BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar
tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa
Bruner menyatakan bahwa anak harus berperan aktif didalam belajar. Lebih lanjut
dinyatakan, aktivitas itu perlu dilaksanakan melalui suatu cara yang disebut
konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna,
membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan
sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan
pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar
10
pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat
belajar sendiri.
model pemecahan masalah yang akan bermanfaat bagi anak didik dalam menghadapi
agar siswa mampu memahami materi dengan baik dan pembelajaran lebih terasa
bermakna, sehingga hasil belajar siswa pun akan meningkat. Karena model Discovery
sehingga akan lebih menarik perhatian anak didik dan memungkinkan pembentukan
realistis. Dan melalui model Discovery Learning siswa menjadi lebih dekat dengan
apa yang menjadi sumber belajarnya, rasa percaya diri siswa akan meningkat karena
dia merasa apa yang telah dipahaminya ditemukan oleh dirinya sendiri, kerjasama
dengan temannya pun akan meningkat, serta tentunya menambah pengalaman siswa
(Putrayasa, 2014).
Model Discovery Learning menjadi salah satu alternatif upaya guru dalam
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa yang mempunyai keunggulan. Adapun
keunggulan dari model Discovery Learning ini, yaitu membantu siswa untuk
kognitif, membangkitkan gairah belajar siswa, menimbulkan rasa senang pada diri
siswa, meningkatkan rasa ingin tahu serta menumbuhkan rasa percaya diri pada
dirinya. Sedangkan kelemahan model Discovery Learning yaitu tidak cocok untuk
jumlah siswa yang banyak dan membutuhkan waktu yang lama (Meilisa, 2016).
11
pertanyaan, anjuran membaca buku, dan belajar lainnya yang mengarah pada
masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan
yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara, melakukan uji coba
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah
diperoleh siswa melalui wawancara, observasi dan sebagainya. Tahap ini berfungsi
pengetahuan baru dari alternatif jawaban yang perlu mendapat pembuktian secara
logis.
5) Verification (Pembuktian)
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian
bahwa langkah-langkah atau sintaks model discovery learning dilakukan dengan cara
melibatkan siswa ke dalam proses pembelajaran secara langsung, yang dimulai dari
terarah.
Konsep sistem ekskresi manusia adalah salah satu konsep yang dipelajari di
kelas VIII semester genap pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada
tingkatan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sistem ekskresi manusia adalah salah
13
satu materi yang membahas mengenai sistem pembuangan zat-zat sisa pada manusia
seperti karbon dioksida, urea, racun dan lainnya. Adapun pokok bahasan pada konsep
sistem ekskresi manusia ini meliputi: struktur dan fungsi sistem ekskresi pada
manusia, gangguan pada system ekskresi manusia, serta upaya untuk mencegah atau
kognitif afektif dan psikomotorik yang terjadi dalam diri seseorang. Perubahan
tersebut bersifat positif dalam berorientasi kearah yang maju dari pada keadaan
sebelumnya. Secara umum hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu
faktor-faktor yang ada dalam diri peserta didik dan faktor eksternal yaitu faktor-faktor
1. Faktor fisiologi atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun yang
diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh dan sebagainya.
2. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun turunan, yang meliputi:
faktor potensial (intelegensi dan bakat), faktor aktual (kecakapan nyata dan
1) Faktor sosial terdiri atas, faktor lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan
faktor kelompok.
2) Faktor budaya (adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian dan
sebagainya)
dalam memengaruhi hasil belajar yang dicapai seseorang. Karena adanya faktor-
intelegensi dan kecemasan (Sanjaya, 2006). Oleh karena itu, hasil belajar sangat
berpengaruh terhadap faktor internal dan eksternal untuk meningkatkan halis belajar
siswa.
kegiatan belajar dan pembelajaran serta bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh
Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam
proses belajar kedua aktivitas itu harus saling berkaitan. Lebih lanjut lagi piaget
menerangkan dalam buku Sardiman bahwa jika seorang anak berfikir tanpa berbuat
sesuatu, berarti anak itu tidak berfikir (Sardiman, 2011). Menurut Hanafiah dkk
15
(2010) menjelaskan bahwa aktivitas belajar dapat memberikan nilai tambah (added
kalangan siswa.
verbalisme.
Keterlaksanaan berasal dari kata dasar laksana, kata terlaksana sendiri dapat
diartikan yang berarti benda yang dipegang dan menjadi tanda khusus suatu area
belajar, lingkungan ini dalam pengertian ini tidak hanya ruang belajar, tetapi juga
16
meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan
dengan kegiatan siswa. Pembelajaran yang baik adalah proses dalam waktu yang
lama dan dilakukan terus menerus, pembelajaran bertujuan untuk merubah prilaku
agar lebih baik dari sebelumnya dan perubahan prilaku tersebut cenderung permanen.
pembelajaran adalah proses yang terjadi atau proses timbal balik antara guru dan
siswa dan media belajar untuk mencapai tujuan yang ada dalam kurikulum.
Seorang guru dapat melihat dan menilai konsep ataupun metode yang
digunakan dalam kegiatan belajar dan mengajar dengan cara mengamati respon yang
ditunjukkan oleh siswa, sehingga respon memiliki peranan penting dalam KBM.
Respon siswa juga dapat mengukur ketertarikan, manfaat yang dirasakan, kendala
yang dihadapi serta harapan siswa dalam model yang digunakan oleh guru tersebut.
Maka beberapa ahli telah mendefinisikan arti dari respon yang memiliki pemaknaan
yang berbeda-beda, berikut pendapat dari beberapa ahli terkait respon siswa dalam
Respons menurut teori J.B. Waston dalam merupakan suatu reaksi objektif
dari individu terhadap situasi sebagai perangsang yang wujudnya dapat bermacam-
macam seperti reflek patella, memukul bola, mengambil makanan, menutup pintu,
dan sebagainya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, respons juga dapat
fungsi kejiwaan yang dapat diperoleh individu setelah pengamatan selesai dilakukan.
17
tanggapan sebagai bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengamatan.
Selanjutnya menurut Ismail Farid dalam Kusuma dan Mimin yang dimaksud dengan
Model pembelajaran yang baik dapat memberikan respons positif bagi siswa setelah
ini adalah minimal 85% siswa yang memberi respons positif terdapat jumlah aspek
yang ditanyakan.
konsep siswa SMP pada sub materi aasam basa garam dengan penerapan
konsep siswa terlihat dari gain score ternormalisasi bahwa sebanyak 16 siswa
termasuk dalam kriteria tinggi, 9 siswa dalam kriteria sedang, dan 2 siswa
yang tergolong rendah. Tujuh aspek pemahaman konsep siswa yang yang
dalam kriteria sedang. Hasil ini menyatakan bahwa pemahaman konsep siswa
terdiri dari tiga siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan,
siswa, khususnya pada materi perubahan wujud benda. Peningkatan ini dilihat
dari persentase ketuntasan tiap siklus. Siswa yang dinyatakan tuntas pada
siklus I berdasarkan hasil tes ada 7 siswa (26,92%), siklus II menjadi 17 siswa
Discovery Learning Pada Siswa Kelas VIIIC SMP Negeri 2 Kusan Hilir”.