Anda di halaman 1dari 19

makalah metode pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang masalah:


Saat ini kurikulum pendidikan di Indonesia sudah semakin berkembang. Banyak tuntutan
masyarakat kepada para guru atau penyelenggara pendidikan. Saat ini, guru dituntut untuk lebih
inovatif dan kreatif dalam menentukan/memilih metode pembelajaran yang digunakan, yang
tentunya harus disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa
terutama dalam pembelajaran Fisika.
            Salah  satu kegiatan  pendidikan  adalah  menyelenggarakan proses belajar  mengajar. 
Winkel  (dalam  Darsono  dkk,  2000)  mengungkapkan pengertian  belajar  sebagai  suatu 
aktivitas  mental  /  psikis  yang  berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan perubahan dalam pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Belajar dapat
membawa perubahan dan perubahan  itu  pada  pokoknya adalah diperoleh kecakapan baru
melalui suatu usaha.
            Di dalam proses belajar mengajar tercakup komponen, pendekatan, dan berbagai metode
pengajaran yang dikembangkan dalam proses tersebut. Tujuan utama diselenggarakannya proses
belajar adalah demi tercapainya tujuan pembelajaran. Dan tujuan tersebut utamanya adalah
keberhasilan siswa dalam belajar dalam rangka pendidikan baik dalam suatu mata pelajaran
maupun pendidikan pada umumnya. Jika guru terlibat di dalamnya dengan segala macam metode
yang dikembangkannya maka yang berperan sebagai pengajar berfungsi sebagai pemimpin
belajar atau fasilitator belajar, sedangkan siswa berperan sebagai pelajar atau individu yang
belajar. Usaha-usaha guru dalam proses tersebut utamanya adalah membelajarkan siswa agar
tujuan khusus maupun umum proses belajar itu tercapai.

            Usaha-usaha guru dalam mengatur dan menggunakan berbagai variabel pengajaran
merupakan bagian penting dalam keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan.
Karena itu maka pemilihan metode, strategi dan pendekatan dalam situasi kelas yang
bersangkutan sangat penting. Upaya pengembangan strategi mengajar tersebut berlandas pada
pengertian bahwa mengajar merupakan suatu bentuk upaya memberikan bimbingan kepada
siswa untuk melakukan kegiatan belajar atau dengan kata lain membelajarkan siswa seperti
disebut di atas. Dan sini tercermin suatu pengertian bahwa belajar tidak semata-mata berorientasi
kepada hasil, melainkan juga berorientasi kepada proses. Kualitas proses akan memberikan iur
dalam menentukan kualitas hasil yang dicapai.

Dalam belajar, proses belajar terjadi dalam benak siswa. Jelas bahwa faktor siswa sangat
penting di samping faktor lain. Kepentingannya dapat ditinjau dar proses terjadinya perubahan,
karena salah satu hakikat belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku seseorang berkat
adanya pengalaman. Perubahan itu akan memberikan hasil yang optimal jika perubahan itu
memang dikehendaki oleh yang belajar, bermakna bagi siswa (menurut Ausubel) Dengan kata
lain proses aktif dan orang yang belajar dalam rangka tujuan tersebut merupakan faktor sangat
penting. Demikian maka belajar aktif akan memberikan hasil yang lebih bermakna bagi
tercapainya tuiuan dan tingkat kualitas hasil belajar tersebut.

Pada umumnya guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam  mengajar  karena 
mudah  dilakukan dan  cepat.  Bertumpunya  proses belajar  mengajar  pada  guru  menimbulkan
kurang  tumbuh berkembangnya sikap kemandirian belajar pada anak, sebab anak akan
cenderung menganggap dirinya  tergantung  pada  guru dan  sekolah  dalam  belajar.  Tanpa 
guru dan sekolah, siswa merasa tidak dapat belajar dan tidak perlu belajar secara teratur.

Kurangnya pemahaman mengenai metode dan pentingnya memilih metode yang tepat
dalam pembelajaran menjadi suatu kendala yang selalu ada dalam proses belajar mengajar. Mata
pelajara fisika saat ini sering dijadikan momok oleh siswa –siwa smp maupun sma sehingga
perlu dilakukan perubahan cara mengajar yang baik , sehingga siswa lebih mudah
menerima/menangkap pelajaran fisika dengan baik dan menyenangkan.
           
Perumusan masalah
            Berdasarkan leber belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1.      Apa itu metode pembelajaran?
2.      Apa saja jenis –jenis metode pembelejaran?
3.      Bagaimana aplikasi metode proyek efektif diterapkan dalam pembelajaran fisika?
4.      Bagaimana aplikasi metode diskusi efektif diterapkan dalam pembelajaran fisika?
5.      Bagaimana aplikasi metode tugas proyek efektif diterapkan dalam pembelajaran fisika?
6.      Bagaimana aplikasi metode team teaching proyek efektif diterapkan dalam pembelajaran fisika?
7.      Bagaimana aplikasi metode karya wisata proyek efektif diterapkan dalam pembelajaran fisika?
8.      Bagaimana aplikasi metode historis efektif diterapkan dalam pembelajaran fisika?
9.      Bagaimana aplikasi metode problem solving proyek efektif diterapkan dalam pembelajaran
fisika?
           

Tujuan penulisan masalah


a)      Untuk mengetahui apa itu metode pembelajaran?
b)      Untuk mengetahui  apa saja jenis –jenis metode pembelejaran?
c)      Untuk memahami bagaimana aplikasi metode proyek efektif diterapkan dalam pembelajaran
fisika?
d)     Untuk memahami bagaimana aplikasi metode diskusi efektif diterapkan dalam pembelajaran
fisika?
e)      Untuk memahami bagaimana aplikasi metode tugas proyek efektif diterapkan dalam
pembelajaran fisika?
f)       Untuk memahami bagaimana aplikasi metode team teaching proyek efektif diterapkan dalam
pembelajaran fisika?
g)      Untuk memahami bagaimana aplikasi metode karya wisata proyek efektif diterapkan dalam
pembelajaran fisika?
h)      Untuk memahami bagaimana aplikasi metode historis efektif diterapkan dalam pembelajaran
fisika?
i)        Untuk memahami bagaimana aplikasi metode problem solving proyek efektif diterapkan dalam
pembelajaran fisika?
BAB II
DASAR TEORI DAN PEMBAHASAN
Kajian teori
Metode merupakan langkah – langkah prosedural yang spesifik dan sistematis untuk mencapai
tujuan tertentu. Metode mengajar merupakan sekumpulan prinsip – prinsip yang terkoordinir,
terencana, dilakukan secara sadar, teratur, sistemik dan sistematis untuk melaksanakan
pengajaran. Pembelajaran, Menurut Usman ( 2000 : 4 ) “ … proses pembelajaran merupakan
suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan
timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu” Proses
pembelajaran merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam
pembelajaran yang satu sama lain saling berhubungan dalam sebuah rangkaian untuk mencapai
tujuan. Menurut Sudjana ( 1989 : 30 ) yang termasuk dalam komponen pembelajaran adalah “
tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian “Metode mengajar yang digunakan guru hampir
tidak ada yang sisa-sia, karena metode tersebut mendatangkan hasil dalam waktu dekat atau
dalam waktu yang relatif lama.
Hasil yang dirasakan dalam waktu dekat dikatakan seabagi dampak langsung (Instructional
effect) sedangkan hasil yang dirasakan dalam waktu yang reltif lama disebut dampak pengiring
(nurturant effect) biasanya bekenaan dengan sikap dan nilai.
Didalam proses kegiatan pembelajaran ada beberapa jenis metode pembelajaran, diantaranya
sebagai berikut :
1.      Metode diskusi
2.      metode pemberian tugas
3.      metode pemecahan masalah
4.      metode proyek
5.      metode karya wisata
6.      metode kerja kelompok dan
7.       metode historis

1.         Metode Proyek


Metode ini berangkat dari pemikiran Jhon Dewey tentang metode pemecahan masalah dan
dikembangkan oleh Kilpatrick dalam bentuk metode proyek. Istilah proyek telah dipakai dalam
latihan kerja tangan pada awal 1920, dan menunjuk pada setiap masalah praksis yang melibatkan
penggunaan fisik untuk menghasilkan suatu produk. Pada waktu metode proyek digunakan
dalam bidang pertanian dan kerajinan keluarga, metode proyek Kilpatrisk tidak hanya sekedar
sebuah teknik canggih, tetapi merupakan sebuah filsafat pendidikan yang diterjemahkan dalam
sebuah metode. Metode proyek sebagian berakar pada reaksi Kilpatrick terhadap tidak
dipergunakannya metode pemecahan masalah oleh banyak guru, yang lebih ditekankan dalam
pembelajaran dengan menggunakan cara-cara yang konvensional. Adapun metode pemecahan
masalah dari Jhon Dewey, yang mengartikan pendidikan adalah hidup, pertumbuhan, suatu
rekonstruksi terus-menerus dari pengalaman yang terakumulasi, dan suatu proses sosial.
Langkah-langkahnya terdiri atas,
a.         Penyadaran masalah
b.         Perumusan masalah
c.         Pengumpulan data
d.        Penyusunan hipotesis
e.         Pembuktian.
Untuk lebih memantapkan pengetahuan yang telah diajarkan,pengetahuan tersebut
hendanknya diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan kata lain, siswa diminta untuk
menghubungkan sebanyak mungkin pengetahuan yang diperolehnya. Metode yang
memungkinkan terlaksananya metode hal-hal itu adalah metode proyek. Adapun yang dimaksud
dengan metode proyek ialah salah satu cara pemberian pengalaman belajar dengan
menghadapakan anak dengan persoalan sehari- hari yang harus dipecahkan secara berkelompok.
Menurut hasil penelitian terdapat hubungan yang erat antara proses memperoleh pengalaman
yang sebenarnya dengan pendidikan . Oleh karena itu, pendidikan bagi anak didik harus
diintegrasikan dengan lingkungan kehidupan anak yang banyak menghadapkan anak dengan
pengalaman langsung. Lingkungan kehidupan sebagai pribadi dan terutama lingkungan
kehidupan anak dalam kelompok, banyak memberikanpengalaman bagaimana cara melakukan
sesuatu yang terdiri atas serangkaiantingkah laku yang dimaksud. Metode proyek ini juga
memungkinkan peserta didik memperluas wawasan pengetahuannya dalam bidang studi tertentu,
memungkinkan minat peserta didik tersalurkan, peserta didik dilatih menelaah dan memandang
suatu materi pelajaran dalam konteks yang lebih luas. Prinsip dalam metode proyek adalah
membahas sesuatu tema ditinjau dari berbagai bidang studi sehingga terbentuk suatu kaitan yang
serasi dan logis antara pokok bahasan sebagai bidang study. Prinsip dari metode proyek ialah
membahas suatu tema ditinjau dariberbagai mata pelajaran sehingga terbentuk suatu kaitab yang
serasi dan logisantara pokok bahasan mata pelajaran

a.         Metode diskusi


Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi melalui penugasan siswa
untuk melakukan suatu pekerjaan. Pemberian tugas dapat secara individual atau
kelompok. Pemberian tugas untuk setiap siswa atau kelompok dapat sama dan dapat pula
berbeda. Agar pemberian tugas dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran, maka: 1)
tugas harus bisa dikerjakan oleh siswa atau kelompok siswa, 2) hasil dari kegiatan ini dapat
ditindaklanjuti dengan presentasi oleh siswa dari satu kelompok dan ditanggapi oleh siswa dari
kelompok yang lain atau oleh guru yang bersangkutan, serta 3) di akhir kegiatan ada kesimpulan
yang didapat.
Suatu diskusi dinilai menunjang keaktifan siswa bila diskusi itu melibatkan semua anggota
diskusi dan menghasilkan suatu pemecahan masalah.
Jika metoda ini dikelola dengan baik, antusiasme siswa untuk terlibat dalam forum ini sangat
tinggi.
Tata cara dalam metode diskusi ini adalah sebagai berikut:
1.      Harus ada pimpinan diskusi
2.      Topik yang menjadi bahan diskusi harus jelas dan menarik
3.      Peserta diskusi dapat menerima dan memberi
4.      Suasana diskusi tanpa tekanan.
Metode proyek adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada anak didik
untuk menggunakan unit-unit kehidupan sehari-hari sebagai bahan pelajarannya. Bertujuan agar
anak didik tertarik untuk belajar.

2.      Metode pemberian tugas


Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi melalui penugasan siswa
untuk melakukan suatu pekerjaan. Pemberian tugas dapat secara individual atau kelompok.
Pemberian tugas untuk setiap siswa atau kelompok dapat sama dan dapat pula berbeda.
Agar pemberian tugas dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran, maka:

1.      Tugas harus bisa dikerjakan oleh siswa atau kelompok siswa
2.      Hasil dari kegiatan ini dapat ditindaklanjuti dengan presentasi oleh siswa dari satu kelompok dan
ditanggapi oleh siswa dari kelompok yang lain atau oleh guru yang bersangkutan, serta
3.      Di akhir kegiatan ada kesimpulan yang didapat.
Atau pemberian tugas ini dapat diartikan guru menyuruh anak didik misalnya membaca, tetapi
dengan menambahkan tugas-tugas seperti mencari dan membaca buku-buku lain sebagai
perbandingan, atau disuruh mengamati orang/masyarakatnya setelah membaca buku itu. Dengan
demikian, pemberian tugas adalah suatu pekerjaan yang harus anak didik selesaikan tanpa terikat
dengan tempat.

3.      Metode pemecahan masalah


Menurut Polya, pekerjaan pertama seorang guru fisika adalah mengarahkan seluruh
kemampuannya untuk membangun kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah. Mengapa
hal ini menjadi penting? Alasan pertama adalah karena siswa (bahkan guru, kepala sekolah,
orang tua, dan setiap orang) setiap harinya selalu dihadapkan pada suatu masalah, disadari atau
tidak. Karena itu pembelajaran pemecahan masalah sejak dini diperlukan agar siswa dapat
menyelesaikan problematika kehidupannya dalam arti yang luas maupun sempit. Dalam
pembelajaran fisika ini aspek pemecahan masalah menjadi semakin penting. Secara sistematis,
Taplin menegaskan pentingnya problem solving melalui tiga nilai yaitu fungsional, logikal, dan
aestetikal. Secara fungsional,  problem solving penting karena melalui problem solving maka
nilai fisika sebagai disiplin ilmu yang esensial dapat dikembangkan.
Lebih lanjut pentingnya problem solving juga dapat dilihat pada perannya dalam
pembelajaran. Stanic & Kilpatrick seperti dikutip McIntosh, R. & Jarret, D. (2000:8).  membagi
peran problem solving sebagai konteks menjadi beberapa hal:
1.         Untuk pembenaran pengajaran fisika.
2.         Untuk menarik minat siswa akan nilai fisika, dengan isi yang berkaitan dengan masalah
kehidupan nyata.
3.         Untuk memotivasi siswa, membangkitkan perhatian siswa pada topik atau prosedur khusus
dalam fisika dengan menyediakan kegunaan kontekstualnya (dalam kehidupan nyata).
4.         Untuk rekreasi, sebagai sebuah aktivitas menyenangkan yang memecah suasana belajar rutin.
5.         Sebagai latihan, penguatan keterampilan dan konsep yang telah diajarkan secara langsung
(mungkin ini peran yang paling banyak dilakukan oleh kita selama ini).
Problem solving sebagai konteks menekankan pada penemuan tugas-tugas atau masalah
yang menarik dan yang dapat membantu siswa memahami konsep atau prosedur fisika.
Walaupun secara umum para pendidik hanya terfokus pada materi fisika secara rumus. Ketika
menyinggung pembelajaran pemecahan masalah, namun sesungguhnya ada dua dimensi atau dua
“materi” yaitu: (1) pembelajaran fisika melalui model atau strategi pemecahan masalah, dan (2)
pembelajaran strategi pemecahan masalah itu sendiri. Pertama “pemecahan masalah” sebagai
strategi atau model atau pendekatan pembelajaran, sedang yang kedua “pemecahan masalah”
sebagai materi pembelajaran. Mengenai model atau pendekatan pemecahan masalah (problem
solving approach), maka berikut ini karakteristik khusus pendekatan pemecahan masalah (dalam
Taplin, 2000).
a.         Adanya interaksi antar siswa dan interaksi guru dan siswa.
b.         Adanya dialog fisis dan konsensus antar siswa.
c.         Guru menyediakan informasi yang cukup mengenai masalah, dan siswa mengklarifikasi,
menginterpretasi, dan mencoba mengkonstruksi penyelesaiannya.
d.        Guru menerima jawaban ya-tidak bukan untuk mengevaluasi.
e.         Guru membimbing, melatih dan menanyakan dengan pertanyaan-pertanyaan berwawasan dan
berbagi dalam proses pemecahan masalah.
f.          Sebaiknya guru mengetahui kapan campur tangan dan kapan mundur membiarkan siswa
menggunakan caranya sendiri.
g.         Karakteristik lanjutan adalah bahwa pendekatan problem solving dapat menggiatkan siswa
untuk melakukan generalisasi aturan dan konsep, sebuah proses sentral dalam fisika.

Metode pemecahan masalah atau problem solving merupakan cara mengajar dengan menberikan
motivasi kepada pserta didik untuk berpikir maju, menganalisa suatu persoalan sehingga
memnemukan jalan keluar atau pemecahan masalahnya. Dalam menggunakan metode ini
diharapkan peserta didik dapat :
1.      Berpikir kritis dan sisitematis
2.      Melatih dan membiasakan sikap hidup, bahwa setiap kesulitan pasti ada jalan keluar dan
pemecahannya jika dihadappi dengan sungguh – sungguh
3.      Belajar bertanggung jawab terhadap keputusan yang telah ditetapkan dalam memecahkan suatu
masalah.
4.      Belajar menganalisa suatu persoalan dari berbagai segi.
5.      Belajar bertindak atas dasar rencana ynag matang.
6.      Belajar menguji kebenaran dari suatu keputusan yang telah ditetapkan.
7.      Belajar bagaimana bertindak dalam situasi yang baru.
Dengan menggunakan metode ini diharapkan kepada siswa agar dapat berpikir logis dan analisis
terhadap suatu problem tersebut. Jadi metode ini merupakan ajang latihan bagi siswa untuk
mengemukakan argumentasinya dalam memecahkan suatu permasalahan.
Terdapat 3 ciri utama metode pembelajaran pemecahan masalah yaitu :

1.      Metode pemecahan masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam
implementasinya ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa. Metode ini tidak
mengharapkan siswa hanya sekedar mendengar, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran,
akan tetapi melalui metode pemecahan masalah ini diharapkan siswa dapat aktif berpiki,
berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan menyimpulkan.
2.      Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Metode ini menempatkan
masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya tanpa adanya masalah maka tidak
akan ada proses pembelajaran.
3.      Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir
dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpkir
ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui
tahapan – tahapan tertenttu, sedangakan empiris artinya proses penyelasaian masalah didasarkan
pada data dan fakta yang jelas.
4.      Metode kerja kelompok
Pembelajaran Metode Team Teaching merupakan strategi pembelajaran yang kegiatan
proses pembelajarannya dilakukan oleh lebih dari satu orang guru dengan pembagian peran yang
jelas dan tanggung jawab nyata masing-masing angota tim. Definisi ini sesuai dengan yang
dijelaskan oleh Martiningsih (2007) bahwa “Metode pembelajaran team teaching adalah suatu
metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai
tugas.

Tim pengajar atau guru yang menyajikan bahan pelajaran dengan metode mengajar beregu
menyajikan bahan pengajaran yang sama dalam waktu dan tujuan yang sama pula. Para guru
tersebut bersama-sama mempersiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil belajar siswa.
Pelaksanaan belajarnya dapat dilakukan secara bergilir dengan metode ceramah atau bersama-
sama dengan metode diskusi panel.

Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung pengertian bahwa
siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi
atas kelompok-kelompok kecil (subsub kelompok).

Kelompok bisa dibuat berdasarkan:

1.      Perbedaan individual dalam kemampuan belajar, terutama bila kelas itu sifatnya heterogin dalam
belajar.

2.      Perbedaan minat belajar, dibuat kelompok yang terdiri atas siswa yang punya minat yang sama.

3.      Pengelompokan berdasarkan jenis pekerjaan yang akan kita berikan.

4.      Pengelompokan atas dasar wilayah tempat tinggal siswa yang tinggal dalam satu wilayah yang
dikelompokkan dalam satu kelompokan sehingga memudahkan koordinasi kerja.
5.      Pengelompokan secara random atau dilotre, tidak melihat faktor-faktor lain.

6.      Pengelompokan atas dasar jenis kelamin, ada kelompok pria dan kelompok wanita.

Sebaiknya kelompok menggambarkan yang heterogin, baik dari segi kemapuan belajar maupun
jenis kelamin. Hal ini dimaksudkan agar kelompok kelompok tersebut tidak berat sebelah (ada
kelompok yang baik dan ada kelompok yang kurang baik). Kalau dilihat dari segi proses
kerjanya maka kerja kelompok ada dua macam, yaitu kelompok jangka pendek dan kelompok
jangka panjang. Kelompok jangka pendek, artinya jangka waktu untuk bekerja dalam kelompok
tersebut hanya pada saat itu saja, jadi sifatnya insidental, sedangkan  Kelompok jangka panjang,
artinya proses kerja dalam kelompok itu bukan hanya pada saat itu saja, mungkin berlaku untuk
satu periode tertentu sesuai dengan tugas atau masalah yang akan dipecahkan.

5.      Metode pembelajaran karya wisata


Metode karya wisata adalah metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengajak pserta
didik keluar kelas atau outdoor untuk dapat memperlihatkan hal – hal atau peristiwa yang ada
hubungannya dengan bahan materi pelajaran. Metode karya wisata dapat dipergunakan :
1.      Apabila pelajaran yang dimaksudkan untuk memberikan pengertian lebih jelas dengan alat
peraga langsung.
2.      Apabila akan membangkitkan penghargaan dan cinta terhadap tanah air dan lingkungan serta
menghargai ciptaan Tuhan.
3.      Apabila akan mendorong anak mengenal lingkungan dengan baik.
6.      Metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi melalui
pemecahan masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya sangat terbuka.
Suatu diskusi dinilai menunjang keaktifan siswa bila diskusi itu melibatkan semua anggota
diskusi dan menghasilkan suatu pemecahan masalah. Jika metoda ini dikelola dengan baik,
antusiasme siswa untuk terlibat dalam forum ini sangat tinggi. Tata caranya adalah sebagai
berikut: harus ada pimpinan diskusi, topik yang menjadi bahan diskusi harus jelas dan menarik,
peserta diskusi dapat menerima dan memberi, dan suasana diskusi tanpa tekanan.

Metode historis merupakan  metode pembelelajaran yang didasarkan pada kenyataan-


kenyataan sejarah. Artinya tekanan dalam penelitian ini terutama terhadap segi-segi latar-
belakng, pertumbuhan dan perkembangan, hukum-hukum sebab-akibat, yang merupakan ciri
khas dalam ilmu sejarah. Metode hstoris merupakan pemecahan masalah dengan menggunakan
data masa lalu atau peninggalan-peninggalan baik untuk memahami kejadian atau keadaan yang
berlangsung pada kejadian masa lalu terlepas dari kejadian masa sekarang maupun untuk
memahami kejadian atau keadaan masa sekarang dalam hubungannya dengan masa lalu,
selanjutnya kerap hasilnya digunakan untuk meramalkan kejadian atau peristiwa masa yang akan
datang.

PEMBAHASAN
Dalam melakukan proses  pembelajaran  guru dapat memilih  beberapa metode mengajar.
Metode mengajar  banyak  sekali jenisnya. Masing-masing metode  mempunyai  kelebihan  dan
kekurangan.  Kekurangan  suatu  metode dapat  ditutup dengan metode  yang  lain,  sehingga 
guru dapat menggunakan beberapa  metode  dalam  melakukan  proses  pembelajaran. 
Pemilihan  suatu metode  perlu memperhatikan  beberapa  hal  seperti  yang  disampaikan, 
tujuan pembelajaran, waktu yang tersedia, jumlah siswa, mata pelajaran, fasilitas dan kondisi 
siswa  dalam  pembelajaran  serta  hal-hal  yang  berkaitan  dengan keberhasilan siswa dalam
proses pembelajaran (Sumadi Suryabrata, 1993).
1.      Metode diskusi
Moedjiono, dkk (1996)  menyebutkan 
langkah-langkah  umum  pelaksanaan  diskusi  sebagai berikut ini.

a.  Merumuskan masalah secara jelas


b.  Dengan  pimpinan guru para siswa  membentuk  kelompok-kelompok diskusi, memilih
pimpinan diskusi (ketua, sekretaris,  pelapor), mengatur tempat  duduk,  ruangan, sarana, dan
sebagainya sesuai dengan tujuan diskusi. Tugas  pimpinan diskusi antara lain: (1) mengatur  dan
mengarahkan diskusi, (2) mengatur "lalu lintas" pembicaraan.
c.  Melaksanakan diskusi. Setiap anggota diskusi hendaknya tahu  persis apa yang akan
didiskusikan dan  bagaimana cara berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam  suasana bebas, setiap
anggota tahu bahwa mereka mempunyai  hak bicara yang sama.
d.  Melaporkan  hasil  diskusinya. Hasil-hasil  tersebut  ditanggapi  oleh semua siswa, terutama
dari kelompok  lain. Guru  memberi  alasan atau  penjelasan  terhadap  laporan tersebut.
e.  Akhirnya  siswa mencatat hasil diskusi, dan  guru  mengumpulkan laporan hasil diskusi dari
tiap kelompok. 
Budiardjo, dkk, 1994:20--23 membuat  langkah penggunaan metode diskusi melalui tahap-tahap
berikut ini.
1.      Tahap Persiapan
Beberapa hal yang perlu utuk diperhatikan dalam meode pembelajaran yitu.
a.  Merumuskan tujuan pembelajaran
b.  Merumuskan permasalahan dengan jelas dan ringkas.
c.  Mempertimbangkan karakteristik anak dengan benar.
d.  Menyiapkan kerangka diskusi yang meliputi: (1) menentukan dan merumuskan aspek-aspek
masalah,(2) menentukan alokasi waktu,(3) menuliskan garis besar bahan diskusi,(3) menentukan
format susunan tempat,(4) menetukan aturan main jalannya diskusi.
e.  Menyiapkan fasilitas diskusi, meliputi: (1) menggandakan bahan diskusi,(2) menentukan dan
mendisain tempat,(3) mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan.
2.  Tahap pelaksanaan
a.  Menyampaikan tujuan pembelajaran.
b.  Menyampaikan pokok-pokok yang akan didiskusikan.
c.  Menjelaskan prosedur diskusi.
d.  Mengatur kelompok-kelompok diskusi
e.  Melaksanakan diskusi.
3.Tahap penutup
Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah dilakuan hal-hal sebagai
berikut:
a.  Memberi kesempatan kelompok untuk melaporkan hasil.
b.  Memberi kesempatan kelompok untuk menanggapi.
c.  Memberikan umpan balik.
d.  Menyimpulkan hasil diskusi.

2.      Penggunaan metode karya wisata dalam kegiatan pembelajaran


Karya  wisata  sebagai  metode  mengajar  memerlukan  langkah-langkah yang  baik,  di 
antaranya;  persiapan  dan  perencanaan,  pelaksanaan  dan  tindak lanjut.
a.  Persiapan dan Perencanaan
Mempersiapkan  dan  merencanakan  karya  wisata  hendaknya  bersama-sama dengan anak-anak
sekalipun guru sudah mempunyainya. Hal-hal yang perlu dibicarakan bersama, diantaranya:
1)  Tujuan dan sasaran yang akan dituju.
2)  Aspek-aspek  atau  permasalahan  yang  akan  diselidiki.  Ada  baiknya apabila  dirumuskan 
pertanyaan-pertanyaan  yang  berkenaan  dengan materi pelajaran fisika dan aspek-aspek atau
masalah yang akan dicapai.
3)  Membaca  atau  mengumpulkan  informasi  berkenaan  dengan  karya wisata. 
4)  Terbentuknya  kelompok-kelompok  yang  akan  membahas  atau menyelidiki aspek-aspek
yang  telah dirumuskan. Setiap kelompokpun hendaknya membagi-bagi tugas lagi sehingga
setiap orang mempunyai tugas  yang  jelas.  Misalnya  ada  yang  harus  mengamati,
mengumpulkan, bahan-bahan, bertanya, mencatat, dan lain-lain.
5)  Membentuk petugas khusus bila perlu, misalnya  untuk menghubungi pengurus  yang  akan 
dikunjungi,  ketua  rombongan  atau  pemimpin kelompok baik untuk diskusi kelak.
6)  Waktu karya wisata supaya ditetapkan. 
b.  Pelaksanaan Karya Wisata
Karya  wisata  hendaknya  dilakukan  dengan  tertib.  Setiap  orang  supaya melakukan 
tugasnya,  baik  mengumpulkan  bahan  maupun  mencatat  yang kemudian akan di laporkan
kepada kelompok atau kelas. Mengerjakan tugas dapat dilakukan  perorangan  ataupun   
kelompok  kecil.  Setiap  orang  hendaknya mengecek tugasnya yang telah disiapkan sebelumnya
apakah telah dilakukan atau belum.
c.  Tindakan Lanjut 
Karya  wisata  tidak  berakhir  pada  waktu  meneliti  kemudian  membuat kesimpulan-
kesimpulan  tertulis,  melainkan  perlu  diikuti  dengan  suatu  tindak lanjut. Hal ini penting
karena apa yang diamati seseorang atau kelompok tertentu belum  tentu  diamati  yang  lain. 
Sedangkan  tujuan  karya  wisata  supaya  semua orang mengetahui semua aspek yang diselidiki.
Karena itu dalam tindak lanjut ini perlu ada presentasi atau  laporan.kelompok yang diikuti
dengan  tanya  jawab dan diskusi. Bahkan  ada  kalanya  seseorang  mendemonstrasikan  hasil 
penelitiannya. Juga  di  dalam  tindak  lanjut  ini  diadakan  penilaian  tentang  kegiatan  mereka,
apakah  karya  wisata  itu  berjalan  lancar,  tertib  dan  bermanfaat?  Kekurangan-kekurangan 
apa  yang  dirasakan  dan  bagaimana  kemungkinannya  untuk memperbaikinya.
3.      Penggunaan metode kerja kelompok dalam kegiatan pembelajaran
Untuk mencapai hasil yang baik, maka faktor yang harus diperhatikan dalam kerja kelompok
adalah:
1.      Perlu adanya motif (dorongan) yang kuat untuk bekerja pada setiap anggota.
2.      Pemecahan masalah dapat dipandang sebagai satu unit dipecahkan bersama, atau masalah
dibagi-bagi untuk dikerjakan masing-masing secara individual. Hal ini bergantung kepada
kompleks tidaknya masalah yang akan dipecahkan.
3.      Persaingan yang sehat antarkelompok biasanya mendoronganak untuk belajar.
4.      Situasi yang menyenangkan antar anggota banyak menentukan berhasil tidaknya kerja
kelompok.
Dalam kegiatan kerja kelompok ini siswa diberikan tugas atau beberapa permasalahan kemudian
dikerjakan atau diselesaikan secara bersama – sama dengan cara bekerjasama dengan anggota
kelompoknya.

4.      Metode historis


     Metode historis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu sebagai berikut.
a.         Untuk menggambarkan gejala-gejala yang terjadi pada masa lalu sebagai rangkaian peristiwa
yang berdiri sendiri, terbatas dalam kurun waktu pada masa lalu.
b.         Menggambarkan gejala-gejala masa lalu sebagai sebab suatu keadaan atau kejadian apada masa
sekarang sebagai akibat. Data masa lau itu digunakan sebagai informasi untuk memperjelas
keadaan masa sekarang sebagai rangkaian yang tidak terputus atau saling berhubungan satu sama
lain.
5.      Penggunaan metode pemberian tugas dalam kegiatan pembelajaran.
Metode pemberian tugas ini diaksudkan agar siswa dapat mangasah kemampuan penguasaan
materi. Dalam kegiatan ini guru memberikan tugas kepada siswa secara individu atau dapat
dilakukan secara kelompok. Misalnya guru memberikan tugas berupa mengerjakan soal – soal
pada buku kumpulan soal – soal. Kemudian siswa diminta untuk mengerjakan di depan kelas
atau jika perlu untuk melihat tingkat pengusaaan materi pada siswa, siswa dimi nta untuk
menerangkan hasil pekerjaannya kepada teman – temannya.
6.      Penggunaan metode pemecahan masalah dalam kegiatan pembelajaran.
Menurut Prim dan Tabasso (2005), langkah-langkah yang dilakukan dalam menerapkan metode
Prob/em Solving adalah:
1. Define the problem: this step identifies the operational environment, the project requirements,
the main functions, and also determines the Ideal Final Result (IFR),’
2. Model the problem: the problem shall be re-formulated according to the TRIZ approach,
describing the project requirements as a set of technical contradictions;
3. Analyze the problem: the technical contradictions shall be defined as a conflict between two
of the 39 available engineering parameters;
4. Solve the problem: the engineering parameters shall be used in the Contradiction Matrbc to
search inventive principles that suggest and guide to possible inventive solutions,’
5. Synthesis of the solution: the inventors shall use their creativity, technical knowledge and
experience to adapt one or more h’iventive principles making possible to develop inventive
solutions to reach the Ideal Final Result (IFR).

Dalam menggunakan metode ini, langkah awal yang dilakukan yaitu guru membagi kelas
menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok beranggotakan 4 – 5 orang siswa. Kemudian guru
memberikan sebuah permasalahan kepada semua kelompok. Setiap kelompok diharapkan dapat
mencari penyelesaian atau jalan keluar dari permasalahan yang telah diberikan oleh guru
tersebut. Didalam kegiatan kelompok inilah akan tampak kerjasama antara anggota kelompok
untuk mencari jalan keluar atau untuk mencari penyelesaian dari permasalahan tersebut.
Kemudian setelah siswa selesai melakukan diskusi bersama anggota kelompok, siswa diminta
untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya tentang penyelesaian dari permasalahan
tersebut didepan kelas, kemudian kelompok lain menanggapi.

7.      Penggunaan metode proyek dalam kegiatan pembelajaran


Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan unit –unit kehidupan sehari –
hari sebagai alat pelajarannya. Misalnya dalam hal ini siswa diberikan kesempatan untuk
menggunakan thermometer suhu badan untuk mengukur suhu badan seseorang siswa, dengan
begitu siswa dapat mengetahui berapa suhu badannya sekaligus dapat menggunakan termometer
dan kemnudian siswa menuliskan hasil pengukurannya sesuai dengan hasil ukurnya. Metode ini
bertujuan agar siswa tertarik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari permasalahan yang ada dapat disimpulkan bahwa :
1.      jenis – jenis metode pembelajaran, meliputi :
1.      Metode diskusi,
2.      Metode pemberian tugas,
3.      metode pemecahan masalah,
4.      metode proyek,
5.      metode karya wisata,
6.       metode kerja kelompok, dan
7.      metode historis
2.      metode diskusi dilaksanakn pada saat kelas sedang berlangsung. Dengan metode ini siswa
diharapkan dapat aktif menanggapi, menyampaikan pendapat dan mempunyai peran dalam
proses pembelajaran.
3.      Metode pemberian tugas dilakuakan melalui penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan.
Pemberian tugas dapat secara individual atau kelompok.  Dengan pemberian tugas siswa
diharapkan dapat menambah penguasaan materi. Pelaksanaannya yaitu ketika pembelajaran
sedang berlangsung maupun setelah pembelajaran selesai.
4.      Metode pemecahan masalah.
Metode ini dilaksanakan saat pembelajaran berlangsung dengan guru memberikan sebuah
permasalahan dan kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut.
5.      Metode karya wisata.
Metode ini dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung atau bisa dilaksanakan ketika
diluar jam pelajaran (misalnya seperti studi ilmiah ke luar kota). Siswa diberi kesempatan untuk
mengamati atau menggunakan benda atau alat yang sesuai dengan materi pelajaran.

6.      Metode kerja kelompok


Metode ini dilakukan ketika pembelajaran sedang berlangsung. Dengan guru membentuk kelas
menjadi beberapa kelompok. Kemudian guru memberikan tugas atau permasalahan kepada
setiap kelompok. Dimana penyelesaian masalah atau pengerjaan tugas tersebut dilkakukan secara
kerjasama antar anggota kelompok. Dengan menggunakan metode ini diharapkan siswa dapat
bekerjasama dengan baik dan kompak terhadap anggota kelompoknya.

7.      Metode hstoris merupakan pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalu atau
peninggalan-peninggalan baik untuk memahami kejadian atau keadaan yang berlangsung pada
kejadian masa lalu terlepas dari kejadian masa sekarang maupun untuk memahami kejadian atau
keadaan masa sekarang dalam hubungannya dengan masa lalu, selanjutnya kerap hasilnya
digunakan untuk meramalkan kejadian atau peristiwa masa yang akan datang. Metode ini dapat
dilaksanakan ketika pembelajaran berlangsung. Yaitu dengan guru menjelaskan suatu hokum
fisika dengan pemaparan secara kronologis penemuannya.

Daftar pustaka
Ahmadi, Abu dan Triprastya, Djoko. 1997 Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Ahmad Abu Hamid. 2011. Pembelajaran Fisika di Sekolah. Yogyakarta: P2IS FMIPA UNY.
Asri Erawati. 2008. Efektivitas Pembelajaran Problem Solving Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi
Siswa Kelas Viii Pada Konsep Struktur Dan Fungsi Tubuh Tumbuhan Di Smp Negeri I Wonokerto
Pekalongan Tahun Ajaran 2007/2008. Dalam http://etd.eprints.ums.ac.id/751/1/A420030113.pdf
diakses november 2011.
Depdiknas, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Pendidikan Lanjutan Pertama. (2003). Pendekatan
Kontekstual (Centered Teaching and Learning). Jakarta.
Knowles, M. 1975. Self Directed Learning. Chicago : Follet Publishing Company.
Sudjana, D. 2000. Strategi Pembelajaran. Bandung : Falah Production.
Supriyadi. 2008. Seri Strategi Dan Managemen Pembelajaran Fisika. Yogyakarta : Tempelsari Books
Co.
Toeti dan Sarifudin .1996.Model of Teaching.

Anda mungkin juga menyukai