Anda di halaman 1dari 21

Nama : Wibi Ernando

NPM : 6122220018

Program Studi : PJJ PVTM

Mata Kuliah : Teori Belajar dan Pembelajaran Kejuruan

Rangkuman Materi Topik 1 – Topik 7 (UTS)

TOPIK 1

Penjelasan mengenai kontark perkuliahan oleh Bapak Budiyanto, M.Pd.

16 x Pertemuan/sesi

Wajib Hadir 75 %

Nilai Hadir 10 %

Nilai UTS 15 %

Nilai UAS 30 %

Kuis 10 Kali (1 x hadir = 1 x Kuis)

NA = Kehadiran 55 % + UTS 15% + UAS 30 %


TOPIK 2

KAITAN ANTARA MODEL, PENDEKATAN, STRATEGI, METODE,


TEKNIK DAN TAKTIK PEMBELAJARAN

A. Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut


pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). Dari pendekatan
pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi
pembelajaran.

B. Strategi Pembelajaran

Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi


pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Variabel
strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu:

• Strategi Pengorganisasian (Organizational Strategy)

Merupakan cara untuk menata isi suatu bidang studi, da kegiatan ini berhubungan
dengan tindakan pemilihan isi/materi, penataan isi, pembukaan diagram, format dan
sejenisnya.

• Strategi Penyampaian (Delivery Strategy)

Merupakan cara untuk menyampaikan pembelajaran pada siswa dan/atau untuk


menerima serta merespon masukan dari siswa.

• Strategi Pengolahan (Management Strategy)


Merupakan cara untuk menata interaksi antar siswa dan variabel strategi
pembelajaran lainnya.

Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008)


menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan.
Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-
keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari
strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu:
(1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree
dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya,
strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan
strategi pembelajaran deduktif.

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk


mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.
Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something”
sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008).

Contoh dari strategi pembelajaran adalah strategi cooperative learning dan strategi
active learning.

C. Metode Pembelajaran

Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya:

1. Metode ceramah adalah metode yang lebih banyak dilakukan oleh guru
sementara anak didiknya bersifat pasif;
2. Metode demonstrasi adalah suatu metode yang menggunakan atau
memperlihatkan suatu proses, mekanisme, atau cara kerja suatu alat dengan
bahan pelajaran
3. Metode diskusi adalah metode yang bertujuan untuk memecahkan atau
menemukan solusi masalah yang ditemukan dalam mempelajari materi
pembelajaran.
4. Metode tanya jawab adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui
bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh anak didik.
5. Metode eksperimen adalah metode yang memberikan kesempatan kepada
anak didik baik perorangan ataupun perkelompok untuk melakukan suatu
percobaan di laboratorium atau lapangan guna membuktikan suatu teori atau
menemukan sendiri suatu pengetahuan baru bagi anak didik.
6. Metode pemberian tugas (resitasi) adalah metode yang menugaskan kepada
anak didik untuk mengerjakan sesuatu dengan tujuan memantapkan,
mendalami dan memperkarya materi yang sudah dipelajari.

D. Teknik Pembelajaran

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya


pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara
yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara
spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa
yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis
akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah
siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu
digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan
kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti
teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

E. Taktik Pembelajaran

Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan


metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan,
terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan
sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu
cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of
humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor,
tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat
menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau
kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan
tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan
menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat).

F. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran
dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk
di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain (Joyce, 1992).
Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarah kepada
desain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga
tujuan pembelajaran tercapai. Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000)
mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah: “Kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi
para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas
belajar mengajar.” Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen dan
Kauchak bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru
untuk mengajar.

Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi
Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok
model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan
informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku.
Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut
diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
TOPIK 3

PENGERTIAN BELAJAR MENURUT TEORI BEHAVIORISTIK

Menurut teori behavioristik, adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan
bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah
laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah laku.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau Input yang berupa stimulus
dan keluaran atau Output yang berupa respon. Dalam contoh di atas, stimulus
adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, misalnya daftar perkalian, alat
peraga, pedoman kerja, atau cara-cara tertentu, untuk membantu belajar siswa
terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Menurut teori behavioristik,
apa yang terjadi diantara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan
karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati hanyalah
stimulus dan respon. oleh sebab itu, apa saja yang diberikan guru (stimulus) dan
apa yang dihasilkan siswa (respon), semuanya harus dapat diamati dan diukur.
Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang
penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku. Faktor lain yang
dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement).
Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila
penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat,
begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) responpun akan tetap
dikuatkan.

Tokoh-tokoh Behaviorisme

Para tokoh aliran behaviorisme antara lain Thorndike, Skinner, Pavlov, Edwin R
Gutrie, dan Clark Hull.

1. Edward Lee Thorndike (1874 – 1949)


Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar
seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat
indera atau suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda
untuk mengaktifkan organisme untuk bereaksi atau berbuat. Sedangkan
respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang
dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan (akibat adanya
rangsangan). Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat
berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang
tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan
pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur
tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula
dengan teori koneksionisme. Menurut Thorndike, belajar merupakan
peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwaperistiwa yang
disebut stimulus (S) dengan respon (R) Thorndike mengemukakan bahwa
terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon ini mengikuti hukum-hukum
berikut:
1. Hukum kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme
memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku
tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung
diperkuat.
2. Hukum latihan (law of exercise), yaitu semakin sering suatu tingkah laku
diulang/dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.
3. Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung
diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika
akibatnya tidak memuaskan.

2. Burrhus Frederic Skinner (1904 – 1990)

Menurut Skinner hubungan antara stimulus, dan respon yang terjadi melalui
interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah
laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh sebelumnya.
Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-
stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu
akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki
konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya
mempengaruhi munculnya perilaku Skinner juga mengmukakan bahwa dengan
menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah
laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan
perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.

Prinsip-prinsip utama pandangan Skinner:

- Descriptive behaviorism, pendekatan eksperimental yang sistematis pada


perilaku yang spesifik untuk mendapatkan hubungan S-R. Pendekatannya
induktif. Dalam hal ini pengaruh Watson jelas terlihat.
- Empty organism, menolak adanya proses internal pada individu.
- Menolak menggunakan metode statistikal, mendasarkan pengetahuannya
pada subyek tunggal atau subyek yang sedikit namun dengan manipulasi
eksperimental yang terkontrol dan sistematis.

3. Teori Pavlov

Pada 1903 pavlov menerbikan hasil eksperimennya, berdasarkan eksperimen yang


sering disebut sebagai teori Pavlov atau pembiasaan klasikal (classical
conditioning). Pavlov merupakan seorang ilmuan besar di Rusia. Pada dasarnya
pembiasan klasikal adalah sebuah prosedur penciptaan refleksi baru dengan cara
mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut.Teori pavlov adalah
pengondisian klasis yang menggambarkan proses pembelajaran melalui asosiatif
stimulus dari lingkungan dan bersifat alamiah. Untuk menyusun teori ini, Ivan
Pavlov menggunakan anjing sebagai bahan eksperimen. Kemungkinan besar,
Pavlov memilih anjing sebagai objek eksperimennya karena anjing memiliki emosi
yang sama dengan manusia.

4. Edwin Ray Guthrie (1886 – 1959)

Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti yaitu Contiguity dapat
diartikan sebagai rangkaian peristiwa, hal-hal atau benda-benda yang terus saling
berkait antara satu dengan lainnya. Teori ini dikembangkan oleh Edwin Ray
Guthrie (1886-1956). Guthrie menegaskan bahwa kombinasi stimulus yang muncul
bersamaan dengan satu gerakan tertentu, sehingga belajar adalah konsekuensi dari
asosiasi antara stimulus dan respon tertentu.Guthrie juga menggunakan variabel
hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar
terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus
sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya
melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah
perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat
sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin
diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap.
Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting
dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu
mengubah tingkah laku seseorang. Saran utama dari teori ini adalah guru harus
dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Siswa harus dibimbing melakukan
apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan
tugas yang mungkin diabaikan oleh anak.

5. Clark L. Hull (1884-1952)

Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk
menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi
Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku
bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh
sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan
biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam
seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun
hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan
muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga
masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis.
TOPIK 4

MODEL BELAJAR KONSTRUKTIVISME

Pembelajaran konstruktivisme adalah sebuah model pembelajaran yang


memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjadi kreatif dan melakukan
berbagai aktifitas di dalam berbagai interaksi edukatif untuk dapat melakukan
eksplorasi dan dapat menemukan pengetahuannya sendiri. Konstruktivisme
berasumsi bahwa setiap peserta didik mulai dari sejak usia kanak-kanak sampai
menginjak jenjang Perguruan Tinggi telah memiliki gagasan atau pengetahuan
tentang lingkungannya dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan
sekitarnya. Pembelajaran Konstruktivisme memungkinkan tersedianya kesempatan
yang lebih banyak untuk keterlibatan siswa di dalam kelas secara aktif, melakukan
eksplorasi, serta menggali secara lebih dalam potensi atau kemampuan baik secara
kognitif afektif maupun psikomotor. Dalam model konstruktivisme siswa tidak
diindoktrinasi, akan tetapi mereka menemukan sendiri dan mengeksplorasi
pengetahuan tersebut dengan apa yang telah mereka ketahui dan pelajari sendiri.
Konstruktivisme senantiasa mempertahankan gagasan atau pengetahuan naif ini
secara kokoh, karena gagasan atau pengetahuan tersebut terkait dengan gagasan
atau pengetahuan lainnya dalam wujud sehemata(struktur kognitif/pengethuan).
Pembelajaran Konstrukivisme memungkinkan tersedianya ruang yang lebih baik
bagi keterlibatan siswa dikelas, melakukan eksplorasi serta menggali secara lebih
dalam kemampuan potensi dan keindahan dan sikap perilaku yang lebih terbuka.
Di antara ciri yang dapat ditemukan dalam model pembelajaran kognitivisme ini
adalah siswa tidak diindoktrinasikan dengan pengetahuan yang disampaikan oleh
guru, melainkan mereka menemukan dan mengeksplorasi pengetahuan tersebut
dengan apa yang telah mereka ketahui dan pelajari sendiri. Selain ciri-ciri tersebut,
dalam pembelajaran model konstruktivisme juga perlu ditekankan pada 4 (empat)
komponen kunci, yaitu: Siswa membangun pemahamannya sendiri dari hasil
pelajarannya, bukan karena disampaikan atau diajarkan

1. Pelajaran baru sangat tergantung pada pelajaran sebelumnya


2. Belajar dapat ditingkatkan dengan interaksi sosial

3. penugasan-penugasan dalam belajar dapat meningkatkan kebermaknaan proses


pembelajaran. Dalam kontek pelaksanaan pembelajaran dalam model
konstruktivisme ini, guru tidak dapat gagasannya yang non ilmiah menjadi
gagasan/pengetahuan ilmiah. Dengan demikian arsitek pengubah gagasan peserta
didik adalah peserta didik sendiri dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan
penyedia kondisi supaya proses pembelajaran bisa berlangsung. Beberapa bentuk
belajar yang sesuai dengan filosofis konstruktivisme antara lain diskusi (yang
menyediakan kesempatan agar semua peserta didik mau mengungkapkan gagasan),
pengujian hasil penelitian sederhana, demonstrasi, peragaan prosedur ilmiah, dan
kegiatan praktis lain yang memberi peluang peserta didik untuk mempertajam
gagasannya.
TOPIK 5

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING

Model pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran yang


menggunakan bantuan teman sebaya dalam proses belajar. Biasanya guru
membentuk kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota 4 siswa dengan
kemampuan yang berbeda-beda ataupun berpasangan. Pembentukan kelompok
bertujuan agar masing-masing siswa terlibat dalam menyelesaikan tugas dengan
dibantu oleh teman dalam satu kelompok. Model pembelajaran kooperatif menuntut
adanya kerjasama dan interdependensi (saling ketergantungan) antar siswa dalam
proses pengerjaan tugas, pencapaian tujuan dan reward yang didapat. Siswa dalam
situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk mengerjakan tugas bersama-sama
dan mengkoordinasikan usaha menyelesaikan tugas tersebut bersama dengan
anggota kelompok. Siswa dalam kelompok tersebut saling tergantung
(interdependen) untuk mendapatkan reward, apabila mereka sukses sebagai
kelompok. Pembelajaran koopreatif dapat ditandai dengan adanya beberapa fitur
sebagai berikut:

- Siswa bekerja dalam kelompok/tim untuk mencapai tujuan belajar.


- Setiap kelompok terdiri dari anggota dengan prestasi akademik yang
berbeda-beda (tinggi, sedang, rendah).
- Apabila memungkinkan, kelompok terdiri dari berbagai ras, gender dan
agama yang berbeda.
- Sistem reward yang digunakan berorientasi pada kelompok dan individu.

Model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan untuk mencapai minimal tiga


tujuan penting, yaitu: prestasi akademis; toleransi dan penerimaan terhadap
keragaman; serta pengembangan keterampilan sosial.

Fase Pembentukan Model Pembelajaran Kooperatif

Proses pembelajaran kooperatif mendorong siswa agar mampu berkolaborasi


dengan orang lain dengan perbedaan kemampuan yang mereka miliki dan belajar
keterampilan sosial melalui koordinasi penyelesaian tugas bersama teman. Selain
itu, siswa didorong untuk berperan aktif dalam memutuskan apa yang seharusnya
dipelajari dan bagaimana cara menyelesaikan tugas yang diberikan.

Terdapat 6 fase atau langkah utama dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

1. Pelajaran dimulai dengan guru memberikan penjelasan terkait tujuan


pelajaran dan membangkitkan motivasi belajar siswa.
2. Kemudian guru memberikan presentasi informasi berbentuk teks, agar
siswa dapat lebih mencermati informasi yang diberikan.
3. Siswa-siswa diorganisasikan dalam kelompok-kelompok.
4. Pemberian tugas pada kelompok, siswa berkerja sama dalam kelompok
yang didampingi oleh guru dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.
5. Setelah tugas selesai, setiap kelompok mempresentasikan hasil akhir tugas,
dan menguji segala sesuatu yang telah dipelajari siswa.
6. Pemberian apresiasi atau pengakuan atas usaha kelompok ataupun individu
yang telah dilakukan dalam menyelesaikan tugas.

Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif

Dalam pelaksanaan pembelajaran, seorang guru dapat memilih beberapa metode


pendekatan sesuai dengan kondisi siswa yang dihadapi. Model pembelajaran
kooperatif menawarkan beberapa bentuk metode pendekatan dengan prinsip
pembelajaran kooperatif, diantaranya:

Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Guru yang menggunakan STAD menyajikan informasi materi pelajaran baru


kepada siswa setiap minggu atau secara regular melalui presentasi verbal ataupun
teks. Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari gender, ras, etnis, serta
kemampuan akademis yang berbeda-beda. Setiap anggota kelompok menggunakan
lembar kerja ataupun alat belajar lain untuk menguasai materi pelajaran. Kemudian
antar anggota kelompok saling membantu dalam mempelajari materi melalui
tutoring sebaya, saling memberikan kuis atau diskusi kelompok. Setiap individu di
dalam kelas diberi kuis mingguan terkait dengan materi yang dipelajari. Kemudian
setiap siswa akan mendapatkan “skor kemajuan” dari hasil kusi setiap minggu. Skor
kemajuan ini bukanlah nilai absolut dari setiap kuis yang diberikan, melainkan
seberapa banyak skor itu bertambah dari jumlah skor sebelumnya.

Jigsaw

Pada metode jigsaw, setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk menguasai
salah satu bagian materi pelajaran dan kemudian mengajarkan bagian yang telah
dipelajari pada anggota lain dalam kelompok. Metode pembelajaran jigsaw akan
dijelaskan pada artikel Metode Pembelajaran Jigsaw.

Groups Investigations (GI)

Grup investigasi akan membagi siswa dalam kelompok berdasarkan tema atau topik
materi pelajaran yang diminati siswa. Siswa memilih topik-topik yang ingin
dipelajari, kemudian melakukan investigasi mendalam terhadap sub-sub topik yang
telah dipilih bersama dengan teman-teman satu kelompok, dan kemudian
mempresentasikan laporan kepada seluruh kelas.
TOPIK 6

MODEL PEMBELAJARAN KREATIF DAN PRODUKTIF

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran
dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk
di dalamnya buku-buku , film, komputer, kurikulum dan lain-lain. Pembelajaran
kreatif dan produktif adalah model yang dikembangkan dengan mengacu kepada
berbagai pendekatan pembelajaran yang diasumsikan mampu meningkatkan
kualitas proses dan hasil belajar. Pembelajarn ini berpijak kepada teori
konstruktivistik dimana belajar adalah usaha pemberian makna oleh siswa kepada
pengalamannya, dengan demikian dalam pembelajaran ini para siswa diharapkan
dapat mengkonstruksi sendiri konsep atau materi yang mereka dapatkan.
Pendekatan pembelajaran kreatif produktif antara lain : belajar aktif, kreatif,
konstruktif serta kolaboratif dan kooperatif. Karakteristik penting dari setiap
pendekatan tersebut diintegrasikan sehingga menghasilkan satu model yang
memungkinkan siswa mengembangkan kreativitas untuk menghasilkan produk
yang bersumber dari pemahaman mereka terhadap konsep yang sedang dikaji.

Pembelajaran kreatif produktif ini berlandaskan pada berbagai prinsip-prinsip dasar


antara lain :

a. Keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran;

b. Siswa didorong untuk menemukan atau mengkonstruksi sendiri konsep yang


sedang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan dengan berbagai cara seperti
observasi,diskusi atau percobaan;

c. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanggung jawab menyelesaikan


tugas bersama;

d. Untuk menjadi kreatif, seseorang harus bekerja keras, berdedikasi tinggi,


antusias serta percaya diri.
Selanjutnya tujuan diadakannya pembelajaran ini antara lain:

1) Memahamkan konsep terhadap suatu nilai, konsep atau masalah tertentu;

2) Mampu menerapkan konsep;

3) Mampu mengkreasikan sesuatu berdasarkan pemahaman tersebut.

2. Tahap Pelaksanaan Model Pembelajaran Kreatif Profuktif

Dalam pelaksanaan pembelajaran, model pembelajaran kreatif-produktif dilakukan


dengan tahapan-tahapan tertentu, sehingga tujuan dari penerapan pembelajaran ini
dalam pembelajaran tercapai. Adapun tahapan-tahapan dalam model pembelajaran
kreatif-produktif terbagi menjadi lima tahap, yaitu: orientasi, eksplorasi,
interpretasi, re-kreasi dan evaluasi. Setiap langkah dapat dikembangkan lebih lanjut
oleh para pembelajar, dengan berpegang pada hakikat setiap tahap.

Strategi pembelajaran inovatif kontemporer, menguraikan tiap tahapan-tahapannya


sebagai berikut:

a. Orientasi

Sebagaimana halnya dalam setiap pembelajaran, kegiatan pembelajaran diawali


dengan orientasi untuk mengkomunikasikan dan menyepakati tugas dan langkah
pembelajaran. Guru mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah, hasil
akhir yang diharapkan dari siswa, serta penilaian yang akan diterapkan pada mata
pelajaran yang akan berjalan. Pada kesempatan ini siswa diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya tentang langkah atau cara kerja serta hasil penilaian
yang ditawarkan oleh guru, dan diharapkan terjadinya negosiasi tentang aspek-
aspek tersebut dan terjadi kesepakatan antara guru dan siswa.

b. Eksplorasi

Pada tahap ini, siswa melakukan eksplorasi terhadap konsep yang akan dikaji.
Eksplorasi dapat dilakukan dengan membaca, melakukan observasi, wawancara,
menonton satu pertunjukan, melakukan percobaan, browsing lewat internet dsb.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan secara individu maupun kelompok. Agar
eksplorasi menjadi terarah, sebaiknya guru memberikan panduan singkat yang
memuat tujuan, materi, waktu, cara kerja, serta hasil akhir yang diharapkan.

c. Interpretasi

Dalam tahap interpretasi, hasil eksplorasi diinterpretasikan melalui kegiatan


analisis, diskusi, tanya jawab, atau bahkan berupa percobaan kembali , jika memang
diperlukan.

d. Re-kreasi

Pada tahap re-kreasi, siswa ditugaskan untuk menghasilkan sesuatu yang


mencerminkan pengalamannnya terhadap konsep yang sedang dikaji menurut
kreasinya masing-masing. Misalnya siswa dapat diminta membuat satu skenario
drama dari novel yang sedang dikajinya. Re-kreasi dapat dilakukan secara individu
ataupun kelompok. Hasil re-kreasi merupakan produk kreatif yang dapat
dipresentasikan, dipajang dan ditindak lanjuti.

e. Evaluasi

Evaluasi belajar dilakukan selama proses pembelajaran dan pada akhir


pembelajaran. Selama proses pembelajaran, evaluasi dilakukan dengan mengamati
sikap dan kemampuan berpikir siswa. Evaluasi pada akhir pembelajaran adalah
evaluasi terhadap produk kreatif yang dihasilkan siswa. Kriteria penilaian dapat
disepakati bersama pada waktu orientasi.

Dari tahapan-tahapan pelaksanaan model pembelajaran kreatif produktif yang


diungkapkan oleh made wena tersebut, dapat kita ambil sebuah makna bahwa
dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah terutama di sekolah dasar, guru harus
bisa memfasilitasi siswa untuk mencapai tahap berpikir kreatif yang tentunya akan
membuat siswa lebih memahami materi atau konsep yang mereka terima. Dengan
menggunakan model pembelajaran kreatif produktif ini, pelaksanaan pembelajaran
di sekolah siswa tidak hanya dituntuk untuk mengahapal materi saja tetapi siswa
harus bisa memahami bahan pelajaran atau konsep yang disuguhkan guru. yang
otomatis akan mengahantarkan siswa bisa berpikir kreatif yaitu dengan
mengembangkan materi atau konsep yang telah siswa terima dalam sebuahh bentuk
konkret.

Kekuatan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kreatif Produktif

Suatu model pembelajaran pasti memiliki kekuatan dan kelemahan, begitu pula
dengan model pembelajaran kreatif Produktif. Adapun kekuatan dan kelemahannya
adalah sebagai berikut :

a. Kekuatan Model Pembelajaran Kreatif Produktif

1) Dalam setiap kegiatan, siswa terlibat secara aktif, baik intelektual maupun
emosional.

2) Mencapai dampak instruksional dan memungkinkan terbentuknya dampak


pengiring.

3) Siswa mendapat kesempatan yang luas untuk berinteraksi langsung dengan


sumber belajar.

4) Memacu kreatifitas melalui kegiatan re-kreasi.

5) Memungkinkan dilakukanya penilaian secara utuh dan komprehensif.

b. Kelemahan Model Pembelajaran Kreatif Produktif

Kelemahan-kelemahan model pembelajaran ini tertuju pada kelemahan dilapangan,


antara lain :

1) Memerlukan kesiapan guru dan siswa.

2) Memerlukan adaptasi pendidik.

3) Memerlukan waktu yang panjang dan fleksibel, meskipun untuk topik-topik


tertentu waktu yang diperlukan bisa di persingkat karena tahapan eksplorasi bisa
dilakukan di luar jam pelajaran.
TOPIK 7

TEORI KOGNITIF DALAM PRAKTIK PEMBELAJARAN

Teori Belajar Kognitif adalah teori yang menjelaskan bagaimana faktor


internal dan eksternal mempengaruhi proses mental individu untuk melengkapi
pembelajaran. Teori Belajar Kognitif berfokus pada penggunaan unsur kognitif
dalam proses belajar. Sebenarnya teori ini muncul sebagai reaksi terhadap aliran
behavioristik yang memandang bahwa perubahan perilaku seseorang dapat diamati
dan diuji berdasarkan hal yang terlihat jelas. Aktivitas belajar individu ditekankan
pada proses internal dalam berpikir yaitu pengolahan informasi. Ibaratnya pikiran
kita itu seperti sistem dalam komputer, sedangkan logika untuk memproses
informasi.

Dalam teori Kognitif, belajar bukan cuma sekadar interaksi antara stimulus
dan respon, tapi juga melibatkan berbagai faktor yang ada dalam diri individu.
Karena itu, teori Belajar Kognitif menekankan bahwa proses belajar meliputi
kegiatan mental yang aktif dalam rangka mencapai, mengingat, dan menggunakan
pengetahuan.

Prinsip-Prinsip Teori Belajar Kognitif

Teori Belajar Kognitif lebih mementingkan proses daripada hasilnya. Pembelajaran


kognitif merupakan gaya belajar aktif yang fokusnya memaksimalkan potensi otak.
Melalui metode ini, peserta didik bisa lebih mudah menghubungkan informasi baru
dengan ide-ide yang sudah ada.

Secara umum, prinsip-prinsip dasar teori Belajar Kognitif antara lain:

- Belajar merupakan suatu bentuk perubahan akan informasi pengetahuan.


- Pembelajaran berfokus pada cara bagaimana peserta didik memperoleh,
memahami, dan menyimpan informasi dalam ingatannya.
- Pembelajaran menekankan pada proses berpikir yang kompleks.
- Kegiatan belajar mengajar melibatkan keaktifan peserta didik untuk
membangun pengalaman belajar.
- Hasil pembelajaran tidak hanya bergantung pada informasi yang diberikan
guru, tapi juga pada cara peserta didik memproses informasi tersebut.

Komponen Pembelajaran Kognitif

Kalau pembelajaran tradisional mengutamakan hafalan, pembelajaran


kognitif berusaha meningkatkan pemahaman dan penguasaan peserta didik akan
materi. Dalam prosesnya, pembelajaran kognitif meliputi tiga komponen dasar
yaitu pemahaman, memori, dan penerapan. Agar pembelajaran kognitif berjalan
efisien, siswa harus punya pemahaman tentang alasan mempelajari suatu materi
sejak awal pembelajaran. Nah, di sini peran Bapak dan Ibu Guru untuk menjelaskan
tujuan pembelajaran di awal. Pembelajaran kognitif bantu proses informasi tersusun
secara rapi dan runtut dalam memori atau ingatan. Selanjutnya, strategi
pembelajaran kognitif yang baik dapat membantu peserta didik untuk menerapkan
informasi atau keterampilan baru dalam berbagai situasi di kehidupannya. Secara
tidak langsung, kemampuan mereka untuk memecahkan masalah akan terus
berkembang.

Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitif

Dalam teori Belajar Kognitif, pengetahuan didapatkan dari hasil interaksi antara
peserta didik dengan lingkungan, yang meliputi perolehan keterampilan dan
pengalaman baru. Menurut Piaget, kedua hal tersebut memungkinkan anak menjadi
semakin kritis dalam berpikir. Selain itu, ada beberapa keutamaan lain dari teori
Belajar Kognitif, antara lain:

1. Dengan menerapkan teori Belajar Kognitif, pemahaman peserta didik untuk


memperoleh informasi baru akan meningkat.Secara tidak langsung, teori ini
juga bantu meningkatkan kepercayaan diri peserta didik dalam
melaksanakan sebuah tugas.
2. Meningkatkan kemampuan belajar seumur hidup. Di tahap pembelajaran
selanjutnya, peserta didik bisa membangun ide-ide dan menerapkan konsep-
konsep baru untuk pengetahuan yang sudah ada.
3. Peserta didik memiliki bekal keterampilan yang mereka butuhkan untuk
belajar secara efektif. Dengan begitu, peserta didik mampu
mengembangkan kemampuannya dalam memecahkan masalah.
4. Melalui teori Belajar Kognitif, peserta didik memiliki kemampuan untuk
mempelajari hal-hal baru secara lebih cepat dengan memaksimalkan
ingatan.
5. Penerapannya dapat membantu peserta didik dalam mengkreasikan hal-hal
baru atau menginovasi hal-hal yang sudah ada menjadi lebih baik.

Dibalik berbagai kelebihannya, penerapan teori Belajar Kognitif tentunya punya


beberapa kekurangan, di antaranya:

1. Teori Belajar Kognitif menekankan pada kemampuan memori peserta didik,


sehingga kapasitas daya ingat mereka disamaratakan.
2. Cara peserta didik dalam mengembangkan pengetahuannya tidak terlalu
diperhatikan karena pada dasarnya masing-masing dari mereka memiliki
cara yang berbeda-beda.
3. Jika kegiatan belajar mengajar hanya menerapkan metode kognitif,
kemungkinan besar peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya tentang
materi yang diberikan. Penerapan metode ini bisa digabungkan dengan teori
belajar lainnya.

Contoh kegiatan yang bisa Bapak dan Ibu Guru lakukan dalam pembelajaran
kognitif antara lain:

- Minta siswa untuk merefleksikan pengalaman mereka melalui pembuatan


jurnal atau laporan harian tentang kegiatan apa saja yang mereka lakukan.
- Mendorong diskusi berdasarkan apa yang diajarkan dengan meminta siswa
untuk menjelaskan materi pembelajaran di depan kelas dan ajak siswa
lainnya untuk mengajukan pertanyaan.
- Membantu siswa menemukan solusi baru untuk suatu masalah untuk
mengembangkan cara berpikir kritis.

Anda mungkin juga menyukai