Anda di halaman 1dari 22

RINGKASAN MATERI

ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN


DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL
T.A 2021/2022

OLEH : FIRDAUS LADITJI


N I M : 715521006

PROGRAM STUDI S2 TEKNOLOGI PENDIDIKAN PASCASARJANA


UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021

1
A. Orientasi baru dalam psikologi pendidikan dan pembelajaran
Pembelajaran didefinisikan sebagai suatu proses mempengaruhi siswa belajar yang
didalamnya terdapat berbagai factor saling mempengaruhi antaranya: kondisi siswa sebagai
pebelajar, guru sebagai pembelajar, lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Selaras
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta peradaban manusia yang
senantiasa berkembang maka mata kuliah orientasi baru dalam psikologi pendidikan dan
pembelajaran mengakomodir perkembangan ini. Melalui orientasi baru dalam psikologi
pendidikan dan pembelajaran terdapat kajian teori yang berorientasi pada kajian kajian
terbaru dalam Pendekatan Psikologi, Pendidikan dan Pembelajaran seirama dengan
perkembangan Teknologi dan Peradaban Manusia.
Lingkup materi Orientasi baru dalam psikologi pendidikan dan pembelajaran lebih
rinci terurai pada bagian lanjutan dari ringkasan ini meliputi: 1).Teori belajar, belajar
bermakna, serta pembelajaran dengan pendekatan proses; 2). Definisi pendidikan dan
psikologi pendidikan; 3). Sekolah rumah (Homeschooling); 4). Internalisasi ilmu
pengetahuan; 5). Internalisasi nilai-nilai (values) Pendidikan Karakter dan Revolusi Mental;
6). Interaksi orangtua dan anak.
B. Teori belajar, belajar bermakna, pembelajaran dengan pendekatan proses.
1. Definisi belajar dan teori belajar
Belajar merupakan sebuah proses untuk mengubah adanya suatu perilaku berkat
latihan dan pengalaman. Ini berarti bahwa tujuan dalam sebuah kegiatan ialah sebagai
mengubah perilaku, terlepas dari adanya sebuah keterampilan, pengetahuan, atau sikap
yang dapat mencakup dalam semua aspek organisme atau orang tersebut (Djamarah dan
Zain 2010),
Hamalik, 2010 mengartikan belajar merupakan bukanlah sebuah tujuan, tetapi
proses sebagai mencapai adanya tujuan. Belajar yakni perubahan atau penguatan dalam
perilaku melalui suatu pengalaman.
Belajar merupakan sebuah proses yang ditandai oleh perubahan dalam diri
seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses pembelajaran bisa ditunjukkan dengan
berbagai bentuk, misalnya dengan menambahkan pengetahuan, pemahaman, sikap dan
perilaku, kebiasaan, keterampilan, dan aspek dalam perubahan lainnya yang terjadi
terhadap peserta didik (Sudjana, 2010)
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses terjadinya
perubahan prilaku pada diri sesorang meliputi perubahan fakta, konsep, fakta, ide, informasi
ataupun pengalaman bersifat umum yang diolah dalam bentuk latihan sehingga
menghasilkan sebuah perilaku yang ditunjukkan melalui perubahan kapasitas dalam dimensi

2
sikap (attitude), kemampuan pengetahuan (competencie cognisi) ataupun keterampilan
(skill) yang dimiliki sesorang . Hal ini sependapat dengan Bell-Gredler dalam Udin S.
Winataputra (2008) pengertian belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk
mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitude. Kemampuan (competencies),
keterampilan (skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara bertahap dan
berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar
sepanjang hayat.
Terdapat dua aliran dalam teori belajar yang dikembangkan oleh para ahli yaitu: Pertama
teori belajar deskriptif adalah teori yang membahas hubungan antara kegiatan siswa dan
proses psikologi dalam diri siswa. Kedua teori belajar Preskriptif adalah teori pembelajarn
yang mengungkapkan hubungan antara kegiatan pembelajaran dan proses psikologis diri
siswa dengan memasukan variabel metode pembelajaran. Guna memudahkan pemahaman
tentang kedua teori ini maka kata kunci yang harus dipahami adalah Proposisi untuk teori
deskriptif menggunakan struktur logis “. Jika... maka… contoh: Jika membuat rangkuman
buku teks yang dibaca, maka referensi terhadap isi buku teks itu akan lebih baik sedangkan
untuk teori preskriptif menggunakan struktur “agar melakukan ini......” Contoh: Agar dapat
mengingat isi buku teks yang di baca secara lebih baik, maka bacalah isi buku tersebut
berulang-ulang dan buatlah rangkumannya (Landa dalam Degeng, 1990).
Teori belajar behavioristic adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya
interaksi antara stimulus (rangsangan) dan respon (tanggapan). Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan pada
tingkah lakunya. (Thorndike, Pavlov, Skinner, Watson )
Teori Konstruktivistik merupakan metode pembelajaran yang lebih menekankan
pada proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam
mengkonstruksi pengalaman atau dengan kata lain teori ini memberikan keaktifan
terhadap siswa untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi,
dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. ( Vygostky, Piaget)
Teori belajar kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil
belajarnya. Teori belajar kognitif ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon, melainkan tingkah laku seseorang ditentukan oleh
persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan
belajarnya. Pendukung teori ini J.Pieget, Bruner, Gagne, Norman. Teori belajar
kognitifisme adalah proses berpikir anak melalui pengelohana informasi dan pelajaran

3
dalam bentuk mengorganisir, menyimpan, ataupun menemukan hubungan antara
pengetahuan yang terbaru dengan pengetahuan yang sudah ada. Model ini menekankan
pada bagaimana informasi diproses bukan hasilnya saja. Menurut Vigotsky pembelajaran
terjadi bila anak bekerja ataupun mencoba menangani tugas yang belum pernah namun
tugas itu telah berada dalam zone of proximal development. ZPD merupakan istilah yang
dibuat Vigotsky untuk berbagi tugas yang memang terlalu sulit, namun mereka bisa
melakukan hal tersebut karena adanya koordinasi dan bimbingan yang lebih terampil atau
bisa diandalkan. ZPD ini umumnya cocok bag anak-anak yang lebih suka tantangan.
(Piaget, Lewin, Gagne, Ausubel)
Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanistik
sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan
psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar.Teori belajar humanistik sangat
mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri serta lebih banyak
berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-
citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuk yang paling ideal. Pendukung teori ini
Arthur Combs, Abraham H. Maslow, dan Carl Rogers.
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan
dengan teori-teori yang sudah dibahas sebelumnya. Menurut teori ini, belajar adalah
pengolahan informasi. Proses belajar memang penting dalam teori ini, namun yang lebih
penting adalah sistem informasi yang diproses yang akan dipelajari siswa. Asumsi lain
adalah bahwa tidak ada satu proses belajar pun yang ideal untuk segala situasi, dan yang
cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
Teori Revolusi Sosiokultural menurut Piaget Proses adaptasi terdiri dari asimilasi
dan akomodasi. Melalui asimilasi siswa mengintegrasikan pengetahuan baru dari luar ke
dalam struktur kognitif yang telah ada dalam dirinya.sedangkan melalui akomodasi siswa
memodifikasi struktur kognitif yang ada dalam dirinya dengan pengetahuan yang baru.
Sedangkan menurut Pygotsky adalah tindakan sadar seseorang yang dipengaruhi oleh
latar belakang social budaya, sejarah da nasal usul lingkungan peserta didik.
2. Definisi teori belajar bermakna
Teori belajar bermakna Ausubel sangat berkaitan dengan teori konstruktivisme.
Keduanya menekankan pada pentingnya mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan
fakta-fakta baru ke dalam sistem pengetahuan yang telah dimiliki. Ausubel berpendapat
bahwa untuk mengembangkan potensi kognitif siswa, harus melalui proses belajar yang

4
bermakna. Aktivitas belajar siswa akan lebih bermanfaat jika mereka banyak dilibatkan
dalam kegiatan secara langsung.
Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar akan berhasil atau
bermakna jika guru dalam menyajikan materi baru dapat menghubungkannya dengan
konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa. Sedangkan menurut Bruner,
belajar bermakna hanya bisa terjadi lewat belajar penemuan. Pengetahuan yang didapat
lewat belajar penemuan bertahan lama dan memiliki efek transfer yang lebih baik. Belajar
penemuan meningkatkan kemampuan berpikir dan penalaran secara bebas. Selain itu juga
melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli yang telah dikemukakan dapat disimpulkan
bahwa belajar bermakna adalah lebih efisien karena menekankan pada proses dan
kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam mengkonstruksi pengalaman
atau dengan kata lain teori ini memberikan keaktifan terhadap siswa untuk belajar
menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan
guna mengembangkan dirinya sendiri. Konsep pendekatan melalui belajar bermakna lebih
relevan dengan konsep meredeka belajar yang dikembangkan saat ini.
3. Pembelajaran dengan keterampilan proses
Teori pembelajaran menghubungkan antara kegiatan pembelajaran dengan proses-
proses psikologis dalam diri siswa sedangkan teori belajar mengungkapkan hubungan
antara kegiatan siswa dengan proses-proses psikologis dalam diri siswa. Atau teori belajar
mengungkapkan hubungan antara fenomena yang ada dalam diri siswa. Teori
pembelajaran harus memasukkan variabel metode pembelajaran. Bila tidak maka teori itu
bukanlah teori pembelajaran. Hal ini penting, sebab banyak terjadi apa yang dianggap
sebagai teori pembelajaran yang sebenarnya teori belajar.Teori pembelajaran selalu
menyebutkan metode pembelajaran, sedangkan teori belajar sama sekali tidak berurusan
dengan metode pembelajaran.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa teori belajar berorientasi
pada proses psikologis siswa dalam memaknai fakta,konsep,ide,fenome atau informasi,
melalui panca indera yang membentuk nilai, pengetahuan dan keterampilan baru
sedangkan teori pembelajaran lebih berorientasi pada bagaimana variable metode
mempengaruhi penyampaian fakta,konsep, ide, iformasi dalam proses belajar siswa
dengan maksud untuk mencapai hasil belajar.
Pembelajaran merupakan kombinasi yang tertata meliputi segala unsur manusiawi,
perlengkapan, fasilitas, prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan dari

5
pembelajaran. Beliau mengemukakan tiga rumusan yang dianggap penting tentang
pembelajaran yaitu:

 Pembelajaran merupakan upaya dalam mengorganisasikan lingkungan


pendidikan untuk menciptakan situasi dan kondisi belajar bagi siswa.
 Pembelajaran merupakan upaya penting dalam mempersiapkan siswa untuk
menjadi warga masyarakat yang baik dan diharapkan.
 Pembelajaran merupakan proses dalam membantu siswa untuk menghadapi
kehidupan atau terjun di lingkungan masyarakat.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat
dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa ( student centered approach)
dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru ( teacher
centered approach).
Pendekatan ketrampilan proses adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan
pada proses belajar mengajar yang menuntut peserta didik dalam memperoleh
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap serta dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari ( Mulyasa, 2005). Keterampilan proses yang dimaksudkan dalam pendekatan ini
adalah mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan,
merencanakan penelitian serta mengkomunikasikan hasil.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan keterampilan proses
adalah pendekatan belajar mengajar yang mengarah pada pengembangan kemampuan
dasar berupa mental, fisik, dan social dalam menemukan fakta, konsep, maupun
pengembangan sikap dan nilai melalui proses pembelajaran dengan tujauan siswa aktif
dalam proses pemerolehan keterampilan dan hasil belajarnya
4. Definisi pembelajaran transformasional
Selain pendekatan proses terdapat Pendekatan Transformasional yang dapat
memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan ketrampilan berpikir, dan mendapatkan
pengetahuan ketrampilan dan sikap yang mereka perlukan adalah pendekatan
pembelajaran transformasional (transformational learning). Pendekatan pmbelajaran
transformasional, yang paling ditekankan adalah terjadinya perubahan di dalam diri
pembelajar. Pembelajaran transformasional merupakan pembelajaran yang berpusat pada

6
pembelajar (learner-centered). Di dalam pendekatan ini digunakan metode pembelajaran
aktif (active learning) dengan memanfaatkan pengalaman hidup sebagai dasar untuk
pembelajaran (experiential learning), di mana peserta dilibatkan dalam setiap tahap
pembelajaran (participatory learning) sehingga pembelajaran akan menjadi relevan bagi
pembelajar.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran
bermakna, pembelajaran dengan pendekatan proses serta pembelajaran Transformasional
memiliki hubungan yang erat karena pembelajaran bermakna mengandung arti bahwa
belajar itu memiliki arti/kesannya menarik karena proses pembelajarannya melibatkan
aktivitas belajar siswa serta lebih bermanfaat jika mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan
secara langsung. Melalui penerapan ketiga model pembelajaran ini terwujud Learning to
know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.
C. Definsi pendidikan dan psikologi pendidikan
1. Definisi Pendidikan
Secara umum, pengertian pendidikan adalah suatu proses pembelajaran
pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekumpulan manusia yang diwariskan dari satu
genereasi ke generasi selanjutnya melalui pengajaran, pelatihan, dan penelitian.
Definisi pendidikan adalah suatu usaha sadar yang dilakukan secara sistematis dalam
mewujudkan suasana belajar-mengajar agar para peserta didik dapat mengembangkan
potensi dirinya.
Ki Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan Nasional Indonesia mengatakan
pendidikan tersebut adalah merupakan tuntutan didalam hidup tumbuhnya anak-anak,
adapun maksud dari pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak
tersebut agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan (Hariyanto, 2012)
Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan
mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara
atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Berdasarkan pendapat sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Pendidikan adalah
usaha sadar tersistematis melalui bimbingan, latihan atau pengajaran yang diberikan oleh
orang lain yang lebih kompoten kepada pebelajar dengan tujuan untuk mencapai
kedewasaannya dan kemandirian. Bentuk bimbingan, latihan ataupun pengajaran ini
berujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat pebelajar yang meliputi skill,
cogniti dan attitude.

7
2. Definisi Psikologi Pendidikan
Psikologi Pendidikan merupakan pengalaman belajar artinya segala perubahan yang
terjadi atau dilakukan seseorang yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, dari
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak berakhlak menjadi berakhlak. (Lester D. Crow & Alice
Crow dalam Sukadiono; 2020)
Psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor
yang berhubungan dengan pendidikan manusia. ( Whiterington dalam Sukadiono; 2020)
Psikologi pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang perduli dengan proses
pembelajaran serta penerapan metode dan teori psikologi dalam proses pendidikan.
(Woolfol dalam Sukadiono;2020)
Psikologi pendidikan adalah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang
menyediakan serangkaian sumber untuk membantu Anda melaksanakan tugas sebagai
seorang guru dalam proses mengajar-belajar secara lebih efektif. Proses interaksi antar
guru dan siswa dalam kelas. (Barlow dalam Sukadiono; 2020)
Berdasarkan penjabaran definisi diatas disimpulkan bahwa psikologi pendidikan
merupakan cabang dari psikologi dalam penguraian dan penelitiannya lebih menekankan
pada maslah pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun mental, yang sangat
erat hubungannya dalam masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan
keberhasilan belajar.
3. Tujuan dan manfaat Psikologi Pendidikan
Tujuan dan manfaat psikologi pendidikan meliputi dua hal yaitu: Pertama membantu
guru memahami proses pendidikan yang terbaik, Kedua membantu guru memahami
proses belajar mengajar agar lebih efektif dan efisien.
Adapun beberapa fungsi dan manfaat psikologi pendidikan lainnya adalah :
 Membantu memahami karakteristik peserta didik.
 Membantu mengetahui tehnik pembelajaran yang efektif
 Merumuskan berbagai kebijakan terkait progam parenting.
 Menolong pemerintah dalam merumuskan kebijakan terkait pendidikan karakter.
 Sebagai jembatan antara guru, orang tua dan peserta didik.
 Memberikan kontribusi besar dalam menyususun kurikulum.
 Meningkatkan hubungan yang sehat antara pendidik dan peserta didik.
 Membantu mengembangkan model dan metode pembelajaran yang sudah ada.
 Membantu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi
peserta didik.

8
 Membantu mencari solusi seputar permasalahan di dunia pendidikan, seperti
sikap negatif peserta didik, menyontek, bully, keterlambatan belajar, dll.
 Bersama dengan disiplin ilmu lain, psikologi pendidikan berkontribusi dalam
mencari inovasi untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik
4. Regulasi Pendidikan dan Psikologi Pendidikan
Regulasi Pendidikan selamanya mempertimbangkan dispilin ilmu psikologi pendidikan.
Salah satu regulasi pendidikan yang erat hubungannya dengan psikologi pendidikan antara
Pertama lahirnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan
Pendidikan Karakter hadir dengan pertimbangan bahwa dalam rangka mewujudkan bangsa
yang berbudaya melalui penguatan nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras,
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial, dan bertanggung jawab, pemerintah memandang perlu penguatan pendidikan
karakter.
Kedua UU No. 20 tahun 2003 mengenai Sisdiknas, pasal 1 ayat 1, yakni pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi pribadinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Ketiga Sebagaimana diketahui bahwa UU no 20 tahun 2003 adalah cikal bakal lahirnya
Permendiknas nomor 70 tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang
memiliki potensi kecerdasan dan/ atau bakat istimewa. Peran psikollogi pendidikan menjadi
dasar dalam pengambilan kebijakan pendidikan terutama terkait dengan dengan proses
belaja peserta didik.
5. Kasus-kasus dalam pendidikan
Contoh kasus pendidikan diluar negeri dan di Indonesia dapat dilihat Pertama pada
lingkup materi yang harus dicapai melalui kompetensi dasar dalam standar isi. Kasus ini
dapat kita lihat pada jenjang kelas 1 sekolah dasar yang diharuskan menuntaskan
keterampilan dasar membaca, menulis dan berhitung permulaan ( Calistung). Sedangkan
pendidikan diluar negeri diusia kelas 1 lebih difokuskan untuk bermain, bereksplorasi
secara mandiri dibawah control gurunya.
Kedua Nilai ujian sekolah disemua jenjang SD, SMP dan SMA adalah target dan
sebagai indicator keberhasilan satuan pendidikan, sehingga segala cara yang berbentuk
kecurangan dalam pelaksanaan ujian terjadi dan sudah menjadi rahasia umum, sedangkan

9
diluar negeri nilai bukan merupakan target utama tetapi proses dan perkembangan siswa
yang paling utama.
Ketiga pembelajaran di Indonesia memiliki target kurikulum yang biasa disebut
dengan capaian kurikulum sehingga guru berlomba untuk menyelesaikan target kurikulum
tersebut sehinga meliharirkan siswa yang pintar namun tidak terampil bahkan
psikologisnya terganggu karena dipaksa mengingat materi tetapi diluar negeri anak lebih
dilatih terampil dalam situasi belajar yang meyenangkan sehingga anak tidak tetekan.
D. Sekolah rumah ( Homeschooling )
Homeschooling merupakan sistem pendidikan atau pembelajaran yang diselenggarakan
di rumah sebagai sekolah alternatif dengan cara menempatkan anak-anak sebagai subjek
yang menggunakan pendekatan at home. Pengajar atau guru dari program homeschooling
biasanya dilakukan oleh orang tua atau orang lain yang ditunjuk sebagai gurunya. Pada
pelaksanaan homeschooling, anak dan orang tua yang akan menentukan isi materi
pelajaran mereka. Waktu pelaksanaan homeschooling sendiri cenderung fleksibel, berbeda
dengan sekolah pada umumnya. Homeschooling dapat dilaksanakan sesuai dengan tahap
perkembangan anak, sehingga pada anak usia dini, orang tua dapat memberikan materi
pembelajaran pada saat anak bermain, makan, dan segala aktivitas anak (Rivero, 2008).
1. Sejarah homeschooling
Holt mengatakan bahwa kegagalan akademis pada siswa tidak ditentukan oleh
kurangnya usaha pada sistem sekolah, tetapi disebabkan oleh sistem sekolah itu sendiri.
Selain karena alasan keyakinan (beliefs), pertumbuhan homeschooling juga banyak dipicu
oleh ketidakpuasan atas sistem pendidikan di sekolah formal. Holt sendiri kemudian
menerbitkan karyanya yang lain Instead of Education; Ways to Help People Do Things
Better, (1976). Buku ini pun mendapat sambutan hangat dari para orangtua
homeschooling di berbagai penjuru Amerika Serikat. Pada tahun 1977, Holt menerbitkan
majalah untuk pendidikan di rumah yang diberi nama Growing Without Schooling. Serupa
dengan Holt, Ray dan Dorothy Moore kemudian menjadi pendukung dan konsultan penting
homeschooling.
Di Indonesia, homeschooling sudah lama terjadi jauh sebelum Indonesia merdeka.
Hanya saja dahulu belum memakai istilah homeschooling tetapi lebih terkenal dengan
belajar otodidak. Ini dapat diketahui dari Bapak Pendidikan Indonesia yaitu Ki Hajar
Dewantara yang ternyata keberhasilannya didapat tanpa menjalani pendidikan formal.
Homeschooling di Indonesia mulai marak terjadi pada tahun 2005. Homeschooling di
Indonesia dimulai sejak berdirinya taman siswa tanggal 3 Juli tahun 1922 dikota
Jogyakarta oleh Suwardi Suryaningrat yang lebih dikenal dengan nama Ki. Hajar

10
Dewantara. Seiring merebaknya homeschooling di Indonesia semakin antusias pula minat
orang tua menyekolahkan anaknya di homeschooling. Hal ini ditandai munculnya beberapa
lembaga yang menyelenggarakan homeschoooling, seperti Kamyabi Home School, Home
Schooling Kak Seto, Home Schooling Primagama dan lembaga pemerintah berupa Pusat
Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM). Pada awalnya homeschooling di Indonesia lebih
difokuskan pada pendalaman materi keagamaan. Tetapi lambat laun bermunculan
homeschooling modern antara lain homeschooling kak Seto, homeschooling Primagama
yang tujuan adalah mengembangkan pembelajaran rumah.
2. Kurikulum homescooling
Pada dasarnya kurikulum homeschooling dipengaruhi oleh kurikulum nasional dan
mengadopsi kurikulum homeschooling luar negeri kemudian dikembangkan dengan
kebutuhan keluarga dan peserta didik. Pilihannnya ada pada setiap keluarga dimana
keluargalah yang lebih mengetahui potensi, bakat dan minat anaknya.
Keluarga homeschooling dapat menentukan sendiri buku referensi apa yang paling
disukai, waktu belajar, dan juga cara mempelajari suatu mata pelajaran. Di luar mata
pelajaran yang diujikan dalam Ujian Persamaan, anak-anak homeschooling tetap dapat
mempelajari berbagai hal yang menjadi minat dan perhatiannya
3. Pembelajaran homeschooling
“Homeschooling merupakan pendidikan berbasis rumah, yang memungkinkan anak
berkembang sesuai dengan potensi diri mereka masing-masing” (Adilistiono, 2010). Secara
etimologis, homeschooling adalah sekolah yang diadakan di rumah. Meski disebut
homeschoooling, tidak berarti anak terus menerus belajar di rumah, tetapi anak-anak bisa
belajar di mana saja dan kapan saja asal situasi dan kondisinya benar-benar nyaman dan
menyenangkan seperti layaknya berada dirumah.
Homeschooling lebih mengacu pada kompetensi praktis hubungan antara
ketertarikan dan hobbi individu. Serta fleksibilitas metode belajar mengajar tidak
terbelenggu oleh dimensi ruang dan waktu, guru hanya sebagai pembimbing dan
mengarahkan minat siswa pada mata pelajaran yang diminati. Dalam hal ini siswalah yang
menjadi subjek kurikulum bukan menjadi objek. Jam belajar lebih lentur karena mulai dari
bangun tidur sampai berangkat tidur kembali.
4. Contoh pembelajaran homeschooling didalam negeri dan luar negeri
Berbeda dengan di Indonesia, perkembangan Homeschooling di Iuar negeri terbilang
pesat dengan peningkatan jumlah keluarga yang melaksanakan pendidikan alternatif ini
terus bertambah. Bahkan di Amerika Serikat, kualitas hasil pendidikan keluarga ini setara
dengan sekolah formal dan bisa melanjutkan kemana pun pendidikan tinggi yang diinginkan.

11
Hal ini dipengaruhi oleh dengan motivasi dan dukungan fasilitas yang berbeda jauh dengan
homeschooling di Indonesia serta lingkungan sekitarnya. Indicator ini yang menyebabkan
homeschooling atau sekolah mandiri awalnya memang berasal dari luar negeri. Karena
itulah tak heran apabila kegiatan sekolah mandiri kini telah berhasil dilakukan di luar negeri.
Tentunya cara ataupun metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
homeschooling di luar negeri memang berbeda dengan di Indonesia.
Perbedaan dari segi Metode homeschooling antara Indonesia dan homescooling di
luar negeri dapat kita lihat pada tabel di bawah ini.
Homeschooling di Indonesia Homeschooling di Luar Negeri
1. Pengenalan waktu belajar sudah syarat 1. Pengenalan pendidikan sejak dini sudah
dengan muatan kurikulum. Anak di usia diperkenalkan mulai usia balita melalui
7 tahun sudah dituntut mampu Playgroup anak diperkenalkan
membaca dan berhitung. Usia bermain bersosialisasi, dilatih kemampuan
hilang dan anak mudah stres berpiki, kemampuan motoric lewat
bermain
2. Peran guru lebih dominan (Spoon 2. Anak lebih dilatih berkreasi peran guru
feeding) sumber belajar satu-satunya. sebagai (Professional development)
Sehingga pemerolehan pengetahuan peserta didik dilatih melalui praktek
sebatas apa yang diberikan oleh guru. langsung menggunakan tekhnologi.
3. Dukungan teknologi dan media belajar 3. Dukungan teknologi dan media sangat
sangat terbatas. mendukung pelaksanan homescsooling.
4. Jepang lebih menitik beratkan 4. Di Indonesia melalui kelompok bermain
pendidikan usia 0-3 tahun pada anak sudah dilatih kognitif, mengenalkan
pembentukan tata karma, sopan symbol-simbol huruf, angka dan lebih
santun, disiplin, dan taat menekankan pemerolehan nilai
dibanding sikap kejujuran.

Sudut pandang lain yang sangat jauh berbeda antara homeschooling di Indonesia
dan homeschooling diluar negeri adalah pandangan orang tua terhadap homescooling,
dimana di Indinesia orang tua lebih cenderung menginginkan anaknya pintar dan cerdas,
sedangkan di luar negeri lebih menginginkan anaknya cenderung terampil dan kreatif.
E. Internalisasi ilmu pengetahuan
1. Perbedaan Pengetahuan dan ilmu pengetahuan
Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang
suatu obyek tertentu, termasuk ke dalamnya adalah ilmu. Ilmu merupakan bagian dari
pengetahuan yang diketahui manusia. pengetahuan tersebut timbul karena manusianya
yang ingin mencari tahu. Pengetahuan Ilmu yang didapat atau melalui pengalaman yang
bersifat umum, universal atau menyeluruh, kadang memiliki makna sebagai sesuatu yang
dimiliki oleh seseorang setelah mempelajarinya, sementara pengetahuan merupakan apa
yang diketahuinya.

12
Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Pengetahuan ialah
sesuatu informasi yang kita ketahui dan sadari oleh orang yang berpengatahuan dari
berbagai konsep, prinsip, ataupun teori.
Pengertian Ilmu Pengetahuan
Adapun pengertian pengetahuan menurut para ahli yang diantaranya yaitu:
1. Mappadjantji Amien
Ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang bermula dari pengetahuan, bersumber dari
wahyu, hati dan semesta yang mempunyai paradigma, metode, dan media komunikasi
membentuk sains baru dengan tujuan agar dapat memahami semesta untuk
memanfaatkannya dan menemukan diri untuk menggali potensi fitrawi guna mengenal
Tuhan yang Esa.
2. Mohammad Hatta
Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan atau studi yang teratur yang berkenaan dengan
pekerjaan hukum umum, sebab dalam suatu kelompok masalah yang sifatnya sama baik
dilihat dari kedudukannya dan juga hubungannya.
3. Syahruddin Kasim
Ilmu pengetahuan ialah pancaran hasil metabolisme ragawi sebagai hidayah sang pencipta
yang tercipta dari proses interaksi peristiwa fitrawi melalui dimensi hati, akal, nafsu yang
rasional empirik dan hakiki dalam menjelaskan hasanah alam semesta demi untuk
menyempurnakan tanggung jawab kepemimpinan.
Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan adalah
kumpulan ilmu yang sudah diuji kebenarannya, terstruktur, bersifat hakiki, empiris, dan
bersifat ilmiah. Ilmu Pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam
alam manusia . Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu
memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu
diperoleh dari keterbatasannya. Perbedaannya yang paling mendasar ialah pada
pengetahuan belum dibuktikan atau dipastikan kebenarannya dan juga tidak bersifat
universal, sebaliknya bahwa pada ilmu pengetahuan telah dibuktikan atau dipastikan
kebenarannya dan telah bersifat universal dan bersifat ilmiah.
Perbedaan antara pengetahuan dan ilmu pengetahuan dapat dilhat pada table dibawah ini
Pengetahuan Ilmu Pengetahuan
Cakupannya terbatas tergantung Cakupannya luar karena termuat
1. 1.
kemampuan seseorang menguasainya. dalam referensi (buku )
2. Obyek penelitiannya terbata 2. Kajiannya luas tentang suatu obyek

13
Menilai obyek dari suatu sudut
3. 3. Penilaian bersifat eksperimental
pandang tertentu
Kebenaran melalui kesimpulan logis
4. Bertugas memberi jawaban 4.
dan melalui pengamatan empiris

2. Internalisasi ilmu pengetahuan


Internalisasi Ilmu Pengetahuan dapat didefinisikan sebagai proses masuknya ilmu
pengetahuan berupa fakta, konsep, prinsip,teori, dalil serta norma dalam otak pikir
seseorang yang diperoleh secara apriori maupun secara aposteriori kemudian dilatih,
diamalkan dalam kehidupannya sehari-hari sehingga membentuk dirinya menjadi peribadi
yang mapan.
Tahapan proses internalisasi ilmu pengetahuan:
Tahap transformasi nilai merupakan tahap suatu tahap yang terjadi antara kedua belah
pihak dalam bentuk komunikasi verbal. Proses ini berupa transfer atau pemindahan
informasi dari orang satu ke orang yang lainnya dalam bentuk hubungan sosial. Hal yang
dipindah masih bersifat kognitif dan tidak dapat memaksakan penerima untuk menerima
informasi dengan baik.
Tahap transaksi nilai. Tahap ini dinamakan pula dengan komunikasi dua arah. Pada
tahap ini kedua belah pihak saling bertukar pikiran mengenai suatu topik dan memiliki
pengaruh yang luas. Maka pada tahap ini keduanya dituntut untuk aktif berkominukasi
Tahap yang terakahir adalah transinternalisasi. Tahap ini merupakan tahap yang lebih
mendalamjika dibandingkan dengan dua tahap sebelumnnya. Pada tahap ini internalisasi
tidak hanya dilakukan melalui komunikasi verbal saja tetapi juga contoh mental dan
kepribadian yang akan ditonjolkan. Inti dari internalisasi pada tahap ini adalah komunikasi
kepribadian.
F. Internalisasi nilai-nilai (values) pendidikan karakter dan Revolusi Mental
1. Merumuskan Internalisasi nilai
Internalisasi merupakan proses penanaman nilai kedalam jiwa seseorang sehingga nilai
tersebut dapat tercermin pada sikap dan prilaku yang ditampakkan pada kehidupan sehari-
hari. Suatu nilai yang telah terinternalisasi pada diri seseorang memang dapat diketahui ciri
cirinya dari tingkah laku. Internalisasi menurut kamus ilmiah popular yaitu pendalaman,
penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin, atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan
prilaku.
Internalisasi adalah penghayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam
melalui binaan, bimbingan dan sebagainya. Internalisasi merupakan suatu proses
penanaman sikap ke dalam diri pribadi seseorang melalui pembinaan, bimbingan dan

14
sebagainya agar ego menguasai secara mendalam suatu nilai serta menghayati sehingga
dapat tercermin dalam sikap dan tingkah laku sesuai dengan standar yang diharapkan
Berdasarkan teori-teori tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa internalisasi
merupakan suatu proses penghayatan dan pemahaman oleh individu yang melibatkan
konsep serta tindakan yang diperoleh dari luar kemudian bergerak ke dalam pikiran yang
tercermin sebagai suatu kepribadian yang diyakini menjadi pandangan dan pedoman
berperilakunya. Internalisasi dapat mempengaruhi seseorang dalam bersikap dan
berperasaan. Melalui internalisasi akan menjadikan pengetahuan yang dimiliki seseorang
sebagai jembatan untuk berperilaku
Nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai
suatu identitas yang memberikan corak yang khusus pada pola pemikiran, perasaan,
keterkaitan maupun perilaku. Nilai adalah sesuatu yang memberi makna pada hidup, yang
memberi acuan, titik tolak dan tujuan hidup. Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak,
ideal, bukan benda kongkrit, bukan fakta, bukan hanya persoalan benar salah yang menurut
pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang dikehendaki, disenangi dan tidak
disenangi. Nilai adalah standar tingkah laku, keindahan, keadilan, kebenaran dan efisiensi
yang mengikat manusia dan sepatutnya dijalankan dan dipertahankan. Nilai sebagai sesuatu
yang normatif, ideal bukan faktual sehingga penjabarannya atau operasionalisasinya
membutuhkan penafsiran.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa internalisasi nilai adalah suatu
proses mempengaruhi pikiran dan perasaan seseorang serta makna hidup yang dapat
diterima oleh orang tersebut untuk dijadikan sebagai acuannya, titik tolak berpikir dan
bertindak guna mencapai tujuan hidup.
Terdapat 3 tahapan dalam proses internalisasi nilai yaitu:
1. Tahap Transformasi nilai
Tahap ini merupakan suatu proses yang dilakukan oleh pendidik dalam
menginformasikan nilai-nilai yang baik dan kuran baik. Pada tahap ini hanya terjadi
komuniasi verbal antara guru dan siswa. Transformasi nilai ini sifatnya hanya pemindahan
pengetahuan dari pendidik ke siswanya. Nilai-nilai yang diberikan masih berada pada ranah
kognitif siswa dan pengetahuan ini dimungkinkan hilang jika ingatan seseorang tidak kuat.
2. Tahap Transasksi Nilai
Suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan melakukan komunikasi dua arah atau
interaksi antara siswa dengan pendidik yang bersifat timbal balik. Dengan adanya transaksi
nilai pendidik dapat memberikan pengaruh pada siswanya melalui contoh yang telah ia
jalankan. Di sisi lain siswa akan menentukan nilai yang sesuai dengan dirinya.

15
3. Tahap Transinternalisasi
Tahap ini jauh lebih mendalam dari tahap transaksi. Pada tahap ini bukan hanya
dilakukan dengan komunikasi verbal tapi juga sikap mental dan kepribadian. Jadi pada
tahap ini komunikasi kepribadian yang berperan secara aktif.
Proses Transinternalisasi dimulai dari yang sederhana ke yang kompleks meliputi:
1).Menyimak, 2) Menanggapi, 3) Memberi nilai, 4) Mengorganisasikan nilai, 5) Karakteristik
nilai. Adapun tiga tujuan yang ingin dicapai adalah: Knowing, doing, being
2. Merumuskan Pendidikan Karakter
Terdapat 18 nilai karakter yang menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan
karakter yang kemudian dilebur menjadi 5 nilai dasar pendidikan karakter yaitu:
1. Nilai Religius adalah nilai yang menjadi acuan dalam hungannnya manusia dengan
Tuhan pencipta, individu dengan sesame, individu dengan alam semesta
2. Nilai Nasionalisme adalah cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, serta menempatkan kepentingan
bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya.
3. Nilai Mandiri adalah nilai sikap dan perilaku tidak bergantung kapada orang lain dan
mempergunakan segala tenaga, pikiran, dan waktu untuk merealisasikan harapan,
mimpi, dan cita-cita. Juga ditunjukkan dengan etos kerja atau kerja keras, tangguh,
tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar
sepanjang hayat.
4. Nilai Gotong royong adalah nilai yang cerminan tindakan menghargai, semangat
kerjasama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin
komunikasi dan persahabatan, serta memberi bantuan dan pertolongan pada orang-
orang yang membutuhkan.
5. Nilai Integritas adalah nilai perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral.
Hal ini dapat ditunjukkan oleh gambar dibawah ini.

16
Upaya menghindari Kegagalan pendidikan di Indonesia maka output pendidikan
adalah terciptanya generasi yang berkarakter sebagaimana pendapat I Ketut Sumarta
dalam tulisannya yang berjudul “Pendidikan yang Memekarkan Rasa”. Dalam tulisannya,
Ketut Sumarta mengungkapkan bahwa pendidikan nasional kita cenderung hanya
menonjolkan pembentukan kecerdasan berpikir dan menepikan penempatan kecerdasan
rasa, kecerdasan budi, bahkan kecerdasan batin. Dari sini lahirlah manusia-manusia yang
berotak pintar, manusia yang berprestasi secara kuantitatif akademik, tetapi tidak
berkecerdasan budi.
3. Merumuskan Revolusi Mental
Menurut Karlina Supelli Pengertian Revolusi Mental ialah strategi kebudayaan, yang
dibidik dengan transformasi etos yaitu perubahan mendasar dalam mentalitas yang meliputi
cara berpikir, cara merasa, cara mempercayai yang semuanya ini menjelma dalam perilaku
dan tindakan sehari-hari.
Menurut Ermaya Pengertian Revolusi Mental ialah gerakan pembangunan moral dan
etika kerja yang dilakukan secara komprehensif, integral dan holistik seluruh openen bangsa
Indonesia dengan cara penerapan dan pengamalan nilai etika agama, budaya dan sosial
kemasyarakatan sebagai niai-nilai dasar kehidupan individu dan nilai-nilai dasar Pancasila
sesuai peraturan dan perundang-udangan yang berlaku sebagai warga negara, untuk
menciptakan kreativitas dan enovasi kerja, dalam persaingan globalisasi, kehidupan
demokrasi sehingga menjadi bangsa yang sejahtera dan aman.
Berdasarkan pengertian revolusi mental menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa
pengertian revolusi mental adalah gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia dalam
mentalitas yang berkarakter orisinal bangsa yang berkarakter yang meliputi cara berpikir,
cara merasa, cara mempercayai yang semuanya ini menjelma dalam perilaku dan tindakan
sehari-hari.

17
Tiga Nilai Revolusi Mental yang harus dikembangkan dalam pendidikan
1. Integritas (jujur, dipercaya, berkarakter, bertanggung jawab)
2. Kerja Keras (etos kerja, daya saing, optimis, inovatif dan produktif)
3. Gotong royong (kerja sama, solidaritas, komunal, berorientasi pada kemaslahatan)
G. Interaksi orangtua dan anak.
1. Memperjelas pola asuh orangtua
Pola asuh menurut James mengemukakan bahwa pola asuh diartikan sebagai
parenting cara orangtua berinteraksi dengan anak, cara orangtua berperilaku sebagai model
di hadapan anakanaknya cara orangtua memberikan kasih sayang, menanggapi dan
membantu anak mengatasi masalahnya, hangat, terbuka, mau mendengarkan secara aktif,
dan realistik. (Sunarty, 2016)
Pola asuh menurut Sugihartono, dkk adalah pola perilaku yang digunakan untuk
berhubungan dengan anak-anak. Pola asuh yang diterapkan oleh setiap keluarga tentunya
berbeda dengan keluarga lainnya. (Sugiharto, 2007) Pola asuh adalah suatu proses yang
ditujukan untuk meningkatkan serta mendukung perkembangan anak sejak bayi hingga
dewasa. (Indonesia, 2020)
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa pola asuh orang tua yaitu pola pengasuhan orang tua terhadap anak,
yaitu bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing dan
mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan sampai dengan
membentuk perilaku anak sesuai dengan norma dan nilai yang baik dan sesuai dengan
kehidupan masyarakat.
Macam – macam pola asuh orangtua
a. Pola asuh otoriter adalah pola asuh orang tua yang lebih mengutamakan membentuk
kepribadian anak dengan cara menetapkan standar mutlak harus dituruti, biasanya
dibarengi dengan ancaman- ancaman. (CH, 2017)
Pola asuh otoriter memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (Agency, 2014)
a. Anak harus tunduk dan patuh pada kehendak orang tua.
b. Pengontrolan orang tua terhadap perilaku anak sangat ketat.
c. Anak hampir tidak pernah diberi pujian.
d. Orang tua yang tidak mengenal kompromi dan dalam
komunikasi biasanya bersifat satu arah.
b. Pola asuh permisif merupakan pola asuh orang tua pada anak dalam rangka
membentuk kepribadian anak dengan cara memberikan pengawasan yang sangat
longgar dan memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa

18
pengawasan yang cukup darinya. Sifat-sikap dimilki orang tua hangat hingga sering
kali disukai oleh anak. (CH, 2017)
Pola asuh permisif memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (Agency, 2014)
a. Orang tua bersikap acceptance tinggi namun kontrolnya rendah, anak diizinkan
membuat keputusan sendiri dan dapat berbuat sekehendaknya sendiri.
b. Orang tua memberi kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau
keinginannya.
c. Orang tua kurang menerapkan hukuman pada anak, bahkan hampir tidak
menggunakan hukuman.
Pola Asuh Ototaritatif atau Demokratis adalah pola asuh orang tua yang menerapkan
perlakuan kepada anak dalam rangka membentuk kepribadian anak dengan cara
memprioritaskan kepentingan anak yang bersikap rasional atau pemikiran-pemikiran.
Orang tua tetap memberikan nasehat-nasehat dan arahan jika anak melakukan hal
yang membahayakan dirinya. Dengan begitu anak dapat bebas berkreasi dan
bereksplorasi sehingga perkembangannya pun lebih baik. (CH, 2017)
Pola asuh demokratis mempunyai ciri-ciri, yaitu: (Agency, 2014)
a. Anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol internal.
b. Anak diakui sebagai pribadi oleh orang tua dan turut dilibatkan dalam
pengambilan keputusan.
c. Menetapkan peraturan serta mengatur kehidupan anak. Saat orang tua
menggunakan hukuman fisik, dan diberikan jika terbukti anak secara sadar
menolak melakukan apa yang telah disetujui bersama, sehingga lebih bersikap
edukatif.
d. Memperioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu
mengendalikan mereka.
e. Bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan
yang melampaui kemampuan anak.
f. Meberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu
tindakan.
g. Pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
2. Pola interaksi perilaku keluarga sirkumplex
Model Sirkumpleks adalah sistem keluarga dan pernikahan yang dikembangkan oleh
Olson. model tersebut, terdapat dua dimensi yang menjadi inti, yaitu family cohesion
dan family adaptability

19
Model sirkumpleks menjelaskan bahwa konsep cohesion dan adaptability membentuk
kerangka (susunan) dimana berfungsi untuk mengetahui komunikasi yang digunakan dalam
berbagai macam keluarga. Berdasarkan perspektif ini, dua fungsi utama keluarga dilibatkan,
yaitu yang pertama membangun pola cohesion, atau separateness dan connectedness, dan
yang kedua membangun pola adaptability atau change. Fungsi-fungsi ini akan berubah
secara beraturan ketika keluarga mengalami ketegangan di dalam kehidupan mereka.
(Poire, 2006)
Model sirkumplex ini menggunakan variable khusus untuk mengukur kedekatan
keluarga. Dimensi kedekatan keluarga menunjukkan derajat keterpisahan atau
keterhubungan individu dengan keluarganya. Ini menunjukkan sejauh mana anggota
keluarga terpisah atau terhubung secara emosional dengan keluarga. Ada beberapa variabel
khusus yang dapat digunakan sebagai standar untuk mendiagnosis dan mengukur
kedekatan keluarga. Aspek pertama untuk menilai kedekatan keluarga adalah keterikatan
emosional yang dirasakan oleh anggota keluarga. Keterlibatan keluarga digambarkan
dengan banyaknya interaksi yang terjadi, dan bagaimana kecenderungan mereka untuk
merespon dengan kasih sayang merupakan aspek kedua untuk menilai kedekatan keluarga.
Aspek ketiga adalah hubungan orang tua-anak yang meliputi kedekatan dan batasan dalam
keluarga. Keempat, batasan internal (waktu), ruang dan pengambilan keputusan. (Supaat,
2019)
3. Tipe pola keluarga model sirkumplex
Model sirkumpleks terdiri dari kedekatan dan kemampuan beradaptasi. Komunikasi
berdiri secara independen dan merupakan sarana penting untuk memimpin perubahan di
kedua dimensi tersebut. Kombinasi masing-masing dari empat tingkat dimensi kedekatan
dan dimensi adaptasi dapat diatur dalam model sirkular tipe keluarga. Ini terdiri dari 16 tipe
khusus.
Ada tiga jenis tipe tipologis ini Pertama, tipe ekstrim, yaitu keluarga yang dimensi
kedekatan dan dimensi adaptasinya termasuk ke dalam level ekstrim, yaitu rigidly-
disengaged, chaotically-disengaged, rigidlyenmeshed, dan chaotically-enmeshed. Tipe
midrange adalah keluarga dengan salah satu dimensinya seimbang, dan dimensi lainnya
diklasifikasikan sebagai ekstrim yaitu dipisahkan secara kaku, dipisahkan secara kacau,
terhubung secara kaku, terhubung secara teknis kacau, terlepas secara struktural, terlepas
secara fleksibel, terjerat secara struktural, dan terjerat secara fleksibel. Tipe seimbang
adalah keluarga dengan kedua dimensi (kedekatan dan kemampuan beradaptasi) yang
tergolong tipe seimbang, yaitu tipe pisah secara struktural, hubung secara struktural,
hubung secara fleksibel, dan tipe pisah secara fleksibel. (Olson, tt)

20
Menurut Olson, keluarga sehat, keluarga yang dapat memiliki fungsi keluarga yang
cukup seimbang adalah dimensi kedekatan dan dimensi kemampuan beradaptasi. Jika
kedekatan dan keterikatan untuk berurusan dengan keluarga terlalu besar, terlalu banyak
perubahan yang dilakukan dan terlalu kaku untuk berpaling, maka keluarga tidak dapat
menjalankan fungsinya dengan baik.
Keluarga seimbang adalah keluarga yang berdimensi kedekatan setiap anggota
keluarganya memiliki keterikatan (connected) terhadap keluarga dan kemandirian
(independent) dari keluarganya. Keluarga dengan kemampuan beradaptasi yang seimbang,
mampu menjaga stabilitas meskipun masih terbuka terhadap perubahan tersebut. Keluarga
yang seimbang juga dapat mengalami stres akibat kebutuhan yang ada, disertai dengan
perkembangan dan pertumbuhan setiap anggota keluarga, tetapi keluarga yang mampu
mengatasi stres lebih seimbang yang muncul daripada keluarga dalam posisi ekstrim.
(Supaat, 2019)
4. Peran interaksi orangtua dan anak terhada prestasi akademik anak
Berdasarkan pola asuh yang telah dibahasa sebelumnya maka bentuk interaksi
melalui pola asuh demokratis dapat dijadikan referensi dalam pembentukan prestasi anak..
Melalui pola asuh demokratis memberikan peluang bagi anak untuk bereksplorasi dan
berkreasi dimana fungsi orang bersifat sebagai pengontrol saja. Pola ini lebih bersifat
bijaksana dan mengandung unsur edukatif karena didasari oleh pembentukan karakter anak
dimulai dari lingkungan keluarga. Semakin instens interaksi orangtua dalam keluarga
semakin terbentuk prestasi anak dan sifat keterbukaan anak ketika mengalami kesulitannya.
Motivasi sangat penting pada proses pengajaran & pembelajaran karena dia dapat
memilih hal yang dituju dan berkesannya. Pelajar yang bermotivasi tinggi biasanya
mempunyai dorongan yang kuat dan mantap buat terus berminat dengan apa yang
disampaikan hasil menurut rangsangan-rangsangan yang bertenaga yaitu menerusi insentif
dan motif. Insentif dalam pengajaran & pembelajaran sering disampaikan dalam bentuk
ekstrinsik seperti markah, pujian, penghargaan, asterik dansebagainya. Motif jua timbul
akibat dorongan semula jadi atau kesamaan individu yang menggerakkan individu buat
bertindak dan mencapai suatu keberhasilan walaupun dalam tempo yang lama.

21
DAFTAR PUSTAKA
Agency, A.-T. d. (2014). Mengembangkan Pola Asuh Demokratis. Jakarta: Gramedia.

Bobi Erno Rusadi, R. W. (2019). Analisis Learning and Inovation Skills Mahasiswa PAI Melalui
Pendekatan Saintifik dalam Implementasi Keterampilan Abad 21. Conciencia , 19 (2),
112-131.

CH, S. E. (2017). Golden Age Parenting Memaksimalkan Potensi Anak di Usia Emas.
Yogyakarta: PT. Anak Hebat Indonesia.

Cindy Marisa, E. F. (2018). Hubungan pola asuh orangtua dengan motivasi belajar remaja.
Jurnal Konseling Dan Pendidikan , 6 (1), 25.

Euis, S. (2004). Mengasuh Anak dengan Hat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Haryanto (2012) Artikel pengertian pendidikan menurut para ahli

Indonesia, S. N. (2020). Tips Menjadi Orang Tua Inspirasi Masa Kini: Mengenal Pola Asuh,
Pola Perlakuan orang Tua, Perilaku yang diajarkan dengan memberi contoh, Sikap
Inspiratif Orang Tua dan Cara Efektif Menjadi Orang Tua Idea. Bojonegoro: PENERBIT
KBM INDONESIA.

Jamilah. (2005). Kemapuan Interaksi Sosial Pada Anak Tunagrahita. Skripsi, UIN Malang,
Malang.

Muhibbin Syah, (2007) Psikologi Pendidikan dan Pendekatan baru

Olson, R. d. (tt). Model Circumflex: Penilaian Sistemik dan Perawatan Keluarga. New York:
Haworth Press Inc,.

Poire, B. A. (2006). Family Communication: Nurturing and Control in a Changing World. AGE
Publications, Inc.

Redaksi, T. (2013). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Seto Mulyadi, d. (2017). Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Teori-teori Baru dalam
Psikologi. Jakarta: Rajawali Press.

Sugiharto, d. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Sunarty, K. (2016). HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DAN KEMANDIRIAN ANAK. Journal
of Education Science and Technology , 2 (3), 152-160.
Sukadiono, (2020). Psikologi pendidikan pendekatan multi disipliner . Pena Pustaka

22

Anda mungkin juga menyukai