Disclaimer
Privacy Policy
search icon
A. Latar Belakang
Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan dengan proses mendidik, yakni
proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin
dalam lingkungannya sehingga akan menimbulkan perubahan dalam dirinya, yang dilakukan dalam
bentuk pembimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan. Dimana setiap orang berhak mendapatkan
pendidikan yang layak. Jadi pendidikan merupakan kebutuhan pokok yang tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan manusia. Dalam proses pendidikan, belajar merupakan salah satu bagian yang tak
terpisahkan. Dimana belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku dan pola pikir yang dialami
oleh seseorang, misalnya dari sesuatu hal yang tidak bisa menjadi bisa,dari tidak tau menjadi tau.
Selama proses belajar manusia pasti tak luput dari kesalahan. Untuk itu perlu adanya teori-teori belajar
yang tepat yang diterapkan dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang diinginkan bisa
tercapai dengan maksimal.
Teori – teori pembelajaran berpedoman pada prinsip-prinsip pembelajaran yang dihasilkan daripada
kajian-kajian ahli psikologi pendidikan. Teori ini merupakan azas kepada para pendidik agar dapat
memahami tentang cara pelajar belajar. Selain itu, dengan adanya pengetahuan yang menyeluruh
tentang teori ini pendidik diharapkan agar dapat menghubungkan prinsip dan hukum pembelajaran
dengan kaedah dan teknik yang akan digunakan.
Berdasarkan pemaparan diatas, dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai “Teori Belajar
Kognitif dalam Pembelajaran”. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu
proses belajar yang terjadi dalam akal pikiran manusia atau gagasan manusia bahwa bagian-bagian
suatu situasi saling berhubungan dalam konteks situasi secara keseluruhan. Jadi belajar melibatkan
proses berfikir yang kompleks dan mementingkan proses belajar.
Pengertian Belajar
Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang penting, dalam upaya mempertahankan
hidup dan mengembangkan diri. Melalui belajar seseorang dapat memahami sesuatu konsep yang baru,
dan atau mengalami perubahan tingkah laku, sikap, dan ketrampilan. Pernyataan di atas didukung oleh
Gagne dalam buku Ratna Wilis bahwa (1988:12-13)“ Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses
dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.” Kutipan diatas dapat
diartikan bahwa belajar membutuhkan waktu yang lama dan melalui proses perubahan perilaku dan
pola pikir dari seseorang.
Belajar menurut Drs. Bambang Warsita bahwa (2008:87)“ Belajar merupakan suatu kumpulan proses
yang bersifat individu, yang mengubah stimulasi yang datang dari lingkungan seseorang ke dalam
sejumlah informasiyang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan
jangka panjang.” Menurut Prof. Dr. Made Pidarta, belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat relatif
permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan
bisa melaksanakanya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikanya kepada orang lain.
Berdasarkan beberapa pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar
merupakan suatu proses perubahan perilaku dan pola pikir baik yang berupa pengetahuan pemahaman,
ketrampilan dan nilai sikap, dimana perubahan- perubahan yang dialami bersifat relatif permanen atau
jangka panjang yang merupakan hasil dari pengalaman hidup manusia dalam berinteraksi dengan
lingkungan.
Teori menurut Ratna Wilis (1988:5) menyatakan bahwa “ Teori-teori berarti sejumlah proposisi-proposisi
yang terintegrasi secara sintatik (artimya, kumpulan proposisi ini mengikuti aturan-aturan tertentu yang
dapat menghubungkan secara logis proposisi yang satu dengan proposisi yang lain dan pada data yang
diamati) dan yang digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang diamati”.
Sedangkan pengertian belajar seperti yang sudah diuraikan di atas bahwa belajar merupakan suatu
proses perubahan perilaku yang berasal dari hasil pengalaman. Jadi, belajar sebagai suatu proses
berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi
merupakan teori-teori belajar. Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan
hewan belajar, sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran.
http://belajarpsikologi.com/macam-macam-teori-belajar/
Berdasarkan pengertian- pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa teori belajar merupakan suatu
upaya yang dilakukan seseorang untuk membantu dalam memahami pada saat proses pembelajaran.
Jadi, teori belajar merupakan proses dimana dalam proses belajar menghasilkan pengajaran yang baik,
manjemen yang baik dengan menggunakan teori belajaryang relevan, sesuai dan disukai sehingga tujuan
belajar yang diinginkan bisa tercapai.
Salah satu teori belajar yang dikembangkan selama abad ke-20 adalah teori belajar kognitif, yaitu teori
belajar yang melibatkan proses berfikir secara komplek dan mementingkan proses belajar. Menurut Drs.
H. Baharuddin dan Esa Nur wahyuni (2007: 89) yang menyatakan” aliran kognitif memandang kegiatan
belajar bukan sekedar stimulus da respons yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan
belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam individu yang sedang belajar”. Kutipan
tersebut di atas berarti bahwa belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai,
mengingat dan menggunakan perilaku, sehingga perilaku yang tampak pada manusia tidak dapat diukur
dan diamati tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan dan lain
sebagainya.
Teori belajar kognitif menurut Drs. Bambang Warsita yang beranggapan bahwa” Belajar adalah
pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman”. Maksudnya
bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat sebagai
tingkah laku. Dimana teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian-bagian suatu situasi saling
berhubungan dalam kontek situasi secara keseluruhan.
Seperti juga di ungkapkan oleh Winkel (1996:53) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara
relatif dan berbekas.” (http://hasanahworld.wordpress.com/2009/03/01/teori-belajarkognitif/). Hal ini
berarti bahwa perubahan yang terjadi dipengaruhi oleh pengalaman hidup yang dialami oleh manusia,
dimana pengalaman tersebut bersifat relatif menjadi proses belajar yang membekas dalam fikiran
manusia. Selain itu teori belajar kognitif memandang “belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur
kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar.
Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses pengolahan
informasi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan
aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan
lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah
laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
Tokoh-tokoh aliran kognitif di antaranya adalah Thorndike,Watson, Clark L. Hull, Edwin Guthrie, dan
Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran kognitivisme, antara lain:
1. Piaget
Menurut Piaget dalam buku “Teknologi Pembelajaran” dari Drs. Bambang Warsita (2008:69) yang
menjelaskan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu prosess genetika yaitu proses yang
didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan sistem syaraf. Dalam buku “Psikologi
Pendidikan” karya Wasty Soemanto (1997:123) yang menyatakan teori belajar piaget disebut cognitive-
development yang memandang bahwa proses berfikir sebagai aktivitas gradual dari pada fungsi
intelektual dari kongkrit. Belajar terdiri dari tiga tahapan yaitu :asimilasi, akomodasi dan equilibrasi.
Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan
kognitif yang dilalui siswa. Proses belajar yang dialami seorang anak berbeda pada tahap satu debfab
tahap lainnya yang secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin teratur dan
juga semakin abstrak cara berpikirnya. Oleh karena itu guru seharusnya memahami tahap-tahap
perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi, metode, media pembelajaran yang sesuai
dengan tahapannya.
David Ausubel
Menurut Ausubel dalam buku karya Drs. Bambang Warsita bahwa “belajar haruslah bermakna, materi
yang dipelajari diasimilasi secara nonarbitrer dan berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya”(2008:72). Hal ini berari bahwa pembelajaran bermakna merupakan suatu proses yang
dikaitkan dengan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif
peserta didik. Dimana Proses belajar tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta saja,
tetapi merupakan kegiatan yang menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang
utuh sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Jadi guru
harus menjadi perancang pembelajaran dan pengembang program pembelajaran dengan berusaha
mengetahui dan menggali konsep-konsep yang dimiliki peserta didik dan membantu memadukan secara
harmonis dengan pengetahuan baru yang dipelajari.
Langkah-langkah pembelajaran bermakna menurut Ausebel,dalam merancang pembelajaran antara lain:
1) menentukan tujuan pembelajaran; 2) melakukan identifikasi peserta didik; 3) memilih materi
pembelajaran sesuai karakteristik peserta didik dan mengaturnya dalam bentuk konsep inti; 4)
menentukan topik peserta didik dalam bentuk advance organizers; 5) mengembangkan bahan belajar
untuk dipelajari peserta didik; 6) mengatur topik pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks; 7)
melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.
Jerome Bruner
Berdasarkan Drs. Wasty Soemanto (1997:127) dan Drs. Bambang warsita(2008:71) dimana Jarome
Bruner mengusulkana teori yang disebutnya free discovery learning.Teori ini bertitik tolak pada teori
kognitif, yang menyatakan belajar adalah perubahan persepsi dan pemahan. Maksudnya, teori ini
menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan termasuk konsep, teori, ide, definisi dan
sebagainya melalui contoh-contoh yang menggambarkan atau mewakili aturan yang menjadi
sumbernya.
Keuntungan belajar menemukan : Menimbulkan rasa ingin tahu siswa sehingga dapat memotivasi siswa
sehingga dapat menemukan jawabannya. Menimbulkan keterampilan memecahkan masalahnya secara
mandiri dan mengharuskan siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi. Menurut Burner ada
tiga tahap perkembangan kognitif seseorang yang ditentukan oleh cara melihat lingkungan, antara lain:
tahap pertama enaktif yaitu peserta didik melakukan aktivitas dalam usaha memahami lingkungan;
tahap kedua, ikonik yaitu peserta didik melihat dunia melalui gambar dan visualisasi verbal; tahap yang
ketiga, simbolok yaitu peserta didik mempunyai gagasan abstrak dimana komunikasi dibantu sistem
simbolik.
4. Albert Bandura
Bandura berpendapat tentang teori kognitif sosial. Seperti yang dijelaskan dalam buku karya John W.
Santrock (2007:285) yang menyatakan bahwa teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory) merupakan
faktor sosial dan kognitif dan juga faktor perilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran. Hal
ini berarti bahwa faktor kognitif berupa ekspektasi murid untuk meraih keberhasilan sedangkan faktor
sosial mencakup pengamatan murid terhadap perilaku orang tuanya. Jadi menurut Bandura antara
faktor kognitif/person, faktor lingkungan dan faktor perilaku mempengaruhi satu sama lain dan faktor-
faktor ini bisa saling berinteraksi untuk mempengaruhi pembelajaran. Faktor kognitif mencakup
ekspektasi, keyakinan, strategi, pemikiran dan kecerdasan.
Kurt Lewin
Yang juga merupakan tokoh teori belajar kognitif adalah Kurt Lewin yang menyatakan tentang teori
belajar medan kognitif (cognitive-field learning theory). Seperti yang di jelaskan oleh Nana Sudjana
dalam bukunya yang menjelaskan bahwa dalam teori belajar medan kognitif, “belajar didefinisikan
sebagaai proses interaksional dimana pribadi menjangkau wawasan-wawasan baru dan atu merubah
sesuatu yang lama”(1991:97). Hal ini berarti bahwa seseorang harus peduli dengan diri mereka sendiri
dan juga dengan orang lain, dengan belajar secara afektif sehingga diharapkan mereka atau seorang
guru bisa mengerti dengan dirinya sendiri dan dapat melaksanakan tugas dengan lebih baik selain itu
juga mengembangkan sistem psikologis yang bermanfaat dalam berurusan dengan anak-anak dan
pemuda dalam ssituasi belajar.
Berdasarkan pendapat dari Drs. Bambang Warsita (2008:89) yang menyatakan tentang prinsip- prinsip
dasar teori kognitivisme, antara lain:
Berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam
ingatannya
Menekankan pada pengalaman belajar, dengan memandang pembelajaran sebagai proses aktif di dalam
diri peserta didik
Setiap teori belajar tidak akan pernah sempurna, demikian pula dengan teori belajar kognitif. Di samping
memiliki kelebihan – kelebihannya ada pula kelemahan – kelemahannya. Berikut adalah beberapa
kelebihan dan kelemahan teori kognitif menurut http://alhafizh84.wordpress.com/2010/10/15/teori-
belajar-kognitif/, antara lain:
Dengan teori belajar kognitif siswa dituntut untuk lebih kreatif karena mereka tidak hanya merespon
dan menerima rangsangan saja, tapi memproses informasi yang diperoleh dan berfikir untuk dapat
menemukan ide-ide dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan membuat siswa lebih mandiri
contohnya pada saat siswa mengerjakan soal siswa bisa mengerjakan sendiri karena pada saat belajar
siswa menggunakan fikiranya sendiri untuk mengasah daya ingatnya, tanpa bergantung dengan orang
lain dengan.
Teori belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih mudah karena siswa sebagai peserta
didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran yang berpusat pada cara peserta didik
mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya. Serta Menekankan pada
pola pikir peserta didik sehingga bahan ajar yang ada lebih mudah dipahami.
c. Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Ar – Ruzz Media
Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori – Teori Belajar. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik. Jakarta : PT. Indeks
Sujana, Nana. 1991. Teori – Teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta :Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta
Print PDF
RELATED POST:
thumbnail
thumbnail
Makalah Korupsi
thumbnail
thumbnail
thumbnail
thumbnail
thumbnail
thumbnail
thumbnail
thumbnail
thumbnail
thumbnail
Next
Previous
Agama Islam
Pengertian Riddah
Psikologi Agama
Ilmu Pendidikan
Makalah Globalisasi
Makalah Insektisida
Makalah Pendidikan
Pendidikan Di Indonesia
Pendidikan Moral
Pendidikan Nasional
Pengertian Pendidikan
Psikologi Agama
Anatomi Katak
Pengertian Perencanaan
Zakat
Zakat Dan Sistem Pajak
KATEGORI
MAKALAH TERLARIS
https://www.anekamakalah.com/2012/09/makalah-teori-belajar-kognitif-dan.html?m=1
Belajar tidak harus berpusat pada guru, tetapi peserta didik harus lebih aktif. Oleh karenanya peserta
didik harus dibimbing agar aktif menemukan sesuatu yang dipelajarinya. Konsekuensinya materi harus
menarik minat belajar peserta didik sehingga mereka asyik dan terlibat dalam proses pembelajaran.
2. Bahan pembelajaran dan metode pembelajaran harus menjadi perhatian utama. Peserta didik akan
sulit memahami pelajaran jika frekuensi belajar hitung loncat-loncat. Bagi anak SD pengoperasian suatu
penjumlahan harus menggunakan benda-benda terutama di kelas-kelas awal karena
tahap perkembangan mereka baru mencapai tahap operasi konkret. 3. Dalam proses pembelajaran guru
harus memperhatikan tahapan perkembangan kognitif peserta didik. Materi dirancang sesuai tahapan
perkembangan kognitif peserta didik dan harus merangsang kemampuan berpikir mereka.
4. Belajar harus berpusat pada peserta didik karena peserta didik melihat sesuatu berdasarkan dirinya
sendiri. Untuk terjadinya proses belajar harus tidak ada proses paksaan.