KAJIAN PUSTAKA
6
7
bukan hanya satu atau dua aspek saja. Perubahan itu meliputi aspek kognitif ,afektif dan
motorik.
3. Pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ketiga ini mengandung makna bahwa
pembelajaran itu merupakan suatu aktivitas yang berkesinambungan didalam aktivitas itu
terjadi adanya tahapan-tahapan aktivitas yang sistematis dan terarah.
4. Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan adanya
suatu tujuan yang akan dicapai. Prinsip ini mengandung makna bahwa pembelajaran itu
terjadi karena adanya kebutuhan yang harus di puaskan dan adanya tujuan yang ingin dicapai.
Belajar tidak akan efektif tanpa adanya dorongan dan tujuan.
5. Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah
kehidupan melalui situasi yang ternyata dengan tujuan tertentu, pembelajaran merupakan
bentuk interaksi individu dengan lingkungannya sehingga banyak memberikan pengalaman
diri situasi nyata.
Kelima prinsip yang menjadi landasan pengertian pembelajaran tersebut sebagai
kondisi pembelajaran yang berkualitas. Sudjana (1991:5) mengatakan bahwa kondisi
pembelajaran yang berkualitas dipengaruhi oleh beberapa faktor tujuan pengajaran yang
jelas, bahan pengajaran yang memadai, metodologi pengajaran yang tepat dan cara penilaian
yang baik. Di dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yaitu
metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar, dimana metode
mengajar dan media pengajaran ini merupakan salah satu lingkungan belajar yang di
kondisikan oleh guru dan dapat memberikan motivasi dalam mengikuti pelajaran.
1. Pendekatan Kontruktivisme
Pendekatan kontruktivisme adalah pendekatan pembelajaran yang mengajak siswa
untuk berpikir dan mengkonstruksi dalam memecahkan suatu permasalahan secara bersama-
sama sehingga didapatkan suatu penyelesaian yang akurat.
2. Pendekatan Deduktif-Induktif
Pendekatan Deduktif adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya dari penalaran
induktif. Deduktif adalah cara berfikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik
suatu kesimpulan yang bersifat umum. Pendekatan Induktif adalah pendekatan dimana cara
berfikir ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat
individual.
3. Pendekatan Konsep dan Proses
Pendekatan Konsep adalah dimana guru memberikan konsep tertentu kepada siswa,
lebih kepada konsepnya saja.Sedangkan pendekatan proses adalah dimana siswa diberikan
keleluasaan untuk mencari konsep itu sendiri.
4. Pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat
Pendekatan Sains, Teknologi dan Mayarakat adalah belajar mengajarkan sains dan
teknologi dalam konteks pengalaman dan kehidupan sehari-hari, dengan fokus isu-
isu/masalah-masalah yang sedang dihadapi masyarakat, baik bersifat lokal,regional, maupun
global yang bersifat memiliki komponen sains dan teknologi.
9
5. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yangg
dimiliknya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Dari lima pendekatan diatas dalam penelitian ini akan lebih mendalami pada
pendekatan kontekstual.
5. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan merupakan proses pembelajarn dengan memperagakan sesuatu sebagai
contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang
dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran
yang telah dilalui.
7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)
Penilaian Nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi
tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa.
Setelah diamati dari dua ahli tersebut maka bisa disimpulkan bahwa asas asas
pendekatan pembelajaran kontekstual itu sama hanya ada sedikit perbedaan dalam
pngertiannya. Ada 7 asas yaitu : Kontruktivisme, Inkuiry, Bertanya, Masyarakat bertanya,
Pemodelan, Refleksi, dan yang terakhir penilaian nyata. Ketujuh asas itu yang melandasi
proses pembelajaran.
2.1.2.2 Karakteristik pembelajaran kontekstual
Nurhadi (dalam Muslich, 2009) mendiskripsikan karakteristik pembelajaran
kontekstual dengan cara menderetkan sepuluh kata kunci, yaitu: Kerja sama, Saling
menunjang, Menyenangkan tidak membosankan, Belajar dengan gairah, Pembelajaran
terintegrasi, Menggunakan berbagai sumber, Siswa aktif, Sharing dengan teman, Siswa kritis,
dan Guru kreatif
Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2005 : 109) ada lima karakteristik pembelajaran
dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL, yaitu :
1. Dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah
ada (activiting knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan
yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah
pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
2. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan
menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan
cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan,
kemudian memerhatikan detailnya.
3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang
diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara
14
meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan
tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.
4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge)
artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam
kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.
5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan
pengetehauan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan
penyempurnaan strategi.
Jadi bisa disimpulkan karakteristik CTL yang mendasar adalah pembelajaran harus
selalu melakukan refleksi agar dalam pembelajaran agar pembelajaran bersifat
menyenangkan dan menggairahkan sehingga siswa akan aktif dan bersifat kritis dan guru
akan menjadi lebih kreatif.
2.1.2.3 Tujuan Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang
lebih bermakna, secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari suatu permasalahan ke
permasalahan lain dan dari satu konteks kekonteks lainnya. Transfer dapat juga terjadi di
dalam suatu konteks melalui pemberian tugas yang terkait erat dengan materi pelajaran. Hasil
pembelajaran kontekstual diharapkan dapat lebih bermakna bagi siswa untuk melaksanakan
pengamatan serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya (Depdiknas,
2007:4)
2.1.2.4 Langkah – langkah CTL dalam Pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran CTL menurut Wina Sanjaya (2011:124) :
A. Pendahuluan
1. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses
pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
d. Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap
siswa.
B. Inti
Di lapangan
1) Siswa melakukan observasi keluar kelas sesuai dengan pembagian tugas
kelompok
2) Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan sesuai dengan alat observasi
yang telah mereka tentukan sebelumnya.
Di dalam kelas
1) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya
masing-masing.
2) Siswa melaporkan hasil diskusi.
3) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok
yang lain.
C. Penutup
1. Kegiatan Awal
- Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran.
- Apersepsi, sebagai penggalian pengetahuan awal siswa terhadap materi yang
akan diajarkan.
- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok materi yang akan
dipelajari
- Penjelasan tentang pembagian kelompok dan cara belajar.
16
2. Kegiatan Inti
Sedangkan menurut Winkel (Purwanto, 2011:45) hasil belajar adalah perubahan yang
mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Menurut Winkel
(Soedjijarto ,2011:46) hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh mahasiswa
dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.
Sedangkan menurut Purwanto (2011 : 44) Hasil belajar adalah dengan memahami dua kata
yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil menunjuk pada suatu
aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Begitu pula
dengan kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah perilakunya
dibanding sebelumnya.
Dengan memperhatikan berbagai teori diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar. Akibat dari belajar itu mendapatkan hasil
yaitu bisa dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Menurut Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan
enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:
a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan
tersimpan dalam ingatan.Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian
kaidah, teori, prinsip, atau metode.
b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang
dipelajari.
c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk
menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.
d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian
sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah
menjadi bagian yang telah kecil.
e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.
f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal
berdasarkan kriteria tertentu.misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.
Berdasarkan uraian enam jenis ranah di atas, dalam penelitian ini tekanannya adalah
jenis ranah pengetahuan, dan pemahaman. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan
evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat
kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
18
niaga, serta sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan
bahasa media massa.
Pada bagian kedua penggunaan bahasa Indonesia pasal 26 UU RI No 24 th 2009 “
Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam peraturan perundang-undangan”. Dalam pasal 29
ayat (1) “ Bahasa Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan
nasional. Ayat (2) Bahasa pengantar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menggunakan bahasa asing untuk tujuan yang mendukung kemampuan berbahasa asing
peserta didik. Dan ayat (3) mengatakan bahwa “ Penggunaan Bahasa Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat(1) tidak berlaku untuk satuan pendidikan asing atau satuan pendidikan
khusus yang mendidik warga negara asing.” Di dalam pasal 30 “ Bahasa Indonesia wajib
digunakan dalam pelayanan administrasi publik di Instansi pemerintahan. Sedangkan dalam
pasal 35 ayat (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam penulisan karya ilmiah dan
publikasi karya ilmiah di Indonesia.
Setelah membaca dari beberapa pasal diatas , bisa disimpulkan bahwa bahasa
Indonesia mempunyai arti penting dalam Indonesia.
2.3.3 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
Menurut Budhi Setiawan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia antara lain :
1. Konsep Dasar Kedudukan dan fungsi bahasa
Kedudukan dan fungsi bahasa yang diapakai oleh pemakainya perlu dirumuskan
secara eksplisit, sebab kejelasan „label‟ yang diberikan akan mempengaruhi masa depan
bahasa yang bersangkutan.
2. Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
Kehadiran bahasa Indonesia mengikuti perjalanan sejarah yang panjang. Perjalanan
itu dimulai sebelum kolonial masuk ke bumi Nusantara, dengan bukti-bukti prasasti yang ada.
Misalnya: Sumpah pemuda, karang brahi serta batu nisan di aceh. Bahasa Indonesia sebagai
lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia memancarkan nilai nilai sosial budaya luhur
bangsa Indonesia.
3. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara/resmi
Sebagaimana kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara/resmi pun mengalami perjalanan sejarah yang panjang.
21
Sedangkan fungsi pembelajaran bahasa Indonesia adalah merupakan salah satu alat
penting untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional, antara lain:
1. Menanamkan, memupuk, dan mengembangkan perasaan satu nusa, satu bangsa, dan
satu bahasa,
2. Memupuk dan mengembangkan kecakapan berbahasa Indonesia lisan dan tulisan,
3. Memupuk dan mengembangkan kecakapan berpikir dinamis, rasional, dan praktis,
4. Memupuk dan mengembangkan ketrampilan untuk memahami, mengungkapkan dan
menikmati keindahan bahasa Indonesia secara lisan maupun tulisan
(Depdikbud,1995/1996:2).
2.3.6 Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar Bahasa Indonesia yang hendak dicapai dalam proses
pembelajaran telah tercantum dalam kurikulum yang sekarang digunakan yaitu kurikulum SD
2006, walaupun guru harus menjabarkan lebih dahulu menjadi tujuan-tujuan yang lebih
khusus yang disebut indikator.
Adapun kompetensi dasar Bahasa Indonesia yang digunakan dalam penelitian ini
sesuai dalam buku kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI oleh Refandi (2006:47)
terlihat pada tabel 2.1 dibawah ini:
Dalam penelitian ini terkait dengan SK-KD 8.1. dengan materi pokok/Pembelajaran
yaitu tentang Mendeskripsikan Ciri-Ciri Tumbuhan.
2.3.7 Menulis
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD itu mencakup aspek mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis. Menulis merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam
seluruh proses belajar yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Menulis
merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan catatan atau informasi pada suatu media
dengan menggunakan aksara (Wikipedia Indonesia, 2006).Menulis memerlukan keterampilan
23
gambar-gambar tersebut. Sebagai kreasi dalam pelajaran, anak-anak dapat menulis deskripsi
tentang binatang-binatang dan memasangkannya dengan foto binatang yang tersedia.
2.4.Media Pembelajaran
2.4.1 Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan
pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga
dapat mendorong terjadinya proses belajar. Sedangkan Ali (1992) berpendapat bahwa “Media
adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat memberikan rangsangan
untuk belajar”. Heinich, Molenida, dan Russel (1993) juga memberikan pendapatnya bahwa
“teknologi atau media pembelajaran sebagai penerapan ilmiah tentang proses belajar pada
manusia dalam tugas praktis belajar mengajar”.
Jadi dari beberapa pendapat di atas bisa disimpulkan bahwa media adalah sebuah
alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan pembelajaran.
2.4.2 Jenis-jenis Media Pembelajaran
Menurut Heinich and Molenda (2009) ada enam jenis dasar dari media
pembelajaran, yaitu :
1) Teks
Teks merupakan elemen dasar dalam menyampaikan suatu informasi yang
mempunyai berbagai jenis dan bentuk tulisan yang berupaya memberi daya tarik dalam
penyampaian informasi.
2) Media audio
Membantu menyampaikan maklumat dengan lebih berkesan dan membantu
meningkatkan daya tarikan terhadap sesuatu persembahan. Jenis audio termasuk suara latar,
musik, atau rekaman suara, dan lainnya.
3) Media Visual
Media yang dapat memberikan rangsangan-rangsangan visual seperti gambar/photo,
sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, papan buletin, dan lainnya.
4) Media proyeksi gerak
Termasuk di dalamnya film gerak, fil gelang, program, TV, video kaset (CD, VCD,
atau DVD).
5) Benda-benda tiruan/miniatur
Termasuk di dalamnya benda-benda tiga dimensi yang dapat disentuh dan diraba
oleh siswa. Media ini dibuat untuk mengatasi keterbatasan baik obyek maupun situasi
sehingga proses pembelajaran tetap berjalan dengan baik.
25
6) Manusia
Termasuk di dalamnya guru, siswa, atau pakar/ahli di bidang/ materi tertentu. Dalam
penelitian ini media gambar termasuk dalam media visual.
2.4.3 Fungsi Media Pembelajaran
Levie dan Lentz (2012), media pembelajaran memiliki 4 fungsi yaitu :
1. Fungsi atensi
Dalam fungsi atensi, media visual dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa
untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang
ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
2. Fungsi afektif
Media visual dapat diamati dari tingkat “kenikmatan” siswa ketika belajar
(membaca) teks bergambar. Dalam hal ini gambar atau simbol visual dapat menggugah emosi
dan sikap siswa.
3. Fungsi kognitif
Media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa
gambar atau lambang visual dapat mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran untuk
memahami dan mengingat pesan/informasi yang terkandung dalam gambar atau lambang
visual tersebut.
4. Fungsi kompensatoris
Media pembelajaran adalah memberikan konteks kepada siswa yang kemampuannya
lemah dalam mengorganisasikan dan mengingat kembali informasi dalam teks.
Jadi media pembelajaran mempunyai fungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah
dan lambat dalam menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dalam bentuk
teks.
2.4.4 Media gambar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 329) Gambar adalah tiruan barang,
binatang, tumbuhan, dan sebagainya. Hamalik (dalam Subhan:2003) dalam media pendidikan
yang menyatakan bahwa media gambar juga dapat digunakan baik oleh perseorangan
maupun kelompok.
Maka dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa media gambar
mempunyai beberapa keunggulan yaitu : bersifat konkrit, dapat mengatasi keterbatasan
pengamatan, murah dan dapat digunakan untuk perseorangan atau kelompok.
Media gambar sangat berhubungan dengan pendekatan kontekstual karena media
gambar dapat digunakan sebagai salah satu media untuk meningkatkan ketrampilan. Di dalam
26
pendekatan kontekstual model ada beberapa komponen salah satunya modeling (pemodelan)
yaitu dalam sebuah pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa
ditiru. Model itu bisa berupa gambar yang dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.
2.5.Hasil-hasil Penelitian yang Relevan
Adapun Pembelajaran dengan model CTL ini juga pernah diteliti oleh Ery Retnaning
Wilujeng (2010). Hasil penelitiannya yaitu sebagai berikut: Penilitian ini dilatar belakangi
oleh (1). guru hanya ceramah, sedangkan siswa hanya mendengar dan mencatat apa yang
dikatakan guru, (2). proses pembelajaran menjadi membosankan dan siswa menjadi kurang
aktif, (3). hasil belajar siswa kelas II yang masih dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal). Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) di kelas II
SDN Klampis Ngasem IV No. 560 Surabaya. Upaya yang dilakukan peneliti untuk
memecahkan masalah tersebut yaitu dengan cara Penerapan Pendekatan CTL (Contextual
Teaching and Learning) Dalam Pembelajaran Tematik Tema Lingkungan Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II SDN Klampis Ngasem IV No. 560 Surabaya”.
Dalam kegiatan pembelajaran CTL penulis memadukan mata pelajaran Bahasa Indonesia
dengan IPA. Dalam penelitian diperoleh hasil bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa
sebesar 11,25% dari 64,29% pada siklus I naik menjadi 85,71% pada siklus II. Selain itu,
hasil penelitian juga menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan CTL dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik tema lingkungan.
2.6 Kerangka Berfikir
Masalah rendahnya prestasi belajar siswa Kelas 2 SDN 01 Dukuh 1 Salatiga dalam
mendeskripsikan pekerjaan di lingkungan sekitar dengan bahasa tulis pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia ditindaklanjuti oleh guru dengan mengadakan penelitian tindakan kelas
(PTK). Dalam hal ini, siswa diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran dalam
mendeskripsikan tumbuhan dengan bahasa tulis menggunakan media gambar
tumbuhan.Penelitian tindakan kelas (PTK) tersebut dilakukan dalam dua siklus.Setiap siklus
terdiri dari perencaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) tersebut, dilakukan dengan suatu
pembelajaran yang inovatif dan diyakini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas 2
SDN Dukuh 01 Salatiga.Pembelajaran inovatif dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
Kontekstual, dengan media berupa gambar sebagai media dalam pembelajaran individu siklus
I dan siklus II. Media yang digunakan dalam penelitian PTK ini dilakukan untuk merangsang
keaktifan siswa dalam bertanya jawab tentang hal-hal yang berkaitan dengan gambar, serta
27
untuk meningkatkan kreatifitas siswa dalam menulis puisi deskripsi. Selain itu juga sebagai
alat bantudalam meningkatkan kemampuan siswa dalam medeskripsikan tumbuhan dalam
bentuk tulisan. Dengan penelitian tindakan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa dengan nilai rata-rata kelas dalampencapaian tujuan tersebut di atas 75 dan
dalam pembelajaran menulis setiap siswa diharapkan dapat memperoleh nilai di atas Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) bahasa Indonesia aspek menulis Kelas 2 semester II yang telah
dibuat dan ditentukan oleh SDN Dukuh 01 Salatiga, yakni 75.
Rendahnya hasil berlajar
Bahasa Indonesia
Pendekatan
pembelajaranKontekstual
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir Penelitian
28
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, diduga melalui pendekatan
Kontekstual dengan menggunakan media gambar yang dilaksanakan dapat meningkatkan
hasil belajar keterampilan menulis siswa Kelas 2 SDN Dukuh 01 Salatiga.
2.7. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan paparan diatas,penulis mengajukan hipotesis tindakan sebagai berikut:
Melalui pendekatan Kontekstual dengan menggunakan media gambar diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar keterampilan menulis siswa Kelas 2 SDN Dukuh 01 Salatiga
Semester II tahun pelajaran 2014/2015.