Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran. Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi
pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran
ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan
strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif
(Sanjaya, 2008:127).
A. PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME
1. Pengertian Pendekatan Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan pandangan filsafat yang pertama kali dikemukakan oleh
Giambatista Vico tahun 1710,yang pada intinya adalah bahwa pengetahuan seseorang
itu merupakan konstruksi individu melalui interaksi dengan objek, fenomena
pengalaman danlingkungannya (Suwarna &Poedjiadi, 2012). Konstruktivisme merupakan
landasan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta–fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna
melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, bergelut dengan ide–ide, yaitu siswa
harus mengkonstruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri (Suwangsih, 2000).Menurut
Suparno (1997) secara garis besar prinsip-prinsip konstruktivisme adalah sebagai
berikut:
a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri,baik secara personal maupun secara
sosial;
b. Pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan keaktifan siswa
sendiri untuk bernalar;
c. Siswa aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga terjadi perubahan
konsep menuju kekonsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep
ilmiah;
Konstruktivisme dibedakan dalam dua tradisi besar yaitu konstruktivis mepsikologis
(personal) dan sosial.
Konstruktivisme psikologis bercabang dua, yaitu yang lebih personal (Piaget, 1981)
dan yang lebih sosial (Vygotsky); sedangkan konstruktivisme sosial berdiri sendiri
(Kukla, 2003)
a. Konstruktivisme Psikologis (Personal)
Piaget dalam Fosnot (1996) menyoroti bagaimana anakanakpelan-pelan
membentukskemapengetahuan,pengembanganskema,danmengubahskema.Iamenekankanbagaimana
anak secara individual mengkonstruksi pengetahuan dari berinteraksi dengan
pengalaman dan objek yang
dihadapinya.Iamenekankanbagaimanaseoranganakmengadakanabstraksi,baiksecarasederhana
maupun secara refleksif, dalam membentuk pengetahuannya. Tampak bahwa tekanan
perhatian Piaget lebih keaktifan individu dalam membentuk pengetahuan. Bagi Piaget,
pengetahuanlebih dibentuk oleh si anak itu sendiriyangsedangbelajar dari
padadiajarkan oleh orangtua.Konstruktivismepsikologis bercabang dua yaitu :
(1)yang lebihpersonal,individual,dansubjektif seperti Piaget dan para pengikutnya;
(2) yang lebih sosial seperti Vigotsky. Piaget menekankan aktivitas individual,
lewat asimilasi dan akomodasi (Suparno, 1997) dalam pembentukan pengetahuan;
sedangkan Vygotsky menekankan pentingnya masyarakat dalam mengkonstruksi
pengetahuan ilmiah (Mattews,1994).Dalam pandangan Piaget, pengetahuan dibentuk oleh
anak lewat asimilasi dan akomodasi dalam prosesyang terus menerus sampai ketika
dewasa. Asimilasi adalah proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan
persepsi, konsep, nilai-nilai ataupun pengalamanbaru ke dalam skema atau pola yang
sudah ada didalampikirannya. Asimilasi dapat dipandang sebagai suatu proses
kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan yang baru
dalam skema yang telah ada. Setiap orang selalu secara terus menerus mengembangkan
proses asimilias.
b. Konstruktivisme sosial
Pendukung konstruktivisme sosial berpendapat bahwa di samping individu, kelompok di
mana individu berada, sangat menentukan proses pembentukan pengetahuan pada diri
seseorang. Melalui komunikasi dengan komunitasnya, pengetahuan seseorang dinyatakan
kepada orang lain sehingga pengetahuan itu mengalami verifikasi, dan penyempurnaan.
Selain itu, melalui komunikasi seseorang memperoleh informasi atau pengetahuan baru
dari masyarakatnya.
pemaknaan.
developmentof knowledge.
rasatanggungjaawab pribadi.
di depan temanyanglain.
di depan temanyanglain.
B. PENDEKATAN BEHAVIORISTIK
Berdasarkan bekal keturunan atau pembawaan dan berkat pola-pola bertingkah laku
yang menjadi ciri-ciri khas dari
kepribadiannya.
proses belajar.
Siswa
b) mementingkan bagian-bagian;
sebelumnya;
dan pengulangan;
behavioristik.
dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentukbentuk penghargaan
langsung seperti diberi permen atau pujian.
yaitu :
Rogers.
Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan
materi yang tidak disukai atau tidak relevan
(petunjuk):
siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan
pendorong, yang tersembunyi
siswa
selama belajar
Siswa
spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metodemetode yang diterapkan. Peran
guru dalam pembelajaran
pembelajaran.
negatif.
yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan
D. PENDEKATAN KOGNITIF
pengelolaan informasi dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga
berhubungan dengan kehendak dan
bahwa kapasitas sensori dan jasmani bayi yang baru lahir tidak
otak bayi tersebut. Sebagai bukti, jika seorang bayi lahir dengan
anak.
pengetahuan konseptual.
prosedural digunakan
2. Teori Pendekatan Kognitif
sebagainya.
1. belajar aktif;
Pembelajaran
pembelajaran adalah :
perkembangannya.
(Soemanto, 2008).
5.Tokoh-tokoh Kognitivisme yaitu
- Jean Piaget,
- Jarome Bruner,
-Ausebel dan
-Robert M. Gagne.
E. PENDEKATAN KONTEKSTUAL
kontekstual
1) Kerjasama
2) Saling menunjang
7) Siswa aktif
10) Dinding dan lorong penuh dengan hasil kerja siswa, petapeta, gambar, artikel,
humor, dan lain-lain
11) Laporan kepada orang tua bukan hanya rapot tetapi hasil
lain-lain.
Kontekstual
tidak dapat dipisahkan dari fisik dan konteks sosial tempat siswa
(relating),
4) Kolaborasi (collaborating),
8) Asesmen yang autentik.Menurut Siregar & Nara (2011) komponen yang menyusun
(relating),
4) Kolaborasi (collaborating),
langkah yang harus dilalui yang disebut degan fase, Aqib (2013)
langkah yang harus dilalui yang disebut degan fase, Aqib (2013)
tugas mereka.
hasil kerja.
a) Mengamati
b) Menanya
c) Menalar
d) Mencoba
e) Membentuk jejaring
yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi disajikan berikut ini.
pendekatan saintifik.
apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugastugas yang belum
dipelajari namun tugas-tugas itu masih
dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu (Nur dan Wikandari, 2000).
C. Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
pendekatan saintifik
dasar;
lingkungannya;
lingkungannya;
orang lain.
C. Tujuan Pembelajaran Tematik
yang jelas;
berkesan;
atau pengayaan.
abstrak.
Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsepkonsep tersebut secara utuh. Hal ini
diperlukan untuk
e) Bersifat fleksibel
berikut:
lintas semester;
harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri;
berikut:
lintas semester;
harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri;