Anda di halaman 1dari 14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi
Prestasi belajar adalah sesuatu yang dapat dicapai yang dinampakkan
dalam pengetahuan, sikap, dan keahlian. Prestasi tidak akan pernah
dihasilkan selama seseorang jika tidak melakukan suatu kegiatan. Untuk
mendapatkan prestasi dibutuhkan keuletan dan kegigihan kerja.Menurut
Hamdani (2011:137) prestasi yaitu hasil dari suatu kegiatan yang telah
dikerjakan, diciptkan baik secara individual maupun kelompok.
Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah (2012:21) prestasi yaitu hasil
dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan
hati yang diperoleh dengan jalan  keuletan kerja, baik secara individual
maupun  kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.

Dari pengertian yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa


prestasi yaitu hasil dari suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar yang
diciptakan baik secara individu maupun kelompok dan mendapatkan hasil.

2. Belajar
Belajar tidak dibatasi oleh ruang dan waktu serta dilakukan terus
menerus.Dalam dunia pendidikan belajar merupakan hal penting dalam
mencapai tujuan. Menurut Dharma Kesuma dkk (2012:21) belajar yaitu
suatu pengalaman yang mendahului perubahan perilaku seseorang.
Sedangkan menurut Nana Sudjan (2010:5) belajar adalah suatu proses
yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan
tersebut dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti perubahan
pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku, keterampilan,
kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada
individu yang belajar. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Slameto
(2013:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dan
lingkungannya.

Dari beberapa pengertian yang ada dapat disimpulkan bahwa belajar yaitu
suatu usaha yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan
tingkah laku dari pengalaman individu itu sendiri ataupun interaksi dengan
individu lain dan lingkungan sekitar.

Menurut Sardiman (2011:46) prestasi belajar merupakan kemampuan


nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang
mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar dari individu dalam
belajar. Sedangkan Syaiful Bahri Djamarah (2012:23) prestasi belajar
yaitu hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan
perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Hamdani (2011:138) yang
mengatakan bahwa prestasi belajar yaitu hasil yang diperoleh berupa
kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai
hasil darisebuah aktivitas. Prestasi belajar merupakan tingkatan sejauh
mana siswa dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar yaitu


suatu hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas yang mengakibatkan
perubahan perilaku. Prestasi disini ditunjukan dengan nilai tes atau angka
yang diberikan guru sebagai hasil dari usahannya.

B. Pendekatan Pendekatan Kontekstual (contextual Teaching and Learning)


Pendekatan kontekstual (contextual Teaching and Learning(CTL)) adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran
afektif, yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar,
pemodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya (Nurhadi,2002:5).
Johnson (dalam Nurhadi, 2002:12) merumuskan pengertian CTL sebagai
suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna
dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya
dengan konteks kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan
pribadinya, sosialnya, dan budayanya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, sistem CTL, akan menuntun siswa ke semua
komponen utama CTL, yaitu melakukan hubungan yang bermakna,
mengerjakan pekerjaan yang berarti, mengatur cara belajar sendiri, bekerja
sama, berpikir kritis dan kreatif, memelihara atau merawat pribadi siswa,
mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian sebenarnya

Pendekatan CTL menurut Suyanto (2003:2) merupakan suatu pendekatan


yang memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh dalam berbagai macam
mata pelajaran baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran


kontekstual adalah konsep belajar pada saat guru menghadirkan dunia nyata
ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari,
sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks
yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengonstruksi sendiri,
sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari hari.
       

C. Karakteristik dan Prinsip Model Pembelajaran Kontekstual


Berdasarkan pengertian dan konsep model pembelajaran kontekstual, menurut
(Syaefudin, 2009:162-164) terdapat lima karakteristik penting dalam proses
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kontekstual seperti:
1. Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang   sudah   
ada (activtinging knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak
terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian
pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang
memiliki keterkaitan antara yang satu dengan yamg lainnya.
2. Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan
menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu
diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan
mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.
3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan
yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk dipahami dan diyakini,
misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang
pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut.
4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying  
knowledge) artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya   
harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak
perubahan tingkah laku yang  diperolehnya dari pengetahuan.
5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi
pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk
proses perbaikan atau penyempurnaan strategi

Serta dalam pembelajaran kontekstual, selain konsep dan karakteristik model


pembelajaran kontekstual ada pula prinsip-prinsip model pembelajaran
kontekstual yaitu : (Elaine B. Jhonson dalam Syaefudin, 2009:165-167)
mengklaim bahwa dalam pembelajaran kontekstual, minimal ada tiga prinsip
utama yang sering digunakan , yaitu: saling ketergantungan ( interdepence ),
diferensiasi ( differetiation ), dan perorganisasian ( self organization ).
1) Prinsip saling ketergantungan,  menurut hasil kajian para ilmuan segala
yang ada di dunia ini adalah saling berhubungan dan tergantung. Begitu
pula dala pendidikan dan pembelajaran, sekolah merupakan suatu sistem
kehidupan, yang terkait dalam kehidupan di rumah, di tempat kerja, di
masyarakat. Dalam kehidupan di sekolah siswa saling berhubungan dan
tergantung pada guru, kepala sekolah, tata usaha, orang tua siswa, dan
narasumber yang ada di sekitarnya.
2) Dalam proses pembelajaran siswa, berhubungan dengan media ajar,
sumber belajar, media, sarana prasarana belajar, iklim sekolah dan
lingkungan.
3) Prinsip diferensiasi, yang menunjukkan kepada sifat alam yang secara
terus menerus menimbulkan perbedaan, keseragaman, keunikan.
Diferensiasi bukan hanya menunjukkan perubahan dan kemajuan tanpa
batas, akan tetapi juga kesatuan-kesatuan yang berbeda tersebut
berhubungan, saling tergantung dalam keterpaduan yang bersifat simbiosis
atau saling menguntungkan. Apabila para pendidik memiliki keyakinan
yang sama dengan para ilmuan modern bahwa prinsip diferensiasi yang
dinamis ini bukan hanya berlaku dan berpengaruh pada alam semesta,
tetapi juga pada sistem pendidikan. Para pendidik juga dituntut untuk
mendidik, mengajar, melatih, membimbing, sejalan dengan prinsip
diferensiasi dan harmoni alam semesta ini.
4) Prinsip organisasi diri, setiap individu atau kesatuan dalam alam semesta
ini mempunyai potensi yang melekat, yaitu kesadaran sebagai kesatuan
utuh yang berbeda dari yang lain. Tiap hal mempunyai organisasi diri,
keteraturan diri, kesadaran diri, pemeliharaan diri sendiri, suatu energi atau
kekuatan hidup, ang memungkinkan mempertahankan dirinya secara khas,
berbeda dengan yang lainnya. Prinsip organisasi diri, menuntut para
pendidik dan para pengajar di sekolah agar mendorong tiap siswanya
untuk memahami dan menerapkan semua potensi yang dimilikinya
seoptimal mungkin.

D. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kontekstual


Kelebihan pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut
untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan kehidupan nyata.
2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan
konsep kepada siswa karena metode pembelajaran kontekstual menganut
aliran konstruktivisme, dimana siswa dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri.

Sedangkan kelemahan pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut:


1.   Guru lebih intensif dalam membimbing
Dalam metode CTL guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi.
Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
bersama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi
siswa. Sehingga peran guru bukanlah sebagai instruktur atau penguasa
yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar
mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari
dan dengan sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk
belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian
dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai
dengan apa yang diterapkan semula.
Tabel 1.1 Sintaks Model Pembelajaran Kontekstual
No Aspek Pembelajaran Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Asas Pembelajaran CTL

 Menyampaikan tujuan
pembelajaran sesuai dengan Mencermati apa yang disampaikan oleh
Konstruktivisme
1 Tahap perencanaan model CTL guru. Menjawab hal-hal yang diketahui
Tanya jawab
 Memberikanapersepsi tentang materi pelajaran.
Memotivasi siswa.

 Menjelaskan pelajaran  Menyimak penjelasan guru dan


menggunakan model CTL mencatat hal-hal penting yang
 Menyiapkan LKS berkaitan dengan materi Inquiri
2 Tahap Pelaksanaan
 Membagikan LKS model CTL  Mengerjakan tugas dalam LKS sesuai DiskusiPemodelan
dan membimbing siswa dalam dengan model CTL dan aktif dalam
mengisi LKS bertanya.

 Evaluasi
 Memberikan penghargaan. Menyimpulkan materi pelajaran dengan Refleksi
3 Tahap Evaluasi
 Memeriksa hasil jawaban siswa dibimbing guru. Penilaian nyata
 Menilai pekerjaan siswa.

Jhonson dalam Syaefudin, 2009:168)


E. Hakikat Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Hakikat ilmu pengetahuan sosial (IPS) adalah telaah tentang manusia dan
dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan
sesamanya. Dalam kehidupannya manusia harus menghadapi tantangan-
tantangan yang berasal dari lingkungannya maupun sebagai hidup bersama,
ilmu pengetahuan sosial (IPS) memandang manusia dari berbagai sudut
pandang. Ilmu pengetahuan sosial (IPS) melihat bagaimana manusia hidup
bersama dengan sesamanya, dengan tetangganya dari lingkungan dekat sampai
yang jauh. Bagaimana keserasian hidup dengan lingkungannya baik dengan
sesama manusia maupun linkungan alamnya. Bagaimana mereka melakukan
aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kata lain bahan kajian
atau bahan belajar IPS adalah manusia dan lingkungannya.

Setiap manusia sejak lahir telah berinteraksi dengan manusia lain, misalnya
dengan ibu yang melahirkannya, ayahnya, dan keluarganya. Selanjutnya
setelah usia taman kanak-kanak ia akan berinteraksi dengan teman-teman
sekelasnya, dan dengan gurunya. Sesuai dengan bertambahnya umur, maka
interaksi tersebut akan bertambah luas, begitu juga ia akan mendapat
pengalaman dan hubungan sosial dari kehidupan masyarakat disekitarnya.Dari
pengalaman tersebut anak akan mengenal bagaimana seluk beluk kehidupan.
Misalnya bagaimana cara seseorang memenuhi kebutuhan hidupnya, cara
menghormati orang yang lebih tua, sebagai anggota masyarakat harus mentaati
aturan atau norma-norma yang berlaku, mengenal hal-hal yang baik dan buruk,
maupun benar dan salah.

Semua pengetahauan yang telah melekat pada diri anak tersebut dapat
dikatakan sebagai “pengetahuan sosial” dengan demikian dalam diri kita
masing-masing dengan kadar yang berbeda-beda, sebenarnya telah terbina
pengetahuan sosial tersebut sejak kecil, hanya namanya belum kita kenal dan
kenal setelah secara formal memasuki bangku sekolah. Dari kenyataan di atas
dapat kita ketahui bahwa antara aspek-aspek kehidupan itu saling ada
keterkaitan, aspek ekonomi terkait dengan aspek psikologi dan sosial-budaya.
Kebutuhan hidup manusia tidak sekedar memenuhi aspek ekonomi tetapi
manusia juga perlu untuk menambah pengetahuan, seperti yang anda lakukan
sekarang ini.

1. Pengertian Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)  


Sampai saat ini, IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-
disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam
nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science),
maupun ilmu pendidikan Sumantri  dalam Hidayati dkk (2008:3) Social
Science Education Council (SSEC) dan National Council For Social
Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “Social Science Education”dan
“Social Studies”.

Nama ilmu pengetahuan sosial (IPS) dalam pendidikan dasar dan


menengah di Indonesia muncul bersamaan dengan diberlakukanya
kurikulum SD, SMP dan SMA tahun 1975. Dilihat dari sisi ini, maka IPS
sabagai bidang studi masih “baru”. Disebut demikian karena cara pandang
yang di anutnya memang dianggap baru, walaupun bahan yang dikaji
bukanlah hal yang baru. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang
yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi,
ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi,
sosiologi dan sebagainya. Perpaduan ini dimungkinkan karena mata
pelajaran tersebut memiliki obyek material kajian yang sama yaitu
manusia.

Hamid Hasan (1996:92) mengungkapkan bahwa pendidikan ilmu


pengetahuan sosial (PIPS) diartikan sebagai pendidikan pengetahuan sosial
(PS) maupun dalam pengertian pendidikan ilmu-ilmu sosial (IS). IPS dalam
pengertian pendidikan pengetahuan sosial dan budaya. Kurikulum yang
demikian bertujuan untuk mendidik siswa mengembangkan kemampuan
berfikir, sikap, dan nilai untuk dirinya sebagai individu dan maupun
sebagai makhluk sosial dan budaya. IPS dalam pengertian pendidikan
disiplin ilmu sosial dikembangkan dalam kurikulum akademik atau
kurikulum disiplin ilmu. Kurikulum yang demikian akan memakai nama
disiplin ilmu sebagai ‘label’ programnya (mata pelajaran) dan juga
tujuannya sangat erat hubungannya dengan tujuan disiplin ilmu.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka PIPS merupakan salah satu bidang


kajian yang diberikan dalam pendidikan formal sejak siswa duduk di
Sekolah Dasar sampai Pendidikan Menengah dalam rangka mendukung
ketercapaian tujuan pendidikan nasional. Pada jenjang pendidikan dasar
IPS merujuk pada mata pelajaran, sedangkan pada jenjang sekolah
menengah digunakan dalam hal penjurusan bidang studi

2. Materi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)


Mempelajari IPS pada hakekatnya adalah menelaah interarksi antara
individu dan masyarakat dengan lingkungan (fisik dan sosial-budaya).
Materi IPS digali dari segala aspek kehidupan praktis sehari-hari
dimasyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS yang melupakan
masyarakat sebagai sumber dan objeknya merupakan suatu bidang ilmu
yang tidak berpijak pada kenyataan, menurut Mulyono Tjokrodikaryo
dalam Hidayati dkk (2008 : 26)

Ada lima macam sumber materi IPS antara lain :


a. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi disekitar anak sejak
dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas
Negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya.
b. Kegiatan manusia misalnya : mata pencaharian, pendidikan,
keagamaan, produksi, komunikasi, transportasi.
c. Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan
antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat
sampai yang terjauh.
d. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah
yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh,
tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar.
e. Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan,
pakaian, permainan dan keluarga.
Dengan demikian masyarakat dan lingkungannya, selain menjadi sumber
materi ilmu pengetahuan sosial (IPS) sekaligus juga menjadi
laboratoriumnya. Pengertian konsep, teori-teori IPS yang diperoleh anak
didalam kelas dapat dicocokkan dan dicobakan sekaligus diterapkan dalam
kehidupannya sehari-hari di masyarakat

3. Tujuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)


Setiap usaha pendidikan senantiasa memiliki tujuan tertentu yang hendak
dicapai. Berdasarkan tujuan pendidikan yang jelas, tegas, terarah, barulah
pendidikan dapat menentukan usaha apa yang akan dilakukannya dan
bahan pelajaran apa yang sebaiknya diberikan kepada anak didiknya.
Demikian juga didalam negara kita telah dirumuskan tujuan pendidikan
nasional dirumuskan berdasarkan pada falsafah Negara Pancasila  dan
UUD 1945, berdasarkan pada falsafah negara tersebut, maka telah
dirumuskan tujuan pendidikan nasional, yaitu “Membentuk manusia
pembangunan yang ber-Pancasila dan untuk membentuk manusia yang
sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat
menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tanggung jawab, dapat
menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat
mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang
luhur, mencintai bangsanya, dan mencintai sesama manusia sesuai
ketentuan yang termaksud dalam UUD 1945”
Berkaitan dengan tujuan pendidikan diatas, kemudian apa tujuan dari
pendidikan IPS yang akan dicapai? Tentu saja tujuan harus dikaitkan
dengan kebutuhan dan disesuiakan dengan tantangan-tantangan kehidupan
yang akan dihadapi anak. Berkaitan dengan hal tersebut, kurikulum 2004
untuk tingkat SD menyatakan bahwa, pengetahuan sosial (sebutan IPS
dalam kurikulum 2004), bertujuan untuk :
1. Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi,
sejarah dan kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis.
2. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif, inquiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan sosial.
3. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
4. Meningkatkan kemampuan bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global.
Sejalan dengan tujuan tersebut tujuan pendidikan ilmu pengetahuan sosial
(IPS) menurut Nursid Sumaatmadja dalam Hidayati dkk (2008:24) adalah
membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki
pengetahuan, keterampilan, kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya
serta bagi masyarakat dan negara. Sedangkan secara rinci Oemar Hamalik
merumuskan tujuan pendidikan ilmu pengetahuan sosial (IPS) berorientasi
pada tingkah laku para siswa, yaitu : (1) pengetahuan dan pemahaman, (2)
sikap hidup belajar, (3) nilai-nilai sosial dan sikap, (4) keterampilan.
Oemar Hamalik dalam Hidayati dkk (200:24)

F. UANG
Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar
yang dapat diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apapun
yang dapat diterima oleh setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran
barang dan jasa. Dalam ilmu ekonomi modern,  Uang didefinisikan sebagai
sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi
pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta
untuk pembayaran utang. Beberapa ahli juga menyebutkan fungsi uang
sebagai alat penunda pembayaran.

Fungsi asli uang ada tiga, yaitu sebagai alat tukar, sebagai satuan hitung, dan
sebagai penyimpan nilai.uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of
exchange yang dapat mempermudah pertukaran. Orang yang akan melakukan
pertukaran tidak perlu menukarkan dengan barang, tetapi cukup menggunakan
uang sebagai alat tukar. Kesulitan-kesulitan pertukaran dengan carabarter
dapat diatasi dengan pertukaran uang.

Uang juga berfungsi sebagai satuan hitung (unit of account) karena uang dapat
digunakan untuk menunjukan nilai berbagai macam barang/jasa yang
diperjualbelikan, menunjukkan besarnya kekayaan, dan menghitung besar
kecilnya pinjaman. Uang juga dipakai untuk menentukan harga barang/jasa
(alat penunjuk harga). Sebagai alat satuan hitung, uang berperan untuk
memperlancar pertukaran.

Selain itu, uang berfungsi sebagai alat penyimpan nilai (valuta) karena dapat
digunakan untuk mengalihkan daya beli dari masa sekarang ke masa
mendatang.

Uang yang beredar dalam masyarakat dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu
uang kartal (sering pula disebut sebagai common money) dan uang giral. Uang
kartal adalah alat bayar yang sah dan wajib digunakan oleh masyarakat dalam
melakukan transaksi jual-beli sehari-hari. Sedangkan yang dimaksud dengan
uang giral adalah uang yang dimiliki masyarakat dalam bentuk simpanan
(deposito) yang dapat ditarik sesuai kebutuhan.

G. Jenis – Jenis Uang


Berdasarkan jenisnya, uang dibagi menjadi dua, yakni sebagai berikut :
1. Uang Kartal yakni suatu alat bayar yang sah dan wajib dipakai oleh
masyarakat dalam melakukan sebuah transaksi jual-beli sehari-hari
(commonmoney)
2. Uang Giral ialah uang yang dipunyai masyarakat dalam bentuk simpanan
(deposito) yang bisa ditarik sesuai kebutuhan. Contohnya, cek.

Berdasarkan menurut bahan pembuatannya


1. Uang Logam, yaitu jenis uang yang terbuat dari logam. Dipilih
memakai logam karena logam bisa tahan lama. Pada awal kemunculannya,
uang logam dibuat dengan bahan emas atau perak. Semakin tinggi kadar
emas atau peraknya, maka semakin tinggi pula daya tukarnya. Dengan
begitu uang seperti ini mempunyai tiga nilai:
a. Nilai Intrinsik, yakni nilai bahannya.
b. Nilai Nominal, yakni nilai yang tercetak/tercantum pada uang tersebut.
c. Nilai Tukar, yakni nilai daya tukarnya. Misal Rp500.00 nilai tukarnya
bisa permen, Rp10.000.00 nilai tukarnya bisa bisa sepiring nasi.
2. Uang Kertas, yakni jenis uang yang terbuat dari bahan kertas. Uang jenis
ini hanya mempunyai nilai nominal dan nilai tukar yang tinggi, sedangkan
nilai intrinsiknya tidak. Begitu juga pada zaman sekarang, uang logam
dibuat dengan logam biasa sehingga nilai intrinsiknya tidak sebanding
dengan nilai nominalnya

Anda mungkin juga menyukai