penerapan konsep, nilai, moral, norma

pancasila, hak dan kewajiban warganegara untuk kepentingan. Dapat disimpulkan

bahwa ruang lingkup pembelajaran PKn SD adalah persatuan dan kesatuan bangsa,

norma, hukum dan peraturan, hak azazi manusia, kebutuhan warga negara, konstitusi

negara, kekuasaan dan politik, pancasila dan globalisasi

2. Metode
a. Pengertian Metode
Metode adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan

siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran. Menurut Syaiful (2007:1) “Metode

adalah suatu cara untuk melakukan aktifitas yang bersistem dari sebuah lingkungan

yang terdiri dari pendidik dan siswa untuk saling berintekrasi dalam melakukan suatu

kegiatan sehingga proses pembelajaran berjalan baik”. Sedangkan menurut Wina

(2006:147) “Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana

yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran”. Selanjutnya Winarno (1999:75) menyatakan metode adalah “cara yang

didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan, makin baik metode makin

efektif pula pencapaian tujuan”.

Berdasarkan pendapat yang dipaparkan dapat disimpulkan metode adalah cara

yang digunakan untuk melakukan aktifitas dalam sebuah proses pembelajaran melalui

proses interaksi guru dan siswa dengan mengimplementasikan rencana yang telah

disusun dalam bentuk kegiatan nyata untuk mencapai tujuan pembelajaran. Proses

pembelajaran metode mempunyai kedudukan yang menunjang dan sangat penting

dalam upaya pencapaian tujuan, karena metode menjadi sarana yang menunjang untuk

materi pembelajaran sehingga pelajaran dapat dipahami dan diserap oleh siswa.

b. Macam-Macam Metode

Ada beberapa macam metode yang dapat di terapkan oleh guru, hal ini di

kemukakan oleh beberapa ahli pendidikan diantaranya, Nuryani (2005:107)

Mengemukakan beberapa metode yang sering digunakan dalam pembelajaran yaitu:” a)

Metode ceramah, b) metode tanya jawab c) metode diskusi, d) metode belajar

kooperatif, e) metode demonstrasi, f) metode ekspositori atau pameran, g) metode

karyawisata / widyawisata, h) metode penugasan, i) metode eksperimen, j) metode

bermain peran “

Lebih lanjut Saiful (2007:1)mengemukan metode yang sering digunakan dalam

proses pembelajaran adalah: “1) Metode ceramah, 2) metode Diskusi, 3) metode

demonstrasi, 4) metode ceramah plus, 5) metode resitasi, 6) metode percobaan, 7)

metode karya Wisata, 8) metode latihan keterampilan, 9) metode mengajar beregu, 10)

metode mengajar sesama teman, 11) metode pemecahan masalah, 12) metode

perancangan, 13) metode bagian, 14) metode global, 15) metode discovery, 16) metode

problem solving”. Dari uraian tentang macam-macam metode yang telah dipaparkan
tersebut metode yang akan peneliti bahas dalam penelitian ini adalah metode problem

solving.

3. Pendekatan Problem Solving

a. Pengertian

Problem solving merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam

proses pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem solving

menuntut keaktifan dalam diri siswa, sedangkan guru hanya memberikan instruksi

verbal yang membantu atau membimbing siswa untuk memecahkan masalah yang

sedang di bahas. Menurut Nasution (2003:170) “Problem solving dapat dipandang

sebagai proses di mana siswa menemukan kombinasi aturan-aturan yang telah

dipelajarinya sebelumnya dan digunakan untuk memecahkan masalah yang baru”.

Sedangkan menurut Abin (2007:229) ”Dalam problem solving siswa belajar

merumuskan dan memecahkan masalah atau memberikan respon terhadap ransangan

yang menggambarkan, membangkitkann situasi masalah dengan menggunakan

berbagai aturan yang telah dikuasainya”. Berdasarkan pendapat di atas problem solving

adalah suatu proses yang kompleks dalam penyelesaian terhadap suatu masalah mulai

dari menyadari adanya masalah, merumuskan masalah, memberikan respon terhadap

masalah, serta menarik kesimpulan berdasarkan aturan-aturan yang telah dikuasai

sebelumnya. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem solving ini dapat

dilakukan dengan jalan melatih siswa untuk menghadapi berbagai masalah baik

masalah pribadi, masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau bersama-sama.

Menurut Oemar (2005:151) ”Proses pemecahan masalah memberikan kesempatan

kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, mencari dan

menemukan sendiri informasi/ data untuk diolah menjadi konsep, prinsip, teori, ataupun

kesimpulan”. Sedangkan Wina (2008:214) menjelaskan ”Problem solving tidak


mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal

materi pelajaran akan tetapi melalui pendekatan problem solving siswa aktif berfikir,

berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannnya”.

Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan problem

solving merupakan pendekatan yang mendorong siswa untuk berfikir secara sistimatis,

berani menghadapi masalah, sehingga siswa mampu untuk memecahkan atau

menyelesaikan masalah dengan menggunakan aturan-aturan yang telah dikuasai siswa

sebelumnya, baik dalam kehidupan pribadi maupun kelompok. Proses pemecahan

masalah ini membutuhkan mental dan intelektual dalam menemukan dan memecahkan

masalah tersebut berdasarkan informasi yang akurat sehingga dapat di ambil suatu

kesimpulan yang cermat.

b. Kelebihan pendekatan problem solving

Penggunaan pendekatan problem solving dalam proses pembelajaran sangat baik

dilakukan, karena pendekatan ini mempunyai beberapa kelebihan atau keunggulan.

Menurut Wina (2008:220) kelebihan pendekatan problem solving adalah sebagai

berikut:

(1) merupakan tekhnik yang cukup bagus untuk memahami pelajaran, (2) dapat
menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan
pengetahuan baru bagi peserta didik, (3) dapat meningkatkan aktifitas
pembelajaran siswa. Problem solving dapat membantu siswa bagaimana
mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan
nyata, (4) dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan nyata dan
bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan, (5) bisa
memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya cara
berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa bukan hanya sekedar
belajar dari guru atau buku-buku saja, (6) lebih menyenangkan dan dan disukai
siswa, (7) dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan
baru, (8) dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata dan (9) dapat
mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun
belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
Selanjutnya Martinis (2005:82) mengemukakan bahwa pendekatan problem solving

mempunyai beberapa kelebihan, diantara kelebihan tersebut adalah:

(1) siswa dapat menguasai dan memahami materi secara penuh, (2) meningkatkan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, (3) mengembangkan keterampilan
berpikir dan bernalar siswa, (4) mengenal adanya perbedaan fakta dan pendapat,
(5) meningkatkan kemampuan siswa dalam menghadapi dan menyelesaikan
masalah yang dihadapinya. bermasyarakat, di mana siswa akan dihadapkan
kepada berbagai masalah, (6) mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab
terhadap hasil belajar.

Berdasarkan pendapat di atas jelaslah bahwa pendekatan problem solving ini

mempunyai keunggulan di bandingkan pendekatan yang lainnya. Karena proses

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem solving siswa akan merasa

lebih tertantang, dapat mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki di dunia nyata,

dapat berfikir kritis, dapat menumbuhkan minat siswa untuk terus belajar dan lainya.

Keunggulan tersebut diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran.

c. Langkah-Langkah Pendekatan Problem Solving

Penggunanan pendekatan problem solving ini akan berhasil apabila dalam

pelaksanaanya sesuai dengan langkah-langkah penggunaanya. Wina (2008:217)

menjelaskan beberapa langkah-langkah penggunaan problem solving, sebagai berikut:

1) Menyadari adanya masalah, yaitu menentukan masalah apa yang akan dicari

penyelesaiannya, dimulai dengan menyadari adanya masalah yang akan di cari

penyelesaiannya. Di sini siswa diharapkan dapat menangkap atau menyebutkan

masalah yang terjadi.

2) Merumuskan masalah, yaitu siswa dalam meninjau masalah secara kritis dari

berbagai sudut pandang. Setelah peserta didik dapat menyebutkan masala-masalah

yang terjadi, yaitu masalah yang hangat untuk dicari penyelesainnya. Pada tahap
ini peserta didik diminta untuk mengkaji, menganalisis masalah-masalah tersebut

dengan pengetahuan yang dimilikinya sehingga menjadi sebuah rumusan masalah,

3) Merumuskan hipotesa, maksud merumuskan hipotesis dalam tahap ini siswa

diharapkan mampu merumuskan berbagai kemungkinan alternatif untuk

memecahkan masalah sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya,

4) Mengumpulkan data, yaitu siswa mencari dan menggambarkan informasi yang

diperlukan untuk pemecahan masalah. Kemampuan yang diharapkan pada tahap ini

adalah kecakapan siswa untuk mengumpulkan dan memilah data dan kemudian

menyajikannya ke dalam tampilan yang mudah dipahami,

5) Pengujian hipotesis, yaitu siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai

dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan. Pada tahap ini data

yang telah dikumpulkan oleh siswa akan dilakukan pengujian mana data yang bisa

diterima dan mana yang tidak bisa diterima, tahap ini menuntut siswa agar dapat

menelaah data sekaligus melihat hubungannya dengan masalah yang dikaji,

6) Menentukan pilihan penyelesaian, yaitu siswa menggambarkan rekomendasi yang

dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

Kemampuan yang diharapkan pada tahap ini adalah kecakapan memilih alternatif

penyelesaian yang yang memungkinkan dapat dilakukan.

Penggunanan pendekatan problem solving akan berhasil apabila dalam

penggunaannya sesuai dengan langkah-langkah yang ada. Tahapan dalam

pelaksanaanya harus sistimatis mulai dari menyadari adanya masalah, merumuskan

masalah, merumuskan hipotesa, mengumpulkan data atau informasi, pengujian

hipotesa, menentukan pilihan penyelesaian atau kesimpulan.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti

proses pembelajaran dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Menurut Oemar (2008:159) “Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar dengan

indikator adanya perubahan tingkah laku pada manusia yaitu dari tidak tahu menjadi

tahu, timbulnya perubahan dalam kebiasaan, kesanggupan menghargai, perkembangan

sikap sosial dan emosional. Sedangkan menurut Nana (2007:57) ”Hasil belajar yang

diperoleh siswa secara menyeluruh, yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan, atau

wawasan; ranah afektif atau sikap dan apresiasi; ranah psikomotoris, keterampilan atau

perilaku”.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

prestasi yang diperoleh oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang

mencakup pada pengetahuan yaitu kemampuan siswa dalam mengingat pelajaran, serta

dapat menerapkannya dalam bentuk sikap dan keterampilan. Hasil belajar dapat diukur

melalui penilain. Menutut Nasar (2006:59) ”Penilaian adalah kegiatan pengumpulan

dan penggunaan informasi tentang proses dan hasil belajar untuk mengukur tingkat

penguasaan siswa terhadap kompetensi yang telah diajarkan sebelumnya”. Selanjutnya

Mulyasa mengemukakan (2007:255) ”Penilaian terhadap hasil belajar dapat dilakukan

dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir tahunan”.


DAFTAR PUSTAKA

Makmun, Abin Syamsudin. 2007. Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran


Modal. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar.
Jakarta:BNSP.
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Lubis, Maulana Arafat. 2018. Pembelajaran PPKn Teori Pengajaran ABAD 21 DI SD/MI,
Yogyakarta: Samudra Biru.
Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Nasar. 2006. Merancang Pembelajaran Aktif dan Konstektual Berdasarkan “SISKO”2006.
Jakarta: Grasindo.
Nasution. 2003. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar. Jakarta: Sinar
Grafika.
Nuryani. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang. Unuversitas Negeri Malang.
Ritawati, M dan Yetti A. 2008. Hand Out Metodologi Penelitian Tindakan Kelas. Padang:
FIP- UNP.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Setiati dan Fajar Rahyuningsih. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan; SD/MI kelas Jakarta:
Pusat Perbukuan.
Sudjana, Nana. 2007. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Algensindo.
Syaiful. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Wahab, Abdul Azis. 2007. Metode dan Model-Model Mengajar PKN. Bandung: Alfabeta.
Winarno. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan 1: Untuk Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah Kelas I. Jakarta: Pusat Perbukuan.
Winataputra, Udin. S. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Universitas Terbuka.
Yamin, Martinis dan Bansu Ashari. 2008. TakTik Mengembangkan Kemampuan Individual
Siswa. Jakarta: Jakarta Putra Grafika.

Anda mungkin juga menyukai