Anda di halaman 1dari 14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar
Menurut definisi lama, yang dimaksud dengan belajar adalah menambah dan
mengumpulkan pengetahuan. Yang diutamakan dalam definisi ini adalah penguasaan
pengetahuan sebanyak-banyaknya unuk menjadi cerdas atau membentuk intelektual,
sedangkan sikap dan keerampilan diabaikan. Sedangkan menurut Gagne (dalam Sri Anitah,
2009), bahwa belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya
sebagi akibat pengalaman. Dari pengertian belajar tersebut, terdapat tiga atribut pokok (ciri
utama) belajar, yaitu: proses, perubahan perilaku, dan pengalaman.
Menurut pendapat modern yang muncul pada abad 19 menganggap bahwa belajar
adalah proses perubahan tingkah laku. Ernest R Hilgard (dalam Sri Anitah, 2009)
menyatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang diperoleh
melalui latihan dan perubahan.
Definisi belajar yang umum diterima saat ini ialah bahwa belajar merupakan suatu
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru,
secara keseluruhan sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Proses perubahn tingkah laku merupakan gambaran terjadinya rangkaian
perubahan dalam kemampuan siswa. Belajar merupakan suatu proses yang terarah kepada
pencapaian tujuan atau kompetensi yng telah ditetapkan.
Ada 4 pilar yang perlu diperhatikan dalam belajar yaitu belajar untuk mengetahui
(learning to know), belajar untuk berbuat (learning to do), belajar untuk hidup bersama
(learning to live together), dan belajar untuk menjadi (lerning to be).

B. Pengertian Hasil Belajar


Hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah telah dilakukan
dalam belajar. Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau
perolehan perilaku baru dari siswa yng bersifat menetap, fungsional, positif dan disadari.
Aspek perilaku keseluruhan dari tujuan pembelajaran menurut Benyamin Bloom (dalam
Sri Anitah, 2009) yang dapat menunjukan hasil belajar dikelompokan ke dalam tiga ranah
(kawasan), yaitu: pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik) dan penguasaan
nilai-nilai atau sikap (afektif).
Sedangkan Romizowski (dalam Sri Anitah, 2009) menyebutkan kemapuan yang
dapat menunjukkan hasil belajar yaitu: 1) keterampilan kognitif berkaitan dengan
kemampuan membuat keputusan memechkan masalah dan berpikir logis; 2) keterampilan
psikomotor berkaitan dengan kemampuan tindakan fisik dan kegiatan perseptual; 3)
keterampilan reaktif berkaitan dengan sikap, kebijaksanaan, perasaan, dan self control; 4)
keterampilan interaktif berkaitan dengan kemampuan sosial dan kepemimpinan. Gagne
(dalam Sri Anitah, 2009) menyebutkan lima tipe hasil belajaryang dapat dicapai oleh siswa
1) motor skills; 2) verbal information; 3) intelectual skills; 4) attitude; dan 5) cognitive
strategies.
Jadi, dapat dikatakan hasil belajar terjadi karena adanya suatu proses mereaksi
(menyikapi), mengalami, berbuat, dan melakukan sesuatu yang dilakukan secara sadar.
Indikasi lain dari hasil belajar adalah adanya perubahan tingkah laku atau perubahan
kemampuan seseorang yang dapat bertahan dan bukan karena hasil pertumbuhan.
Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Faktor dari dalam diri siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar diantaranya
adalah kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan dan kesehatan,
serta kebiasaan siswa.
2. Faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah
lingkungan fisik, lingkungan nonfisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga,
program dan disiplin sekolah, program dan sikap guru, pelaksanaan pembelajaran, dan
teman sekolah.

C. Mata Pelajaran IPA

IPA adalah ilmu pengetahuan yang rasional yang mengajarkan tentang

gejala alam proses kehidupan makhluk hidup di bumi. Trianto (2015:136-137)

menjelaskan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis,

penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan


berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta

menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya..

Susanto (2013:167) mengemukakan IPA adalah usaha manusia dalam memahami

alam semesta melalui pengamatan serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan

dengan penalaran, sehingga mendapatkan suatu kesimpulan.


Pembelajaran IPA tidak dapat diajarkan semata dengan ceramah.

Pembelajaran IPA berarti proses pembelajaran terjadi dengan studentcentered

dimana siswa terlibat aktif dalam percobaan ilmiah. Susanto (2013:167-169)

menyatakan bahwa “hakikat pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu

tentang alam dalam bahasa Indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan alam,

dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yakni: ilmu pengetahuan alam sebagai

produk, proses, dan sikap”.

Pertama, ilmu pengetahuan alam sebagai produk, yaitu kumpulan hasil

penelitian yang telah ilmuwan lakukan dan sudah membentuk konsep yang telah

dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis. Bentuk IPA sebagai produk

antara lain: fakta-fakta, prinsip, hukum, dan teori-teori IPA.

Kedua,ilmu pengetahuan alam sebagai proses, yaitu untuk menggali

danmemahami pengetahuan tentang alam. Karena IPA merupakan kumpulan fakta

dan konsep, maka IPA membutuhkan proses dalam menemukan fakta dan teori

yang akan digeneralisasi oleh ilmuwan. Adapun proses dalam memahami IPA.

disebut dengan keterampilan proses sains (science process skills) adalah

keterampilan mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, dan menyimpulkan.

Ketiga,ilmupengetahuan alam sebagai sikap. Sulistyorini dalam Susanto

(2013:169) menyatakan ada sembilan aspek yang dikembangkan dari sikap ilmiah

dalam pembelajaran sains yaitu: “ sikap ingin tahu, ingin mendapat sesuatu yang

baru, sikap kerja sama, tidak putus asa, tidak berprasangka, mawas diri,

bertanggung jawab, berpikir bebas, dan kedisiplinan diri.”


Dengan demikian, semakin jelaslah bahwa proses belajar mengajar IPA

lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, sehingga siswa dapat

menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah

siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses

maupun produk pendidikan.

Berdasarkan definisi-definisi para ahli, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran IPA mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dengan

melakukan observasi dan eksperimen menggunakan pendekatan keterampilan

proses, menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan

keterkaitannya serta mampu mengembangkan sikap ilmiah untuk memecahkan

masalah-masalah yang dihadapi sehingga menyadari kebesaran dan kekuasaan

pencipta-Nya.

D. Model pembelajaran media kontekstual

1. Pengertian Model pembelajaran media kontekstual


Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu pe mbelajaran yang
menekankan bahwa siswa harus mengetahui implementasi dari pengetahuan
yang diperolehnya sehingga pengetahuan tersebut akan bermakna bagi siswa.
Pengetahuan yang dimiliki siswa harus memiliki kaitan dengan dunia nyata
atau keseharian siswa. Apabila siswa menemukan banyak keterkaitan dalam
pembelajaran, maka pengetahuan yang dimilikinya akan semakin bermakna.
Pembelajaran kontekstual menurut Nanik rubiyanto (2010: 72) adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang dipelajari siswa
dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa untuk membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Menurut Wina sanjaya (2005: 109) pembelajaran kontekstual adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa
secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya pada kehidupan mereka.
Menurut Johnson (2002: 67) Pembelajaran kontekstual adalah sebuah
proses pendidikan yang menolong para siswa melihat makna di dalam materi
akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungi subjek-subjek
akademik yang mereka pelajari dengan konteks kehidupan sehari-hari mereka,
yakni konteks pribadi, sosial, dan budaya. Hal ini juga diungkapkan oleh
Kemendikbud melalui direktorat PSMP (2008: 161) mendefinisikan
pembelajaran kontekstual sebagai suatu proses pendidikan yang bertujuan
untuk memotivasi siswa untuk memahami makna materi pembelajaran dengan
mengkaitkannya pada kehidupan sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan
kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ketrampilan yang secara
fleksibel dapat diterapkan dari suatu permasalahan/konteks ke permasalahan
lain.Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kontekstual merupakan suatu pembelajaran yang mengkaitkan
kontekstual sehari-hari pada materi pembelajaran sehingga siswa mampu
memaknai pengetahuan/ ketrampilan yang dipelajarinya serta secara fleksibel
dapat menerapkan pengetahuan/ketrampilan yang dimilikinya dari suatu
permasalahan/konteks ke permasalahan yang lainnya.

Prinsip dan karakteristik pembelajaran kontekstual

Prinsip dan karakteristik pembelajaran kontekstual wajib dikuasai oleh

pendidik agar dapat menerapkan pembelajaran kontekstual dengan tepat dan

benar. Berbagai pengamatan ilmiah yang teliti dan akurat menunjukan

keseluruhan alam semesta ditopang dan diatur oleh tiga prinsip yaitu saling

ketergantungan, diferensiasi, dan pengaturan diri sendiri (Johnson, 2002: 68).

Menurut (Johnson, 2002: 73) Prinsip-prinsip yang mendasari pembelajaran

kontekstual yakni:

1. prinsip saling ketergantungan

Prinsip saling ketergantungan menuntun pada penciptaan hubungan bukan

isolasi. Para pendidik yang bertindak menurut prinsip ini akan mengadopsi

praktik CTL dalam menolong siswa membuat hubungan-hubungan untuk

menemukan makna. Prinsip saling ketergantungan menekankan pada

kerjasama. Dengan bekerjasama siswa akan terbantu untuk menemukan

persoalan, memasang rencana, dan mencari pemecahan masalah,

2. prinsip diferensiasi
Prinsip diferensiasi mengilhami pembelajaran kontekstual yang menghargai

keunikan, keragaman, dan kreativitas siswa, proses pembelajaran yang

bervariasi, menyenangkan, dan memotivasi siswa untuk belajar sesuai dengan

perkembangan intelektualnya,

3. prinsip pengaturan diri

Prinsip pengaturan diri meminta para pendidik untuk mendorong setiap siswa

untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Untuk menyesuaikan dengan prinsip

ini, CTL memiliki sasaran menolong para siswa mencapai keunggulan

akademik, memperoleh ketrampilan karier, dan mengembangkan karakter

dengan cara menghubungkan tugas sekolah dengan pengalaman serta

pengetahuan pribadinya.

Berdasarkan uraian diatas, diambil kesimpulan bahwa prinsip-

prinsip pembelajaran kontekstual sesuai dengan prinsip yang mengatur alam

yaitu prinsip saling ketergantungan, diferensiasi, dan pengaturan diri. Ketiga

prinsip diatas melandasi pemikiran bahwa seluruh komponen pendidikan

saling bekerjasama dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat

belajar sesuai dengan kontek kehidupan siswa sehingga siswa dapat memaknai

pengetahuan tersebut.

Prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual memberikan ciri khas dan

karakteristik kepada pembelajaran kontekstual yang membedakannya dengan

pembelajaran yang lain. Menurut Masnur Muslich (2008: 42) pembelajaran

dengan pendekatan kontekstual memiliki karakteristik yakni:

1) pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran

yang diarahkan pada ketercapaian ketrampilan dalam konteks kehidupan

nyata;
2) pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan

tugas-tugas yang bermakna;

3) pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna

bagi siswa;

4) pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling

mengoreksi antar teman;

5) pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa

kebersamaan, bekerjasama, dan saling memahami antar satu dengan yang

lain secara mendalam;

6) pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan

mementingkan kerjasama;

7) pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan.

2.Langkah-langkah pembelajaran media kontekstual

Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

kontekstual, guru harus memahami langkah-langkah pembelajaran kontekstual

terlebih dahulu. Langkah-langkah pembelajaran kontekstual mencerminkan

penerapan ketujuh komponen pembelajaran kontekstual. Menurut Crawford

(2001: 9) Langkah-langkah pembelajaran kontekstual tersebut adalah relating,

experiening, applying, cooperating, dan transferring yang disingkat menjadi

REACT.

1) Relating (mengaitkan)

Relating adalah belajar yang dikaitkan dengan pengalaman hidup

sesorang yang atau pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Dalam proses relating, guru mengaitkan
konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenali
oleh siswa misalnya saja guru memberikan permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari yang berhubungan dengan konsep tersebut. Selain itu, guru juga
mengaitkan konsep yang akan dipelajari dengna pengetahuan yang sudah
dimiliki siswa sebelumnya. Dengan demikian, siswa akan menjadi lebih
termotivasi untuk belajar karena pembelajaran yang dilakukan bermakna dan
berguna bagi mereka.

2) Experience (mengalami)
Dalam proses ini guru memberikan kebebasan pada siswa untuk membangun
pengetahuannya sendiri dengan merancang suatu kegiatan yang memmberikan
pengalaman kepada siswa. Dalam proses pembelajaran, siswa melakukan
berbagai aktivitas untuk menemukan konsep. Aktivitas yang dimaksud
misalnya memanipulasi model atau alat peraga untuk menemukan suatu
konsep.

3) Applying (menerapkan)
Dalam proses applying, siswa menerapkan konsep yang diperolehnya untuk
menyelesaikan suatu masalah. Guru dapat memberikan soal latihan yang
realistik dan relevan untuk memperdalam pemahaman siswa. Menurut
crawford (2001: 16) susatu penelitian menunjukan bahwa latihan soal yang
realistik dan relevan dapat memotivasi siswa untuk memahami konsep. Latihan
soal yang diberikan haruslah sesuai dengan perkembangan intelektual siswa
jangan terlalu sulit ataupun terlalu mudah.

4) Cooperating (bekerjasama)
Cooperating adalah belajar dengna bekerjasama, bertukar pendapat, dan
berdiskusi dengna orang lain. Pada saat siswa melakukan berbagai kegiatan
untuk menemukan konsep dan memecahkan suatu masalah, seringkali siswa
mengalami kesulitan apabila melakukannya sendiri. Dengan bekerja secara
berkelompok, siswa dapat saling bertukar pendapat dan bekerjasama dengan
siswa yang lain sehingga dapat menyelesaikan kegiatan yang tadinya sulit
dikerjakan sendiri.

5) Transferring (mentransfer)
Dalam proses transferring, siswa menggunakan pengetahuan yang dimilikinya
dengan konteks baru. Siswa akan merasa ingin tahu dan tertantang apabila
dihadapkan pada permasalahan yang baru dan tidak lazim bagi mereka. Guru
memberikan latihan soal berupa permasalahan yang baru dan bervariasi untuk
meningkatkan motivasi, keterlibatan, dan minat siswa.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah

pembelajaran kontekstual terdiri dari relating,experiencing, applying,

cooperating, dan transferring yang disingkat menjadi REACT. Langkah-

langkah pembelajaran kontekstual tersebut tercermin dalam Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dirancang oleh peneliti untuk

melaksanakan pembelajaran kontekstual di kelas.

Langkah-langkah pembelajaran kontekstual pada RPP yang disusun oleh

peneliti adalah:

1) relating (mengaitkan): Guru memberikan apersepsi dan motivasi kepada

siswa,

2) experiencing (mengalami): Siswa melakukan berbagai aktivitas untuk

menemukan konsep,

3) applying (menerapkan): siswa menerapkan konsep untuk menyelesaikan

suatu masalah,

4) cooperating (kerjasama): Siswa belajar secara berkelompok,

5) transferring (mentransfer): Siswa menggunakan pengetahuan yang

dimilikinya dalam situasi dan konteks yang baru.

E. Hipotesis Tindakan

Hasil belajar siswa pada materi pelajaran Tokoh-tokoh Penting dalam Peristiwa
Kemerdekaan Indonesia di kelas IV SD Negeri 016516 Pulau sejuk Kec. Lima Puluh Kab.
Batu Bara Tahun Pelajaran 2021/2022 dapat ditingkatkan dengan menerapkan media
pembelajaran kontekstual.
FORMAT RPP
RENCANA PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

SIKLUS II

Nama Sekolah : SD Pulau sejuk 016516


Tema : Tumbuhan
Subtema : Struktur tumbuhan
Kelas/Semester : IV/1
MateriPokok : Bagian-bagian akar dan fungsinya
Alokasi Waktu : 2 x35 Menit

A. Kompetensi Inti

KI-1

 Mengadakan pengamatan terhadap berbagai jenis tanaman.


 Mencari perbedaan antara batang tanaman yang satu dengan yang lain
melalui pengamatan.
 Mendiskusikan hasil pengamatan.

KI-2

 Membahas hasil diskusi secara bersama.


 Mencatat kesimpulan hasil diskusi ke dalam buku catatan.
 Menyelesaikan lembar

KI-3

 Mengadakan diskusi dan Tanya jawab tentang batang.


 Melaporkan hasil diskusi.

KI-4

 Tanggapan dan menarik kesimpulan


 Merangkum hasil diskusi dan mencatat kedalam buku catatan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapain Kompetensi


Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
Menjelaskan hubungan  Membedakan struktur batang.
antara struktur batang  Menyebutkan bagian – bagian batang pada tumbuhan
tumbuhan dengan
fungsinya.

Menjelaskan hubungan  Menjelaskan fungsi batang pada tumbuhan.


antara struktur batang  Mencari contoh Jenis batang dan contohnya.
tumbuhan dengan
fungsinya.

C. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat membedakan struktur batang.


2. Siswa dapat menyebutkan bagian – bagian batang pada tumbuhan.
3. Siswa dapat menjelaskan fungsi batang pada tumbuhan.
4. Siswa dapat mencari contoh Jenis batang dan contohnya.

D. Tujuan Perbaikan Pembelajaran

Meningkatkan ketertarikan peserta didik untuk senantiasa belajar, sehingga mereka bisa
mendapatkan pengetahuan yang bersifat fleksibel dan aplikatif dalam kehidupan sehari-
hari. Memperbaiki hasil belajar peserta didik melalui peningkatan pemahaman makna
materi yang sedang dipelajari.

E.Materi Pembelajaran

Bagian – Bagian Batang Dan Fungsinya

F. MetodePembelajaran

1. Pendekatan : kontekstual
2. Media : kontekstual
3. Metode : Ceramah, Tanya jawab, Diskusi……

G. Langkah-langkahKegiatanPembelajaran
Kegiatan Langkah-langkah Langkah Pembelajaran Alokasi
Model Waktu
Awal
Guru menyiapkan siswa untuk
belajar
•Guru mengajak siswa berdo’a
bersama
•Guru memberikan motivasi
•Guru melakukan absensi
•Guru bertanya kepada siswa
nama nama tumbuhan yang
ada disekitar
•Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran

Inti
 Mengadakan
pengamatan terhadap
berbagai jenis
tanaman.
  Mencari perbedaan
antara batang
tanaman yang satu
dengan yang lain
melalui pengamatan.
  Mendiskusikan hasil
pengamatan.
  Membahas hasil
diskusi secara
bersama.
  Mencatat
kesimpulan hasil
diskusi ke dalam buku
catatan.
  Menyelesaikan
lembar kerja

Penutup •Guru bertanya jawab tentang


hal-hal yang belum diketahui
siswa

 Memberi tugas ( PR )
Mengerjakan Tugas
 Menarik kesimpulan

 Memberi tugas untuk


pertemuan yang akan
datang ( berbagai jenis
daun )

H. Media, Alat,Bahan dan SumberBelajar

1. Media
 Lingkungan
2. Alat dan Bahan
 Gambar tumbuhan
 Contoh berbagau jenis tumbuhan
3. SumberBelajar
 Buku Ilmu Pengetahuan Alam 4 untuk SD dan MI Kelas IV.Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional

I. Penilaian Proses dan Hasil Belajar


Aspek Indikator Teknik BentukInstrumen
Pengetahuan Ulangan Pilihan ganda
- Membedakan struktur harian
batang.
- Menyebutkan bagian –
bagian batang pada
tumbuhan.
- Menjelaskan fungsi
batang pada tumbuhan.
- Mencari contoh Jenis
batang dan contohnya.

Keterampilan Mampu membedakan dan Unjuk Rubrik penilaian


menjelaskan bagian- kerja
bagian tumbuhan

1. TesPilihan Ganda (kalaupilihanganda 10/Essay 5 )lengkapjawaban


2. Rubrik Penilaian Kinerja ( rubrikpenilaian ) tergantung pada KD 4

Anda mungkin juga menyukai