2.2.4 Matematika
Matematika merupakan mata pelajaran yang dipelajari disetiap jenjang
pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA sampai jenjang perguruan tinggi.
Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani “mathein” atau “manthenein”,
yang artinya mempelajari. Sedangkan dalam bahasa sanskerta berasal dari kata
“medha” atau “widya” yang artinya kepandaian, ketahuan, inteligensi
Masykur (2007: 42). Hariwijaya (2009: 33) menyatakan bahwa matematika
secara umum didefinisikan sebagai bidang ilmu yang mempelajari pola dari
struktur, perubahan dan ruang. Secara informal dapat disebut sebagai ilmu
tentang bilangan dan angka.
Sedangkan menurut Marsigit (2003) matematika adalah kegiatan penelusuran
pola dan hubungan; kreatifitas yang memerlukan imajinasi, intuisi, dan
penemuan; kegiatan problem solving; dan alat komunikasi
a. Matematika adalah kegiatan penelusuran pola dan hubungan. Implikasi
dari pandangan bahwa matematika merupakan kegitan penelusuran pola
dan hubungan yaitu memberikan kesempatan siswa untuk melakukan
kegiatan penemuan dan penyelidikan pola-pola untuk menentukan
hubungan; memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan
percobaaan dengan berbagai cara, mendorong siswa untuk menemukan
adanya urutan, perbedaan, perbandingan dan pegelompokan; mendorong
siswa menarik kesimpulan umum; serta membantu siswa memahami dan
menemukan hubungan antara pengertian satu dengan yang lainnya.
b. Matematika adalah kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan
penemuan. Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran
matematika yaitu mendorong inisiatif dan memberi kesempatan berpikir
berbeda; mendorong rasa ingin tahu, keinginan bertanya, kemampuan
menyanggah dan kemampuan memperkirakan; menghargai penemuan
yang di luar perkiraan sebagai hal yang bermanfaat; mendorong siswa
menemukan struktur dan desain matematika; mendorong siswa
menghargai penemuan siswa lainnya; mendorong siswa berfikir refleksif;
dan tidak menyarankan penggunaan suatu metode tertentu.
c. Matematika adalah kegiatan pemecahan masalah (problem solving).
Implikasi dari pandangan ini adalah guru perlu menyediakan lingkungan
belajar matematika yang merangsang timbulnya persoalan matematika,
membantu siswa memecahakan persoalan matematika menggunakan
caranya sendiri, membantu siswa mengetahui informasi yang diperlukan
untuk memecahkan persoalan matematika, mendorong siswa untuk berfikir
logis, konsisten, sistematis dan mengembangkan sistem
dokumentasi/catatan, mengembangkan kemampuan dan keterampilan
untuk memecahkan persoalan, membantu siswa mengetahui bagaimana
dan kapan menggunakan berbagai alat peraga/media pendidikan
matematika seperti jangka, kalkulator, dan sebagainya.
d. Matematika merupakan alat komunikasi. Impilikasi dari pandangan ini
bahwa matematika sebagai alat komunikasi dalam pembelajaran yaitu
mendorong siswa membuat contoh sifat matematika; mendorong siswa
menjelaskan sifat matematika; mendorong siswa memberikan alasan
perlunya kegiatan matematika; mendorong siswa membicarakan persoalan
matematika; mendorong siswa membaca dan menulis matematika;
menghargai bahasa ibu siswa dalam membicarakan matematika.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
matematika siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa terhadap
pelajaran matematika yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman dan
latihan-latihan selama proses belajar mengajar yang menggambarkan
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran matematika yang dapat dilihat
dari nilai matematika dan kemampuannnya dalam memecahkan masalah
masalah matematika
2.3 Model Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung (direct instruction) dilandasi oleh teori belajar perilaku
yang berpandangan bahwa belajar bergantung pada pengalaman termasuk pemberian
umpan balik. Satu penerapan teori perilaku dalam belajar adalah pemberian
penguatan. Model pembelajaran langsung merupakan sebuah model pembelajaran
yang bersifat teacher centered (berpusat pada guru). Saat melaksanakan model
pembelajaran ini, guru harus mendemostrasikan pengetahuan dan keterampilan yang
akan dilatih kepada siswa, selangkah demi selangkah. Guru sebagai pusat perhatian
memiliki peran yang sangat dominan. Karena itu, pada direct instruction, guru harus
bisa menjadi pusat perhatian yang menarik bagi siswa. Beberapa pakar pendidikan
seperti Good dan Grows, menyebut direct instruction (model pembelajaran langsung)
dengan istilah “pengajaran aktif” atau diistilahkan sebagai mastery teaching
(mengajar tuntas) oleh Hunter. Sedangkan oleh Rosenshine dan Stevens disebut
sebagai pengajaran ekspilit (explicit instruction).
Model pembelajaran langsung memberikan kesempatan siswa belajar dengan
mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan apa yang diajarkan gurunya.
Oleh karena itu hal penting yang harus diperhatikan dalam menerapkan model
pembelajaran langsung adalah menghindari menyampaikan pengetahuan yang terlalu
kompleks. Di samping itu, model pembelajaran langsung mengutamakan model
deklaratif dengan titik berat pada proses belajar konsep dan keterampilan motorik,
sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang lebih terstruktur. Guru yang
menggunakan pembelajaran langsung tersebut bertanggung jawab dalam
mengidentifikasi tujuan pembelajran, struktur materi, dan keterampilan dasar yang
akan diajarkan. Kemudian menyampaikan pengetahuan kepada siswa untuk berlatih
menerapkan konsep/keterampilan yang telah dipelajari, dan memberikan umpan balik.
Perlu diketahui dalam prakteknya di dalam kelas, direct instruction ini sangat erat
berkaitan dengan metode ceramah, metode kuliah dan resitasi, walaupun sebenarnya
tidaklah sama (tidak sinonim). Model pembelajaran langsung menuntut siswa untuk
mempelajari suatu keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat
diajarkan selangkah demi selangkah. Ciri-ciri pembelajaran adalah:
1. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.
2. Langkah atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
3. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan
berhasilnya pengajaran.