Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang

system Pendidikan Nasional sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal I

dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terancana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potansi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta ngendaliandiri, kepribadian dirinya, masyarakat, bangsa, dan

Negara (UU Sisdiknas Namor 20 tahun 2003).

Pengertian pendidikan secara umum, yakni proses transmisi pengetahuan

dari satu orang kepada orang lainnya atau dari satu genarasi lainnya, telah

berlangsung setua umur manusia itu sendiri. Sebab, ketika seorang

mengetahui sesuatu kemudian ia memberitahukan apa yang diketahuinya

tersebut, atau satu generasi mentransmisikan suatu nilai, keyakinan,

pandangan hidup, atau pola-pola merekayasa, dan lain-lain kepada generasi

berikutnya bisa di katakan sebagai telah terjadi proses pendidikan (Latif,

2007) .

Anthony Robinson (dalam Trianto, 2009: 15) mendefinisikan Belajar

sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang

sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Oleh karena itu,

terdapat tiga dimensi belajar yakni: (1) penciptaan hubungan; (2) sesuatu
pengetahuan yang sudah dipahami; dan (3) sesuatu pengetahuan yang baru.

Berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa belajar tidak berarti memulai dari

sesuatu yang tidak dipahami sama sekali, melainkan berangkat dari sesuatu

yang sudah ada lalu dikaitkan dengan pengetahuan yang baru.

Belajar menurut Gulo (2002:8) adalah suatu proses yang

berlangsung dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik

tingkah laku dalam berpikir, bersikap dan berbuat. Terdapat dua makna yang

tersirat dalam definisi tersebut, yakni: (1) Bahwa belajar merupakan suatu

proses dalam diri seseorang untuk mencapai tujuan tertentu; dan (2)

Perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar. Sehingga pada hakikatnya

belajar menyangkut dua hal yaitu proses belajar dan hasil belajar.

Kedua pendapat sebelumnya mengisyaratkan bahwa belajar tidak lain

adalah membangun sebuah pengetahuan yang baru yang dapat diaplikasikan

dalam bentuk sikap dan perilaku sebagai hasil dari konstruksi pengetahuan

lama dan pengetahuan yang baru, sehingga wawasan dan pengetahuan

menjadi lebih dalam dan lebih luas.

Munurut kurniaisih (2014) metode Discopvery Learning adalah teori

beajar yang di definisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila

pelajaran tidak di sajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi di

harapkan siswa menorganisasi sendiri. Sengai strategi belajar, Discovery

Learning mempunyai prinsisp yang sama dengan inkuiri (inquiri) dan

probleng Solving. Tidak ada lebih menekankan pada di temukan konsep atau

prinsip yan sebenarnya tidak di ketahui.


Menurut Hamdani (2011: 184-185) “Discovery (penemuan) adalah proses

mental ketika siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip”.

Adapun proses mental, misalnya mengamati, menjelaskan mengelompokkan,

membuat kesimpulan, dan sebagainya. Sejalan dengan pendapat di atas Sund

(dalam Roestiya, 2012: 20) menyatakan, “Discovery adalah proses mental

dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip”. Menurut

Cahyo (2013:100), “Discovery learning adalah metode mengajar yang

mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh

pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tidak melalui

pemberitahuan, namun ditemukan sendiri”.

Berdasarkan beberapa penjabaran di atas, dapat dirangkum bahwa model

discovery learning adalah suatu kerangka pembelajaran yang dirancang

secara sistematis agar siswa mampu memperoleh pengetahuan/konsep-

konsep dengan menemukan sendiri melalui kegiatan percobaan/eksperimen.

Pengetahuan / konsep-konsep ini disampaikan kepada siswa melalui

permasalahan yang telah direkayasa oleh guru. Dalam penerapan discovery

learning siswa diberi masalah yang berkaitan dengan konsep materi,

kemudian guru memberi kesempatan siswa menemukan jawaban dari

masalah yang berarti mereka menemukan konsep tersebut sendiri sedangkan

guru berperan sebagai pembimbing.

Metode pembelajaran discovery Learning dapat meningkatkan

keterampilan, karena keterempilan prosess merupakan keseluruahan

keterempilan ilmiah yang terarah (baik kognitig maupun psikomotorik) yang


dapat di gunakan untuk menemukan suatu konsep yang telah ada sebelumnya,

ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan?

Flasifikasi. Dengan kata lain keteremilan ini dapat di gunakan sebagai

wahana penemuan dan pengalaman atau di kembangkan ini akan

memantafkan pemahaman tentang keterampilan proses tersebut (Tritanto)

Dari hasil observasi proses pembelajaran Biologi yang di lakukan di SMA

Negeri 8 Seluma dalam pembelaran Sains (Pada materi Biologi) di katahui

pada saat pembelajaran berlangsung siswa kurang memperhatikan penjelasan

guru, terbukti ketika guru memberikan pertanyaan, sebagian dari mereka

tidak bias menjawabnya. Hal ini terjadi karena dalam proses pembelajran

disekolah tersebut hampir seluruh kegiatan pembelajaran masih berpusat pada

guru karena tidak adanya variasi dalam mengajar.

Dari Uraian di Atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “ Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Proses

Sains Peserta Didik Di SMA Negeri 8 Seluma Tahun ajaran 2019/2020”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan di atas maka permasalahan

dalam peneliian ini adalah:

Apakah penerapan model pembeljaran Dicovery Leaning dapat

meningkatkan keterampilan proses Sains di SMA Negeri 8 Seluma.


C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

Untuk mengatahui peningkatan keterampilan siswa dalam proses

pembelajaran Sains melalui penerapan metode pembelajaran Discovery

Learning di SMA Negeri 8 Seluma Tahun ajaran 2019/2020.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai kajian dalam menelaah pengetahuan

mengenai metode pembelajaran pada pembelajaran Sains ( khususnya

pada Biologi ).

2. Manfaat Praktis:

a. Bagi Guru: Meningkatkan semangat mengajar guru, meningkatkan

kualitaas ilmu pengetahuan bagi guru, menambah pengatahuan guru

dalam memilih strategi dan modal pembelajaran yang tepat untuk

pengajaran terutama Biologi

b. Bagi siswa: Meningkatkan peran aktif siswa dalam proses beljar

mengajar, meningkatkan presasi belajar siswa, memici semangat

beajar siswa, mengurangi kebosanan siswa dalam pelajaran Biologi.

c. Bagi Sekolah: Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang

baik pada sekolah itu sendiri, dalam rangka memperbaiki dan

meningkatkan proses belajar pada khususnya Biologi dan sekolah

pada umunya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran


Belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu

(pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru.

Oleh karena itu, terdapat tiga dimensi belajar yakni: (1) penciptaan hubungan;

(2) sesuatu pengetahuan yang sudah dipahami; dan (3) sesuatu pengetahuan

yang baru. Berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa belajar tidak berarti

memulai dari sesuatu yang tidak dipahami sama sekali, melainkan berangkat

dari sesuatu yang sudah ada lalu dikaitkan dengan pengetahuan yang bar

Pengertian belajar Anthony Robinson (dalam Trianto, 2009: 15) .

Belajar menurut Gulo (2002:8) adalah suatu proses yang

berlangsung dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik

tingkah laku dalam berpikir, bersikap dan berbuat. Terdapat dua makna yang

tersirat dalam definisi tersebut, yakni: (1) Bahwa belajar merupakan suatu

proses dalam diri seseorang untuk mencapai tujuan tertentu; dan (2)

Perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar. Sehingga pada hakikatnya

belajar menyangkut dua hal yaitu proses belajar dan hasil belajar.

Kedua pendapat sebelumnya mengisyaratkan bahwa belajar tidak lain

adalah membangun sebuah pengetahuan yang baru yang dapat diaplikasikan

dalam bentuk sikap dan perilaku sebagai hasil dari konstruksi pengetahuan

lama dan pengetahuan yang baru, sehingga wawasan dan pengetahuan menjadi

lebih dalam dan lebih luas.


Trianto (2009:17) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan aspek

kegiatan manusia yang lebih kompleks, yang pada hakikatnya adalah usaha

sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan

interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya untuk mencapai tujuan yang

diharapkan. Berdasarkan pandangan tersebut bermakna bahwa pada konteks ini

terjadi interaksi dua arah antara guru dengan siswa yang terjadi secara intens

dan terarah untuk mencapai suatu tujuan yang sudah ditargetkan. Supaya

tujuan dan target dapat terarah dan berkesinambungan maka diperlukan suatu

acuan pembelajaran yang disebut sebagai kurikulum yang berisi tentang

pengetahuan apa yang diinginkan sisiwa dan bagaimana cara yang efektif

untuk memperolehnya.

Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa

yamg memiliki pengetahuan dan kerampilan dalam memcahkan masalah yang

di hadapi kelak di masyarakat. Untuk menghasilkan siswa yang memiliki

kompetensi yang handal dalam pemecahan masalah. Berdasarkan kajian

beberapa literature terpat banyak strategi pemecahan maslah yang kiranya

dapat di terapkan dalam pembelajaran ( Wena, 2011)

B. Hasil Belajar

Menurut Sudjana (1999:22) bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang

dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Oleh karena itu,

hasil belajar diartikan pula sebagai hasil yang dicapai setelah terjadi

proses belajar dan pembelajaran, yang menghasilkan perubahan tingkah

laku. Wujud dari pada hasil belajar berupa angka atau nilai yang diperoleh
dari tes hasil belajar. Tes hasil belajar dibuat untuk menentukan tingkat

pengetahuan dan keterampilan dalam penguasaan materi (Sumarsono,

2006).

Sumarsono (2006) mengemukakan bahwa hasil belajar memiliki peran

penting dalam proses belajar mengajar. Penilaian terhadap hasil belajar

dapat memberikan informasi sampai sejauh mana keberhasilan seorang siswa

dalam belajar. Berdasarkan informasi tersebut guru dapat memperbaiki dan

menyusun kembali kegiatan belajar pembelajaran lebih lanjut, baik untuk

keseluruhan kelas maupun individu.

Sudjana (2010) mengklasifikasikan kemampuan belajar menjadi tiga

kategori, yaitu:

1. Ranah kognitif, adalah kemampuan intelektual meliputi: pengetahuan/


ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap dan minat meliputi: penerimaan,
jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
3. Ranah psikomotorik, mencakup keterampilan fisik (motorik) dan
kemampuan bertindak, yang terdiri atas gerakan reflek, ketrampilan
gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan,
gerakan keterampilan komplek, dan gerakan ekpresif dan interpretatif.
C. Pengertian Metode Discovery Learning
1. Metode Discovery Learning
Metode Dicovery learning adlah teori belja yang di definisikan

sebgai proses pembelajaran yang terdiri bila pelajaran tidaak si sajakikan

dengan pelajaran delam bentuk sisnansila, tetapi di haraokan siswa

mengorganisasi sendiri 9 (Kurnasih, 2014).


Menurut Hamdani (2011: 184-185) “Discovery (penemuan) adalah

proses mental ketika siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu

prinsip”. Adapun proses mental, misalnya mengamati, menjelaskan

mengelompokkan, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Sejalan dengan

pendapat di atas Sund (dalam Roestiya, 2012: 20) menyatakan,

“Discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan

suatu konsep atau prinsip”. Menurut Cahyo (2013:100), “Discovery

learning adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian

rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum

diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, namun ditemukan sendiri”.

Berdasarkan beberapa penjabaran di atas, dapat dirangkum bahwa

model discovery learning adalah suatu kerangka pembelajaran yang

dirancang secara sistematis agar siswa mampu memperoleh

pengetahuan/konsep-konsep dengan menemukan sendiri melalui kegiatan

percobaan/eksperimen. Pengetahuan / konsep-konsep ini disampaikan

kepada siswa melalui permasalahan yang telah direkayasa oleh guru.

Dalam penerapan discovery learning siswa diberi masalah yang berkaitan

dengan konsep materi, kemudian guru memberi kesempatan siswa

menemukan jawaban dari masalah yang berarti mereka menemukan

konsep tersebut sendiri sedangkan guru berperan sebagai pembimbing.


a. Keunggulan dan kelemahan Metode Discovery Learning

1) Keunggulan

a) Metode ini membantu siswa untuk memperbaiki dan meninkatkan

keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha

penemuan merupakaan kunci dalam proses ini, sesorang tergantung

bagaimana cara balajarnnya.

b) Pengetahuan yang di peroleh melalaui metode ini sangat pribadi dan

ampuh karena menguatkan penegertian, ingatan dan transfer.

c) Menimbutkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa

mnyelidiki dan berhasil

d) Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan

sesuai dengan kecepatannya sendiri.

e) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri

dengan melibatakn akal nya dan motivasi sendiri.

f) Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya,

karema memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

g) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif

mengelurkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak

sebagai siswa, dam sebgai peneliti di dalam situasi diskisi.

h) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keraguan-keraguan_

karena mengarah pada kebenaan yang final dan tertentu atau pasti.

i) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.


j) Membantu dan mngenbangkan ingatan dan transfer kepada situasi

proses beljar yang baik

k) Mendorong siswa berfikir dan bekerja atau inisiatif sendiri

l) Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri

m) Memebrkan keputusan yang bersifat intrinsic, situasi proses belajar

menjadi lebih teransang

n) Prsoes belajar meliputi sesaam aspeknya siswa menuju pada

pembentukan manusia seutuhnya.

o) Meningkatkan penghargaan pada manusia

p) Kemungkinan siswa belajar dengan menfattkan berbagai jenis

sumber belajar

q) Dapat menegmbangkan bakat dan kecakapan individu

(Kurniasih, 2014)

2. Kelemahan

1. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk

beljar. Bagi siwa yang kurang pandai, akan mengalami kusulitan

abstrak atau befikit atau mengumngkapkanhubungan antara konsep-

konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan

menimbulkan frustasi.

2. Metode ini tidak efisien untuk mengjar jumlah siswa yang banyak,

karena membutuhkan waktu yang lain untuk membantu mereka

menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya


3. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar

berhadapan, sedangkan mengembangkan ospek konsep,

keterempilan proses dan emosi secara keseluruhan kurang mendat

perhatian

4. Pengejaran Discovery Lebih cocok untuk mengembangkan

pemahaman, sedangkan mengemnangkan ospek konsep,

keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat

perhatian

5. Pada beberapa disiplin imu, misalnnya Sains / IPA kurang fasilitas

untuk mengukur gagasan yang di kumukakan oleh pasa siswa

6. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang

akan di temukan oleh siswa karena telah di pilih terlebih dahulu

oleh guru.

( Kurniasih, 2014)

b. Langkah-langkah penerapan metode pembelajaran Dicovey Learning

Fase-fase Perilaku guru


Fase 1: 1. Menetukan KD dan mengembangkan ke
Perancanaan dalam tujuan pembelajaran beserta
indicator-indikatornya
2. Melakukan identifikasi maslah yang layak
di temukan jawabannya oleh siswa sehinga
siswa bisa menyelesaikan dengan baik
3. Menyusun kegiatan pembelajaran yang
harus di lakukan siswa terkait kegiatan
penemuan itu beserta perangkat-perangkay
pembeljaran yang di butuhkan.
a. Kegiatan pembelajran, misalnya
dengan perorangan, diskusi kelompok,
pengamatan lapangan, atau kunjungan
ke perpustakaan.
b. Perangkat pembelajaran, misalnya
buku-buku referensi, media
pembelajran, intrumen-instrumen
penulisan.

Fase 2:
Pelaksanaan
1. Merumuskan Guru menyampaikan suatu permasalahn
masalah untuk yang menggugah dan menimbukan
kepenasaran-kepenasaran tentang fenomena
tertentu, masalah itu menorong siswa untuk
melakukan suatu rangkaian pengamatan

2. Membuat Siswa di ajak melakukan identifikasi maslah


jawaban yang kemudian di harapkan bisa bermuara
sementara pada perumusan jawaban sementara. Dengan
(hipotesis) adanya tahap identifikasi seperti ini, mudah
pula bagai siswa ketika harus merumuskan
hipotesis
3. Mengumpulkan
data Hipotesis merupakan jawaban sementara.
Oleh karena itu, perlu ada pembuktian untuk
merumuskan benar tidaknya. Caranya adalah
engan serangkaian pengumpulan data, yakni
dengan:
a. Membaca berbagai dokumen
b. Melakukan pengamatan lapangan
c. Peneliti laboratorium
d. Melakukan wawancara
4. Perumusan
kesimpilan Setelah ada terkumpul dan di analisis,
(Generalization) kemudian di koreksis engan rumusan masalah
sebelumnya. Data-data tersebut digunakan
untuk menjawab permasalahan
tersebut.kesumulan itulah yang di maksud
sebgai penemuan di dalam rangkaian
kegiatan yang di lakukan siswa.
Tabel 2.1 Langkah-langkah penerapan metode pembelaran metode

discovery Learning

( Kosasih,2014)

D. Keterampilan Proses
Pengertian Keterampikan proses merupakan keseluruhan keterampilan
ilmiah yang terarah ( baik kognitif maupun psikomotorik) yang dapat di
unakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsisp atau teori, untuk
mengembang konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan
penyangkalan terhadap suatu penemuan/flasifikausi. dengan pengaaman
atau di kembangkan ini akan memantafkan pemahaman tentang keterampilan
proses tersebut ( Tritanto, 2006).
E. Hakikat Pembelajaran Sains
Kata sains berasal dari bahasa latin scientia yang berarti “saya tahu”.

Dalam bahasa inggris kata science berarti pengetahuan. Jadi sains dapat

diartikan ilmu yang mempelajari sebab dan akibat dari kejadian yang terjadi di

alam ini. Sains atau ilmu pengetahuan alam (IPA) / Biologi berkaitan dengan

cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA / Biologi

bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep, atau prinsip-prinsip yang merupakan suatu proses penemuan.

Menurut Ilma (2012: 1)

Menurut Tritanto (2010) dalam kegiatan belajar mengajar IPA / Biologi

dengan melatih keterampilan proses tidak di harapkan setiap siswa akan

menjadi saiantis, Melaiankan mampu mengemuksksn idenya Bahwa

memehami pembelaran biolgi bergantung pada kemempuan memendan dan

bergaul dengan alam car-cara yang di perbuat oleh ilmuan.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain penelitian
Adapun penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau

Clasroom Action Research. Penelitian tindakan kelas adalah adalah sebuah

bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan

dalam suatu situasi rasionalitas dan keadilan tentang praktik- praktik

kependidikan mereka dan pemahaman tentang praktik yang dilakukan serta

situasi dimana praktek tersebut dapat dilakukan (Kunandar, 2010). Selanjutnya

(Kunandar, 2010) menjelaskan bahwa PTK dapat pula diartikan sebagai suatu

kegiatan ilmia yang dilakukan oleh guru dalam kelasnya diterapkan pada

pembelajaran kedua (siklus II), hanya refleksi terhadap setiap pembelajaran

berbeda tergantung dari fakta dan interpretasi data yang ada atau situasi dan

kondisi yang ditemui pada saat melakukan tindakan

B. Subjek penelitian

Subjek penlitian ini adalah seluruh siswa kelas X 1 SMA Negeri 8 seluma

tahun ajaran 2019/2020.

C. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini di lakukan di SMA Negeri 8 Seluam pada bulan januari-

Februari 2020.

D. Prosedur penelitian

Penelitian tindak kelas ini dapat dilakukan dua atau 3 kali siklus dan

bahkan lebih. Apbila dua atau tiga siklus ini ketuntasan bejar siswa balum
tercapai, maka akan di lanjutkan dengan siklus selanjutnya yaitu 4 dan 5.

Dimana taip sislkus terdiri dari: 1) Perencanaan (Planing), 2) Tindakan

(acting), 3) Pengamatan (Observasi), 4 refleksi (reflecting), (Kunandar , 2010) .

Bagan I. Prosedur penelitian PTK

perencanaan

Refleksi Siklus I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Siklus II Pelaksanaan

pengamatan

perancanaan

Siklus III Pelaksanaan


Refleksi

pengamatan

perancanaan

?
Refleksi

(Arikunto,2006)
E. instrumen penilaian

1. lembar penilaian keterampialan prosesas beljar di man aktifitas belajar

keterampilan proses termasuk ke aktifitas belajat menjadi bebarapa

kegiatan salah satunya kegiatan visual ( membaca, melihat gambar-

gambar, mengamati, eksperimen, demonstrasi dan mengamati orang lain

bekerja atau bermain (hamalik, 2011).

untuk menilai keterampilan proses siswa mengggunakan lemabar

penilain keterampilan proses yang berisis kegiatan siswa selama

pembelajaran dengan menggunakan Metode Pembelajaran Discovery

learning. lembar penilaian keterampilan proses bertujan untuk membantu

siswa dalam membuat percobaab yang akan di laksanakan dan

mengkomunikasikan hasil percobaab tiap siklus.

2. Lembar Tes

Lembar tes digunakan mengukur tingka ketuntasan siswa terhadap

materi yang di ajakan. Tas di lakukan di akhir proses pembelajaran.

F. Teknik pengumpulan data

1. Tahap perencanaan

Dalam tahap ini kegiatan yang di laksanakan yang akan di laksanakan

adalah:

a. Menentukan pokok bahasan

b. Membuat Rencana Peleksanaan pembelajaran (RPP)


c. Membuat scenario pembelajran Discovery Laerning Menyusun diskisi

siswa (LDS)

d. Mempersiapkan tes akhir siklus I, II, III berupa lemabra tertulis

tentang pemahaman siswa terhadap materi pembelajaan

e. Membuat kincu jawaban tes akhir siklus I, II, III

f. Mempersiapkan lembat penilaian keterampilan prose siswa

2. Tahap Pelaksanaan Tidakan

Guru menjeaskan rencana jeiatan dengan melaksanakan skenasrio

pembelajran yang telah di buat berdasarkan rencana pembelajran. Adapun

langkah-langkah pembeljaran dengan menggunkan Metode Pembelajran

Discovery Learning adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Langkah-langkah kegiatan pembelajaran


Pertemuan 1
kegiatan Deskirpsi Alokasi
waktu
pendahuluan  Memberikan salam 15 menit
 Mempersilahkan salah satu siswa
memimpin doa
 Menanyakan kehadiran siswa
 Pengkondisian kelas
 Guru mengantarkan peserta pada
permasalahan atau tugas yang akan di
lakukan untuk mempelajari materi
 Penyempaian tujuan pembelajaran
Inti  Mengemati (Observising) 60 menit
 Siswa dalam kelompok, mengamati
tayangan berbagai macam gamabar/
literature di perpustakaan
 Siswa dalam kelompok mengenal
proses
 Siswa mencari perbedaan
 Siswa mengidentifikasi
 Mengumpulkan
data(Ekperimen/Ekplorasi)
 Siswa di bawah bimbingan guru
bersama-sama menyimpulkan hasil
pengamatan tentang metari.
 Menyimpulkan tentang materi
 Siswa dalam kelompok mengenal
proses
 siswa mencari perbedaan
 Siswa mengidentifikasi
 Mengkomunikasikan
 Siswa mempresentasikan hasil kerja
kelompok tentang materi
pembelajaran
- Siswa membuat laporan hasil
diskusi secara tertulis untuk di
kumpulkan ke guru
Penutup  Siswa bersama guru meberiksn 15 menit
kesimpulsn tentan penjelasan materi
pokok pembelajaran
 Siswa bersama guru memberikan
kesimulantentang hasil diskusi yang
di laksanakan
 Guru memberikan tugas untuk
pertemuan selanjutnya

G. Prosedur Pengelolahan dan Analisis Data

Teknik analisi data pada penelitian ini adalah dengan metode diskrikriptif

yaitu dengan membandingkan hasil beljar siswa sebelumnnya dengan hasil

beljat tindkan melalui Penerpan Metode Pembeljaran Discivery Learning.

Data di peroleh langkah sebgai berikut:

1. Penilaian keterampilan proses

Penilain keterampilan di lakukan dalam rangka memperoleh gambaran

tentang kompetensi siswa terkait dengan KI-4. Kerena menyemngkut

kompetensi yang lebih kmpleks dari pada yang di nyatakan dalam K-13,

jenis peniliannya pu cenderung derupa praktik dan hasil karya (proyek,


portipolio), daam hal ini siswa menumnjukkan kemampuannya dalm

perbuatan ataupunhasil karya. Kemudian guru menilainya dengan

menggunakan rublik tertentu.

Penyusunan instrunen untuk penilaian terdapat ketempilan proses siswa di

lakukan dengan lankah-langkah berikut:

1. Mengidentifikasi jenis keterempilan proses sains yang akan di nilai.

2. Merumuskan indicator untuk setiap jenis keterampilan proses.

3. Mentukan dengan cara bagaiman keterampilan prose sains tersebut di

ukur (misalnnya apakah tes untuk kerja, tes tertulis, ataupun tes lisan).

4. Membuat kisi-kisi intrumen

5. Mengembangkan instrument keterampilan prose saians berdasarkan

kisi-kisi yang di buat. Pada saat ini perlu mempertimbangkan konteks

dalam item tes keterempila proses sains dan tingkatan keterempilan

prose sains ( objek tes)

6. Melakukan validasi interumen

7. Melakukan uji coba terbatas untuk mendapakansaliditas dan reabilitas

empiris,

8. Perbaikan butir-butir yang belum valid

9. Terapkan sebagai instrumen penilaian keteremilan proses sains dalam

pembelajran sains

(Mahmuddin, 2010)
Tabel 3.2 Rubrik penilain keterampilan Proses

N Aspek Kriteria skor skor


o yang 1/ kuarang 2/ cukup 3/baik 4/sangat
diamati baik

1 Persisa Guru hanya Siswa dapat -Siswa -siswa


pan dapat mengusulka dapat dapat
mngeusulka n cara kerja- mengsulka menususn
n cara kerja kerja yang n cara kerja cara kerja
yang dapat dapat di yang dapat yang
di lakukan lakukan dan dilakukan dapat di
mengusulka - siswa lakukan
n alat dan dpat -siswa
bahan yang mengsulka dapatmen
paling n alat dan gusulkan
mungkin bahan yang alat dan
untuk paling bahan
percobaan mungkin yang
untuk paling
percobaan mungkin
-siswa untuk
dapat dapat percobaan
menumpula -siswa
n data ynag dapat
sebaiknnya menyusus
di ambil rencanaa
dan tabulasi,
prediksi grafik, dan
data sejenisnny
a
2 Pengu Siswa -Siswa hanya - Siswa - Siswa
mpulan hanya dapat mengamati dapat dapat
data mengamati pengaruh mengamati mengam
pengaruh bahan pengaruh ati
bahan pencemaran bahan pengaru
pencemaran terhadap pencermara h bahan
kehidupan n pecemar
organisme - siswa an
-siswa dapat dapat - Siswa
mengamati mengamati dapat
pengaruh pengaruh mengam
pencemaran pencemara ati
terhadap n terhadap pengaru
ikan kondisi h
ikan yang pencem
masih aran
hidup dan terhadap
ikan yang kondisi
mati ikan
- siswa - Siswa
dapat dapat
mencatat mencata
jumlah ikan t jumlah
yang masih ikan
hidup dan yang
ikan yang masih
mati hidup
dan ikan
yang
mati
- Siswa
mampu
menyim
pulan
hasil
percoba
an
3 evaluas Siswa dapat Siswa hanya - siswa - Siswa
i memilih dapat dapat dapat
data yang di memilih memilih memilih
gunakan data yang di data yang data
untuk di gunakan digunaka yang di
analisis untuk di n untuk guanakn
analisis dan di analisis untuk di
menguang - siswa analisis
atau dapat - Siswa
mengganti menulang dapat
cara kerja atau memper
yang di mengama baiki
anggap ti cara dsts ysn
keliru kerja di
yang di nsggsp
anggap berbeds
keliru. dengan
- Siswa predikdi
dapat - Siswa
memperb dapat
aiki data mengga
yang di nti alat
anggap dan
keliru bahan
- Siswa alternati
dapat f yang
memperb tidak
aiki data bekerja
yang di dengan
anggap baik.
berbeda
dengan
prediksi.
4 Analisi Siswa Siswa dapat - Siswa - Siswa
s data hanya dapat menggunak dapat dapa
menggunak an data/ menggun menggu
an fakta tidak akan nakan
data/fakta hanya data/fakta data/
tidak teoritis dan tidak fakta
teoritis menganalisi hanya tidak
s kesesuaian toeritis hanya
data yang di - Siswa teoritas
peroleh dapat - Siswa
dengan teori menganal dapat
isis mengan
kesesuain alisis
data yang kesesuai
di peroleh an data
dengan yang di
teori peroleh
- Siswa dengan
dapat teori
menganal - Siswa
isis dapat
pentimpa mengen
nan data. alisi
penyim
panan
data
- Siswa
dapat
mengam
bi
sesuai
dengan
tujuan
percoba
ab.
5 Pelapor Siswa Siswa dapat - Siswa - Siswa
an hanya dapat menulis dapat dapat
menulis laporan menulis menulis
laporan yang laporan laporan
yang sistematis yang yang
sistematis dan mudah sistematis sistemat
dan mudah di pahami. dan is dan
di pahami Tentang mudah di mudah
mentabulasi pahami. di
data - Siswa pahami
dapat tantang
mentabul hasil
asi data. pratiku
- Siswa m
dapat - Siswa
membuat dapat
kesimpul menyaji
an kan data
dalam
berbagai
bentuk
table,
grafik.
- Siswa
dapat
membua
t
kesimpu
lan
- Siswa
dapat
member
i saran
Total skor
Skor maksimal 20
Nilai
(Marwiyah, 2012)

interval Kategori
16-20 Sangat baik
11-15 Baik
6-10 Cukup
1-5 Kurang
DAFTAR PUSTAKA

Sudirman & Rosmini Maru,. 2016. implementasi model-model pembelajaran


dalam bingkai penelitian tindakan kelas. Universitas negeri makasar

Musfiqon dan Nurdiansyah . 2015. Pendekatan Pembelajaran Saintifik.


Nizamia Learning Center Sidoarjo

M. Yaumi dan Muljono, 2014. Action Recearce Teori, Model dan Aplikasi
Kencana Jakarta

Slameto, 2013. Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhi. Rineka Cipta


Jakarta

Kosasih, 2014. Strategi Belajar dan pembelajaran. Yrama Widya

Budiningsih, A. 2004. Belajar dan pembelajaran. Bineka Cipta Jakarta

Marwiyah, S.2012. Rubrik penilain proses keterampulan proses. Di akses 30

November 2019

Rosdiana, Dkk. 2017. Pengaruh penggunaan Discovery Learning terhadap

efektifitas dan hasil belajar siswa. Vol.2: 1061-1062

M. Yusuf dan Ana ratna wulan. 2015. Penerarap model pemebeljaran

Discovery Learning menggunakan pemeblajran Tipe shared dan wennbed

untuk meningkatkan keterampilan proses sains

htps://mahmuddin.wordpress.com/2019/01/12/pelaksanaan-penilain

keterampilan poses

Anda mungkin juga menyukai