Anda di halaman 1dari 14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan manusia yang dilakukan secara terus
menerus. Sejak bayi yang baru dilahirkan pun telah membawa beberapa naluri
dan potensi-potensi yang diperlukan untuk kelangsungan hidup, tetapi hal itu
tidak dapat berkembang tanpa bantuan orang lain. Menurut Dimyati &
Mudjiono (2006), belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar
merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang
dari dua subjek, yaitu dari siswa dan guru. Lain halnya dengan Hakim (2007),
belajar adalah “suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan
perubahan tersbut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan
kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuam, sikap,
kebiasaan, pemahaman, dan keterampilan”. Pendapat yang senada dikemukakan
oleh Prayitno (2009), yaitu belajar merupakan proses perubahan tingkah laku
individu yang diperoleh melalui pegalaman, melalui proses stimulus respon,
melalui pembiasaan, melalui peniruan, melalui pemahaman, dan penghayatan
dan melalu aktivitas individu meraih sesuatu yang dikehendakinya. Menurut
Raymond & Simamora (2009) belajar diartikan sebagai komunikasi terencana
yang menghasilkan perubahan atas sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam
hal sasaran khusus yang berkaitan dengan pola perilaku. Lain halnya dengan
Sagala (2010), mengatakan bahwa “belajar merupakan komponen ilmu
pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang
bersifat eksplisit maupun implisit”.
Ciri- ciri belajar menurut Baharuddin & Wahyuni (2008), adalah :
1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Ini berarti, bahwa
hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya

7
8

perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil
menjadi terampil.
2) Perubahan perilaku relatif permanen. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah
laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tetentu akan tetap atau tidak
berubah-ubah.
3) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses
belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial
4) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.
5) Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.
Dari pendapat-pendapat yang telah dikemukakan diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa belajar adalah kegiatan seseorang yang dilakukan secara
aktif dan terfokus untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Misalnya dalam
perubahan tingkah laku baik dalam berfikir, merasa, maupun dalam bertindak
dan perubahan perilaku yang bersifat permanen.

2.2 Pembelajaran IPS SD


Menurut Susanto (2013), Ilmu Pengetahuan Sosial yang sering disebut dengan
IPS, adalah “ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan
humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka
memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik”. Sama
halnya dengan Widiarto & suwarso (2007), yang mengatakan bahwa ilmu
pengetahuan sosial atau IPS adalah “program pendidikan yang mengintegrasikan
secara interdisiplin konsep ilmu-ilmu sosial dan humaniora”. Lain halnya dengan
Sapriya (2009), yang mengatakan bahwa IPS merupakan “mata pelajaran yang
diberikan di SD yang mengkaji seperangkat fakta, generalisasi, konsep, dan peristiwa,
yang berkaitan dengan isu sosial”. Melalui mata pelajaran IPS anak diarahkan untuk
dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta
warga dunia yang cinta damai. Pendapat ini senada dengan Gunawan (2011), yang
menyatakan bahwa IPS adalah “mata pelajaran yang mengkaji seperangkat konsep,
9

fakta, generalisasi dan peristiwa yang berkaitan dengan isu sosial. Materi IPS memuat
sejarah, antropologi, geografi, ekonomi,dan sosiologi”. Pendapat yang serupa juga
dikemukakan oleh Trianto (2012), bahwa IPS merupakan “integrasi dari berbagai
cabang ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, ekonomi, politik, budaya dan hukum”.
Dari pendapat yang dikemukakan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa IPS
merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial seperti
sejarah, antropologi, geografi, ekonomi, sosiologi yang mengkaji seperangkat konsep,
fakta, generalisasi dan peristiwa.
Pencapaian tujuan IPS dapat dimiliki oleh peserta didik yang dinamakan
dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD).
Kompetensi dasar ini merupakan standar yang secara nasional harus dicapai oleh
peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan
pendidikan. Pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar didasarkan pada
pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah dan
pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.
Ada beberapa tujuan pendidikan IPS yang menggambarkan bahwa pendidikan
IPS merupakan bentuk pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang
memungkinkan anak berpartisipasi dalam kelompoknya, baik itu keluarga, teman
bermain, sekolah, masyarakat yang lebih luas, bangsa, dan Negara. Menurut Susanto
(2013), tujuan utama pembelajaran IPS ialah untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, terampil
mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri
maupun yang menimpa masyarakat dan memiliki sikap mental positif terhadap
perbaikan segala ketimpangan yang terjadi. Lain halnya dengan Sapriya (2009), mata
pelajaran IPS bertujuan agar anak didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Mengenal ide-ide yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat serta
lingkungan.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir secara logis dan kritis, dapa
menemukan sebuah masalah dan dapat memecahkan suatu masalah,
10

memperoleh keterampilan dalam kehidupan sosial, dan mempunyai rasa ingin


tahu.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai- nilai sosial dan
kemanusiaan
4. Memiliki kemampuan berkompetisi dan mampu berkomunikasi dengan
masyarakat sekitar.
Dari uraian yang telah dipaparkan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
tujuan IPS adalah agar peserta didik dapat peka terhadap masalah sosial yang terjadi
dan mempunyai kemampuan untuk mengenal konsep-konsep, dapat bekerjasama dan
mampu berfikir logis dan kritis untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi.
Untuk melaksanakan tujuan tersebut, sekolah sebagai lembaga yang resmi dan formal
dapat mengembangkan dan melatih potensi diri siswa yang mampu melahirkan
manusia yang cerdas, baik dalam bidang akademik maupun dalam aspek moralnya
melalui proses belajar didalam kelas. Bukan hanya sekolah, namun proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru hjuga harus diperhatikan, salah satunya
dengan menggunkan model/metode/pendekatan yang tepat.

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif


Menurut Warsono (2013), pembelajaran kooperatif disebut juga kelompok
pembelajaran (group learning), yang melibatkan siswa untuk berkelompok dalam
kelompok kecil yang interaktif. Siswa bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas
yang diberikan guru dalam suatu kelompok kecil untuk saling membantu dan belajar
bersama dalam kelompok mereka serta dengan kelompok yang lain. Pendapat yang
senada dikemukakan oleh Shoimin (2014), mengatakan bahwa kooperative learning
merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dengan kelompok-
kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan
tugas kelompok, anggota satu dengan yang lain saling bekerja sama dan membantu
untuk memahami suatu bahan pembelajaran
11

Pendapat lain dikemukakan oleh Sanjaya (2011), bahwa model kooperatif


adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok
tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat
unsur penting dalam model kooperatif, yaitu:
1. Adanya peserta dalam kelompok
2. Adanya aturan kelompok
3. Ada usaha belajar setiap anggota kelompok
4. Ada tujuan yang harus dicapai
Lain halnya dengan Riyanto (2009) pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik, sekaligus
keterampilan sosial. Ada beberapa jenis model pembelajaran kooperatif yaitu: STAD,
TGT, JIGSAW, KI, KBS, Think- Pair -Share, Mind Mapping, Snowball Throwing,
Dua Tinggal Dua Tamu, Tim Token, Debate, Picture and Picture, CIRC, SFE, dan
CS.
Dari uraian pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model kooperatif adalah
model yang menekankan pada proses pembelajaran dengan siswa berkelompok
untuk memecahkan suatu masalah. Dengan menggunakan model kooperatif ini
diharapkan dapat meningkatkan cara belajar siswa menjadi lebih baik, meyenangkan,
dan saling membantu dalam beberapa perilaku sosial. Ada beberapa model dalam
kooperatif, salah satunya adalah model picture and picture.
2.3.1 Pengertian model picture and picture
Dalam pembelajaran, seorang guru harus mampu membuat kombinasi
model-model pembelajaran, dan menguasai model-model pembelajaran dalam
mengajar. Salah satunya model pembelajaran kooperatif tipe picture and
picture.
Menurut Ngalimun (2016) model pembelajaran adalah suatu perencanaan
atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran dikelas. Dengan kata lain, model pembelajaran adalah rancangan
kegiatan belajar agar pelaksanaan KBM dapat berjalan dengan baik, menarik,
12

mudah dipahami, dan sesuai dengan urutan yang logis. Ada beberapa model
pembelajaran yang digunakan saat proses pembelajaran salah satunya adalah
model picture and picture. Ngalimun (2016) menegaskan bahwa model picture
and picture adalah sajian informasi kompetensi, sajian materi, menunjukkan
gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan materi, dan mengurutkan
gambar secara logis. Sama halnya dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Shoimin (2014), model picture and picture adalah suatu model belajar yang
menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan gambar yang saling
berhubungan. Model pembelajaran ini mengandalkan gambar yang menjadi
faktor utama dalam proses pembelajaran. Lain halnya dengan Hamid (2011),
yang menyatakan bahwa picture and picture merupakan sebuah strategi untuk
membantu guru yang menggunakan media gambar untuk menerangkan sebuah
materi yang akan diajarkan dan menanamkan pesan yang ada dalam materi
tersebut.
Dari pendapat yang telah dikemukakan diatas, dapat di simpulkan bahwa
model pembelajaran picture and picture merupakan model pembelajaran yang
menggunakan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-
gambar menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran, sehingga guru harus
menyiapkan gambar dalam berbagai bentuk, baik bentuk kartu maupun bentuk
cetakan gambar yang berukuran besar, kemudian siswa diminta untuk
mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis Dalam model pembelajaran
picture and picture ada beberapa langkah yang harus diperhatikan. Penggunaan
model/metode pada saat proses pembelajaran juga mempengaruhi hasil belajar
siswa karena ketika guru menggunakan model/metode yang dapat menarik
aktifitas siswa dalam belajar, maka siswa akan lebih mudah memahami materi
yang disampaikan dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
13

2.3.2 Langkah-langkah Model Picture and Picture


Menurut Shoimin (2014), langkah-langkah model picture and picture
adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai sehingga siswa dapat
mengukur sampai sejauh mana materi yang harus dikuasai. Selain itu guru
harus menyampaikan indikator-indikator ketercapaian KD, sehingga KKM
yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar. Guru dapat memberikan motivasi
yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi
dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa
untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan
materi yang akan dipelajari. Guru harus bisa mengajak siswa untuk ikut
terlibat secara aktif dlm proses pembelajaran dengan mengamati setiap
gambar yang ditunjukkan oleh guru atau temannya. Dengan gambar kita
akan lebih menghemat energi, dan siswa akan lebih tertarik dengan
pembelajaran sehingga siswa akan lebih mudah memahami materi yang
diajarkan.
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara begantian untuk memasangkan
gambar- gambar menjadi urutan yang logis. Guru harus melakukan inovasi
dalam menunjuk siswa dengan menggunakan undian.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran dari urutan gambar tersebut
6. Dari urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapa.
7. Kesimpulan/rangkuman. Di akhir pembelajaran guru bersama sisa
mengambil kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
14

2.4 Hasil Belajar


Hasil belajar merupakan output dari proses belajar mengajar sehingga kualitas
hasil belajar sangat ditentukan oleh proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Menurut Purwanto (2009), hasil belajar sering digunakan sebagai
ukuran untuk mengetahui seseorang dalam menguasai materi yang telah diajarkan.
Pendapat ini senada dengan Dimyati & Mudjiono (2006), yang menyatakan bahwa
hasil belajar merupakan sebuah hasil dari interaksi belajar dan mengajar. Dari sisi
guru tindak mengajar diberikan evaluasi sebagai proses akhir, sedangkan dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan puncak dari proses belajar. Lain halnya dengan
Suprijono (2009), hasil belajar adalah prubahan dari nilai, sikap, pengertian,
keterampilan dan apresiasi. Lain halnya dengan Sudjana (2014), hasil belajar
diartikan sebagai akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran
yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes
perbuatan.
Dari pendapat-pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah suatu kecakapan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa
tersebut mengalami aktivitas belajar. Dan dapat diukur dengan tes baik tes tertulis,
lisan maupun perbuatan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
Menurut Raymond & Simamora (2009), faktor yang mempengaruhi hasil
belajar adalah:
1) Faktor internal (faktor didalam diri peserta didik), yaitu kondisi jasmani dan
rohani peserta didik.
2) Faktor eksternal (faktor diluar peserta didik), yaitu kondisi lingkungan di
sekitar peserta didik.
3) Faktor pendekatan belajar, yaitu jenis upaya belajar peserta didik yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik untuk melakukan
kegiatan pembelajaran.
15

Menurut Susanto (2013), faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah


1) Kecerdasaan anak.
2) Kesiapan atau kematangan.
3) Bakat anak.
4) Kemauan belajar.
5) Minat
6) Model penyajian materi pelajaran.
7) Pribadi dan sikap guru.
8) Keadaan saat proses pembelajaran.
9) Kombinasi model-model yang digunakan oleh guru.
10) Masyarakat.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 2 faktor
utama yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yakni faktor dari dalam atau faktor
internal yang meliputi kemampuan yang dimiliki siswa, dan faktor dari luar atau
faktor eksternal seperti kondisi masyarakat, strategi pembelajaran yang digunakan
guru saat menyampaikan materi, suasana belajar, dan sekolah. Semakin tinggi
kemampuan belajar siswa dan kualitas pengajaran disekolah, maka semakin tinggi
pula hasil belajar siswa, sehingga guru juga dituntut untuk kreatif dalam
menggunakan model/metode pembelajaran. Model/metode pembelajaran merupakan
salah satu faktor yang berasal dari luar/eksternal, bisa juga dikatakan bahwa
model/metode pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran
termasuk faktor pendekatan belajar. Model pembelajaran yang akan digunakan oleh
peneliti adalah model cooperative tipe picture and picture.

2.5 Hubungan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture dengan
hasil belajar IPS
Adapun hubungan yang terjadi pada kedua variabel adalah hubungan sebab-
akibat, dimana model yang dipakai dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, baik
menurunkan atau meningkatkan hasil belajar. Melalui model pembelajaran kooperatif
16

tipe Picture and Picture, siswa akan dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan dan
kekurangan dalam memahami suatu materi. Siswa belajar bersama, saling membantu
dan berdiskusi dalam menyelesaikan soal-soal pada satu kegiatan pembelajaran, yang
akan mempererat hubungan antar sesama siswa.

2.6 Hasil Penelitian yang Relevan


Penelitian ini sesuai dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya oleh :
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Marlina : 2012 dengan judul
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dengan Menerapkan
Metode Picture And Picture Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Mangunsari 05
Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil yang diperoleh dalam penelitin ini
adalah terjadi peningkatan pemahaman yang ditandai dengan ketuntasan hasil belajar.
Peningkatan pemahaman belajar siswa tersebut terjadi secara bertahap, dimana pada
kondisi awal hanya terdapat 22 siswa (51%) yang telah tuntas dalam belajarnya. Pada
siklus 1 melalui 3 pertemuan ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 26 siswa
(60%) yang telah tuntas, dan pada siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat lagi
menjadi 91%.
Penelitian sebelumnya juga telah dilakukan oleh Mega Selfie : 2013 dengan
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Menggunakan Metode Picture and Picture Siswa
kelas 4 SDN Dukuh 02 Kecamatan Sidomukti Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran
2012/ 2013. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan
pemahaman belajar siswa terjadi secara bertahap, dimana pada kondisi awal hanya
terdapat 9 siswa (39%) yang telah tuntas dalam belajar. Pada siklus 1 melalui tiga kali
pertemuan, ketuntasan belajar siswa meningkat dari siklus 1 yaitu pertemuan pertama
11 siswa (52%), pertemuan kedua 14 siswa (61%) dan pertemuan ketiga menjadi 16
siswa (70%) yang telah tuntas. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat lagi
pertemuan pertama 22 siswa (96%), pertemuan kedua 21 siswa (91%) dan pertemuan
ketiga meningkat menjadi 22 siswa (96%).
17

Penelitian juga telah dilakukan oleh Pema Hendri : 2014 dengan judul
Peningkatan Hasil Belajar IPS melalui Model Pembelajaran Kooperatif Picture and
Picture Siswa Kelas V SD Negeri Sembaturagung 01 Pati Semester I 2013/2014.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan melalui pembelajaran kooperatif
picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri
Sembaturagung 01 Pati Semester 1/2013-2014. Hal ini Nampak pada hasil
perbandingan skor hasil belajar IPS antar siklus yakni skor rata-rata hasil belajar IPS
pada siklus 1 sebesar 89,85. Pada siklus 2 meningkat menjadi 92,00. Skor maksimal
pada siklus 1 sebesar 94, pada siklus 2 meningkat menjadi 97, sedangkan skor
minimal pada siklus 1 sebesar 76, dan pada siklus 2 menjadi 81. Adapun pada siklus
1 siswa yang menduduki hasil belajar tinggi yaitu 20 siswa (94%). Pada siklus 2
meningkat menjadi 25 siswa (100%). Kenaikan skor hasil belajar IPS siswa yang
menduduki hasil belajar tinggi dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 12%, mendasarkan
pada hasil penelitin maka disarankan untuk diterapkan dalam pembelajaran IPS SD
untuk KD 1.3 siswa dapat menghargai keragaman suku bangsa dan budaya di
Indonesia guru mendesain pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
picture and picture untuk memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar.
Ada juga penelitian dari Achmad Zainal Amri: 2014 dengan judul Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Picture and Picture untuk meningkatkan Hasil
belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswakelas IV SDN
Tamansari 01 Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor Semester ganjil tahun pelajaran
2014/2015. Dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata mata
pelajaran Ilmu Pegetahuan Sosial pada siklus pertama kualitas pelaksanaan
pembelajaran emperoleh nilai sebesar 78,61 dan pada siklus kedua meningkat
menjadi 91,1 sedangkan hasil observasi perilaku siswa menunjukkan adanya
peningkatan pada aktivitas siswa dengan dengan memperoleh nilai rata- rata pada
siklus pertama yaitu 67,75 dan pada siklus kedua memperoleh nilai rata-rata sebesar
86,75. Begitu pula dengan ketuntasan hasil belajar siklus pertama memperoleh nilai
18

sebesar 48,65%. Dan hasil belajar pada siklus kedua memperoleh ketuntasan hasil
belajar sebesar 86,5%.
Dari penelitian terdahulu bahwa dengan menggunakan model kooperatif tipe
picture and picture bisa diterapkan dalam pembelajaran. Proses pembelajaran dengan
menggunakan model ini yaitu mengurutkan/menempelkan gambar berdasarkan urutan
gambar yang logis, kemudian menanyakan alasan dasar pemikiran dari gambar
tersebut. Model picture and picture ini bisa menjadi masukan untuk mengembangkan
pengetahuan belajar siswa untuk meningkatkan hasil belajar agar dapat mencapai
nilai baik dan penambah tindakan dalam menerapkan model kooperatif tipe picture
and picture pada mata pelajaran IPS.
2.7 Kerangka Pikir
Kegiatan pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa.
Guru harus dapat menciptakan komunikasi yang memberikan kemudahan bagi siswa
agar mampu menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru. Kenyataannya
komunikasi dalam proses belajar mengajar tidak dapat berlangsung seperti yang
diharapkan. Guru menggunakan metode pembelajaran yang monoton yaitu ceramah.
Siswa hanya menerima informasi saja tanpa adanya kegiatan praktek, sehingga
membuat siswa menjadi cepat bosan dan mengantuk. Siswa tidak memiliki
kreatifitas, tidak mempunyai kesempatan berpartisipasi aktif dalam KBM sehingga
prestasi belajar yang dihasilkan rendah.Pada kondisi ini jika siswa diberi pertanyaan
atau tes, hasil belajar yang diperoleh siswa masih dibawah KKM <75 karena siswa
tidak dapat mengerjakan tes secara optimal. Berikut ini adalah kerangka berfikir
untuk meningkatkan hasil belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe picture and picture:
19

Gambar 2.1 Skema Gambaran Kerangka Berpikir

KONDISI AWAL Belum Hasil belajar


Menggunakan siswa rendah
Model Kooperatif
Tipe Picture And
Picture

Siklus 1
OBSERVASI Menggunakan model
pembelajaran
Menggunakan kooperatif tipe PP
Model dengan anggota
Kooperatif Tipe kelompok 5 orang
TINDAKAN Picture And siswa.
Picture
Siklus 2
Menggunakan model
pembelajaran
kooperatif tipe PP
dengan anggota
kelompok 3 orang
siswa

Melalui Penggunaan Model Kooperatif


Tipe PP Dapat Meningkatkan Hasil
KONDISI
Belajar IPS Dengan Materi
AKHIR
Perkembangan Teknologi Dan
Masalah Sosial

Dari gambar 2.1 dapat dilihat bagaimana alur penelitian yang dilakukan.
Digambarkan peneliti melakukan observasi terlebih dahulu, kemudian terlihat kondisi
awal pembelajaran sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
picture and picture ternyata hasil belajar siswa masih rendah, karena guru hanya
menggunakan model pembelajaran yang monoton seperti ceramah, tanya jawab, dan
20

diskusi tanpa ada variasi pembelajaran sehingga membuat siswa merasa bosan dan
jenuh untuk menerima materi yang disampaikan guru. Kemudian dilakukan tindakan
perbaikan pembelajaran dalam 2 siklus.
Pada siklus I guru melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dengan
mengelompokkan siswa 5 orang setiap kelompoknya dan diharapkan hasil belajar
siswa ada peningkatan. Untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa maka dilakukan
perbaikan pada siklus II dengan mengoptimalkan penggunaan pembelajaran
kooperatif tipe picture and picture dan mengelompokkan siswa menjadi 3 orang
setiap kelompoknya. Pada siklus II diharapkan hasil belajar siswa lebih mengalami
peningkatan, selain itu siswa lebih termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran.

2.8 Hipotesis tindakan


Hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe picture and picture dapat meningkatan hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran IPS Kelas IV SD Negeri Salatiga 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga
Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.

Anda mungkin juga menyukai