Anda di halaman 1dari 16

2.

1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran


2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses pembelajaran.
Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung kepada proses
belajar yang dialami siswa. Slameto mengungkapkan “belajar ialah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keeluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dalam lingkungannya Berhasil atau tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh proses belajar yang
dialami siswa baik disekolah maupun dilingkungan keluarga siswa.
Selanjutnya Menurut Oemar Hamalik belajar merupakan suatu proses, suatu
kegiatan dan bukan hasil atau tujuan. Nana Sudjana mengatakan belajar adalah
suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang,
seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya,
keterampilan kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya
penerimaanya, dan aspek-aspek lainnya.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan, bahwa belajar diartikan
sebagai perubahan perilaku pada individu yang terjadi melalui pengalaman
yang diperoleh oleh individu tersebut dan bukan karena pertumbuhan dan
perkembangan bentuk tubuh atau karakteristik seseorang yang dibawa sejak
lahir akan tetapi karena sesuatu yang diperoleh individu karena peran aktifnya
dalam lingkungan, baik dilingkungan sekolah, rumah tanggga, maupun
dilingkungan sosial,. Belajar menghasilkan perubahan perilaku yang secara
relative tetap dalam berfikir, merasa dan melakukan yang terjadi pada diri
siswa. Perubahan tersebut terjadi sebagai hasil latihan, pengalaman, dan
pengembangan yang hasilnya tidak dapat diamati secara langsung. Pada
penelitian ini semua siswa dikatakan sudah belajar apabila siswa sudah
berusaha menemukan pengetahuan baru sehingga bisa membawa kepada
perubahan tingkah laku yang bersifat menyeluruh yaitu memahami materi
Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) dengan benar dengan
indikator minimal mencapai nilai KKM yang telah ditentukan.
2.1.2 Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses pendidikan dalam lingkup persekolahan atau
dapat juga dikatakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh
pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh siswa atau
murid Sehingga arti dari proses pembelajaran adalah proses sosialisasi
individu siswa dengan lingkungan sekolah, seperti guru, sumber/fasilitas, dan
teman sesama. Pendapat lain tentang pembelajaran adalah proses menjadikan
orang agar mau belajar dan mampu (kompeten) belajar melalui berbagai
pengalamannya agar tingkah lakunya dapat berubah menjadi lebih baik lagi.
Pembelajaran matematika, menurut Bruner adalah belajar tentang konsep dan
struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari
hubungan antara konsep dan struktur matematika di dalamnya Erman
Suherman mengemukakan bahwa dalam pembelajaran matematika siswa
dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-
sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek.
Menurut Jihad (2013:11) pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri
dari kombinasi dua aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus
dilakukan oleh siswa, mengajar mengarah kepada apa yang akan dilaksanakan
oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Dimana kedua aspek ini akan
berkolaborasi menjadi suatu kegiatan saat terjadi suatu interaksi pendidik
dengan peserta didik,dan peserta didik dengan peserta didik lainnya pada saat
pembelajaran sedang berlangsung. Menurut Amka (2021:16) pembelajaran
merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan
meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri siswa. Menurut
faturrohman (2017:42) pembelajaran merupakan usaha sadar pendidik untuk
membuat siswa belajar, yaitu dimana terjadinya suatu perubahan tingkah laku
pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya
kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dank arena
adanya usaha. Agar pembelajaran itu dapat berlangsung dengan baik maka
diperlukan sejumlah komponen pembelajaran yang membantu proses
pembelajaran. Menurut Octavia (2020:6) pembelajaran yaitu suatu system
yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan
yang lainnya, yang dimana komponen tersebut meliputi tujuan, materi, metode
dan evaluasi.
Istilah matematika secara etimologi, matematika berasal dari bahasa latin
manthanein atau mathemata yang berarti “belajar atau hal yng dipelajari”
(things that are learned). Dalam bahasa Belanda di, disebut wiskunde atau
ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Sedangkan dalam
bahasa Yunani matematika berasal dari kaa mathein” atau “manthenein”,
yang artinya “mempelajari”. Mungkin juga, kata tersebut erat hubungannya
dengan kata Sansekerta “medha” atau “widya” yang artinya “kepandaian”,
“ketahuan”, atau “intelegensi”. Menurut Tall (Hasratuddin, 2015:28)
menyatakan bahwa “the mathematics is thinking”. Hal ini berarti matematika
adalah sarana untuk melatih berpikir. Borich dan Tombari (Turmudi, 2008:6)
matematika dipandang sebagai dua hal yaitu aktivitas interaktif dan aktivitas
konstruktif.
Menurut Rahayu (2007:2) hakikat pembelajaran matematika adalah proses
yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan
yang memungkinkan seseorang melaksanakan kegiatan belajar matematika
dan pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk
berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika.
Dari beberapa pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran matematika adalah proses untuk menanamkan pemahaman yang
logis dan sistematis serta mengaitkan antara konsep-konsep dan struktur
struktur yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan. Pada penelitian
ini, pembelajaran matematika yang dimaksud adalah pembelajaran yang
melibatkan siswa menyalurkan ide-ide dan menumbuhkan rasa percaya diri
dalam menyampaikan dan menyelesaikan permasalahan matematika pada
materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV).

2.2 Hasil Belajar Matematika


2.2.1 Belajar
Belajar diartikan sebagai perubah tingkah laku pada diri individu, berkat adanya
interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan. Menurut
Slameto (2010:2) mengemukakan “bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Menurut James O Whittaker (Aunurrahman, 2012:35)
mengemukakan belajar adalah suatu proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau
diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri didalam interaksi dengan
lingkungannya.
R. Gagne (Anurrahman, 2012:47) menyimpulkan ada lima macam hasil belajar, yaitu:
1. Keterampilan intelektual, atau pengetahuan procedural yang mencakup belajar
konsep, prinsip, dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui penyajian
materi disekolah.
2. Strategi kognitif yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru
dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam
memperhatikan, belajar, dan berfikir.
3. Informasi verbal yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan
kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan.
4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan
mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot.
5. Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku
seseorang yang didasari oleh emosi, kepercayaan-kepercayaan serta factor
internal.
Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal
cenderung menunjukkan hasil yang memiliki kepuasan dan kebanggaan yang dapat
menumbuhkan motivasi pada diri siswa, menambah keyakinan atau kemampuan
dirinya. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan bertahan lama
diingatannya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain,
dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lainnya.
Menurut Grounland (1985: 20)dalam (Purwanto, 2008:45) bahwa belajar yabg
diukur merefleksikan tujuan pengajarannya. Menurut Soedjarto (1993: 49) dalam
(Purwanto, 2008:46) hasil belajar sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh
peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan
pendidikan yang ditetapkan.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar dapat
dikatakan sebagai upaya peubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan yang
dilakukan dalam rangka untuk mencapai sesuatu yang ingin dicapai sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara
berbagai factor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor
eksternal.
2.2.2.1 Faktor dari dalam Diri Siswa (Internal)
Faktor yang datang dari siswa terutama kemampuan yang
dimilikinya.Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap
hasil belajar yang dicapai.Seperti yang dikemukakan oleh Clark bahwa
hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan
30% dipengaruhi oleh lingkungan. Disamping faktor kemampuan yang
dimiliki siswa juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan
perhatian, sikap kebebasan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik
dan faktor psikis.
2.2.2.2 Faktor yang Datang dari Luar Diri Siswa (Eksternal)
Faktor-faktor yang berada diluar diri yang dapat menentukan atau
mempengaruhi hasil belajar yang dicapai.Salah satu lingkungan belajar
yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas
pengajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Dr. Dimyati bahwa hasil
belajar siswa dipengaruhi oleh lingkungan. Dengan kata lain hasil belajar
siswa dapat meningkat bila program pembelajaran disusun dengan baik.
Pada penelitian ini faktor yang mempengaruhi hasil belajar dicermati dari
faktor eksternal, ternyata guru memiliki peranan penting dalam proses
pembelajaran yang optimal, terutama yang menjadi sasaran peneliti adalah
model pembelajaran yang digunakan guru Faktor-faktor diatas sangat
berpengaruh terhadap proses belajar mengajar. Ketika dalam proses belajar
siswa memenuhi faktor tersebut dengan baik, maka hal tersebut akan
berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Oleh karena
itu, untuk mencapai hasil belajar yang telah direncanakan, seorang guru
harus memperhatikan faktor-faktor diatas agar hasil yang dicapai siswa itu
bisa maksimal.
2.2.3 Indikator Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2016:22) Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Dalam
system pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler
maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
Bloom (dalam Sudjana, 2016:22-23), yang secara garis besar membaginya
menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotoris.
Ranah kognitif berkenan dengan hasil belajar inelektual yang terdiri dari enam
aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan
evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif rendah dan keempat aspek
berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenan edngan
sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban, atau reaksi,
penilaia organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenan dengan
hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah
psikomotoris yakni: a) gerakan refleks, b) keterampilan gerakan dasar, c)
kemampuan perceptual, d) keharmonisan atau ketepatan, e) gerakan
keerampilan kompleks, dan f)gerakan ekspresif dan interpretative.

2.2.4 Matematika
Matematika merupakan mata pelajaran yang dipelajari disetiap jenjang
pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA sampai jenjang perguruan tinggi.
Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani “mathein” atau “manthenein”,
yang artinya mempelajari. Sedangkan dalam bahasa sanskerta berasal dari kata
“medha” atau “widya” yang artinya kepandaian, ketahuan, inteligensi
Masykur (2007: 42). Hariwijaya (2009: 33) menyatakan bahwa matematika
secara umum didefinisikan sebagai bidang ilmu yang mempelajari pola dari
struktur, perubahan dan ruang. Secara informal dapat disebut sebagai ilmu
tentang bilangan dan angka.
Sedangkan menurut Marsigit (2003) matematika adalah kegiatan penelusuran
pola dan hubungan; kreatifitas yang memerlukan imajinasi, intuisi, dan
penemuan; kegiatan problem solving; dan alat komunikasi
a. Matematika adalah kegiatan penelusuran pola dan hubungan. Implikasi
dari pandangan bahwa matematika merupakan kegitan penelusuran pola
dan hubungan yaitu memberikan kesempatan siswa untuk melakukan
kegiatan penemuan dan penyelidikan pola-pola untuk menentukan
hubungan; memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan
percobaaan dengan berbagai cara, mendorong siswa untuk menemukan
adanya urutan, perbedaan, perbandingan dan pegelompokan; mendorong
siswa menarik kesimpulan umum; serta membantu siswa memahami dan
menemukan hubungan antara pengertian satu dengan yang lainnya.
b. Matematika adalah kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan
penemuan. Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran
matematika yaitu mendorong inisiatif dan memberi kesempatan berpikir
berbeda; mendorong rasa ingin tahu, keinginan bertanya, kemampuan
menyanggah dan kemampuan memperkirakan; menghargai penemuan
yang di luar perkiraan sebagai hal yang bermanfaat; mendorong siswa
menemukan struktur dan desain matematika; mendorong siswa
menghargai penemuan siswa lainnya; mendorong siswa berfikir refleksif;
dan tidak menyarankan penggunaan suatu metode tertentu.
c. Matematika adalah kegiatan pemecahan masalah (problem solving).
Implikasi dari pandangan ini adalah guru perlu menyediakan lingkungan
belajar matematika yang merangsang timbulnya persoalan matematika,
membantu siswa memecahakan persoalan matematika menggunakan
caranya sendiri, membantu siswa mengetahui informasi yang diperlukan
untuk memecahkan persoalan matematika, mendorong siswa untuk berfikir
logis, konsisten, sistematis dan mengembangkan sistem
dokumentasi/catatan, mengembangkan kemampuan dan keterampilan
untuk memecahkan persoalan, membantu siswa mengetahui bagaimana
dan kapan menggunakan berbagai alat peraga/media pendidikan
matematika seperti jangka, kalkulator, dan sebagainya.
d. Matematika merupakan alat komunikasi. Impilikasi dari pandangan ini
bahwa matematika sebagai alat komunikasi dalam pembelajaran yaitu
mendorong siswa membuat contoh sifat matematika; mendorong siswa
menjelaskan sifat matematika; mendorong siswa memberikan alasan
perlunya kegiatan matematika; mendorong siswa membicarakan persoalan
matematika; mendorong siswa membaca dan menulis matematika;
menghargai bahasa ibu siswa dalam membicarakan matematika.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
matematika siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa terhadap
pelajaran matematika yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman dan
latihan-latihan selama proses belajar mengajar yang menggambarkan
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran matematika yang dapat dilihat
dari nilai matematika dan kemampuannnya dalam memecahkan masalah
masalah matematika
2.3 Model Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung (direct instruction) dilandasi oleh teori belajar perilaku
yang berpandangan bahwa belajar bergantung pada pengalaman termasuk pemberian
umpan balik. Satu penerapan teori perilaku dalam belajar adalah pemberian
penguatan. Model pembelajaran langsung merupakan sebuah model pembelajaran
yang bersifat teacher centered (berpusat pada guru). Saat melaksanakan model
pembelajaran ini, guru harus mendemostrasikan pengetahuan dan keterampilan yang
akan dilatih kepada siswa, selangkah demi selangkah. Guru sebagai pusat perhatian
memiliki peran yang sangat dominan. Karena itu, pada direct instruction, guru harus
bisa menjadi pusat perhatian yang menarik bagi siswa. Beberapa pakar pendidikan
seperti Good dan Grows, menyebut direct instruction (model pembelajaran langsung)
dengan istilah “pengajaran aktif” atau diistilahkan sebagai mastery teaching
(mengajar tuntas) oleh Hunter. Sedangkan oleh Rosenshine dan Stevens disebut
sebagai pengajaran ekspilit (explicit instruction).
Model pembelajaran langsung memberikan kesempatan siswa belajar dengan
mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan apa yang diajarkan gurunya.
Oleh karena itu hal penting yang harus diperhatikan dalam menerapkan model
pembelajaran langsung adalah menghindari menyampaikan pengetahuan yang terlalu
kompleks. Di samping itu, model pembelajaran langsung mengutamakan model
deklaratif dengan titik berat pada proses belajar konsep dan keterampilan motorik,
sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang lebih terstruktur. Guru yang
menggunakan pembelajaran langsung tersebut bertanggung jawab dalam
mengidentifikasi tujuan pembelajran, struktur materi, dan keterampilan dasar yang
akan diajarkan. Kemudian menyampaikan pengetahuan kepada siswa untuk berlatih
menerapkan konsep/keterampilan yang telah dipelajari, dan memberikan umpan balik.
Perlu diketahui dalam prakteknya di dalam kelas, direct instruction ini sangat erat
berkaitan dengan metode ceramah, metode kuliah dan resitasi, walaupun sebenarnya
tidaklah sama (tidak sinonim). Model pembelajaran langsung menuntut siswa untuk
mempelajari suatu keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat
diajarkan selangkah demi selangkah. Ciri-ciri pembelajaran adalah:
1. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.
2. Langkah atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
3. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan
berhasilnya pengajaran.

Salah satu karakteristik dari suatu model pembelajaran langsung adanya


langkah/tahapan pembelajaran. Selain harus memperhatikan langkah, guru yang akan
menggunakan pembelajaran langsung juga harus memperhatikan variabel-variabel
lingkungan lain, yaitu fokus akademik, arahan dan kontrol guru, harapan yang tinggi
untuk kemajuan siswa, waktu dan dampak dari pembelajaran. Pengarahan dan kontrol
guru terjadi ketika memilih tugas-tugas siswa dan melaksanakan
pembelajaran.Kegiatan pembelajaran diarahkan pada pencapaian tujuan sehingga guru
memiliki harapan yang tinggi terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh
peserta didik. Sintak model pembelajaran langsung, yaitu:

a. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa


b. Mempresentasikan dan mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
c. Membimbing pelatihan
d. Mengecek pemahaman dan umpan balik
e. Memberi kesempatan pelatihan lanjutan dan penerapan
2.4 Pembelajaran Kooperatif
2.4.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
menyenangkan yang melibatkan siswa untuk bekerja secara berkelompok
untuk saling berinteraksi satu sama lain. (Rusman, 2013), Pembelajaran
Kooperatif merupakan strategi pemebelajaran yang melibatkan partisipasi
siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem
belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya.
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan menggunakan
sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara 4-6 orang yang mempunyai latar
belakang kemempuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda-
beda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap
kelompok akan memperoleh penghargaan jika kelompok menunjukan
presentasi yang dipersyaratkan. (Senjaya, 2007).
Berdasarkan teori diatas dapat simpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
diterapkan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok
kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling
membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran ini, belajar
dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum
menguasai bahan pelajaran.
2.4.2 Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Karakteristik model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model
pembelajaran yang menekankan siswa untuk bekerja sama dalam satu
kelompok kecil agar saling menukar pikiran satu sama lain (Rusman 2011),
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain.
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih
menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuannya yang ingin
dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan
materi pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi
tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari cooperative
learning. Tom V. Savage Mengemukakan bahwa “cooperative lerning adalah
suatu pendekatan yang menekankan kerjasama dalam kelompok” ( Rusman,
2011:203).
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa karakteritik pembelajaran
kooperatif adalah kerja sama dalam kelompok, siswa dituntut untuk saling
berbagi pengetahuan mereka kepada siswa yang lain, sehingga mereka saling
belajar bersama dalam kelompoknya, dan tidak belajar sendiri-sendiri sesuai
pengalaman masing-masing, akan tetapi saling bertukar pikiran untuk
bersama-sama menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif
Kelebihan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran
diantaranya:
a. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan
pada guru,akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir
sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa
lain.
b. Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan
mengungkapkan ide atau gagasan dengan katakata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
c. Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang
lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala
perbedaan.
d. Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa
untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar
e. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh
untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial,
termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang
positif dengan yang lain, dan sikap positif terhadap sekolah.
f. Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan
siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, serta menerima
umpan balik.
g. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa
menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata
Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses
pendidikan jangka panjang. (Sanjaya, 2007, h. 267—249) Dari uraian di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif dapat
menyebabkan unsur-unsur psikologi siswa menjadi terangsang dan
menjadi lebih aktif. Hal ini disebabkan adanya rasa kebersamaan dalam
kelompok, sehingga mereka dengan mudah dapat berkomunikasi dengan
bahasa yang lebih sederhana. Pada saat berdiskusi fungsi ingatan dari
siswa menjadi lebih aktif, lebih bersemangat, dan berani mengemukakan
pendapat. Pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan kerja keras
siswa, lebih giat, dan lebih termotivasi. Disamping kelebihan,
pembelajaran kooperatif juga memiliki kekurangan, diantaranya:
1. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu
proses pembelajaran kooperatif memerlukan lebih banyak tenaga,
pemikiran, dan waktu.
2. Membutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai
3. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik
permasalahan yang dibahas meluas. Dengan demikian, banyak yang tidak
sesuai dengan waktu yang ditentukan.
4. Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang. Hal ini
mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif. (Thobrini & Mustofa,
2013, h. 291-293)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, untuk menyelesaikan suatu materi
pelajaran dengan pembelajaran kooperatif akan memakan waktu yang relatif
lebih lama dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, bahkan dapat
menyebabkan materi tidak dapat disesuaikan dengan kurikulum yang ada
apabila guru belum berpengalaman. Dari segi keterampilan mengajar, guru
membutuhkan persiapan yang matang dan pengalaman yang lama untuk dapat
menerapkan pembelajaran kooperatif dengan baik.

2.5 Model Pembelajaran Learning Starts With a Question (LSQ)


Menurut Mia (2012:29-30) dalam jurnal pendidikan matematika Learning Starts With
A Question (LSQ) merupakan suatu strategi pembelajaran aktif, dimana siswa
dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran. Pada model LSQ ini siswa dituntut
untuk aktif dalam bertanya karena pada prinsipnya model pembelajaran ini dimulai
dengan aktivitas bertanya siswa mengenai materi yang akan disampaikan guru. Oleh
karena itu siswa terlebih dahulu diminta membaca sekaligus memahami materi yang
akan disampaikan oleh guru. Kemudian, materi tersebut akan dibahas untuk mencapai
pemahaman konsep yang sama.
Menurut Zaini dkk (2008:44) langkah-langkah pembelajaran Learning Starts With a
Question (LSQ) yaitu: 1) pilih bahan bacaan yang sesuai lalu bagikan kepada peserta
didik. Bahan bacaan tidak harus di fotocopy lalu dibagi kepada peserta didik, namun
bisa dilakukan dengan memilih satu topik atau bab tertentu dari buku teks. Usahakana
bacaan tersebut memuat informasi umum atau yang tidak detail sehingga memberi
peluang untuk ditafsirkan dengan berbeda-beda; 2) minta peserta didik untuk
mempelajari bacaan sendirian atau bersama teman kelompoknya; 3) minta peserta
didik untuk memberi tanda pada bagian bacaan yang tidak dipahami. Anjurkan
mereka untuk memberi tanda sebanyak mungkin. Jika waktu memungkinkan,
gabungkan pasangan belajar dengan pasangan yang lain, lalu meminta mereka untuk
membahas poin-poin yang tidak diketahui yang telah diberi tanda; 4) dalam pasangan
atau kelompok kecil, minta peserta didik untuk menuliskan pertanyaan mengenai
materi yang telah mereka pelajari melalui membaca; 5) kumpulkan pertanyaan-
pertanyaan yang telah ditulis oleh peserta didik; 6) sampaikan pelajaran dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut; 7) usahakan dalam menjawab pertanyaan
dilakukan secara urut sesuai dengan bahan ajar agar peserta didik juga urut dalam
memahaminya.
Sebagai guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi siswa.
Karena itu dalam memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan
atau kondisi siswa, bahan pembelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada
penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang
keberhasilan siswa.
2.5.1 Konsep Dasar
Model Learning Start with a Question (LSQ) ini lebih menekankan siswa
untuk bertanya dan kemampuan komunikasi lebih ditingkatkan. Siswa
dibentuk dalam kelompok kecil kemudian setiap anggota kelompok diminta
untuk menggaris bawahi setiap materi yang tidak dipahami pada bahan ajar
(bahan ajar seperti modul) yang dibagikan, lalu hal yang digaris bawahi
tersebut siswa diminta untuk menuliskan pertanyaan.Salah satu cara untuk
membuat siswa belajar secara aktif adalah dengan membuat mereka bertanya
tentang materi pelajaran sebelum ada penjelasan dari pengajar. Model ini
dapat mengunggah siswa untuk mencapai kunci belajar, yaitu dengan
bertanya.
2.5.2 Sintaks Model Pembelajaran Learning Starts With A Questions (LSQ)
Tahapan dari model Learning Start With a Quesstion (LSQ) menurut Istarani
adalah sebagai berikut:
a. Memilih bahan bacaan yang sesuai dan membagikan kepada siswa.
b. Meminta siswa mempelajari bacaan secara sendirian atau bersama teman.
c. Meminta siswa untuk memberikan tanda pada bacaan yang tidak dipahami,
jika memungkinkan gabungkan pasangan belajar dengan pasangan lain,
atau secara berkelompok.
d. Meminta siswa untuk membahas poin-poin yang telah diberi tanda.
e. Meminta siswa untuk menuliskan pertanyaan tentang materi yang telah
mereka baca.
f. Mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang telah ditulis siswa.
g. Menyampaikan materi pelajaran dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut.

Pada penelitian ini langkah model pembelajaran Learning Start with a


Question (LSQ) yang digunakan adalah mengikuti langkah model Learning
Start With a Question yang dikembagkan oleh Istarani, adapun langkah
langkahnya sebagai berikut:

a. Guru memberitahukan kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari.


b. Guru memberitahukan siswa agar membaca materi yang akan dipelajari
terlebih dahulu.
c. Guru memberitahukan siswa tentang penerapan materi SPLDV dalam
kehidupan sehari-hari, seperti dalam jual beli.
d. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri
dari 5 atau 6 orang.
e. Guru membagikan bahan bacaan (materi) kepada siswa.
f. Guru meminta keada siswa untuk mempelajari materi yang telah dibagikan
secara sendirian
g. Setiap anggota kelompok mempersiapkan permasalahan/bagian yang tidak
dimengerti pada materi persamaan linier dua variabel yang telah dipelajari
h. Guru mebagikan LKPD kepada setiap kelompok.
i. Siswa diminta untuk menuliskan pertanyaan setiap anggota kelompok di
LKPD yang telah dibagikan tentang materi yang telah dibaca
j. Siswa diminta untuk mendiskusikan pertanyaan setiap anggota
kelompoknya
k. Guru meminta kepada siswa untuk menuliskan pertanyaan di LKPD
tersebut apabila masih ada pertanyaan yang masih belum terselesaikan.
l. Guru meminta kepada siswa untuk mengumpulkan LKPD yang telah
diselesaikan.
m. Guru meminta kepada siswa secara individu untuk menjawab pertanyaan
dari kelompok lain.
n. Siswa dipandu oleh guru untuk menyimpulkan tentang materi Sistem
Persamaan Linier Dua variable.
o. Guru memberikan evaluasi tentang materi yang sudah dipelajari.
p. Guru menyampaikan materi selanjutnya.
q. Guru mengucapkan salam dan meninggalkan kelas.
2.5.3 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Learning Starts With A
Questions (LSQ)
Setiap model pembelajaran pasti ada kelebihan dan kelemahannya, kelebihan
dan kelemahan model pembelajaran Learning Start with a Question (LSQ)
adalah sebagai berikut:

2.5.3.1 Kelebihan Model Pembelajaran Learning Starts With a Questions


(LSQ)
1. keberanian mengutarakan pendapat secara terbuka. Siswa lebih berani
memulai pembelajaran, karena siswa belajar terlebih dahulu sehingga
memliki sedikit gambaran tentang materi yang akan dipelajari.
2. Siswa aktif bertanya
3. Materi dapat diingat lebih lama.
2.5.3.2 Kelemahan Model Pembelajaran Learning Strats With a Questions
(LSQ)
1. Dalam mencari informasi secara berkelompokhanya beberapa orang
saja yang bekerja.
2. Pembicaraan di monopoli oleh siswa yang telah terbiasa dan terampil
mengemukakan pendapat.
Banyak cara meminimalisir kelemahan salah satunya adalah guru lebih
mengontrol siswa dalam kerja kelompok dan memotivasi siswa agar
mau mengemukakan pendapatnya secara diskusi.
2.6 Kerangka Berpikir
Untuk mendapatkan aktivitas dan hasi belajar yang maksimum, belajar aktif sangat
diperlukan oleh siswa. Tetapi pembelajaran yang seing diterapkan di sekolah adalah
pembelajaran konvensional. Ketika peserta didik pasif, atau hanya menerima dari
guru, ada kecendrungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Belajar
aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian
menyimpannya dalam otak salah satu tipe belajar aktif yang bisa diterapkan adalah
Model Learning Start with a Question.
Learning Start With a Question (LSQ) adalah strategi yang mendorong siswa untuk
mengajukan pertanyaan dengan meminta mereka sendiri membaca bahan ajar yang
diberikan, kemudian membuat pertanyaan terhadap hal-hal tidak mengerti. Pertanyaan
tersebut dijawab dan dijelaskan oleh siswa pada saat diskusi kelas, sedangkan bagi
siswa lain yang tidak mendapat giliran diminta menanggapi ataupun memberikan
pertanyaan terhadap penjelasan yang diberikan, sehingga hal ini dapat menciptakan
komunikasi yang baik antara guru dan siswa, siswa dengan siswa lain.

2.7 Penelitian yang Relevan

Anda mungkin juga menyukai