Anda di halaman 1dari 33

TUGAS MANDIRI 2

MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI

OLEH:

KHESYA AZAHRA LATIFA

23031071

PENDIDIKAN BIOLOGI B

DOSEN PENGAMPU:

Drs. RISTIONO SOEGENG, M. Pd.

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2024
TUGAS MANDIRI 2

MENGANALISIS HUBUNGAN MEDIA DAN CAPAIAN PEMBELAJARAN, KLASIFIKASI


MEDIA.

A. Teori Belajar,Kerucut Belajar


1. Teori Belajar
Teori belajar akan terkait dengan pembuatan kurikulum atau perancangan kurikulum.
Dengan mempelajari teori belajar ini, dengan memahami maka dengan itu bisa
mencermati perilaku-perilaku peserta didik.ada perbedaan antara teori belajar dan
pembelajaran yaitu dekriptif dan preskriptif. Preskriptif itu dapat memperkirakan
bagaimana sistempembelajaran yang berlangsung sedangkna deskriptif lebih ke
menggambarkan proses belajar yang berlangsung. Ada 4 teori belajar yaitu: Teori
Behaviorisme, Teori Kognitivisme, Teori Humanistik, Teori Kontruktivisme.
a. Teori Behaviorisme
Teori belajar behavioristik menyatakan bahwa belajar itu merubah tingkah laku.
Para ahli-ahli behavioristik mengatakan bahwa proses belajar itu terjadi apabila
tingkah laku siswa sudah berubah, apabila siswa belum merespon, maka tingkah
laku siswa tidak berubah maka belum dikatakan belajar. Dan di teori belajar
behavioristik, apabila tingkah laku siswa belum berubah maka akan berlaku sistem
hukuman. Apabila belajar tidak bisa terus, dan diajarkan lagi, tidak bisa lagi, maka
akan berlaku sistem hukuman dan dengan hukuman itu dapat membuat siswa jera
dan akan membuat siswa unntuk belajar lebih giat lagi. Sebagai contoh, seorang
anak disusurh oleh gurunya untuk menghapal perkalian dan maju keesokan harinya,
namun anak tersebut belum menghapalnya dan disuruh berdiri didepan kelas oleh
gurunya dan boleh duduk hingga menghapalnya. Di Indonesia yang berlaku adalah
teori belajar behavioristik, karena sistem kurikulum kita berbasis kompetensi. Maka
dari itu biasanya di sekolah-sekolah biasanya gurulah yang lebih berkuasa, karena
memang begitulah teori belajar ini. Proses belajar mengajarnya dapat digambarkan
sebagai berikut:
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa (Asri Budiningsih,
2008- 16) contohnya daftar perkalian dan lain sebagainya. Dan proses adalah proses
belajar mengajar berlangsung. Respon adalah tanggapan siswa terhadap stimulus
yang diberikan oleh guru tersebut. Kekurangan dalam teori belajar ini yaitu proses
belajar yang komplek tidak terjelaskan, asumsi stimulus respon terlalu sederhana.
Contoh aplikasi teori behaviorisme yaitu:
 Menetukan tujuan-tujuan instruksional
 Menganalisis lingkungan yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi “entry
behavior” mahasiswa (pengetahuan awal mahasiswa)
 Menetukan materi pelajaran (pokok bahasan, topik)
 Memecah materi pelajaran menjadi bagian kecil-kecil (sub pokok bahasan,
sub topik)
 Menyajikan materi pelajaran
 Memberikan stimulus berupa: pertanyaan, tes, latihan, tugas-tugas
 Mengamati dan kengkaji respons yang diberikan
 Memberikan penguatan/reinforcement (positif atau negatif)
 Memberikan stimulus baru stimulus proses respon
 Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan (mengevaluasi hasil belajar)
 Memberikan penguatan
 Dan seterusnya
b. Teori Kognitivisme
Teori belajar kognitivisme menyatakan bahwa belajar adalah perubahan persepsi
atau pemahaman. Teori belajar ini lebih mementingkan proses belajar dari pada
hasil belajarnya. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang
ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan
dengan tujuan belajarnya (Asri Budinigsih, 2008-26). Teori belajar kognitif juga
menekankan bahwa bagian-bagian dari situasi saling berhubungan dengan seluruh
konteks situasi tersebut. Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi/materi
pelajaran ,enjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan mempelajarinya secara
terpisah-pisah, akan kehilangan makna. Dapat digambarkan sebagai berikut:

Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan
menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di
dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman
sebelumnya. Pada teori belajar kognitivisme terdapat kelemahan-kelemahan sebagai
berikut: lebih dekat ke psikologi, sulit melihat “stuktur kognitif” pada setiap
individu. Contoh aplikasi-aplikasi teori kognitivisme yaitu:
 Menetukan tujuan-tujuan instruksional
 Memilih materi palajaran
 Menetukan materi yang mungkin dipelajari mahasiswa secara aktif
 Menentukan dan merancang kegiatan belajar yang cocok untuk topik yang
akan dipelajari mahasiswa
 Mempersiapakan pertanyaan yang dapat memacu kreatifitas mahasiswa untuk
berdiskusi dan bertanya
 Mengevaluasi proses dan hasil belajar
c. Teori Humanistik
Teori humnaistik menyatakan bahwa belajar yaitu memanusiakan menusia,
maksudnya adalah menghargai segala yang ada pada manusia. Oleh sebab itu teori
belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat,
teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar. Pada
teori ini juga lebih mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajarnya.
Proses belajar mengajarnya dari pengalaman hidup siswa, dengan pengalaman hidup
nanti akan dijadikan sebagai landasan materi. Seperti yang dikatakaoleh salah satu
tokoh humanistik Ausubel yaitu, belajar merupakan asimilasi bermakna. Materi
yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya. Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting
dalam peristiwa belajar. Teori humanistik sangat penting (Asri Budiningsih, 2008-
53) karena mengatakan:
 Manusia makhluk bebas membentuk dirinya.
 Manusia makhluk bermartabat.
 Manusia mengontrol dirinya.
 Manusia makhluk yang karakteristiknya khas.
 Manusia tidak diberdayakan tetap pemberdayaan utama.
Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran cenderung mendorong siswa
untuk berpikir induktif. Teori ini juga amat mementingkan faktor pengalaman dan
ketelibatan siswa secara aktif dalam belajar. Contoh aplikasi teori belajar humanistik
yaitu:
 Menetukan tujuan-tujuan instruksional
 Menetukan materi pelajaran
 Mengidentifikasi “entry behavior” mahasiswa
 Mengidentifikasi topik-topik yang memungkinkan mahasiswa dan
mempelajarinya secara aktif (mengalami)
 Mendesain wahana (lingkungan, media, fasilitas, dsb) yang akan digunakan
untuk belajar
 Membimbing mahasiswa belajar secara aktif
 Membimbing mahasiswa memhami hakikat makna dari pengalaman belajar
mereka
 Membimbing mahasiswa sampai mereka mampu mengaplikasikan
konsepkonsep baru ke situasi yang baru
 Mengevaluasi proses dan hasil belajar-mengajar
d. Teori Konstruktivisme
Teori kontruktivistik merupakan aliran filsafat pengetahuan yang menekankan
bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri. Teori
ini menyatakan bahwa pengetahuan adalah bentukkan siswa yang sedang balajar
lewat interaksi dengan bahan atau pengalaman baru, ilmu yang didapatkan tidak
dapat ditransfer dari dosen ke mahasiswa, isi materi pleajaran ditentukan oleh
mahasiswa sendiri (Asri Budiningsih, 2008-44). Proses mendapatkan ilmu dapat
digambarkan sebagai berikut:

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa belajar dengan teori konstruktivisme
dihasilakan dari lingkungan sekitar dengan menggunakan pancaindera seperti
melihat, mendengar menjamah, mencium dan merasakan. Ataupun dengan
pengetahuan sebelumnya seperti pengetahuan fisik, pengetahuan kognitif, ataupun
pengetahuan mental. Strategi pembelajaran kontruktivisme yaitu: belajar aktif,
belajar mandiri, belajar kooperatif dan lain sebagainya.

Beberapa aliran dalam teori belajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda, ada
yang menekankan pada “hasil” dari pada proses belajar. Salah satu contohnya aliran
kognitif yang menekankan “proses” belajar. Aliran humanistik menekankan pada “isi”
atau apa yang dipelajari. Aliran sibernetik menekankan pada “sistem informasi” yang
dipelajari dan masih banyak beberapa teori yang mempunyai karakteristik tertentu
sesuai jenis dan pengelompokannya. Perbedaan perbedaan yang terdapat antara
karakter berbagai teori belajar itu disebabkan karena perbedaan jenis-jenis belajar yang
diselidiki. Belajar ada yang bertahap dan berkarakter rendah dan ada yang bertahap dan
berkarakter tinggi; ada belajar yang bersifat skill atau keterampilan dan ada yang
bersifat rasional. Jadi dalam hal menilai benar tidaknya pendapat-pendapat yang
dikemukakan oleh berbagai teori belajar itu, kita harus memandangnya dari segi-segi
karaktersitik tertentu yang sesuai dengan jenis-jenis belajar yang diselidikinya. Secara
umum, memahami belajar adalah kegiatan mental atau psikologis yang dilakukan
seseorang sedemikian rupa sehingga menghasilkan perubahan perilaku yang berbeda
setelah belajar dan sebelum belajar. Belajar adalah proses mengubah perilaku individu
(siswa) untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya .
2. Kerucut Belajar
Menurut Arsyad, (2013) mengatakan bahwa salah satu gambaran yang paling
banyak di jadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar
adalah Dale’s Cone of Experience (Kerucut pengalaman Dale). Edgar Dale dan James
Finn adalah tokoh yang berjasa dalam pengembangan teknologi pembelajaran. Edgar
Dale dalam Sanjaya (2008) mengemukakan bahwa pengalaman belajar yang di peroleh
peserta didik akan semakin banyak jika semakin konkret (nyata) peserta didik
mempelajari bahan pengajaran. Sebaliknya, jika peserta didik semakin abstrak dalam
mempelajari bahan pengajaran, maka semakin sedikit pengalaman belajar yang
diperoleh. Berikut adalah kerucut pengalaman Edgar Dale (Edgar Dale Cone of
Experience):

Kerucut pengalaman atau cone of experience diperkenalkan oleh Edgar Dale


pertama kali pada tahun 1946, dalam bukunya yang berjudul Audiovisual Methods in
Teaching, tentang metode audiovisual dalam pengajaran. Kemudian, ia merevisinya
pada pencetakan kedua pada tahun 1954 dan revisi lagi pada tahun 1969. Kerucut
pengalaman Edgar Dale menunjukkan pengalaman yang diperoleh dalam menggunakan
media dari paling konkret (di bagian paling bawah) hingga paling abstrak (di bagian
paling atas). Awalnya pada tahun 1946 Dale menyebutkan kategori pengalaman sebagai
berikut :
a. pengalaman langsung, pengalaman yang disengaja
b. pengalaman yang dibuat-buat
c. partisipasi dramatis
d. demonstrasi
e. kunjungan lapangan
f. pameran
g. gambar bergerak
h. rekaman radio, gambar diam (audio dengan visual gambar
i. simbol visual
j. simbol verbal
Dale mengklaim bahwa klasifikasinya sederhana dan berkualitas.Pada waktu itu
guru-guru amat terpikat pada kerucut pengalaman ini, karena dapat dipakai sebagai
pedoman dalam memilih alat bantu apa yang sesuai untuk dipergunkan oleh guru. Edgar
Dale dianggap ahli dalam penggunaan media dalam pendidikan dan pengajaran, serta
dalam membangun apresiasi kritis terhadap seluruh aspek dari media bagi masyarakat
secara luas. Kerucut pengalaman Dale banyak dijadikan sebagai acuan dan landasan
teori penggunaan media dalam proses belajar. Pemikiran Edgar Dale dipandang
memiliki kontribusi penting dalam penggunaan media di bidang pendidikan. Ketika
mulai berkembang teknologi perfilman (tahun 1960-an), Edgar Dale menunjukkan
bahwa film juga memiliki kekuatan untuk mendukung proses belajar seseorang.
Kerucut pengalaman Edgar Dale menggambarkan bahwa makin ke bawah makin
besar tingkat pengalaman yang diperoleh yang akan menjadikan semakin besar pula
tingkat pemahaman dan penguasaan akan sebuah pengetahuan. Poin-poin utama dari
rincian kerucut pengalaman Edgar Dale yakni :

a. Kegiatan membaca (tingkat pemahaman 10 persen), mendengar (20 persen) dan


melihat gambar (30 persen). Pada tingkatan ini merupakan pengalaman
penggambaran realitas secara langsung sebagai pengalaman yang ditemui pertama
kali. Pemelajar masih bersifat sebagai partisipan sehingga tingkat pemahamannya
akan paling sedikit dibandingankan dengan jenis cara pembelajaran lainnya;
b. Berdiskusi (50 persen) dan Presentasi (70 persen). Pada tingkatan ini pemelajar
sudah diberikan suatu bentuk permasalahan yang menstimulasi mereka untuk aktif
berpikir. Sifat pemelajar masih partisipan karena mereka belum diberikan
permasalahan yang konkrit;
c. Bermain peran, bersimulasi dan melakukan hal yang nyata (90 persen). Pada
tingkatan terakhir ini, pemelajar sudah bertindak sebagai pengamat yann turun
langsung dan berperan aktif dalam sebuah permasalahan sehingga tingkat
pemahaman yang diperoleh adalah tingkat yang paling besar.

Pengalaman langsung memberikan efek paling nyata pada sebuah pemahaman


akan suatu ilmu. Keterlibatan seseorang dalam sebuah pengalaman nyata membuat ia
dapat memahami dan mengingat lebih baik serta cenderung tidak gegabah dalam
pengambilan keputusan karena mempunyai dampak resiko yang nyata pula.

B. Hubungan Media,Capaian Pembelajaran Dan Trend Pembelajaran Abad 21


1. Media Pembelajaran
a. Definisi
Proses belajar mengajar membutuhkan beberapa komponen yang saling terkait
dan mendukung satu sama lainnya. Wiarto (2016: 9) mengemukakan bahwa proses
pembelajaran mengandung lima komponen yaitu komunikasi guru, bahan pembelajaran,
media pembelajaran, siswa, dan tujuan pembelajaran. Dengan adanya komponen
pendukung pembelajaran ini harapannya tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan
maksimal. Salah satu komponen pembelajaran yang penting dalam mendukung proses
belajar mengajar adalah media pembelajaran.
Media pembelajaran merupakan salah satu sarana pendukung dalam kegiatan
pembelajaran yang membantu guru dalam menjelaskan materi pelajaran yang masih
bersifat abstrak dan sulit dipahami siswa. Pengertian media bila dijabarkan menurut asal
katanya terdiri atas kata media dan pembelajaran. Menurut Sharon (2014: 7) media
berasal dari bahasa Latin yaitu medium yang berarti “antara.” Istilah ini merujuk pada
apa saja yang membawa informasi antara sebuah sumber dan sebuah penerima. Media
merupakan bentuk jamak dari kata perantara (medium) yang mengandung makna sarana
komunikasi. Media jika dipahami secara garis besar dapat diartikan sebagai manusia,
materi, atau kejadian yang membangun kondisi sehingga membuat siswa mampu
memperoleh informasi untuk menambah pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Pengertian media menurut Santosa S. Samijaya (Rohani, 1997: 2) adalah semua
bentuk perantara yang dipakai orang untuk menyebarkan ide, sehingga ide atau gagasan
itu sampai pada penerima. Sedangkan secara harfiah kata media berasal dari bahasa
Latin medius yang berarti tengah, perantara, atau pengantar. Pengertian tersebut
diperjelas oleh Amri, Jauhari, & Elisah (2011): 118 yang menyampaikan bahwa media
merupakan perantara atau pengantar sumber pesan dan penerima pesan. Secara lebih
khusus pengertian media dalam proses belajar mengajar diartikan oleh Arsyad (2017: 3)
sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan
menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Media yang biasa digunakan dalam pembelajaran umumnya disebut media
pembelajaran. Pengertian media pembelajaran menurut Sukirman (2012: 29) adalah
segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta kemauan peserta
didik sedemikian rupa sehingga proses belajar dapat berjalan efektif sesuai tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Secara umum kedudukan media dalam sistem
pembelajaran sebagai alat bantu, alat penyalur pesan, alat penguatan (reinforcement)
dan wakil guru dalam menyampaikan informasi secara lebih teliti, jelas, dan menarik
(Kustandi & Sutjipto, 2011: 19).
Media pembelajaran merupakan komponen yang integral dari suatu sistem
pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan suatu proses komunikasi yang
berlangsung dalam suatu sistem, sehingga media pembelajaran menempati posisi yang
cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran.
b. Fungsi Media Pembelajaran
Dua unsur yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran, yaitu metode dan
media pembelajaran. Kedua hal ini saling berkaitan satu sama lain. Pemilihan suatu
metode akan menentukan media pembelajaran yang akan dipergunakan dalam
pembelajaran tersebut.12 Dalam proses pembelajaran, media memiliki kontribusi dalam
meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran. Kehadiran media tidak saja membantu
pendidik dalam menyampaikan materi ajarnya, tetapi memberikan nilai tambah kepada
kegiatan pembelajaran.
Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses
pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh
psikologis terhadap peserta didik. Levie dan Lentz mengemukakan empat fungsi media
pembelajaran, khususnya media visual, yaitu:
 Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan
perhatian peserta didik untuk berkonsentrasi pada pelajaran yang berkaitan dengan
makna yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
 Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari kenikmatan peserta didik ketika
belajar (atau membaca) teks yang bergambar.
 Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang
mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian
tujuan untuk memahami dan mengingat atau pesan yang terkandung dalam gambar.
 Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa
media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu peserta
didik yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks
dan mengingatnya kembali.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan fungsi media pembelajaran dapat
membantu memudahkan belajar bagi peserta didik dan pendidik, memberikan
pengalaman lebih nyata (abstrak menjadi konkret), menarik perhatian dan minat belajar
peserta didik, dan dapat membangkitkan menyamakan antara teori dengan realitanya.
c. Manfaat Media Pembelajaran
Sudjana dan Rivai mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar
peserta didik, yaitu :
 Pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar
 Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami
oleh peserta didik dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan
pembelajaran
 Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata oleh pendidik, sehingga peserta didik tidak bosan dan
pendidik tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau pendidik mengajar pada setiap jam
pelajaran.
 Peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian pendidik, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
Secara umum media pembelajaran dapat diartikan sebagai media yang digunakan
dalam proses pembelajaran. Pesan yang berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap
dapat disalurkan dengan media pembelajaran, serta dapat merangsang perhatian dan
kemauan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebuah media yang
digunakan untuk menyampaikan suatu materi akan sangat dibutuhkan ketika peserta
didik mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran. Pendidik juga akan lebih mudah
menyampaikan materi jika seorang pendidik menyampaikan menggunakan media yang
sesuai dengan kebutuhan. Encyclopedia of Educational Research merincikan manfaat
media pembelajaran sebagai berikut:
 Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi
verbalisme.
 Memperbesar perhatian peserta didik.
 Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena
itu membuat pelajaran lebih mantap.
 Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha
sendiri dikalangan peserta didik.
 Menumbuhkan pemikiran yang teratur terutama melalui gambar hidup.
 Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan
kemampuan berbahasa.
 Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan
membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
Contoh Penerapan Media Pembelajaran:
a. Guru menggunakan video edukasi untuk menjelaskan materi pelajaran.
b. Siswa menggunakan aplikasi edukasi untuk belajar matematika.
c. Siswa membuat presentasi dengan menggunakan PowerPoint.
d. Siswa berkolaborasi dalam proyek kelompok menggunakan Google Document.
2. Capaian Pembelajaran
a. Konsep Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran adalah salah satu istilah baru yang digunakan dalam
Kurikulum Merdeka. Capaian pembelajaran didefinisikan sebagai kompetensi
pembelajaran yang harus dicapai peserta didik pada setiap tahap perkembangan
peserta didik untuk setiap mata pelajaran pada satuan pendidikan dasar dan
pendidikan menengah. Capaian pembelajaran memuat sekumpulan kompetensi dan
lingkup materi yang disusun secara komprehensif dalam bentuk narasi. Perumusan
capaian pembelajaran juga harus disertai dengan kriteria penilaian yang tepat yang
Sehingga dapat digunakan untuk menilai bahwa hasil pembelajaran yang
diharapkan telah dicapai. Capaian pembelajaran bersama dengan kriteria penilaian
digunakan untuk mengidentifikasi tujuan belajar yang lebih terukur. Ketuntasan
Capaian Pembelajaran hanya dapat diidentifikasi setelah siswa mengikuti proses
pembelajaran melalui penilaian dan harus dapat didemonstrasikan dalam kehidupan
nyata.
b. Prinsip Perumusan Capaian Pembelajaran
Dalam merumuskan capaian pembelajaran, Bapak Ibu guru harus memenuhi prinsip
berikut :
a) Terukur dan spesifik
Capaian Pembelajaran harus dapat diukur dan spesifik, berdasarkan hierarki
tahapan konseptual proses pembelajaran yang hasil belajarnya dapat digunakan
untuk mendeskripsikan kemampuan siswa, Capaian Pembelajaran harus ditulis
berdasarkan Taksonomi Bloom karena telah terbukti relevan untuk untuk
membantu mengembangkan hasil belajar.
b) Fleksibel
Fleksibel berarti sesuai dengan proses dan tahapan belajar siswa. Capaian
pembelajaran membawa perubahan dalam pendekatan pembelajaran di kelas
dari yang berfokus kepada guru menjadi fokus kepada siswa.
c) Otonomi
Sekolah diberi kebebasan untuk menyesuaikan capaian pembelajarannya sesuai
dengan keunikan dan kemampuan siswanya masing – masing. Setelah
dirumuskan, capaian pembelajaran harus dituangkan dalam alur dan tujuan
pembelajaran.
c. Format Rumusan Capaian Pembelajaran

a) Bentuk Penulisan

Format Capaian Pembelajaran ditulis dalam bentuk paragraf, sehingga


keterkaitan antara pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi umum terlihat
jelas dan utuh sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam pembelajaran
dan menggambarkan apa yang akan dicapai peserta didik di akhir
pembelajaran. Hal ini secara tidak langsung juga akan memudahkan guru
mengajar pada level yang seharusnya (teaching at the right level). Hal ini
tentunya impian setiap guru untuk dapat mengajar anak sesuai dengan tahapan
perkembangan anak. Capaian Pembelajaran juga harus disesuaikan dengan
tujuan untuk mengembangkan dan menguatkan kompetensi dan karakter yang
sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.

b) Integrasi Pengetahuan,Keterampilan , dan Sikap


Capaian Pembelajaran merupakan hasil peleburan kompetensi inti dan
kompetensi dasar. Hasil peleburan ini menjadi satu kesatuan penjabaran
kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai anak di akhir pembelajaran. Tidak
lagi terpisah antara komponen sikap, pengetahuan dan keterampilan. Capaian
Pembelajaran akan menjadi acuan deskripsi keberhasilan anak dalam
mempelajari sesuatu hal. Pengintegrasian tersebut juga disesuaikan dengan
tujuan untuk mengembangakan dan menguatkan kompetensi dan karakter yang
sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila,yang merupakan salah satu komponen
penting dalam pelaksanaan pembelajaran dengan paradigma baru.

c) Fase dalam Perumusan Capaian Pembelajaran

Capaian Pembelajaran dirumuskan dalam bentuk fase-fase yang menyatakan


target capaian untuk rentang waktu yang lebih panjang (bukannya per tahun
seperti kurikulum terdahulu). Durasi setiap fase dapat berbeda untuk setiap
jenjang pendidikan. Penggunaan istilah “fase” dilakukan untuk
membedakannya dengan kelas karena peserta didik di satu kelas yang sama
bisa jadi belajar dalam fase pembelajaran yang berbeda. Ini merupakan
penerapan dari prinsip pembelajaran sesuai tahap capaian belajar atau yang
dikenal juga dengan istilah teaching at the right level (mengajar pada
tahapan/tingkat yang sesuai). Apabila peserta didik kelas 5 masih harus belajar
materi Fase B (fase untuk kelas 3-4), misalnya, maka guru dapat menggunakan
materi pelajaran fase tersebut.

d. Komponen Capaian Pembelajaran


Dalam dokumen Capaian Pembelajaran terdapat empat komponen, diantaranya

a. Rasional Mata Pelajaran: Memuat alasan pentingnya mempelajari mata


pelajaran tersebut dan keterkaitan antara mata pelajaran dengan salah satu (atau
lebih) Profil Pelajar Pancasila.
b. Tujuan Mata Pelajaran: Kemampuan atau kompetensi yang perlu dicapai
peserta didik setelah mempelajari mata pelajaran tersebut.
c. Karakteristik Mata Pelajaran: Deskripsi umum tentang apa yang dipelajari
dalam mata pelajaran serta elemen-elemen mata pelajaran, yang didalamnya
terdapat kompetensi - kompetensi yang ingin dicapai .
d. Capaian Pembelajaran Setiap Fase: Deskripsi yang mencakup pengetahuan,
keterampilan, serta kompetensi umum. Selanjutnya diturunkan menjadi capaian
pembelajaran menurut elemen yang dipetakan menurut perkembangan siswa.

3. Trend Pembelajaran Abad 21


Abad 21 merupakan abad di mana teknologi berkembang begitu pesat. Setelah
berjalan selama 20 tahun, teknologi sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari
kita. Pada abad ini pula mulai dikenal istilah media sosial, seperti Friendster,
Facebook, Twitter, Instagram, dan masih banyak lainnya. Nah, hal itu juga
berdampak pada sistem pembelajaran para peserta didik. Maka, muncul istilah
pembelajaran abad 21.
Sementara itu, pengertian pembelajaran abad 21 menurut para ahli adalah sebagai
berikut.
 Galbreath
Pembelajaran yang menggunakan pendekatan campuran antara pendekatan
belajar dari guru, belajar dari siswa lain, dan belajar dari diri sendiri.
 Rusman
pada abad 21 guru harus kreatif dan dapat mengintegrasikan penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi, khususnya komputer dalam proses belajar
mengajar.
 Rohim, Bima, dan Julian
Pembelajaran yang harus memperhatikan empat hal, meliputi tugas guru sebagai
perencana pembelajaran, memasukkan unsur HOTS, penerapan pola pendekatan
dan model pembelajaran yang bervariasi, serta integrasi teknologi sekolah.
Tujuan pendidikan abad ke-21 adalah untuk membuat masyarakat Indonesia
memiliki kedudukan yang terhormat dan setara dengan bangsa lain dalam dunia
global. Untuk mewujudkan cita-cita ini, harus dilakukan pembentukan sumber daya
manusia yang berkualitas, seperti membangun pribadi yang mandiri, berkemauan,
dan berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita bangsanya.
Abad ke-21 ditandai dengan adanya globalisasi. Artinya, kehidupan manusia pada
abad ini akan mengalami perubahan-perubahan fundamental yang berbeda dengan
tata kehidupan yang terjadi pada abad sebelumnya. Pada abad ke-21 ini, kehidupan
manusia akan berdasarkan pada kualitas mereka dalam mengerjakan sesuatu. Dengan
sendirinya, abad ke-21 meminta sumber daya manusia yang berkualitas, unggul, dan
juga profesional. Tuntutan-tuntutan yang akan dihadapi pada abad ini juga lebih
besar, contohnya harus mampu berpikir kritis, logis, dan kreatif.
Salah satu ciri yang paling menonjol dari pendidikan pada abad ke-21 adalah
semakin bertautnya dunia ilmu pengetahuan sehingga sinergi di antaranya semakin
berkembang dengan pesat. Saat ini, pendidikan di dunia telah berada di masa
pengetahuan (knowledge age) dengan percepatan peningkatan pengetahuan yang luar
biasa. Adanya percepatan peningkatkan pengetahuan ini didukung oleh adanya
penerapan media dan teknologi digital yang semakin berkembang pesat. Ini
mengakibatkan kegiatan pembelajaran perlu disesuaikan dengan kebutuhan siswa
pada saat ini. Oleh karena itu, bahan pembelajaran yang akan digunakan guru harus
menggunakan desain yang lebih otentik.
Pendidikan di abad ke-21 adalah pendidikan yang mengintegrasikan antara
kecakapan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan penguasaan siswa terhadap TIK.
Kecapakan yang dimiliki siswa tersebut dapat dikembangkan melalui penerapan
model pembelajaran yang berbasis pada aktivitas siswa yang sesuai dengan
karakteristik kompetensi belajar dan materi pembelajaran. Kecakapan yang
dibutuhkan pada abad ke-21 ini adalah keterampilan berpikir tinggi atau High Order
Thinking Skills (HOTS) yang saat ini sangat diperlukan guru untuk mempersiapkan
siswa dalam menghadapi tantangan global.
1. Kecakapan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah
Memiliki kemampuan berpikir kritis berarti siswa memiliki pemikiran atau
penalaran yang baik dan logis. Mereka dapat mengidentifikasi masalah dan sudut
pandang. Kemudian, mengevaluasi setiap bukti yang telah ditemukan untuk
mendapatkan solusi yang tepat dari permasalahan yang ada. Berikut adalah
beberapa penjelasan mengenai konsep kemampuan berpikir kritis:
 Mampu menggunakan berbagai tipe pemikiran atau penalaran, baik secara
induktif maupun deduktif dengan tepat dan sesuai dengan situasi.
 Mampu melakukan penilaian dan menentukan keputusan secara efektif dalam
menggunakan argumen dan mengolah data.
 Mampu mengolah dan menginterpreatasi beberapa informasi yang diperoleh
melalui simpulan awal dan mengujinya dengan menggunakan analisis.
 Mampu menggunakan kemampuannya untuk menyelesaikan permasalahan.
2. Kecakapan Berkomunikasi
Kecakapan dalam berkomunikasi dalam proses kegiatan pembelajaran antara lain
adalah sebagai berikut:
 Memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam
berbagai macam bentuk dan isi secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk
multimedia.
 Menggunakan kemampuannya untuk mengutarakan ide-idenya, baik ketika
sedang berdiskusi di dalam maupun di luar kelas, maupun dilakukan dengan
menggunakan tulisan.
 Menggunakan bahasa lisan yang sudah sesuai dengan konten dan konteks
pembicaraan dengan lawan bicaranya ketika sedang berkomunikasi.
 Memiliki sikap mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain ketika
sedang berkomunikasi.
 Memiliki alur pemikiran yang logis dan terstruktur serta sesuai dengan kaidah
yang berlaku.
 Pada abad ke-21, kecakapan komunikasi tidak terbatas dan terpaku pada satu
bahasa saja. Oleh karena itu, penting bagi siswa maupun masyarakat
Indonesia untuk memahami multi-bahasa, terutama bahasa Inggris yang
merupakan bahasa Internasional.
3. Kreativitas dan Inovasi
Selain menuntun siswa untuk bisa berpikir kritis dan mampu berkomunikasi,
pendidikan yang terjadi di abad ke-21 juga akan menuntut siswa untuk kreatif dan
inovatif. Berikut ini adalah beberapa kecakapan terkait kreativitas yang dapat
dikembangkan dalam proses kegiatan pembelajaran siswa:
 Memiliki kemampuan untuk mengembangkan, menyampaikan dan
melaksanakan gagasan-gagasan baru secara lisan maupun melalui tulisan.
 Bersikap terbuka dan responsif terhadap adanya perspektif baru maupun
perspektif yang berbeda.
 Mampu mengemukakan ide-ide yang kreatif secara konseptual dan praktikal.
 Mampu menggunakan konsep-konsep atau pengetahuannya dalam situasi
yang baru dan berbeda.
 Tidak mudah menyerah ketika mengalami kegagalan. Mampu menggunakan
kegagalan tersebut sebagai wahana pembelajaran.
 Mampu beradaptasi dengan situasi baru dan bisa memberikan kontribusi yang
positif terhadap lingkungan.
4. Kolaborasi
Dalam proses kegiatan belajar di abad ke-21, siswa harus mampu bekerja sama
dengan satu sama lain dalam mengerjakan proyek yang diberikan guru. Selain
dapat membantu siswa dalam kesulitan, kolaborasi dengan teman tersebut dapat
membantu kecerdasan sosial siswa, misalnya dalam berinteraksi dan
berkomunikasi. Berikut adalah beberapa kecakapan yang berkaitan dengan
kolaborasi dalam proses kegiatan pembelajaran:
 Memiliki kemampuan yang baik dan aktif ketika sedang berkerja sama dalam
kelompok.
 Mampu beradaptasi dalam kegiatan kelompok. Siswa dapat berbagi peran,
bertanggung jawab dengan tugas, dan mampu bersikap produktif.
 Memiliki empati dan mampu menghormati serta menghargai perspektif yang
berbeda.
 Mampu berkompromi dengan anggota yang lain di dalam kelompok demi
tercapainya tujuan yang sudah ditetapkan.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa tren dari pendidikan yang
terjadi pada abad ke-21 berfokus pada meningkatkan kemampuan untuk berpikir
kritis, memiliki kemampuan komunikasi yang baik, kreatif dan juga inovatif, serta
mampu bekerja sama dengan orang lain. Untuk mewujudkan proses kegiatan
pembelajaran seperti di atas, siswa memerlukan lingkungan belajar yang dapat
mendukung skill, kemampuan, dan keterampilan mereka dalam belajar di tengah
abad ke-21 ini.

Pada masa ini, media yang dibutuhkan siswa dalam lingkungan belajarnya adalah
teknologi yang canggih dan jangkauan internet yang cepat. Dalam pendidikan,
internet memiliki peran yang penting dalam memperoleh informasi dan pengetahuan.
Hal ini tentu saja sangat penting demi kelancaran proses kegiatan pembelajaran
siswa.Dalam pembelajaran, para guru harus mampu mendorong dan menumbuhkan
minat siswa untuk memanfaatkan teknologi dalam kegiatan belajarnya. Sebagai
contoh, guru akan menggunakan video pembelajaran sebagai salah satu media
belajar. Dengan memanfaatkan media belajar yang menarik, minat dan motivasi
siswa untuk belajar semakin meningkat.

Itulah tren pendidikan yang terjadi di abad ke-21. Siswa cenderung akan bersikap
kreatif, inovatif, dan berpikir kritis untuk menyelesaikan permasalahan yang mereka
temukan. Untuk mengantisipasinya, guru harus mampu merancang tugas yang
membuat siswa dapat memanfaatkan media digital dan internet dalam
mengerjakannya. Dengan begitu, keterampilan siswa dalam menggunakan teknologi
akan semakin berkembang pesat dan siap untuk hidup di abad ke-21 yang semakin
canggih.

Ciri-ciri pembelajaran pada abad ke 21 yaitu:

a. Selalu melibatkan aspek keterampilan abad 21 dalam menyelesaikan setiap


permasalahan di ranah global.
b. Selalu berkolaborasi dalam belajar dan bekerja dengan beragam individu dari
berbagai suku, etnis, maupun agama.
c. Mengedepankan sikap saling menghormati dan dialog terbuka dengan
komunitas.
d. Penanaman nilai integritas di tengah keberagaman bangsa dan budaya sebagai
bentuk keragaman masyarakat global.
e. Pembelajaran harus dipusatkan pada peserta didik.
Model pembelajaran abad 21 dibuat untuk memaksimalkan potensi yang ada pada
peserta didik di tengah tantangan global seperti sekarang ini. Berikut ini model
pembelajarannya.
1. Model problem based learning
Pada model pembelajaran ini, peserta didik dituntut untuk aktif dalam proses
pemecahan masalah yang dilakukan secara ilmiah. Masalah yang diangkat
haruslah masalah yang dekat dengan kehidupan peserta didik di abad 21
ini. Agar tujuan pembelajaran bisa tercapai, peserta didik diberi kesempatan
untuk bertukar pendapat dengan peserta didik lainnya.
2. Model project based learning
Model pembelajaran ini menekankan pada kemampuan peserta didik dalam
menciptakan suatu karya sebagai bentuk solusi atas suatu
permasalahan. Pembelajaran dilakukan secara kolaboratif, sehingga setiap
peserta didik akan memahami tujuan pembelajaran. Dengan demikian, guru
dan peserta didik harus memahami pentingnya 4C dalam pembelajaran abad
21.
Pembelajaran abad 21 bisa diimplementasikan dalam beberapa metode
pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
1. SGD (small group discussion)
SGD adalah metode pembelajaran yang mengelompokkan peserta didik dalam
grup-grup kecil berisi 4-6 anggota. Hal ini bertujuan untuk melatih peserta didik
agar saling bertukar ide/gagasannya sehingga setiap peserta didik akan
memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari pembelajaran yang dilakukan.
Pada metode pembelajaran ini, guru hanya berperan sebagai pengarah serta
pendamping.
2. RPL (role–play and simulation learning)
RPL adalah metode pembelajaran yang melibatkan peran peserta didik dalam
menyampaikan materi dalam bentuk akting. Dalam berakting, peserta didik
ditekankan untuk memanfaatkan teknologi yang telah ada. Misalnya saja,
memperagakan kisah terbentuknya Gunung Tangkuban Perahu. Nah, peserta
didik bisa memperagakannya dalam bentuk video. Kemudian, video bisa
ditayangkan di depan kelas.
Contoh pembelajaran abad 21 adalah peserta didik diminta untuk membuat pupuk
berbahan dasar sampah organik sebagai pupuk alternatif yang ramah lingkungan.
Adapun langkah penerapannya berkaitan dengan contoh tersebut adalah sebagai
berikut.
a. Guru memberikan pemahaman terkait masalah utama yang melatarbelakangi
pembuatan pupuk alternatif berbahan sampah organik. Misalnya saja,
meningkatnya kasus pencemaran tanah akibat pemakaian pupuk kimia secara
berlebihan.
b. Guru membimbing peserta didik dalam menentukan alur kerja serta rencana
pembuatan produk.
c. Guru membimbing peserta didik untuk membuat jadwal pengerjaan tugas, mulai
menyusun alur kerja, persiapan barang, sampai mendapatkan hasil. Kegiatan
pembelajaran ini membutuhkan waktu yang lebih lama karena proses pembuatan
pupuk tidak bisa selesai hanya dalam satu kali pertemuan.
d. Jika tiba jadwal presentasi, setiap kelompok harus mempresentasikan proses
pembuatan pupuk di depan kelas. Dalam hal ini, kelompok lain diberi
kesempatan untuk bertanya terkait pembuatan pupuk tersebut.
e. Guru memberikan penilaian terkait hasil yang diperoleh setiap kelompok.
f. Guru mengadakan evaluasi terkait pembuatan pupuk alternatif berbahan dasar
sampah organik.
C. Klasifikasi Media Pembelajaran
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses komunikasi, yaitu proses
penyampaian pesan (isi atau materi ajar) dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu
ke penerima pesan (siswa/pebelajar atau mungkin juga guru). Penyampaian pesan ini bisa
dilakukan melalui simbul-simbul komunikasi berupa simbul-simbul verbal dan non-verbal
atau visual, yang selanjutya ditafsirkan oleh penerima pesan (Criticos, 1996).
Oleh karena itu dalam menyampaikan pesan (isi atau materi ajar) agar lebih dapat
diterima oleh peserta didik atau siswa hendaknya menggunakan media
pembelajaran. Diharapkan dengan pemanfaatan sumber belajar berupa media pembelajaran,
proses komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung lebih efektif (Gagne, 1985)
dan efisien.
Pengertian media masih sering dikacaukan dengan peralatan. Media atau bahan adalah
perangkat lunak berisi pesan atau informasi pendidikan biasanya disajikan dengan
menggunakan peralatan. Sedangkan peralatan atau perangkat keras sendiri merupakan
sarana untuk menampilkan pesan yang terkandung pada media tersebut.
Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengklasifikasi dan mengidentifikasi
media. Menurut bentuk informasi yang digunakan, anda dapat memisahkan dan
mengklasifikasi media penyaji dalam lima kelompok besar, yaitu media visual diam, media
visual gerak, media audio, media audio visual diam, dan media audio visual
gerak. Klasifikasi media ini dapat menjadi landasan untuk membedakan proses yang dipakai
untuk menyajikan pesan, bagaimana suara dan atau gambar itu diterima, apakah
melalui penglihatan langsung, proyeksi optik, proyeksi elektronik atau telekomunikasi.
Klasifikasi media pembelajaran menurut pakar :

1. Klasifikasi media pembelajaran menurut Azhar Arshad


Klasifikasi sumber belajar tidak jauh berbeda dengan bentuknya. Klasifikasi sumber
belajar menurut Degeng dalam Azhar Arshad (2006) adalah sebagai berikut:
 Pesan (Apa informasi yang ditransmisikan?)

 Orang (Siapa/Apakah yang melakukan transmisi?)

 Bahan (Siapa/Apakah yang menyimpan informasi?)

 Alat (Siapa/Apakah yang menyimpan informasi?)

 Teknik (Bagaimana informasi itu ditransmisikan?)

 Lingkungan/Latar (Di mana ditransmisikan?)

2. Klasifikasi media pembelajaran menurut Rudy Bretz


Rudy Bretz, mengklasifikasikan media berdasarkan unsur pokoknya yaitu suara, visual
(berupa gambar, garis, dan simbol), dan gerak. Di samping itu juga, Bretz
membedakan antara media siar (telecommunication) dan media rekam (recording).
Dengan demikian, media menurut taksonomi Bretz dikelompokkan menjasi 8 kategori:
 media audio visual gerak
 media audio visual diam
 media audio semi gerak
 media visual gerak
 media visual diam
 media semi gerak
 media audio
 media cetak.
3. Klasifikasi media pembelajaran menurut Sudjana dan Ahmad Rifa’i
Sudjana dan Ahmad Rifa’i membedakan atau mengklasifikasikan media ke dalam
empat kelompok, yaitu media grafis (dua dimensi), misalnya gambar, foto, dan
grafik. Media tiga dimensi, misalnya model susun dan model kerja. Media proyeksi,
misalnya OHP dan media lingkungan (alam).
4. Klasifikasi media pembelajaran menurut R. Murry Thomas
Menurut R. Murry Thomas media diklasifikasikan berdasarkan jenjang pengalaman ,
yaitu: (1) Pengalaman dari benda asli (reliefe experience), misalnya bola. (2)
Pengalaman dari benda tiruan (sudstitude of reliefe experience) misalnya gambar dan
foto. (3) Pengalaman dari kata-kata (word only), misalnya buku dan program radio.
5. Klasifikasi media pembelajaran menurut Soeparno
 Klasifikasi media berdasarkan karakteristiknya, dibedakan menjadi: (a) media
yang memiliki karakteristik tunggal, misalnya radio. (b) media yang memiliki
karakteristik ganda, misalnya film dan TV.

 Klasifikasi media berdasarkan dimensi presentasi, yang dibedakan menjadi: (a)


Lama presentasi yaitu presentasi sekilas, misalnya TV, dan presentasi tak sekilas,
misalnya OHP. (b) sifat presentasi yaitu presentasi kontinyu, misalnya TV, dan
presentasi tak kontinyu, misalnya OHP.

 Klasifikasi media berdasarkan pemakainya, dapatdibedakan menjadi (a)


berdasarkan jumlah pemakai, yaitu media untuk kelas besar, kelas kecil, dan
belajar individual, (b) berdasarkan usia dan tingkat pendidikan pemakai, yaitu
media untuk TK, SD, SMP, SMU, dan PT.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam pengklasifikasian media, salah satu cara
diantaranya adalah dengan menekankan pada teknik yang dipergunakan dalam pembuatan
media. Ada pula yang dilihat dari cara yang dipergunakan untuk mengirimkan pesan serta
masih banyak ciri yang membedakan media yang satu dengan yang lain, sehingga tidaklah
mudah untuk menyusun klasifikasi tunggal yang mencakup semua jenis media .

Pengertian media masih sering dikacaukan dengan peralatan. Media atau bahan adalah
perangkat lunak berisi pesan atau informasi pendidikan biasanya disajikan dengan
menggunakan peralatan. Sedangkan peralatan atau perangkat keras sendiri merupakan
sarana untuk menampilkan pesan yang terkandung pada media tersebut.
Contoh diatas adalah salah satu pendapat tentang penggolongan media, berikut ini akan
dipaparkan tentang media pembelajaran yang lazim dipakai di Indonesia :

Karakteristik media dan sumber belajar di Sekolah Dasar

Banyak penggolongan media yang telah dipaparkan di atas, tetapi secara khusus akan
dipilih penggunaan media di SD. Berikut akan dipaparkan karakteristik, kelebihan, dan
kelemahan, dan syarat pembuatan media yang baik yang biasa digunakan dan relatif sesuai
untuk jenjang pendidikan SD, sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan media
pembelajaran di SD.

1) Media Grafis
Media grafis termasuk media visual, pesan yang akan disampaikan dituangkan ke
dalam simbol-simbol komunikasi visual. Grafis berfungsi menarik perhatian,
memperjelas ide, mengilustrasikan/menghiasi fakta yang mungkin dilupakan bila
tidak digrafiskan.
Beberapa contoh media grafis, diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Gambar/Foto
Kelebihan media foto:
 sifatnya konkret, menunjukkan pokok masalah dibanding media verbal.
 Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu.
 Mengatasi keterbatasan pengamatan
 Dapat memperjelas suatu masalah
 Murah harganya dan gampang didapat serta digunakan.
Kelemahan media foto:
 Hanya menekankan persepsi indera mata
 Gambar /foto yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan
pembelajaran
 Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.
Syarat pembuatan media foto yang baik adalah:
 Harus autentik
 Sederhana
 Ukuran relatif (menyesuaikan ruang)
 Mengandung gerak atau perbuatan
 Gambar hendaklah bagus dari sudut seni
b) Sketsa
Sketsa adalah gambar yang sederhana, draft kasar yang melukiskan bagian-
bagian pokoknya tanpa detail. Sketsa, selain dapat memeperjelas penyampaian
pesan, menghindari verbalisme, menarik perhatian siswa, harganyapun tak
perlu dipersoalkan sebab media ini dibuat langsung oleh guru. Sketsa, yang
dibuat secara cepat sementara guru menerangkan dapat pula dipakai untuk
tujuan tersebut.
c) Diagram
Sebagai suatu gambar sederhana yang menggunakan garis-garis dan simbol,
diagram, atau skema menggambarkan struktur dari obeyeknya secara garis
besar, menunjukkan hubungan yang ada antar komponennya atau sifat-sifat
proses yang terjadi. Ciri-ciri diagram yang perlu diketahui adalah:
 bersifat simbolis dan abstrak sehingga kadang sulit dimengerti
 untuk dapat membaca diagram seoarang harus punya latar belakang
tentang apa yang didiagramkan
 walaupun sulit dimengerti, karena sifatnya yang padat, diagram dapat
memperjelas arti
Diagram yang baik sebagai media pendidikan adalah:
 Benar, digambar rapi, diberi titel, label dan penjelasan-penjelasan yang
perlu.
 Cukup besar dan ditempatkan secara strategis
 Penyusunanya disesuaikan dengan pola membaca yang umum, dari kiri ke
kanan, dan dari atas ke bawah.
d) Bagan/chart
Seperti halnya media grafis yang lain, fungsinya yang pokok adalah
menyajikan ide-ide atau konsep yang sulit disampaikan secara tertulis atau
secara. Syarat bagan yang baik, adalah:
 Dapat dimengerti anak
 Sederhana dan lugas, tidak rumit dan berbelit-belit
 Diganti pada waktu-waktu tertentu agar tetap termasa juga tidak
kehilangan daya tarik.
Contoh: bagan organisasi, bagan alur siklus air
e) Grafik
Sebagai suatu media visual, grafik adalah gambar sederhana yang
menggunakan titik-titik, garis atau gambar. Grafik disusun berdasarkan prinsip-
prinsip matematik dan menggunakan data-data komparatif.
Kelebihan grafik sebagai media adalah:
 Bermanfaat untuk mempelajari dan mengingat data-data kuantitatif dan
hubunganhubungannya.
 Memungkinkan secara cepat kita mengadakan analisis, interpretasi, dan
perbandingan anatara data-data yang disajikan baik dalam hal ukuran,
pertumbuhan dan arah.
 Penyajian data grafik: jelas, cepat, menarik, ringkas, dan logis.
Media grafis dikatakan baik, jika memenuhi ketentuan sebagai berikut:
 Jelas untuk dilihat seluruh kelas
 Hanya menyajikan satu ide setiap grafik
 Ada jarak/ruang kosong antara kolom-kolom bagiannya
 Warna yang digunakan kontras dan harmonis
 Berjudul dan ringkas
 Sederhana
 Mudah dibaca
 Praktis, mudah diatur
 Menggambarkan kenyataan/realisme
 Menarik
 Jelas dan tak memerlukan informasi tambahan
 Teliti
f) Kartun
Kartun sebagai salah satu bentuk komunikasi grafis, adalah suatu gambar
interpretatif yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan pesan
secara cepat dan ringkas atau sikap terhadap orang, situasi, atau kejadian-
kejadian tertentu. Kartun biasanya hanya menangkap esensi pesan yang harus
disampaikan dan menuangkannya ke dalam gambar sederhana, tanpa detail
dengan menggunakan simbol-simbol serta karakter yang mudah dikenal dan
dimengerti cepat. Kalau kartun mengena, pesan besar bisa disajikan secara
ringkas dan kesannya akan tahan lama diingatan.
g) Poster
Poster tidak saja penting untuk menyampaikan kesankesan tertentu tetapi dia
mampu pula untuk mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang
melihatnya. Poster dapat dibuat diatas kertas, kain, batang kayu, seng, dan
semacamnya. Pemasangannya bisa dikelas, luar kelas, dipohon, ditepi jalan,
dimajalah. Ukurannya bermacam-macam tergantung kebutuhan. Namun secara
umum, poster yang baik hendaklah:
 Sederhana
 Menyajikan satu ide dan untuk mencapai satu tujuan poko
 Berwarna
 Slogannya ringkas dan jitu
 Tulisannya jelas
 Motif dan desain bervariasi
h) Peta dan globe
Pada dasarnya peta dan globe berfungsi untuk menyajikan data-data lokasi.
Kelebihan dari peta dan globe, jika dipakai dalam kegiatan belajar mengajar:
 Memungkinkan siswa mengerti posisi dari kesatuan politik, daerah
kepulauan dan lain-lain.
 Merangsang minat siswa terhadap penduduk dan pengaruh-pengaruh
geografis
 Memungkinkan siswa memperoleh gambaran tentang imigrasi dan
distribusi penduduk, tumbuh-tumbuhan dan kehidupan hewan, serta bentuk
bumi yang sebenarnya.
i) Papan flanel
Papan flanel adalah media grafis yang efektif untuk menyajikan pesan-pesan
tertentu kepada sasaran tertentu pula. Papan berlapis kain flanel ini dapat
dilipat sehingga praktis. Gambar-gambar yang akan disajikan dapat dipasang
dan dicopot dengan mudah sehingga dapat dipakai berkali-kali. Selain gambar,
dikelas rendah SD papan flanel ini dipakai pula untuk menempelkan huruf dan
angka-angka. Karena penyajiannya seketika, kecuali menarik perhatian siswa,
penggunaan papan flanel membuat sajian lebih efisien.
j) Papan bulletin
Berbeda dengan papan flanel, papan buletin ini tidak dilapisi kain flanel tetapi
langsung ditempel gambar-gambar atau tulisan-tulisan. Fungsinya selain
menerangkan sesuatu, papan buletin dimaksudkan untuk memberitahukan
kejadian dalam waktu tertentu. Berbagai jenis media grafis seperti gambar,
poster, sketsa, diagram, chart dapat dipakai sebagai bahan pembuatan papan
buletin. Selain juga pesan-pesan verbal tertulis seperti karangan-karangan
berita, feature, dan sebagainya.
2) Media Pembelajaran Tiga Dimensi
a) Model
Dalam membuat model, yang perlu diperhatikan adalah:
 dibuat dalam bentuk tiga dimensi, yaitu mempunyai ukuran panjang, lebar,
dan tinggi
 moel dibuat cukup besar untuk dapat dilihat oleh seluruh murid di dalam
kelas
 dapat memperlihatkan bagian-bagian yang penting
 dapat diuraikan dengan mudah bagian-bagiannya dan mudah pula
dikembalikan kepada bentuk asalnya
 bagian yang kurang penting dikesampingkan supaya dapat dilihat dengan
jelas bagian-bagian yang penting.
Selain kelima hal di atas, perlu diperhatikan pula hal berikut:
 buat model benda-benda yang tidak dapat di bawa ke dalam kelas atau yang
memiliki keterbatasan lainnya
 harus diterangkan bahwa model tidak sama dengan benda yang asli
 kumpulkan benda-benda atau contoh-contoh yang banyak hubungannya
dengan model yang dibuat.
b) Benda Asli (Objek)
Benda asli merupakan benda yang sebenarnya. Jadi, guru atau pendidik harus
mengumpulkannya terlebih dahulu. Yang harus diperhatikan dalam
mengumpulkan benda-benda asli ini adalah:
 Kumpulkan benda-benda yang diperlukan sesuai kurikulum dan tema yang
akan diajarkan.
 Benda disusun sesuai golongannya.
 Penyimpanan dilakukan dalam suatu tempat yang tidak mudah kotor (kena
debu) dan disusun sedemikian rupa sehingga mudah diambil bila diperlukan.
 Sebelum mengumpulkan benda-benda ini, terlebih dahulu dipikirkan atau
diusahakan tempat penyimpanannya.
 Untuk pemakaiannya, hendaknya didukung oleh gambar atau foto yang
melukiskan tempat terdapatnya benda-benda tersebut.
Membuat alat ini harus memperhatikan hal-hal berikut:
 kegunaannya diusahakan sesuai dengan benda asli, contohnya membuat alat
musik perkusi dari botol atau gelas
 bagian-bagian yang kecil dikesampingkan, dan bagian yang penting
ditonjolkan
c) Diorama
Pembuatan diorama harus memperhatikan hal-hal berikut:
 merencanakan pemakaian diorama tersebut untuk pelajaran atau tema apa
 persiapkan keterangan-keterangan untuk memperjelas diorama yang dibuat
 diorama hendaknya didukung oleh contoh-contoh benda asli yang banyak
hubungannya
 dalam penggunaannya dukung pula dengan gambar dan foto yang banyak
hubungannya dengan diorama.
Selain hal-hal di atas, dalam pembuatannya perlu pula memperhatikan hal-hal
berikut:
 Hendaknya jangan melukiskan sesuatu yang tidak mirip dengan kenyataan
yang sebenarnya. Misalnya jangan melukiskan rumah dengan menggunakan
karton, tapi gunakan bahan-bahan yang sesuai dengan keadaan rumah yang
sesungguhnya; misal anyaman bambu atau kayu kecil untuk dinding rumah
dan alang-alang untuk atapnya.
 Diorama jangan terlalu besar atau kompleks, sehingga mudah di bawa dan
digunakan
d) Boneka
Dalam pembuatan boneka haruslah mempertimbangkan halhal berikut: boneka
dibuat untuk mempertinggi daya kreatif siswa, mengurangi sifat malu-malu pada
siswa (membangkitkan rasa percaya diri), mempertinggi keaktifan dan memupuk
kerja sama di antara siswa, serta membawa suasana gembira dalam belajar
sehingga harus dibuat semenarik mungkin. Boneka tangan dapat menjadi
alternatif media yang menarik bagi guru untuk menjelaskan meteri cerita,
monolog dan dialog.
e) Topeng
Membuat topeng tidak sesulit yang dibayangkan. Bahan yang digunakan untuk
membuat pun tidak sulit dicari serta murah harganya, di antaranya adalah tanah
liat, kertas Koran, kertas layang-layang, perekat, dan cat warna. Sedangkan
pembuatannya adalah sebagai berikut:
 Buatlah bentuk muka dengan tanah liat yang dilekatkan pada sekeping papan.
 Bila telah selesai, model muka tersebut dibasahi dengan air sabun.
 Kemudian, kertas Koran yang telah dipotong-potong selebar 3 cm direkatkan
menurut model muka itu. Lakukanlah berkali-kali sebanyak 8 sampai 12
lapis.
 Keringkan di panas matahari; bila telah kering, kertas dilepas (melepas kertas
tidak sulit karena air sabun yang telah membasahinya).
 Terakhir ialah memberi warna (dapat menggunakan cat poster atau cat
minyak)
3) Media Audio
Berbeda dengan media grafis, media audio berkaitan dengan indera pendengaran.
Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambanglambang auditif, baik
verbal maupun non verbal. Ada beberapa jenis media yang dapat kita
kelompokkan dalam media audio, tetapi kita hanya akan membahas radio dan
laboratorium bahasa.
a) Radio
Sebagai media, radio mempunyai kelebihan:
 Harganya relatif murah dan variasi program
 Sifatnya mudah dipindahkan.
 Program dapat direkam dan diputar sesuka kita.
 Merangsang partisipasi aktif daripada pendengar.
 Dapat memusatkan perhatian siswa pada kata-kata yang digunakan.
 Radio dapat mengerjakan hal-hal tertentu yang tak dapat dikerjakan oleh
guru, misalnya dapat menyajikan pengalaman-pengalaman dunia luar kelas
 Mengatasi batasan ruang dan waktu
Selain mempunyai kelebihan, radio mempunyai kelemahan:
 Sifat komunikasinya hanya satu arah
 Biasanya siarannya disentralisasikan sehingga guru tak dapat mengontrolnya.
 Penjadwalan pelajaran dan siaran sering menimbulkan masalah.
b) Laboratorium
Bahasa Laboratorium bahasa adalah alat untuk melatih siswa mendengar dan
berbicara dalam bahasa asing dengan jalan menyajikan materi pelajaran yang
disiapkan sebelumnya. Media yang dipakai adalah alat perekam. Dalam
laboratorium bahasa murid duduk sendiri-sendiri didalam kotak bilik akustik dan
kotak suara. Siswa mendengar suara guru yang duduk diruang kontrol lewat
headphone. Pada saat dia menirukan ucapan gurunya dia juga mendengar suara
sendiri, sehingga dia bisa membandingkan dan memper baiki kesalahannya.

Anda mungkin juga menyukai