Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia belajar memiliki arti berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu.Ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk
mencapai kepandaian atau ilmu. Belajar (learning) adalah proses multisegi yang biasanya
dianggap sesuatu yang biasa oleh idividu sampai mereka mengalami kesulitan saat
Salah satu cara terbaik yang dapat membuat siswa memahami sesuatu adalah dengan
memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan observasi dan menemukan atau
pengalaman langsung akan lebih mudah diterima dan diingat siswa apabila dilakukan
bersama-sama teman-temannya. Kerjasama yang baik dalam kelompok dapat membuat siswa
yang kurang pandai termotivasi untuk belajar sementara siswa yang lebih pandai dapat
kesempatan pada siswa untuk membangun pengtahuan dan pemahaman baru yang didasarkan
1. Pembelajaran social: peserta didik belajar melalui interaksi dengan orang dewasa
2. Zona perkembangan terdekat: peserta didik lebh mudah belajar konsep jika konsep
manusia secara sedikit demi sedikit dan hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.
1. Pembelajaran sosial : peserta didik belajar melalui interaksi dengan orang dewasa atau
2. Zona perkembangan terdekat : peserta didik lebih mudah belajar konsep jika konsep itu
4. Scaffolding : peserta didik diberikan tugas-tugas kompleks, sulit dan realistis untuk
2015). Scaffolding berarti memberikan sejumlah besar bantuan kepada seorang anak
selama tahap-tahap awal pembelajaran kemudian anak tersebut mengambil alih tanggung-
jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Bantuan tersebut dapat
pemecahan, memberikan contoh ataupun yang lain sehingga memungkinkan siswa tumbuh
mandiri.
Dari uraian di atas, ide penting yang diturunkan dari teori Vygotsky (Scaffolding) inilah
yang mendukung dari tahapan model pembelajaran SSCS, yaitu pada tahapan Search yang
bertujuan untuk mengidentifikasi masalah dan pada tahapan Solve untuk mengembangkan
menghasilkan solusi, dan keempat fase Share yang bertujuan untuk mensosialisasikan
Pada model SSCS dari tahap awal sampai akhir yang menekankan pada kerja
kelompok, dimana peran kerja kelompok untuk mengembangkan kemampuan actual siswa
dan dengan kerja kelompok maka beberapa ide pemecahan masalah yang didapatkan siswa
kemudian disimpulkan secara bersama dalam kelompok. Dimana guru tidak hanya sekedar
memberikan pengetahuan kepada siswa tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan
didalam dirinya melalui interaksi social bersama temannya dengan guru memberikan suatu
permasalahan kepada siswa maka siswa dituntut untuk aktif berdiskusi dengan kelompoknya
dan permaslahan yang diberikan oleh guru sesuai dengan konsep yang berada pada zona
dan guru berperan sebagai fasilitator yang akan membantu siswa apabila mengalami kesulitan
dalam proses pemecahan masalah. Selain itu Vygotsky dalam pengajaran menekankan
2. Peserta didik aktif berpikir untuk menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat
keputusan
3. Murid terlibat secara langsung dan aktif belajar sehingga dapat mengingat konsep secara
bahwa terjadinya proses belajar lebih ditentukan oleh cara mengatur materi pelajaran (Sani,
2015). Pada proses belajar, siswa mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarainya
dengan suatu bentuk akhir yang sesuai dengan tingkat berfikir anak (Suyono dan Hariyanto,
2014). Teori bruner menggunakan konsep scaffolding dan interaksi social di kelas maupun di
luar kelas. Dimana Scaffolding suatu proses untuk membantu siswa menuntaskan masalah
tertentu melampaui kapasitas perkembangannya melalui bantuan guru, teman atau orang lain
Pada teori belajar Bruner ini guru harus memberikan keleluasaan kepada siswa untuk
menjadi pemecah masalah. Biarkan siswa menemukan arti hidup bagi dirinya sendiri dan
1. Enaktif (enactive), seorang anak belajar tentang dunia melalui respon atau aksi-aksi
2. Ikonik (iconic), pembelajaran terjadi penggunaan model-model dan gambar dan visualisasi
verbal
abstark
Menurut Bruner, belajar akan lebih bermakna bagi siswa jika mereka memusatkan
perhatiannya untuk memahami struktur materi yang dipelajari. Siswa harus aktif dalam
mengidentifikasi sendiri dan mencari informasi tentang materi yang dipelajari dan siswa tidak
hanya sekedar menerima penjelasan dari guru. Contohnnya siswa dituntut untuk
menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru dengan pemikiran siswa yang
didukung dengan teori sebagai penunjang agar menghasilkan suatu pemecahan masalahan
yang berupa solusi. Inilah yang mendukung dari tahapan model pembelajaran SSCS melalui
Siswa belajar melalui keterkaitan aktif dengan mencari referensi antara pengetahuan
yang dimiliki untuk memecahkan masalah , pemecahan masalah pada penelitian ini yang
berupa percobaan atau eksperimen yang digunakan sebagai penunjang tahap Create (menguji
hipotesis yang dibuat pada tahap sebelumnya apakah benar atau salah yang didukung dengan
teori yang ada). Serta siswa mengevaluasi jawaban dalam penyelesaian masalah berupa solusi
bersama kelompoknya. Dimana peran guru hanya sebagai motivator dalam mendapatkan
pembelajaran melalui penemuan, guru memberikan contoh dan siswa bekerja berdasarkan
contoh tersebut sampai menemukan hubungan antar bagian satu dari struktur materi.
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan
berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang
dan melaksanakan pembelajaran. Fungsi model pembelajaran disini adalah sebagai pedoman
bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran (Trianto, 2015).
model pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah yang meliputi empat fase,
yaitu Search, Solve, Create, dan Share (Rosawati dan Dwiningsih, 2016).
Pizzini (1991) juga menambahkan informasi bahwa : “Through the use of the SSCS
model, students become independent, cometent thinkers. They become explorers searching
for new doscoveries and perspectives, inventors developing new ideas and products to
overcome existing obstacles, designers creating new plan and models, decision makers
practicing how to make wise choices, communicators developing methods for communication
and interaction”.
Dari kutipan di atas dapat diartikan bahwa melalui model pembelajaran SSCS siswa
dapat menjadi pemikir yang mandiri, dan kompeten. Mereka menjadi penjelajah dalam
baru dan produk dalam mengatasi hambatan yang ada, desainer yang menciptakan rencana
dan model baru, pembuat keputusan yang berlatih bagaimana membuat pilihan yang bijak,
menarik suatu kesimpulan. Hal ini sejalan dengan rancangan materi yang disesuaikan dengan
masalah yang biasa dialami di lingkungan sehari hari. Dengan demikian teori kontruktivisme
Pizzini (1991) menjelaskan bahwa model pembelajaran SSCS memiliki empat fase,
yaitu Search, Solve, Create, dan Share. Langkah-langkah dalam metode pembelajaran Search
a. Search, tahap ini berperan untuk mendorong peran aktif siswa dalam mengajukan
b. Solve, tahap ini bertujuan untuk mendorong peran aktif siswa dalam mencari alternatif
c. Create, tahap ini bertujuan untuk mendorong peran aktif siswa dalam kegiatan diskusi dan
d. Share, tahap ini bertujuan untuk mendorong peran aktif siswa dalam mempresentasikan
informasi yang diperoleh dan saling bertukar informasi yang mereka peroleh.
Pelaksanaan pembelajaran SSCS di kelas melalui tahap yaitu tahap search siswa
diselidiki. Selanjutnya pada tahap solve siswa membuat desain untuk rancangan yang akan
data yang diperolehnya. Siswa selanjutnya menentukan cara yang akan digunakan untuk
mengkomunikasikan temuannya, dan tahap ini merupakan tahap create. Tahap terakhir dalam
model pembelajaran SSCS adalah share. Pada tahap share ini membagi atau memberikan
Sedangkan menurut Rosawati dan Dwiningsih (2016). Pertama fase Search yang
bertujuan untuk mengidentifikasi masalah, kedua fase Solve yang bertujuan untuk
mengembangkan rencana penyelesaian masalah, ketiga fase Create yang bertujuan untuk
melaksanakan penyelesaian masalah sehingga menghasilkan solusi, dan keempat fase Share
yang bertujuan untuk mensosialisasikan penyelesaian masalah yang diperoleh dengan cara
melakukan presentasi.
Menurut Pizzini model pembelajaran SSCS mengacu kepada empat tahap penyelesaian
penemuan-penemuan baru, penemu yang mengembangkan ide-ide baru dan produk untuk
mengatasi hambatan yang ada, desainer yang menciptakan rencana dan model baru,
pembuat keputusan dengan berlatih bagaimana membuat pilihan yang bijak, dan
komunikator yang baik dengan mengembangkan metode untuk komunikasi dan interaksi.
kerjasama dan kolaborasi. Kerjasama dapat membantu siswa pada kelompok dalam
2. Bagi pelajar
masalah.
f. Mengembangkan minat terhadap IPA dan memberi pemaknaan IPA kepada siswa
pembelajarannya
bahasa yang baik dan keterampilan yang lain dalam suatu sistem ke integrasi atau
holistik.
Menurut Filsaime,( dalsm Nurlaela , 2015) Berfikir kreatif adalah proses berpikir yang
elaborasi. Kelancaran adalah kemampuan untuk mengeluarkan banyak ide atau gagaan yang
benar sebanyak mungkin secara jelas. Keluwesan adalah kemampuan untuk mengeluarkan
banyak ide atau gagasan yang beragam dan tidak monoton dengan melihat dari berbagai
sudut pandang.Originalitas adalah kemampuan untuk mengeluarkan ide atau gagasan yang
dan menambah detail dari ide atau gagasannya sehingga lebih bernilai.Sedangkan menurut
Johnson (2002) berpikir kreatif adalah kegiatan mental yang memupuk ide-ide asli dan
pemahaman-pemahaman baru. Sebagian besar orang tua dan pendidik setuju bahwa dalam
masyarakat modern saat ini, anak-anak harus menguasai keterampilan berpikir dalam
Pada umumnya anak yang kreatif, dan kritis dapat memecahkan masalah, karena
diawali dari berpikir kritis terlebih dahulu yang berpikir secara cepat dan rasional kemudian
dia mampu berpikir kreatif dimana berpikir kreatif mampu menghasilkan sesuatu yang baru
dan berbeda namun tetap bisa diterima, dari pemikiran tersebut anak akan dapat memecahkan
masalah yang ada. Karakter kritis dan karakter kreatif merupakan salah satu komponen
membangun karakter kreatif diperlukan karakter kritis. Sebaliknya siswa yang berkarakter
Johnson (2002) juga mengatakan bahwa berpikir kreatif dan kritis bagaikan dua sisi
mata uang.Pikiran kreatif merancang kostum untuk digunakan dalam sandiwara sekolah.
Pikiran kritis memastikan kainnya cocok dan jahitannya kuat. Pemikiran kreatif
mempraktikkan asosiasi bebas dan menemukan cara baru untuk menyediakan rumah dan
makanan bagi gelandangan. Pemikir kritis mempelajari kelayakan sebuah ide.Seluruh
Menurut Munandar (2012), Berpikir divergen (juga disebut berpikir kreatif) ialah
dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuaian. Definisi kemampuan berpikir
secara kreatif dilakukan dengan menggunakan pemikiran dalam mendapatkan ide-ide yang
baru, kemungkinan yang baru, ciptaan yang baru berdasarkan kepada keaslian dalam
merujuk pada pemikiran yang menghasilkan banyak jawaban atas pertanyaan yang sama dan
lebih merupakan indikator dari kreativitas. Berpikir divergen merupakan aktivitas mental
yang asli, murni dan baru, yang berbeda dari pola pikir sehari-hari dan menghasilkan lebih
dari satu pemecahan masalah. Berpikir kreatif sangat erat hubungannya dengan kreativitas,
karena kreativitas merupakan hasil dari proses berpikir kreatif yang dilakukan oleh seseorang.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif adalah proses berpikir
yang menghubungkan ide atau hal-hal yang sebelumnya tidak berhubungan, proses berpikir
yang memunculkan banyak jawaban yang diajukan untuk memecahkan persoalan sehingga
dapat menghasilkan sesuatu yang baru baik itu pengetahuan, keterampilan dan hasil karya
cipta.
1. Tahap persiapan atau preparation, merupakan tahap awal berisi kegiatan pengenalan
masalah, pengumpulan data informasi yang relevan, melihat hubungan antara hipotesis
dengan kaidah-kaidah yang ada. Tetapi belum sampai menemukan sesuatu, baru menjajagi
kemungkinan-kemungkinan. Hilang begitu saja, tetapi masih terus berlangsung dalam diri
individu yang bersangkutan. Hal ini menyangkut fase atau tingkatan kedua yaitu inkubasi.
2. Tingkat inkubasi, yaitu berlangsungnya maslah tersebut dalam jiwa seseorang, karena
masalah.
4. Tingkat evaluasi, yaitu mengecek apakah pemecahan yang diperoleh pada tingkat
iluminasi itu cocok atau tidak. Apabila tidak cocok lalu meningkat pada tingkat
berikutnya.
1. Kelancaran adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak ide verbal nonverbal dalam
masalah, memikirkan ide dalam kategori berbeda, atau melihat masalah dalam perspektif
berbeda.
3. Keaslian itu berarti keunikan, ketidaksamaan dalam pemikiran dan tindakan, fleksibilitas,
5. Transformasi hampir berarti kreativitas, yaitu merubah satu ide atau objek lain dengan
melakukan modifikasi, mengkombinasi, atau mengganti, atau dengan melihat makna baru,
1. Mengajukan pertanyaan.
2. Mepertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan pikiran
terbuka.
5. Menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan
berbeda.
6. Mendengarkan intuisi.
Ciri berpikir kreatif antara lain : fluency, flexibility, originality, elaboration dan
a) Kelancaran menjawab (fluency) adalah kemampuan siswa dalam membangun banyak ide.
Semakin banyak peluang yang didapat, maka semakin banyak peluang untuk mendapatkan
b) Keluwesan menjawab (flexibility) adalah kemampuan siswa dalam membangun ide yang
masalah.
yang luar biasa yang tidak umum atau kemampuan siswa dalam menjawab masalah
masalah atau mengabaikan fakta yang kurang sesuai untuk mengenal masalah yang
sebenarnya