Anda di halaman 1dari 8

Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Diintegrasikan Dengan Think Pair

Share Menggunakan Media Digital Untuk Meningkatkan Pengetahuan Konseptual Dan


Metakognitif Siswa Pada Materi IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

A. Kajian Teori
1. Model pembelajaran Discovery Learning
1.1 Pengertian Model pembelajaran Discovery Learning
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) itu adalah pengetahuan manusia yang diperoleh dengan
cara melewati serangkaian kegiatan yang mengembangkan pengetahuan, keterampilan,sikap
ilmiah (Suparman et al., 2020). Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan
kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban,
menyempurnakan jawaban tentang ”apa” , ”mengapa” dan ”bagaimana” tentang gejala alam dan
karakteristik alam sekitar dengan cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan
teknologi (Sabihi, 2019). Seiring dengan berkembangnya teknologi dan pengembangan
kurikulum. Kurikulum terbaru yang diterbitkan pemerintah adalah kurikulum 2013 yang
dirancang salah satunya dengan menekankan pada model Discovery learning.
Menurut Indriyani et al., (2019) menyatakan bahwa dengan menggunakan pembelajaran
pendekatan scientific model discovery learning dimana siswa diberikan suatu permasalahan yang
berkaitan dengan konsep-konsep fisika diharapkan siswa dapat berkembang secara mandiri
melalui proses berpikir. Sedangkan menurut Anastasha et al., (2021) bahwa Model pembelajaran
ini mengarahkan siswa untuk mengamati, menanya, mencoba, menganalisis dan
mengkomunikasikan sehingga proses pembelajaran akan melibatkan siswa untuk menemukan
sendiri berbagai konsep.

1.2 Tujuan Model pembelajaran Discovery Learning


Model Discovery learning berorientasi pada pendekatan scientific merupakan salah satu
cara untuk dapat meningkatkan kemampuan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri dalam
memecahkan masalah siswa dalam mata pelajaran IPA. Setelah siswa mampu menemukan
sendiri, menyelidiki sendiri dalam memecahkan masalah, maka diharapkan dengan treatmen
yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa SD (Andhrieansyah & Hakim, 2019).
Model pembelajaran Discovery Learning termasuk banyak digunakan disekolah–sekolah
yang sudah maju. Menurut Budiana (2022) dalam bukuna yang Berjudul “Strategi
Pembelajaran” menerangkan terdapat 5 (lima) penyebab model pembelajaran Discovery
Learning banyak digunakan di berbagai sekolah karena :
(1) Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar peserta didik aktif,
(2) Dengan menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil yang
diperoleh akan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan peserta didik,
(3) Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betuk dikuasai
dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain,
(4) Dengan menggunakan model ini anak belajar menguasai satu metode ilmiah yang
akan dapat dikembangkan sendiri,
(5) Peserta didikbelajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang
dihadapi sendiri,kebiasaaa ini akan ditransfer ke kehidupan nyata.
1.3 Langkah-langkah pembelajaran discovery Learning
Berdasarkan pendapat ahli di atas mengenai pengertian model pembelajaran Discovery
Learning adalah dapat membuat siswa aktif dengan menemukan konsep sendiri, menyelidiki
sendiri dan menimbulkan rasa puas dalam diri siswa. Adapun langkah–langkah model
pembelajaran Discovery Learning menurut Raswel et al., (2021) dalam bukunya yang berjudul
“Pengembangan Buku Ajar Tematik Terpadu Berbasis Model Discovery Learning Kelas IV
Sekolah Dasar” yaitu :
a. memberikan stimulus kepada siswa,
b. mengidentifikasi permasalahan yang relevan dengan bahan pelajaran, merumuskan masalah
kemudian menentukan jawaban sementara (hipotesis),
c. membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk melakukan diskusi,
d. memfasilitasi siswa dalam kegiatan pengumpulan data, kemudian mengolahnya untuk
membuktikan jawaban sementara (hipotesis),
e. mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatannya, dan
f. mengarahkan siswa untuk mengomunikasikan hasil temuannya.

1.4  Penilaian pada Model Pembelajaran Discovery Learning


Jenis penilaian Model Discovery Learning dapat dilakukan dengan menggunakan tes
maupun nontes. Dapat berupa aspek kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja peserta
didik. Adapun penggunaan penilaian aspek masing –masing seperti aspek kognitifm afektif dan
psikomotorik disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing baik berupa tes ataupun
nontes(Susmiyati, 2022).
Dari pemaparan model pembelajaran discovery learning di atas cukup jelas bahwa
dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning yang diterapkan pada materi
Klasifikasi Makhluk Hidup IPA SMP kelas VII sangat cocok karena dengan model pembelajaran
discovery learning ini peserta didik diarahkan untuk mengkonstruk atau membangun
kemampuannya belajarnya secara mandiri dari apa yang ia kerjakan, seperti  menentukan benda
hidup dan tak hidup dari benda sekitar, menentukan ciri-ciri makhluk hidup dan benta tak hidup
dari apa yang ia amati dilingkunganya.

2. Model Pembelajaran Think Pair Share


2.1 Pengertian Model Pembelajaran Think Pair Share
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis
dalam mengorganisasi pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan
berfungsi sebagai panduan bagi perancang pembelajaran (Faizah dkk, 2019). Dalam dunia
pendidikan terdapat model pembelajaran salah satunya adalah kooperatif. Pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran yangn menitikberatkan pada pemanfaatan kelompok
siswa untuk bekerja sama memaksimalkan kondisi pembelajaran guna mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat macam-macam
model pembelajaran salah satunya yaitu Think Pair Share. Menurut Sadipun (2020) model
pembelajaran Think Pair Share merupakan model pembelajaran kooperatif yang memberikan
waktu kepada siswa untuk berpikir, merespon dan saling membantu.
2.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Think Pair Share
Adapun langkah-langkah model Think Pair Share menurut Sugiarto (2020) adalah
sebagai berikut:
a. Berpikir: Setiap siswa memikirkan permasalahan yang diberikan secara individu dan didorong
untuk mencatat
b. Berpasangan: siswa kemudian dikelompokkan menjadi pasangan-pasangan (biasanya dengan
teman duduknya) untuk bertukar dan mendiskusikan ide mereka. berpasangan tidak hanya
memungkinkan siswa untuk memeriksa pemikiran mereka sendiri, tetapi juga untuk
mempertimbangkan pemikiran pasangan mereka tentang masalah tersebut,
c. Berbagi: Siswa membagikan ide-ide mereka yang telah terbukti dan mempresentasikan hasil
diskusinya didepan siswa yang lain.

Penggunaan model Think Pair Share dapat mempengaruhi hasil belajar siswa ditunjukkan
dengan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa, ketertarikan belajar dengan
berkelompok, mengajak siswa agar dapat mandiri, mengasah kecerdasan otak, berani
berpendapat, lebih menyenangkan, siswa tidak mudah bosan. Hal ini sejalan dengan pendapat
Mundelsee & Jurkowski (2021:2), dimana model ini mengutamakan siswa untuk berperan aktif
bersama teman satu kelompoknya melalui diskusi dan pemecahan masalah. Siswa berbagi ide
pemecahan masalah dengan teman kelompoknya. Keadaan ini membuat siswa berpartisipasi
lebih aktif dalam proses pembelajaran, yang nantinya mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh
setelah seseorang melakukan kegiatan belajar mengajar. Menurut Sadipun (2020) bahwa anak
sekolah dasar memiliki karakteristik senang bermain, senang bergerak, dan anak senang bekerja
dalam kelompok. Oleh karena itu, setiap proses pembelajaran perlu diterapkan model
pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan hasil belajar.

3. Pengetahuan Konseptual
3.1 Pengertian Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan konseptual memuat ide atau gagasan dalam suatu disiplin ilmu yang
memungkinkan orang untuk mengklasifikasikan suatu objek atau mengelompokan atau
mengklasifikasikan berbagai objek. Pengetahuan konseptual berkaitan dengan klasifikasi,
kategori, prinsip, generalisasi, teori, model dan struktur (Handayani dan Sutama, 2022). Menurut
Susanti (2022), pengetahuan konseptual meliputi kategori dan klasifikasi, serta hubungan
keduanya. Pengetahuan konseptual memuat skema-skema, model-model mental, atau teori-teori
eksplisit dan implisit dalam model-model psikologi kognitif yang berbeda.

3.2 Jenis-Jenis Pemahaman Konseptual


Pengetahuan konseptual menurut Utami et al, (2022) dibagi dalam tiga jenis, sebagai
berikut.

a. Pengetahuan klasifikasi dan kategori


Pengetahuan klasifikasi dan kategori, meliputi kategori, kelas, pembagian, dan
penyusunan spesifik yang digunakan dalam pokok bahasan yang berbeda.

b. Pengetahuan Dasar dan Umum


Pengetahuan dasar dan umum, meliputi abstraksi nyata yang menyimpulkan fenomena
dalam penelitian.
c. Pengetahuan Teori, Model, dan Struktur
Pengetahuan teori, model, dan struktur meliputi pengetahuan mengenai prinsip dan
generalisasi dengan hubungan yang jelas dengan menyajikan pandangan sistemis, jelas, dan bulat
mengenai suatu fenomena, masalah, atau pokok bahasan yang kompleks.

4. Metakognitif
Strategi metakognitif merupakan istilah yang bagi banyak orang adalah istilah yang tidak
asing. Namun banyak juga yang tidak familiar dengan istilah ini, bahkan bagi sejumlah guru,
padahal bisa jadi mereka telah lama menerapkannya di ruang kelas dalam pengajarannya, hanya
saja belum mengenal istilahnya saja (Purwandari, 2022). Ulasan singkat dan sederhana ini
mencoba membahas apa itu strategi metakognitif, mengapa hal ini penting untuk dipahami dan
diterapkan, dan bagaimana cara melatih strategi metakognitif kepada peserta didik di kelas.
Tulisan ini diupayakan agar mudah dipahami serta dapat memberikan penyadaran bagi pembaca
tentang mengapa hal ini krusial, dan dapat diterapkan secara praktis di ruang kelas.
Banyak yang bersikap skeptis dan menganggap melatih strategi metakognitif sangat sulit
diterapkan di kelas dengan kondisi lingkungan belajar dan sederet permasalahan pendidikan kita
di Indonesia. Padahal pada kenyataannya, melatih strategi metakognitif dapat dilakukan dengan
langkah langkah sederhana. Langkah langkah sederhana yang bisa dilakukan salah satuna yakni
menurut Amadita (2022), di antaranya sebagai berikut.

a. Pre-assessment (Self Assessment)


Guru menulis beberapa pertanyaan terkait materi sebelumnya, meminta siswa untuk menuliskan
pada selembar kertas tanpa menulis nama. Pertanyaan terkait tentang topik, kendala, tantangan,
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Guru meminta siswa untuk mendiskusikan mengapa
kendala muncul, pemecahan masalahnya, dan apa yang akan dilakukan jika berada pada situasi
yang sama.

b. Jurnal Refleksi
Setiap akhir pembelajaran, siswa diminta menulis refleksi singkat dengan pertanyaan-pertanyaan
panduan seperti apa yang sudah dipelajari, apa yang belum dimengerti, mengapa tidak dipahami,
apa yang perlu dilakukan untuk selanjutnya, bagaimana perasaannya ketika mempelajari materi
tersebut, dan seterusnya.

c. Model KWL
KWL singkatan dari (Know, Want, Learned atau What do you know? What do you want to learn?
What have you learned?). Langkah-langkahnya adalah pada awal pembelajaran siswa diminta
membuat tabel yang berisi 3 kolom yang berisi ‘Apa yang diketahui’ (Know), ‘Apa yang ingin
dipelajari’ (Want), ‘Apa yang telah dipelajari’ (Learned). Di awal pembelajaran siswa mengisi
kolom Know dan Want. Selanjutnya, pada akhir pembelajaran, meminta siswa untuk
merefleksikan apa yang sudah dipelajari di kolom ‘Apa yang sudah dipelajari’ (Learned).

d. Perangkat Organisasional
Berangkat organisasional di sini dapat berupa cek list, rubrik, atau peta konsep. Siswa diminta
mengisi refleksi berupa cek list, rubrik, atau peta konsep terkait refleksi pembelajaran.
e. Thinking Aloud
Disela-sela pembelajaran, guru dapat secara Periodik menanyakan kepada siswa tentang apa
yang telah diketahui atau dipelajari, jika siswa kebingungan, tanyakan apa yang tidak dipahami
dan mengapa. Minta mereka memecahkan masalahnya sendiri disesuaikan dengan pengalaman
masing masing.

f. Model Pembelajaran Eksplisit


Model pembelajaran eksplisit dapat berupa langkah langkah atau siklus pembelajaran (teaching
and learning cycle) yang secara eksplisit diajarkan kepada siswa. Sebagai contoh, dalam
pembelajaran bahasa Inggris berbasis teks, model pembelajaran yang biasa digunakan
diantaranya Building knowledge of Field, Text Modelling, Joint Construction, Independent
Construction, dan Linking related text di mana masing masing tahapan secara eksplisit diajarkan
kepada siswa. Dengan model eksplisit seperti ini, siswa dapat dengan mudah memanfaatkan
panduan siklus pembelajaran apabila menemukan kendala dalam pembelajaran atau menjadi road
map dalam pembelajaran.

5. Media pembelajaran berbasis Digital


Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kesuksesan seseorang belajar IPA adalah metode
atau strategi belajar yang digunakan guru. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut di
atas, metode, strategi atau teknik pembelajaran yang tepat perlu diupayakan. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan guru adalah melakukan inovasi dalam strategi atau teknik pembelajaran.
Salah satu inovasi Pembelajaran IPA yang dapat dilakukan oleh seorang guru
mengkolaborasikan model pembelajaran yang interaktif berbasi IT (Informasi dan Teknologi)
dan Digital (Batubara, 2022).
Pemanfaatan teknologi sebagai media pembelajaran merupakan salah satu langkah
inovatif untuk meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan di Indonesia, sehingga dapat
bersaing di tingkat global. Hal ini terlihat pada pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian
Pendidikan Indonesia yang telah mulai memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu dalam dunia
pendidikan yang dapat digunakan untuk menunjang proses belajar mengajar di sekolah (Dasi &
Putra, 2022).
Buku E-book atau disebut juga buku digital merupakan sebuah publikasi yang terdiri dari
teks, gambar, maupun suara dan dipublikasikan dalam bentuk digital yang dapat dibaca di
komputer maupun perangkat elektronik lainnya. E-book dapat digunakan sebagai salah satu
sumber belajar. E-book merupakan buku dalam format elektronik berisikan informasi yang dapat
berwujud teks atau gambar. E-book diminati karena ukurannya yang kecil, tidak mudah lapuk,
dan mudah di bawa. Keunggulan e-book yang lain adalah dapat menampilkan ilustrasi
multimedia, misalnya animasi (Kurniasari & Utami, 2022). Sejalan dengan hal tersebut, (Janah
& Atmojo) mengatakan bahwa e-book adalah salah satu teknologi yang memanfaatkan komputer
untuk menayangkan informasi multimedia dalam bentuk yang ringkas dan dinamis. E-book
mampu mengintegrasikan tayangan suara, grafik, gambar, animasi, maupun movie atau video
sehingga informasi yang disajikan lebih kaya dibandingkan dengan buku konvensional.
Untuk mengunduh Buku Sekolah Elektronik (BSE), langkah pertama yang harus
dilakukan adalah membuka website buku.kemdikbud.go.id. Terdapat beberapa laman yang
menyediakan Buku Sekolah Elektronik salah satu diantaranya yang menyediakan adalah
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku Elektronik memiliki format
sesuai kebutuhan, antara lain PDF, JPEG, LIT, dan HTML. Format PDF banyak dipakai dalam
buku elektronik. Berkas buku elektronik ini pada umumnya siap untuk dicetak. Format jenis
JPEG merupakan format buku elektronik berupa gambar. Buku konvensional jika dipindai, maka
akan menghasilkan format ini. Format LIT merupakan format dari Microsoft Reader yang
memungkinkan teks dalam buku elektronik disesuaikan dengan layar lebar perangkat yang
digunakan untuk membacanya. Ekstensi HTML merupakan ekstensi dari website. Layout tulisan
dan gambar dapat diatur, akan tetapi hasil dalam layar kadang tidak sesuai apabila dicetak
(Batubara, 2022).

Gambar 1. Buku Sekolah Elektronik (BSE).


Ref :

Suparman, T., Prawiyogi, A. G., & Susanti, R. E. (2020). Pengaruh Media Gambar Terhadap
Hasil Belajar IPA Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 4(2), 250–256.
Sabihi, M. (2019). Penerapan Paikem Gembrot Untuk Menignkatkan Hasil Belajar Sains Di
Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 3(4), 2144–2158.
Indriyani, D., Desyandri, D., Fitria, Y., & Irdamurni, I. (2019). Perbedaan Model Children’s
Learning In Science (Clis) Dan Model Scientific Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Tematik Terpadu Di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu.
https://Doi.Org/10.31004/Basicedu.V3i2.216.
Anastasha, D. A., Movitaria, M. A., & Safrizal, S. (2021). Peningkatan Aktivitas Dan Hasil
Belajar Matematika Menggunakan Model Kooperatif Tipe Student Teams Achievement
Division Di Madrasah Ibtidaiyah. Jurnal Basicedu, 5(4), 2626–2634.
Andhrieansyah, L., & Hakim, R. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Dan Motivasi
Terhadap Hasil Belajar Seni Rupa Siswa Kelas Viii Sekolah Menengah Pertama Negeri
31 Padang. Jurnal Seni Rupa. Universitas Negeri Padang, February, 1–9.
https://Doi.Org/.1037//0033-2909.I26.1.78
Budiana, I., Haryanto, T., Khakim, A., Nurhidayati, T., Marpaung, T. I., Sinaga, A. R., & Laili,
R. N. (2022). Strategi Pembelajaran. CV Literasi Nusantara Abadi.
Raswel, H., Hakim, R., Amini, R., & Bentri, A. (2021). Pengembangan Buku Ajar Tematik
Terpadu Berbasis Model Discovery Learning Kelas IV Sekolah Dasar. Genta Mulia:
Jurnal Ilmiah Pendidikan, 12(2).
Susmiati, S. (2022). Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Materi Perkembangbangbiakan
Tumbuhan Melalui Model Discovery Learning Kelas VI Sd Negeri 1 Giripurwo Tahun
Pelajaran 2020/2021. Jurnal Riset Pendidikan Indonesia, 2(1), 23-33.
Faizah, Z., Hanief, M., & Dina, L. N. A. B. (2019). Profesionalisme Guru Dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan Di Madarsah Ibtidaiyah Tahfidz Al-Asyhar Malang. Jurnal Pendidikan
Madrasah Ibtidaiyah, 1(3), 134–140.
http://Riset.Unisma.Ac.Id/Index.Php/Jpmi/Article/View/3234/2886
Sadipun, B. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Ips Siswa Kelas V Sdi Ende 14. Inteligensi : Jurnal Ilmu
Pendidikan, 3(1), 11–16. https://Doi.Org/10.33366/Ilg.V3i1.1461
Sugiarto, T. (2020). Contextual Teaching And Learning (Tcl) - Tingkatkan Hasil Belajar Peserta
Didik. CV.Mine.
Mundelsee, L., & Jurkowski, S. (2021). Think And Pair Before Share : Effects Of Collaboration
On Students’. Learning And Individual Differences, 88(May 2020), 102015.
https://Doi.Org/10.1016/J.Lindif.2021.102015
Hayani, S. N., & Sutama, S. (2022). Pengembangan Perangkat dan Model Pembelajaran Berbasis
TPACK Terhadap Kualitas Pembelajaran Daring. Jurnal Basicedu, 6(2), 2871-2882.
Susanti, R. Y. (2022). Pengaruh penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5 Fase (LC 5-E)
terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPA pada matgeri termokimia di SMA Negeri 2
Malang. SKRIPSI Mahasiswa UM.
Utami, S. R., Lokaria, E., & Rosalina, E. (2022). Penerapan Model Pembelajaran Think Talk
Write (TTW) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri
2 Jambu Rejo. Silampari Sains and Education, 1(1), 32-40.
Purwandari, N. (2022). Keterampilan metakognitif pada pembelajaran IPA biologi di kalangan
siswa SMP Kota Blitar. SKRIPSI Mahasiswa UM.
Amadita, A. D. R. (2022). PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONSERVATION BASED
LEARNING (CBL) TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF DAN KETERAMPILAN
METAKOGNITIF SISWA MTs NEGERI DI BLITAR (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Malang).
Batubara, H. H. (2021). Media pembelajaran digital. PT Remaja Rosdakarya.
Kurniasari, A. A., & Utami, R. D. (2022). Pembelajaran Inovatif dan Interaktif Siswa Sekolah
Dasar melalui Media Digital Planetarium. Jurnal Basicedu, 6(3), 4999-5006.
Dasi, N. L. K. D., & Putra, D. K. S. (2022). Pengembangan Media Pembelajaran E-Komik
Berbasis Pendekatan Kontekstual Pada Materi Perubahan Wujud Benda Muatan IPA
Kelas V SD. Jurnal Pendidikan dan Konseling, 4(3), 354-362.

Anda mungkin juga menyukai