Anda di halaman 1dari 6

PENERAPAN TEORI KOGNITIVISME DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Monalisa Rahman
Email: 2010128220010@mhs.ulm.ac.id
Program Studi Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin

Abstrak
Teori belajar kognitif berbeda dengan teori behaviorisme, dimana teori kognitif
mementingkan proses belajar dari pada hasil dari belajarnya. Teori kognitivisme ini juga
lebih menekankan belajar ialah suatu proses yang terjadi dalam pikiran manusia. Pada
hakikatnya belajar merupakan suatu usaha yang melibatkan kegiatan mental yang terjadi
dalam diri individu sebagai akibat dari proses interaksi dengan lingkungan untuk
mendapatkan suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, tingkah laku, pemahaman,
keterampilan, nilai perilaku yang bersifat relatif. Teori kognitivisme mengganggap
pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa menghiraukan faktor eksternal atau
lingkungan. Belajar menurut kognitivisme adalah proses interaksi diri individu dengan
lingkungan, dan itu terjadi secara terus-menerus selama hidupnya. Selain itu teori ini
juga mengatakan konsep bahwa belajar adalah hasil interaksi yang terus-menerus antara
diri individu dengan lingkungan melalui proses penyesuaian peleburan asimilasi dan
akomodasi. Teori kognitivisme mengatakan bahwa belajar dilaksanakan individu
merupakan hasil interaksi aktivitas mentalnya dengan lingkungan hingga menghasilkan
perubahan perilaku dan pengetahuan.

PENDAHULUAN
Teori pembelajaran menyangkut suatu tindakan untuk membimbing dan
mengajarkan individu bagaimana caranya siswa mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan, pandangan hidup, serta pengetahuan akan kebudayaan masyarakat di
sekitarnya. Dengan begitu, diperlukan pembahasan atau penjelasan mengenai teori
pembelajaran. Teori kognitivisme berbeda dengan teori behaviorisme, dimana teori
kognitivisme mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya (Bahruddin, dkk.
2012: 87). Teori kognitivisme ini juga lebih menekankan belajar ialah suatu proses yang
terjadi dalam pikiran manusia. Pada hakikatnya belajar merupakan suatu usaha yang
melibatkan kegiatan mental yang terjadi dalam diri individu sebagai akibat dari proses
interaksi dengan lingkungan untuk mendapatkan suatu perubahan dalam bentuk
pengetahuan, tingkah laku, pemahaman, keterampilan, nilai perilaku yang bersifat
relatif (Given, 2014: 188 dalam Nurhadi, 2020: 79-81).
Dalam proses belajar, teori kognitivisme mengganggap pentingnya faktor
individu dalam belajar tanpa menghiraukan faktor eksternal atau lingkungan. Belajar
menurut kognitivisme adalah proses interaksi diri individu dengan lingkungan, dan itu
terjadi secara terus-menerus selama hidupnya. Selain itu teori ini juga mengatakan
konsep bahwa belajar adalah hasil interaksi yang terus-menerus antara diri individu
dengan lingkungan melalui proses peyesuaian peleburan asimilasi dan akomodasi. Teori
kognitivisme mengatakan bahwa belajar dilaksanakan individu merupakan hasil
interaksi aktivitas mentalnya dengan lingkungan hingga menghasilkan perubahan
perilaku dan pengetahuan (Nurhadi, 2020: 82).
Di dalam teori kognitivisme, ada dua kajian yang mementingkan proses belajar
daripada hasil belajar yakni belajar tidak hanya melibatkan dorongan dan respon tapi
juga melibatkan proses berpikir yang sangat komprehesif dan pengetahuan yang
dibangun dalam diri ndividu melalui proses saling kontak atau interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan (Suyono, 2011: 75 dalam Nurhadi, 2020: 82).
Teori kognitivisme mempercayai bahwa belajar merupakan pengorganisasian
unsur-unsur kognitif dan persepsi untuk mendapatkan pemahaman dan pengetian.
Perilaku individu ditetapkan oleh persepsi dan pemahamannya. Sebaliknya keadaan
yang berkaitan dengan tujuan dan perubahan perilaku ditentukan oleh proses berpikir
internal yng terjadi dalam proses belajar. Teori ini memfokuskan pada ide atau gagasan
bahwa bagian dari keadaan yang terjadi dalam proses belajar saling berkaitan secara
menyeluruh. Sehingga keseluruhan keadaan itu terbagi menjadi bagian-bagian kecil dan
mempelajarinya secara terpisah, sama halnya dengan kehilangan sesuatu (Muhaimin,
dkk. 2012: 199 dalam Nurhadi, 2020: 82-83).
Jadi dalam teori kognitivisme ini terdapat ciri-ciri utamanya, antara lain:
mementingkan apa yang ada dalam diri individu itu sendiri, mementingkan keseluruhan
daripada bagian-bagian kecil, mementingkan peranan pengetahuan atau kognitif,
mementingkan keadaan waktu sekarang dan mementingkan perwujudan struktur
kognitif (Nugroho, 2015: 291 dalam Nurhadi, 2020: 83).

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah metode kepustakaan atau studi literatur yaitu
dengan menelaah dan memahami isi buku-buku, dokumen, atau sumber ilmiah lainnya
yang relevan dan mendukung untuk mendeskripsikan penerapan konsep teori
Kognitivisme dalam proses pembelajaran.

TEORI KOGITIVISME DALAM AKTIVITAS PEMBELAJARAN


Pada dasarnya belajar menurut teori kognitivisme dikatakan sebagai kegiatan
belajar yang berhubungan dengan penyusunan informasi, reorganisasi perceptual, dan
proses internal. Dalam mengembangkan strategi dan mencapai tujuan pembelajaran,
tidak lagi mekanisme seperti tindakan yang dilakukan dalam pendekatan behaviorisme.
Siswa bebas dan melibatkan diri secara aktif dalam proses belajar sangat
diperhitungkan, supaya belajar lebih berarti bagi siswa. Sebaliknya aktivitas
pembelajarannya mengikuti esensial, seperti ini diantaranya: (i) siswa bukan sebagai
orang yang dewasa yang mudah dalam proses berpikir, mereka mengalami
perkembangan kognitif dengan tahapan tertentu. (ii) siswa akan bisa belajar dengan baik
terutama apabila mendengarkan benda-benda konkrit. (iii) siswa secara aktif terlibat
dalam belajar sangat penting, sebab jika siswa aktif maka proses asimilasi dan
akomodasi kognitif dan pengalaman dapat terjadi dengan baik. (iv) untuk meningkatkan
penyimpanan pengetahuan atau informasi maka perlu menghubungkan pengalaman
dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki oleh individu yang belajar. (v) pemahaman
dan ingatan akan meningkat apabila materi pelajaran ditata menggunakan pola atau
konsep dan atau logika tertentu, dari yang sederhana ke kompleks. (vi) belajar
memahami akan lebih berarti daripada belajar dengan menghafal. (vii) selalu
memperhatikan siswa atas perbedaan yang ada dalam diri setiap siswa, sebab faktor ini
sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa (Pahliwandari, 2016: 161 dalam
Nurhadi, 2020: 89-90).

IMPLEMENTASI TEORI KOGNITIVISME DALAM PEMBELAJARAN


Implementasi teori kognitif dalam pembelajaran. Proses belajar terjadi
berdasarkan konsep atau pola tahapan-tahapan perkembangan tertentu sesuai dengan
usia siswa. Proses belajar terjadi melalui tahapan-tahapan diantaranya:
a. Asimilasi
b. Akomodasi, yakni penyesuaian mata dalam menerima bayangan yang jelas dari
objek yang berbeda.
c. Equilibrasi, proses belajar lebih ditetapkan oleh cara kita mengatur materi
pembelajaran bukan ditetapkan oleh usia siswa. Proses belajar terjadi dengan
tahapan-tahapan: enaktif (kegiatan), ekonik (visual-verbal) dan simbolik.
Secara umum teori kognitivisme lebih menekankan bagaimana memahami
struktuk kognitif siswa, dan itu tidaklah gampang, dengan memahami struktur kognitifi
siswa, maka dengan tepat pelajaran disesuaikan sampai mana kemampuan siswa dalam
pembelajaran. Selain itu, metode penyusunan materi pelajaran sebaiknya disusun
didasarka pada konsep atau pola dan logka tertentu supaya lebih mudah dimengerti dan
sebaiknya dalam proses pembelajaran, materi tidak dihafal melainkan memahami apa
saja yang sedang dipelajari (Nurhadi, 2020: 92).
Siswa mengalami peningkatan kemampuan dalam belajar dengan adanya kontak
atau interaksi siswa dengan media belajar, berupa media cerita bergambar. Belajar
menggunakan meda pembelajaran akan mewujudkan proses penguasaan materi sebab
adanya interaksi dalam belajar (Fahyuni, 2011 dalam Nurhadi, 2020: 92).

SIMPULAN
Teori kognitivisme berbeda dengan teori behaviorisme, dimana teori
kognitivisme mementingkan proses belajar dari pada hasil dari belajarnya (Bahruddin,
dkk. 2012: 87). Teori kognitivisme ini juga lebih menekankan belajar ialah suatu proses
yang terjadi dalam pikiran manusia. Pada hakikatnya belajar merupakan suatu usaha
yang melibatkan kegiatan mental yang terjadi dalam diri individu sebagai akibat dari
proses interaksi dengan lingkungan untuk mendapatkan suatu perubahan dalam bentuk
pengetahuan, tingkah laku, pemahaman, keterampilan, nilai perilaku yang bersifat
relatif (Given, 2014: 188 dalam Nurhadi, 2020: 79-81).
Dalam proses belajar, teori kognitivisme mengganggap pentingnya faktor
individu dalam belajar tanpa menghiraukan faktor eksternal atau lingkungan. Belajar
menurut kognitivisme adalah proses interaksi diri individu dengan lingkungan, dan itu
terjadi secara terus-menerus selama hidupnya. Selain itu teori ini juga mengatakan
konsep bahwa belajar adalah hasil interaksi yang terus-menerus antara diri individu
dengan lingkungan melalui proses penyesuaian peleburan asimilasi dan akomodasi.
Teori kognitivisme mengatakan bahwa belajar dilaksanakan individu merupakan hasil
interaksi aktivitas mentalnya dengan lingkungan hingga menghasilkan perubahan
perilaku dan pengetahuan (Nurhadi, 2020: 82).
Jadi dalam teori kognitivisme ini terdapat ciri-ciri utamanya, antara lain:
mementingkan apa yang ada dalam diri individu itu sendiri, mementingkan keseluruhan
daripada bagian-bagian kecil, mementingkan peranan pengetahuan atau kognitif,
mementingkan keadaan waktu sekarang dan mementingkan perwujudan struktur
kognitif (Nugroho, 2015: 291 dalam Nurhadi, 2020: 83).
Dalam mengembangkan strategi dan mencapai tujuan pembelajaran, tidak lagi
mekanisme seperti tindakan yang dilakukan dalam pendekatan behaviorisme. Siswa
bebas dan melibatkan diri secara aktif dalam proses belajar sangat diperhitungkan,
supaya belajar lebih berarti bagi siswa.
Implementasi teori kognitif dalam pembelajaran. Proses belajar terjadi
berdasarkan konsep atau pola tahapan-tahapan perkembangan tertentu sesuai dengan
usia siswa. Proses belajar terjadi melalui tahapan-tahapan diantaranya asimiliasi,
akomodasi dan equilibrasi. Siswa mengalami peningkatan kemampuan dalam belajar
dengan adanya kontak atau interaksi siswa dengan media belajar, berupa media cerita
bergambar. Belajar menggunakan meda pembelajaran akan mewujudkan proses
penguasaan materi sebab adanya interaksi dalam belajar (Fahyuni, 2011 dalam Nurhadi,
2020: 92).

REFERENSI

Abbas, E. W. (2013). Mewacanakan Pendidikan IPS. Mewacanakan Pendidikan IPS.

Porda, H. (2014). Museum sebagai Wahana Pendidikan Karakter di Kalimantan Selatan.


HERI, S. (2013). Pembelajaran Ips Berbasis Multikulturalisme Dalam Membentuk
Karakter Kebangsaan.
PUTRO, H. P. N., ANIS, M. Z. A., ARISANTY, D., & HASTUTI, K. P. (2020).
TRADITIONAL South Kalimantan Indonesia Fabrics Contribution On The
Regional Economic Development. PalArch's Journal of Archaeology of
Egypt/Egyptology, 17(7), 9834-9847.
Putro, H. P. N. (2013). Pengembangan Pembelajaran IPS dalam Kurikulum
2013. Mewacanakan Pendidikan IPS, 39.
Putro, H. P. N. (2020). Revitalisasi Nilai-Nilai Transportasi Tradisional dalam
Pembelajaran IPS di Kalimantan Selatan.
Rusmaniah, R., Mardiani, F., Handy, M. R. N., Putra, M. A. H., & Jumriani, J. (2021).
Social Services Based on Institutional for Youth Discontinued School. The
Innovation of Social Studies Journal, 2(2), 151-158.

Indriyani, I. E., Syaharuddin, S., & Jumriani, J. (2021). Social Interaction Contents on
Social Studies Learning to Improve Social Skills. The Innovation of Social
Studies Journal, 2(2), 93-102.
Nurhadi, N. (2020). Teori Kognitivisme serta Aplikasinya dalam
Pembelajaran. EDISI, 2(1), 77-95.

Anda mungkin juga menyukai