Anda di halaman 1dari 5

II.

Materi Pembelajaran
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki kawasan geografis yang luas dengan
beraneka ragam suku. Setidak-tidaknya ada 750 bahasa dan logat yang dipakai oleh
penduduknya yang terdiri atas lebih dari 250 suku bangsa. Setiap bahasa dengan berbagai
suku bangsa itu memuat dan memiliki budaya yang berbeda. Hanya bahasa Indonesialah,
yang mampu mendekatkan berbagai suku dan berbagai
golongan penduduk sehingga warganya dapat berkomunikasi dengan lancar dalam kehidupan
sehari-hari (Moelyono, dalam Alwi, dkk. 2000:26).

Dikatakan bahasa Indonesia mampu mendekatkan berbagai suku dan berbagai golongan
penduduk di Indonesia karena awal mulanya bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
Bahasa Melayu ini merupakan bahasa ibu golongan kecil (5%). Akan tetapi, bahasa Melayu
dalam berbagai ragamnya, sejak awal abad ini, befungsi sebagai bahasa komunikasi luas
(lingua franca) antarkelompok etnis. Walaupun jumlah penuturnya tidak sebanyak penutur
bahasa terkemuka, seperti bahasa Jawa atau Sunda, bahasa Melayu sebagai bahasa kedua,
memiliki daerah persebaran yang paling luas di antara bahasa Nusantara. Di samping itu,
bahasa Melayu masih berkerabat dengan bahasa Nusantara yang lain sehingga tidak dianggap
bahasa asing (Moelyono, dalam Alwi, 2000:26).

Sampai hari ini, sejumlah besar bahasa di Nusantara (Indonesia) mempunyai daya hidup dan
masih tetap berfungsi sebagai alat perhubungan antarwarga masyarakat bahasa itu, sementara
itu arus global membawa bahasa dan kebudayaan asing ke negeri ini. Kontak dengan dunia
luar itu telah menambah keperluan untuk mempelajari bahasa asing yang dirasakan berguna
bagi bermacam bidang kehidupan,
seperti agama, ilmu pengetahuan, perdagangan, dan geopolitik. Diakui memang, ihwal ini
tidak menghambat perkembangan bahasa Indonesia. Namun, kenyataan menunjukkan, ada
empat kelompok pemakai bahasa Indonesia, yaitu: (1) anggota masyarakat yang memakai
bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari; (2) orang yang mengaku dapat berbahasa
Indonesia, tetapi tidak memakainya sebagai alat
komunikasi sehari-hari; (3) orang yang menggunakan bahasa Indonesia, tetapi mengalami
intervensi dan inferensi bahasa lain (bahasa daerah dan/atau bahasa asing), dan (4) orang
yang belum paham bahasa Indonesia. Fenomena tersebut menimbulkan masalah kebahasaan
yang penggrapannya perlu disusun kebijaksanaan nasional, khususnya tentang kedudukan
dan fungsi bahasa Indonesia. Kedudukan bahasa adalah status relatif bahasa sebagai sistem
lambang nilai budaya, yang dirumuskan atas dasar nilai sosial yang dihubungkan dengan
bahasa yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan fungsi bahasa di dalam
hubungan ini adalah nilai pemakaian bahasa yang dirumuskan sebagai tugas pemakaian
bahasa itu di dalam kedudukan yang diberikan kepadanya (Halim, 1980:21).

Rumusan tentang kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia memungkinkan kita menempatkan
posisi atau keberadaan bahasa Indonesia di antara bahasa-bahasa lain, baik bahasa-bahasa
daerah yang hidup sebagai unsur kebudayaan, maupun bahasabahasa asing yang dipakai di
Indonesia. Kekaburan yang terdapat di dalam pembedaan kedudukan dan fungsi antara
bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa lain itu bukan saja merugikan bagi perkembangan dan
pembakuan bahasa Indonesia, tetapi juga dapat menyebabkan terjadinya kekacauan di dalam
cara berpikir pada generasi berikutnya. Salah satu akibat yang dapat ditimbulkan oleh
kekaburan pembedaan kedudukan dan fungsi itu adalah mengalirnya unsur-unsur bahasa
yang pada dasarnya tidak diperlukan dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Pembedaan
kedudukan dan fungsi bahasa memungkinkan kita mengatur masuknya unsur-unsur baru dari
bahasa-bahasa lain itu sedemikian rupa sehingga hanya unsur-unsur yang benar-benar
dibutuhkan sajalah yang diterima.

Dalam kerangka dasar kebijaksanaan bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki dua
kedudukan, yakni sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Masingmasing kedudukan
bahasa Indonesia itu memiliki berbagai fungsi, seperti diuraikan berikut ini.

2.1 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional


Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional tercetus sejak Sumpah Pemuda tanggal
28 Oktober 1928. Dalam ikrar ketiga Sumpah Pemuda tersebut berbunyi: ―Kami poetera
dan poeteri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia‖. Dengan
demikin, bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan Indonesia.

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1)
lambang kebanggaan kebangsaan, (2) lambang identitas nasional, (3) alat yang
memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan
bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia, dan (4) alat
perhubungan antardaerah dan antarbudaya (Halim, 1980:23)
Sebagai lambang kebangsaan, bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial-budaya yang
mendasari rasa kebangsaan Indonesia. Melalui bahasa nasionalnya, bangsa Indonesia
menyatakan harga diri dan nilai-nilai budaya yang dijadikannya sebagai pegangan hidup.
Atas dasar kebanggaan ini, bahasa Indonesia
dipelihara dan dikembangkan. Atas rasa kebanggaan ini pula, pemakai bahasa ini senantiasa
dibina. Dengan demikian, pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia adalah sebuah
keniscayaan.

Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia dijunjung tinggi, di samping lambang
Negara lain seperti bendera. Di dalam melaksanakan fungsi ini bahasa Indonesia memiliki
identitasnya sendiri, sehingga ia serasi dengan lambang kebangsaan Indonesia yang lain.
Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya
sendiri hanya apabila masyarakat pemakainya membina dan mengembangkannya sedemikian
rupa sehingga ia bersih dari unsur-unsur bahasa lain, terutama bahasa asing seperti bahasa
Inggris, yang tidak benar-benar diperlukan.

Fungsi bahasa Indonesia sebagai lambang kebanggaan kebangsaan dan sebagai lambang
identitas nasional berhubungan erat dengan fungsinya yang ketiga, yaitu sebagai alat yang
memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai suku bangsa yang memiliki latar belakang
sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat.
Di dalam hubungan ini, bahasa Indonesia memungkinkan berbagai suku bangsa itu mencapai
keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas
kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah
yang bersangkutan. Malah lebih dari itu, dengan bahasa nasional itu, orang Indonesia dapat
meletakkan kepentingan nasional jauh di atas kepentingan daerah dan golongan.

Latar belakang sosial-budaya dan latar belakang kebahasaan yang berbedabeda itu tidak pula
menghambat adanya perhubungan antaradaerah dan antarbudaya. Berkat adanya bahasa
nasional, orang Indonesia dapat berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa,
sehingga kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa
tidak perlu dikhawatirkan.

Sejalan dengan fungsi sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya, bahasa
Indonesia melaksanakan fungsinya sebagai alat pengungkapan perasaan. Kalau beberapa
masa yang lampau masih ada orang yang sulit atau belum saggup mengungkapkan
perasaannya yang halus dan menyajikan secara ilmiah pemikiranpemikirannya, maka dalam
perkembangannya, bahasa Indonesia mengemban fungsinya, sehingga menghasilkan berbagai
jenis karya sastra dan laporan penelitian atau artikel-artikel ilmiah lainnya.

2.2 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara


Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa Negara, tertuang dalam pasal khusus
Undang-Undang Dasar 1945, yaitu Bab XV, Pasal 36, yang menyatakan bahwa ―Bahasa
Negara ialah bahasa Indonesia.‖ Di dalam kedudukanya sebagai bahasa Negara, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai: (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar di dalam
dunia pendidikan, (3) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan
dan pelaksanaan pembangunan nasonal serta kepentingan pemerintah, dan (4) alat
pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi (Halim, 1980:24).
Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai di dalam segala upacara,
peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan.
Dokumen-dokumen dan keputusan-keputusan serta surat-menyurat yang dikeluarkan oleh
pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya seperti Dewan Perwakilan Rakyat dan
Majelis Permusyawaratan Rayat ditulis di dalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato, terutama
pidato kenegaraan, ditulis dan diucapkan di dalam bahasa Indonesia. Hanya di dalam keadaan
tertentu, demi kepentingan komunikasi antarbangsa, kadang-kadang pidato resmi ditulis dan
diucapkan di dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Demikian pula halnya dengan
pemakaian bahasa Indonesia oleh warga masyarakat Indonesia di dalam hubungan dengan
upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan. Dengan kata lain, komunikasi timbal-balik
antara pemerintah dan masyarakat berlangsung dengan mempergunakan bahasa Indonesia.
Dapat pula ditambahkan, penguasaan bahasa Indonesia dijadikan salah satu faktor yang
menentukan di dalam pengembangan ketenagaan, seperti penerimaan karyawan baru,
kenaikan pangkat baik sipil maupun militer, dan pemberian tugas-tugas khusus baik di dalam
maupun luar negeri. Di samping itu, penggunaan bahasa dalam siaran radio dan televisi,
termasuk sebagai salah satu medium menjalankan fungsi ini.

Kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia berfungsi pula sebagai bahasa
pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari taman kanakkanak sampai dengan
perguruan tinggi di seluruh Indonesia, kecuali daerah-daerah bahasa seperti daerah Aceh,
Batak, Sunda, Jawa, Madura, Bali, dan Makasar. Di daerah-daerah bahasa ini, bahasa daerah
yang bersangkutan dipakai sebagai bahasa
pengatar sampai dengan tahun ketiga pendidikan dasar. Dalam fungsinya sebagai alat
pengembangan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan, dan teknologi, bahasa Indonesia
adalah alat yang memungkinkan untuk membina serta mengembangkan kebudayaan nasional
sehingga ia memiliki ciri-ciri dan identitasnya sendiri, yang membedakannya dari
kebudayaan daerah. Pada waktu yang sama, bahasa Indonesia dipergunakan sebagai alat
untuk menyatakan nilai-nilai sosial budaya nasional Indonesia. Di samping itu, dalam
penyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi, bahasa Indonesia dapat menjadi medium
penulisan bukubuku teks, penerjemahan buku-buku teks, serta penyajian pelajaran di
lembagalembaga pendidikan.
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional atau bahasa persatuan dan bahasa
Negara masih harus terus dimantapkan dan dikaji ulang.

Pada dasarnya peran atau fungsi bahasa Indonesia dari waktu ke waktu boleh dikatakan tidak
mengalami perubahan. Artinya, rincian fungsi bahasa Indonesia, boleh dikatakan berlaku
sepanjang masa selama bahasa Indonesia berstatus sebagai bahasa persatuan atau nasional
dan bahasa Negara. Yang perlu dipertimbangkan ialah kemungkinan memberikan perhatian
yang lebih khusus pada fungsi-fungsi tertentu, sesuai dengan perkembangan zaman dan
tuntutan dari masyarakat pemakainya. Perhatian khusus tersebut terutama berkaitan dengan
fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana pembangunan bangsa, sebagai sarana pengembangan
iptek, dan sebagai sarana pembinaan kehidupan budaya bangsa.

Begitu kompleksnya jaringan masalah kebahasaan di Indonesia karena adanya persentuhan


antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah pada satu pihak, dan antara bahasa Indonesia dan
bahasa asing pada pihak yang lain, ditambah pula dengan tuntutan agar bahasa Indonesia
menjadi sarana komunikasi yang efektif dan efisien dalam berbagai bidang kehidupan, Hasan
Alwi (dalam Alwi dan Dendy Sugono, dkk., 1998:109) mengungkapkan bahwa pembinaan
dan pengembangan bahasa Indonesia tidak semata-mata didasarkan pada eksistensi bahasa
Indonesia sebagai sistem fonologi, gramatikal, dan semantik, tetapi juga harus
mempertimbangkan faktor-faktor nonkebahasaan seperti ekonomi, politik, pendidikan, iptek,
dan kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai