Anda di halaman 1dari 6

BAB 2

KONSEP BELAJAR

A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu Mampu memahami Konsep Belajar
dan teori belajar menurut Behaviorisme, Kognitivisme dan
Konstruktivisme.

B. Materi
1) Konsep Belajar
Menurut Hamalik (2014: 36) belajar merupakan suatu
proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar
bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni
mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan
melainkan pengubahan kelakuan. Begitu juga yang dikatakan
oleh Sudjana (2009: 3) hasil belajar siswa pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil
belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif,
afektif, dan psikomotoris.
Gagne (dalam suprijono 2015: 2) berpendapat bahwa
belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang
dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi
tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan
seseorang secara alamiah. Travers (dalam suprijono 2015: 2)
berpendapat belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian
tingkah laku.
Selain itu, Slameto (2015:2) mengatakan belajar ialah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan dari teori-teori diatas
bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang
untuk berubah ke arah yang lebih baik. Belajar sebagai suatu
perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang sifatnya
menetap dari sebuah pengalaman dan juga berusaha untuk
menguasai sesuatu yang baru.

2. Teori belajar menurut Behaviorisme, Kognitivisme dan


Konstruktivisme.

Sejak lama, para psikolog melakukan penelitian untuk


menemukan penjelasan tentang apa dan bagaimana belajar,
dan dari kajian yang dilakukan, tiga perspektif yang saling
melengkapi satu sama lain, yaitu behaviorism, cognitivism, dan
constructivism.
Behaviorism adalah perspekti yang memandang belajar
sebagai perubahan perilaku. Dari berbagai kajian yang dilakukan
oleh B.F. Skinner, J.B. Watson, E.C. Tolman, Clark L. Hull, Carl
Witthenstein, Gilbert Ryle, dan lain-lain, memandang bahwa
belajar terjadi dalam bentuk perubahan perilaku (behavior)
sebagai tanggapan (respons) atas stimulus dan pemberian
penguatan (feedback) (Guey, Cheng, & Shibata, 2010;
O’Donohue & F. Kitchener, 1999). Perubahan perilaku yang
diinginkan dinyatakan sebagai tujuan pembelajaran (O’Donohue
& F. Kitchener, 1999, hal. 7).
Prinsip-prinsip dari behaviorism, seperti menarik
perhatian siswa, pemberian penguatan dan umpan balik korektif
siswa, serta pemberian latihan untuk mempraktikkan perilaku
yang benar (O’Donohue & F. Kitchener, 1999) menjadi
komponen dominan dari strategi pembelajaran seperti direct
instruction dan mastery learning.
Sementara itu, ketika para behavioris tidak mampu
menjelaskan proses mental internal dalam pikiran seseorang,
para psikolog lain berusaha mengkaji bagaimana manusia
memperoleh dan mengumpulkan informasi dan bagaimana
kemampuan berpikir manusia berkembang selama periode
waktu tertentu. Seluruh gagasan para psikolog ini kemudian
disebut cognitivism, yang memandang bahwa belajar sendiri
diartikan sebagai proses yang mengarah pada perubahan
berfikir (Ambrose, Bridges, DiPietro, Lovett, & Norman, 2010,
hal. 3). Perubahan cara berfikir dan model mental (struktur
kognitif atau skemata) yang diinginkan dinyatakan sebagai
tujuan pembelajaran.
Bagi cognitivis, perubahan model mental (struktur
kognitif) itu terjadi di dalam pikiran seseorang, karena itu disebut
proses internal. Produk atau kinerja siswa siswa adalah hasil
dari perubahan yang terjadi di dalam (internal). Perubahan ini
bersifat permanen, bukan sementara, dan semakin terungkap
seiring waktu, serta akan berdampak pada bagaimana siswa
bertindak. Belajar menurut cognitivism, juga bersifat personal,
artinya dilakukan sendiri oleh siswa. Belajar adalah akibat
langsung dari cara siswa menafsirkan dan merespons
pengalaman mereka secara sadar atau tidak sadar, dulu
ataupun sekarang.
Prinsip-prinsip cognitivisme, seperti memori jangka
pendek dan jangka panjang (short-tem memory dan long-term
memory), efikasi diri (self efficacy), regulasi diri (self-regulation),
konsep diri (self-concept), kepercayaan diri (self-confidence),
pengawasan diri (self-monitoring), media beragam pesan
(multimedia), dan lainnya, menjadi komponen yang dominan
dalam strategi pembelajaran pencapaian konsep, sembilan
peristiwa belajar Gagne, pembelajaran generatif, dan sinektiks.
Sementara, cognitivis mengabaikan mekanisme timbal
balik antara lingkungan dan individu, para psikolog memandang
bahwa belajar itu adalah konstruksi (pembangunan)
pengetahuan yang dilakukan individu yang diperantarai oleh
lingkungan sekitar. Konstruktivisme mengatakan bahwa siswa
datang ke dalam kelasdengan berbagai pengetahuan, perasaan,
dan keterampilan dari pengalaman sebelumnya dan
dikembangkan ketika individu berinteraksi dengan teman sebaya
mereka, guru, dan lingkungan. Dari interaksi itu, peserta didik
membangun pengetahuan (memahami pengalaman mereka)
dan menyesuaikan ide-ide mereka ke dalam kenyataan (Dent,
2009; Sjøberg, 2010).Prinsip-prinsip seperti pemberian masalah
yang kompleks dan realistis; bekerja bersama untuk
menyelesaikan masalah; memeriksa masalah dari berbagai
perspektif; terlibat dalam proses pembelajaran (alih-alih menjadi
penerima pasif), membuhkan kesadaran peran mereka sendiri
dalam proses konstruksi pengetahuan, menjadi komponen
dominan dari strategipembelajaran peer-learning, community of
inquiry, community of practice, inquiry learning, work-based
learning, problem-based learning, project-based learning, dan
discovery learning. Ketiga pendekatan tentang belajar
(behaviorism, cognitivism, contructivism) itu bukan saling
mengalahkan satu sama lain, tetapi saling melengkapi. Belajar
bukan saja perubahan perilaku (behaviorism), tetapi juga cara
berfikir (cognitivism dan contructivisim); belajar bukan karena
disituasikan (behaviorism dan cognitivism), tetapi terkondisikan
(contructivism).

C. Latihan

1. Selanjutnya, jelaskan arti belajar menurut Anda sendiri?


2. Jelaskan keterkaitan antara belajar dengan mengajar?
3. Jelaskan keterkaitan konsep mengajar dengan
pembelajaran?
D. Referensi

Helmiati. 2013. Micro Teaching Melatih Kemampuan Dasar


Mengajar. Yogyakarta: Aswaja Pressindo

Shoffa, Shofan. 2017. Keterampilan Dasar Mengajar


(Microteahing). Surabaya:Mavendra Pers

Marno dan Idris. 2014. Strategi, Metode, dan Teknik Mengajar.


Yogyakarta: Ar-Ruz Media

Anda mungkin juga menyukai