MECHANIC DEVELOPMENT
PT PAMAPERSADA NUSANTARA
2003
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DAFTAR ISI
C. SWIRL CHAMBER………………………………………II - 18 - 74
D. ROCKER ARM & ROCKER ARM SHAFT……………. II - 19 - 74
E. CYLINDER LINER………………………………………II - 24 - 74
1. Fungsi dari Cylinder Liner……………………………. II - 24 - 74
2. Cylinder Liner Ring……………………………………II - 25 - 74
F. CRANKSHAFT & METALS…………………………….II - 29 - 74
1. Struktur dan Fungsi dari Crankshaft..………………… II - 29 - 74
2. Fungsi dari Main Bearing & Connecting Rod Bearing. II - 31 - 74
3. Fungsi dari Thrust Bearing ……………………………II - 32 - 74
4. Lubricating pada Crankshaft………………..………… II - 33 - 74
5. Undersize Crankshaft dan Bearing………….………... II - 34 - 74
6. Oil Seal & Wear Ring Crankshaft……………..……… II - 34 - 74
7. Balance Crankshaft……………………………..…….. II - 35 - 74
8. Vibration Damper Crankshaft…………………..…….. II - 36 - 74
9. Pemeriksaan & Perbaikan Crankshaft………..………. II - 39 - 74
G. CAMSHAFT ……………….…………………………….II - 42 - 74
1. Struktur dan Fungsi Camshaft………………………… II - 42 - 74
2. Camshaft Bushing & Thrust Bearing.………………… II - 42 - 74
3. Lubrication Camshaft ………………………………… II - 43 - 74
4. Lokasi Camshaft ………………………………………II - 43 - 74
5. Valve Timing………..…………………………………II - 43 - 74
6. Injection Timing ( Cummins )…………………………II - 44 - 74
7. Tappet dan Push Rod………..…………………………II - 44 - 74
H. CAM FOLLOWER..……….……………………………. II - 48 - 74
I. PUSH ROD……….………………………………………II - 49 - 74
J. TIMING GEAR…………….……………………………. II - 51 - 74
1. Struktur dan Fungsi Timing Gear..…………………… II - 51 - 74
2. Timing Mark………………………..………………… II - 52 - 74
K. PISTON & CONNECTION ROD……………………….. II - 55 - 74
1. Struktur dan Fungsi Piston & Connection Rod..……… II - 55 - 74
2. P i s t o n…………………………....………………… II - 56 - 74
3. Piston Pin………………………………………………II - 59 - 74
4. Ring Piston…….……………………………………… II - 60 - 74
5. Connecting Rod……..………………………………… II - 65 - 74
L. FLYWHEEL…………………….……………………….. II - 69 - 74
1. Flywheel ……………………………………....……… II - 69 - 74
2. Ring Gear………………………....…………...……… II - 70 - 74
3. Flywheel Housing..…………………………………… II - 70 - 74
4. Rear Seal…...….……………………………………… II - 70 - 74
M.BALANCER SHAFT...…….……………………………. II - 73 - 74
1. Fungsi Balancer Shaft………………………....……… II - 73 - 74
2. Konstruksi Balancer Shaft...……....…………...……… II - 73 - 74
N.PTO GEAR UNIT…....…….……….……………………. II - 74 - 74
1. Struktur & Fungsi PTO Gear…..……………....………II - 74 - 74
2. Lubricating PTO Gear….....……....…………...……… II - 74 - 74
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DAFTAR ISI
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DAFTAR ISI
BAB IV. P E N G U K U R A N.
A. ALAT UKUR……………………………………………. IV - 1 - 30
1. Jangka Panjang………………………………………... IV - 1 - 30
2. Micrometer……………………………………………. IV - 4 - 30
3. Inside Micrometer…………………………………….. IV - 9 - 30
4. Dial Gauge……………………………………………..IV - 10 - 30
5. Inside Dial Gauge …………………………………….. IV - 14 - 30
6. Remover dan Replacer………………………………... IV - 17 - 30
a. Kunci momen.………………………………………IV - 17 - 30
b. Punch.……………………………………………….IV - 18 - 30
c. Radiator cup tester.………………………………… IV - 18 - 30
d. Straight edge.………………………………………. IV - 19 - 30
e. Mistar siku.………………………………………… IV - 19 - 30
f. Timing tester..……………………………………… IV - 25 - 30
B. MAINTENANCE STD………………………………….. IV - 26 - 30
1. Ukuran ………………………………………………... IV - 26 - 30
a. Standard size.………………………………………. IV - 26 - 30
b. Tolerance.………………………………………….. IV - 26 - 30
c. Repair Limit.……………………………………….. IV - 26 - 30
d. Clearance.………………………………………….. IV - 26 - 30
e. Roundness………………………………………….. IV - 28 - 30
f. Cylindricity ( Taper )………………………………. IV - 28 - 30
2. Pemeriksaan Crankshaft ……………………………… IV - 29 - 30
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DAFTAR ISI
BAB VI. K A L I B R A S I.
A. IN LINE FIP……………………………………………... VI - 1 - 56
1. Injection Pump………………………………………… VI - 1 - 56
2. Governor………………………………………………. VI - 13 - 56
B. ROTARY FIP……………………………………………. VI - 26 - 56
1. Urutan Penyetelan……………………………………... VI - 26 - 56
C. PRESSURE TIMER PUMP ( PT. PUMP )……………….VI - 38 - 56
1. Standard Pengetesan…………………………………... VI - 40 - 56
2. Kondisi Standard Pengetesan…………………………..VI - 40 - 56
3. Perlengkapan Alat - Alat test………………………….. VI - 40 - 56
4. Testing Methods………………………………………..VI - 40 - 56
5. Prosedur Kalibrasi untuk Automotive Pump………….. VI - 41 - 56
6. Kalibrasi Untuk MVS Governor Dengan
Menggunakan STUB Throttle Shaft…………………...VI - 48 - 56
7. Spesifikasi Pompa………………….…………………..VI - 55 - 56
BAB VII.O T H E R S.
A. EXHAUST BRAKE……………………………………... VII- 1 - 13
B. RETARDER……………………………………………... VII - 4 - 13
1. Prinsip Dasar Retarder………………………………… VII- 4 - 13
2. Langkah Isap…………………………………………... VII - 6 - 13
3. Langkah Kompresi……………………………………..VII - 7 - 13
4. Langkah Power…………………………………………VII- 8 - 13
5. Langkah Buang…………………………………………VII- 8 - 13
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN DASAR BAB I
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN DASAR I - 1 - 24
1. Motor Diesel.
2. Motor Bensin.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN DASAR I - 2 - 24
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN DASAR I - 3 - 24
Pada dasarnya prinsip kerja motor bensin dan diesel adalah sama, proses
intake, compresi, power, exhaust dilakukan secara lengkap dalam 2 langkah
( upward dan downward ) piston.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN DASAR I - 5 - 24
Kesimpulan : dua kali langkag piston atau satu kali putaran crank shaft
menghasilkan satu kali tenaga.
a. Ukuran dan berat lebih kecil, dapat menghasilkan tenaga yang lebih
besar.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN DASAR I - 6 - 24
b. Harga lebih rendah karena tidak menggunakan valve dan struktur yang
lebih sederhana.
b. Karena sebagian campuran bahan bakar dan udara, ikut keluar ( saat
proses exhaust ) bersama dengan gas buang, maka penggunaan fuel
tidak ekonomis.
c. Karena waktu yang siperlukan untuk langkah intake singkat, maka jumlah
campuran yang masuk sedikit. Sehingga tidak mungkin dapat menaikkan
tekanan kompresi dan efisiensi engine ( ratio fuel comsumption per
output ) lebih rendah dibandingkan dengen engine 4 langkah.
2. Thermal efficiency ( besarnya kalori yang terkandung pad fuel yang dibakar
dapat menghasilkan output engine dan panas yang secara nyata lebih
effectif ) tinggi sehingga konsumsi bahan bakar rendah.
Thermal efficiency motor bensin adalah 20 - 30 % dan motor diesel adalah
30 - 35 %.
3. Bahaya kebakaran lebih rendah karena titik nyala ( flashing point ) fuel relatif
lebih tinggi.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN DASAR I - 7 - 24
2. Getaran selama operasi lebih besar dan suara berisik ( noise ) lebih
besar.
D. RUANG PEMBAKARAN.
Ada bermacam - macam tipe ruang bakar sesuai dengan bentuk ruang bakar,
letak valve intake, exhaust dan busi dengan tujuan agar diperoleh thermal
efficiency yang maksimal.
Umumnya, klasifikasi berikut ini disesuaikan dengan letak intake valve dan
exhaust valve.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN DASAR I - 8 - 24
3. F - head type.
Intake dan exhaust valve masing - maing dipasang pada silinder head dan
pada sisi silinder block. Tipe ini adalah gabungan ( perpaduan ) dari tipe over
head valve dan tipe side valve. Bentuk ruang bakar agak mirip dengan tipe
side valve. Bagimanapun juga, mekanisme gerakan valve lebih komplek
dibanding dengan tipe side valve. Sehingga tipe ini jarang digunakan.
4. T - head type.
Intake dan exhaust valve masing - masing dipasang secara terpisah di sisi
dari silinder block. Tipe ini memudahkan udara masuk dan keluar.
Sebaliknya, diperlukan waktu yang lebih lama untuk meratakan pembakaran
dan pendinginan permukaan juga lebih besar sehingga efisiensi panas
( thermal efficiency ) lebih buruk. Karena itu, ruang bakar tipe ini sangat
jarang digunakan.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN DASAR I - 9 - 24
Keuntungan :
~ Efisiensi panas lebih tinggi dan pemakaian bahan bakar lebih hemat
karena bentuk ruang bakar yang sederhana.
~ Start dapat dilakukan dengan mudah pada waktu mesin dingin tanpa
menggunakan alat pemanas.
~ Cocok untuk mesin - mesin besar ( high power ) karena konstruksi dari
kepala silinder sederhana dan kerugian kecil.
Kerugian :
~ Sangat peka terhadap mutu bahan bakar dan membutuhkan mutu bahan
bakar yang baik.
~ Sering terjadi gangguan pada nozzle dan umur nozzle lebih pendek
karena menggunakan multiple hole nozzle ( nozzle lubang banyak ).
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN DASAR I - 10 - 24
Keuntungan :
1. Jenis bahan bakar yang dapar digunakan lebih luas, dikarenakan
turbulensi sangat baik untuk mengabutkan bahan bakar.
Kerugian :
1. Biaya pembuatan lebih mahal sebab perencanaan silinder head lebih
rumit.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN DASAR I - 11 - 24
Seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah, ruang bakar model pusar
( swirl chamber ) berbentuk bundar. Piston memempatkan udara,
sehingga udara tersebut masuk ke dalam ruang bakar pusar dan
membuat aliran turbulensi.
Bahan bakar diinjeksikan ke dalam udara turbulensi dan
terbakar didalam ruang bakar pusar. Tetapi sebagian bahan bakar yang
belum terbakar masuk ke dalam ruang bakar utama melaluii saluran untuk
selanjutnya terbakar seluruhnya bakar utama.
Keuntungan :
1. Dapat menghasilkan putaran tinggi karena turbulensinya yang sangat
baik pada saat kompresi.
Kerugian :
1. Konstruksi silinder head rumit.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN DASAR I - 11 - 24
1.Firing Order.
Firing Order adalah urutan pembakaran yang terjadi pada engine yang
mempunyai jumlah silinder lebih dari 1 ( satu ).
Contoh :
Engine dengan 4 silinder, mempunyai firing order ( F.O ) = 1 - 2 - 4 - 3, maka
proses pembakaran dimulai dari silinder No.1, dilanjutkan silinder No.2, No.4
dan No.3.
Tujuannya adalah untuk eratakan hasil power, agar gaya yang ditimbulkan
oleh piston seimbang ( balance ). Baik pada saat kompresi, maupun
pembakaran, tidak menimbulkan puntiran pada getaran yang tinggi.
2.Table Squence.
Adalah suatu table yag menyatakan urutan langkah dan urutan pembakaran
yang terjadi pada engine, baik engine dengan satu silinder atau lebih.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN DASAR I - 12 - 24
720
Beda langkah setiap silinder = = 180
4
720
Beda langkah setiap silinder = = 180
4
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN DASAR I - 13 - 24
720
Beda langkah setiap silinder = = 120
6
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN DASAR I - 14 - 24
3.Valve Timing.
Adalah saat membuka dan menutup valve intake dan valve exhaust.
FO = 1 - 5 - 3 - 6 - 2 - 4.
Dari data tersebut, dapat diketahui panjang langkah dari engine 6 D 125
series.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN DASAR I - 15 - 24
Untuk silinder 2 dan seterusnya, dihitung dengan cara yang sama setelah
perhitungan tersebut dibuat, dapat dibuat table sebagai berikut :
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN DASAR I - 16 - 24
Kesimpulan :
Dilihat dari putaran crank shaft, maka terjadi over lapping power, yaitu power
silinder 1 belum berakhir sudah disusul dengan power silinder 5 dan
seterusnya.
Table squence dapt digunakan untuk embuat table adjusment valve dengan
2 putaran crank shaft.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN DASAR I - 17 - 24
* Jumlah energi panas yang terkandung dalam di udara ( gas ). Pada kondisi
normal, setiap gas ( udara ), panas atau dingin, mempunyai jumlah energi
panas yang dapat diukur. Udara yang terjebak di dalam silinder, jika
dikompresi maka vulome ruangan akan berkurang. Pengurangan volume ini
menyebabkan perubahan 2 kondisi.
Misalkan : Udara yang terjebak di dalam silinder ditekan dengan kecepatan
piston yang sangat pelan.
Jika udara yang terjebak di dalam silinder, dikompresi dengan kecepatan tinggi,
maka tidak ada kesempatan bagi panas yang timbul ( terkandung dalam udara
yang terkompresi ), untuk merambat melalui dinding silinder, dengan jumlah
besar. Sehingga temperatur naik dengan tiba - tiba. Dan akibatnya tekanan
naik lebih tinggi dari tekanan yang dihasilkan oleh isothermal compression.
Kondisi ini disebut dengan adiabatic compression
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN DASAR I - 18 - 24
2. Kerugian Mekanis.
Panas yang hilang untuk menggerakan alat - alat tambahan seperti pompa
air, pompa oli dan kerugian mekanis, besarnya antara 5 -6 %.
3. Pumping Loss.
Pada saat torak bergerak turun, kevakuman terjadi di dalam silinder untuk
memasukan udara dan hal ini merupakan suatu kerugian. Hal seperti ini
juga terjadi pada langkah buang dan kompresi. Kerugian ini disebut pumping
loss, besarnya sekitar 3 %.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN DASAR I - 20 - 24
Akibat dari penyetelan yang tidak tepat (seperti pada gambar diatas), adalah
akan mempengaruhi :
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN DASAR I - 21 - 24
4. Kebocoran Udara.
Jika udara yang masuk kedalam silinder bocor seat dikompresi make terjadi
pembakaran tidak sempurna.
Kebocoran tersebut dapat disebabkan oleh :
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN DASAR I - 22 - 24
Jika penyemprotan bahan bakar ke dalam silinder tidak balk, make akan
menyebabkan timbulnya asap hitam.
Hal ini menentukan adanya kelebihan oil ikut terbakar. Dalam kondisi normal
sejumlah oil ikut terbakar dengan bahan bakar. Kalau jumlahnya berlebihan,
make gas buang menjadi kebiru-biruan. Jika oil yang terbakar hanya
sebagian dari jumlah oil yang masuk ke ruang bakar, make yang sebagian
lagi bercampur dengan gas buang dan membasahi saluran exhaust.
Jumlah oil yang berlebihan tersebut disebabkan oleh kebocoran dari :
* Valve stem intake den exhaust.
* Turbo charger.
* Ring piston den liner.
J. DIESEL KNOCKING.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN DASAR I - 23 - 24
Periode ini dimulai dari bahan bakar disemprotkan clan dikabutkan sampai
mulai terbakarnya.
Akibat nyala api di dalam silinder, maka bahan bakar yang diinjeksikan
langsung terbakar, pembakaran langsung ini dapat dikontrol dari jumlah
bahan bakar yang diinjeksikan.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGETAHUAN DASAR I - 24 - 24
Injeksi berakhir dititik D, tetapi bahan bakar belum terbakar semua. Jadi
walaupun injeksi telah berakhir. Pembakaran masih tetap berlangsung bila
pembakaran lanjut ini terlalu lama, temperatur gas buang akan tinggi
menyebabkan efisiensi panes turun.
2. Detonasi.
Jika waktu pembakaran tunda ( delay period ) terlalu panjang, maka jumlah
campuran yang dapat terbakar pada saat perambatan api ( period of abrupt
combustion ) terlalu banyak. Sehingga menyebabkan kenaikan tekanan
didalam silinder sangat tinggi, hal ini akan mengakibatkan timbulnya bunyi
dan getaran. Peristiwa diatas sering disebut diesel knocking.
Untuk mencegah terjadinya diesel knocking, perlu dicegah kenaikan tekanan
tiba-tiba, yaitu dengan membuat campuran yang mudah terbakar pada
temperatur yang rendah, memperpendek waktu pembakaran tunda.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA BAB II
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 1 - 74
1. Cylinder Head.
Struktur dari cylinder head tergantung pada metode pembakaran. Bentuk dari
cylinder head dan lain - lainnya sehingga kondisi tersebut menyebabkan
perbedaan struktur dari cylinder head antara lain seperti dibawah ini :
Pre combustion type di dalam cylinder head dibutuhkan tempat yang bebas
untuk menempatkan pre combustion chamber dengan demikian strukturnya
lebih komplit dan membutuhkan perencanaan yang khusus untuk
pendinginan dari cylinder head.
b. Two valve type cylinder head dan four valve type cylinder head.
Two valve cylinder head, hanya mempunyai satu intake valve dan satu
exhaust valve. Untuk four valve type cylinder head mempunyai dua intake
vaklve dan dua exhaust valve.
Four valve type, walaupun menambah biaya dibanding Two Valve Type
disebutkan struktur yang lebih rumit, tetapi jumlah udara yang dimasukkan
lebih banyak dan memperbaiki percampuran bahan bakar.
Solid type cylinder head adalah suatu istilah dari cylinder head, bila satu
cylinder head digunakan untuk menutupi seluruh bagian atas cylinder block,
sedangkan sectional cylinder head satu istilah bila satu cylinder head hanya
menutupi satu atau lebih bagian atas dari cylinder block ( atau cylinder head
yang terpisah ).
Dari ciri yang disebut diatas menyebabkan sectional type cylinder head
cocok dipasang pada engine yang bertekanan besar. Sedangkan engine
kecil cukup dipasang cylinder head solid type.
Sectional type cylinder head juga dapat digunakan engine yang berbeda
jumlah cylinder yang ukuran head yang sama.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 3 - 74
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ITEM COMBUTION SISTEM FUEL INJECTION SISTEM
VALVE SISTEM CONSTRUCTION
DIRECT PRE TWO FOUR
KLASIFIKASI SOLID SECTIONAL SOLID SECTIONAL
INJECTION COMBUSTION VALVE VALVE
ENGINE SERIES
Mechanic Development.
92 SERIES O O O O
PT Pamapersada Nusantara
94 SERIES O O O O
95 SERIES O O O O
105 SERIES O O O O
120 SERIES O O O O
125 SERIES O O O O
135 SERIES O O O O
155 - A SERIES O O O O
170 SERIES O O O O
CUMMINS O O O O
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA
II - 4 - 74
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 5 - 74
Dibawah ini digambarkan lokasi head yang harus diperiksa dan diukur.
2. Protrusions of nozzles
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 6 - 74
Dan dibawah ini terdapat data - data pengukuran untuk cylinder head
engine 6 D 125 series dan 170 - 1 series.
6 D 125.
ITEM CRITERIA
170 - 1 SERIES
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 7 - 74
a. Valve.
b. Valve Guide.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 8 - 74
Dan dibawah ini terdapat data - data pengukuran valve dan valve guide untuk
engine 6 D 125 series dan 170 - 1 series.
6 D 125.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 9 - 74
170 - 1 SERIES
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 10 - 74
6D 125 SERIES
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 11 - 74
Valve insert adalah suatu ring yang tahan terhadp panas dan benturan yang
dipasang diantara permukaan valve yang bersentuhan dengan cylinder
head.
Bila terjadi kerusakan pada valve insert dengan mudah dilepas dan diganti
tanpa mengganti cylinder head.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 12 - 74
3. Valve Spring.
Valve spring mengangkat valve sampai valve merapat pada valve seat apabila
valve sedang menutup. Valve spring juga bekarja mengambalikan rocker arm,
push rod dan tappet atau cam follower secara keseluruhan ke posisi normal
dengan cepat.
Push rod dan tappet atau cam follower selama operasi menimbulkan inertia
yang menyebabkan valve jamping pada saat engine putaran tinggi dan
akan terjadi keausan dan cacat dan dapat juga terjadi benturan valve dengan
piston.
Valve spring bila mengeluarkan daya kerja yang besar dan mendapat beban
yang berulang - ulang akan membuat material spring mengeluarkan tenaga
yang besar dan mempercapat melemahnya kekuatan spring ini, juga bisa
disebabkan jika natural frekwensi dari valve spring sama dengan kelipatan
kecepatan putar dari camshaft, sehingga valve spring akan bergetar lebih
kuat karena terjadinya resonance frekwensi.
Gambar dibawah ini sebagai gambaran valve spring yang bergetar. Spring coil
akan berosilasi kearah axial dari gulungan spring. Puncak osilasi yang
terbesar terdapat di bagian tengah spring tetapi jarak coil bisa hampir tidak
berubah pada kedua ujung spring
kemudian bila terjadi stress yang besar pada spring, jarak coil akan berubah
karena disebabkan getaran pada spring coil .
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 13 - 74
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 14 - 74
Valve jumping.
Valve yang tidak sanggup mengikuti lajunya putaran dari cam dan tappet atau
cam follower bisa tidak bersentuhan dengan cam ( lihat gambar pada titik A
dan B ). Terpisahnya gerakan valve dengan cam membuat naiknya gaya
hentakan pada permukaan cam. Sehingga mempercepat kerusakan atau bisa
terjadi waktu penutupan valve terlambat dan terjadi benturan valve dengan
piston.
Valve bouncing.
Bouncing bisa terjadi karena adanya gaya inertia pada valve mechanism
sehingga terjadi benturan pada valve seat berulang - ulang pada saat valve
menutup, ini bisa merusak valve seating atau benturan - benturan valve
pada piston dan menurunkan power engine.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 15 - 74
Cylinder head gasket berfungsi sebagai penyakit gas pembakar dan air
pendingin dan oil pelumas yang bersikulasi anatar cylinder head dan cylinder
block
Cylinder head gasket tidak hanya terhadap pressure tinggi dan tahan
terhadap panas tetapi juga tahan
terhadap oil dan air. Juga ketebalan gasket dalam waktu tertentu
dapat mempertahankannya ketebalannya setelah bolt pengikat
dikencangkan ( jika ketebalan gasket berubah akan membuat kekencangan
bolt pengikat berubah ).
Kebocoran air, gas dan oil bisa terjadi tidak hanya bocor keluar tetapi dapat
bocor ke dalam engine.
Cylinder head gasket bisa dibuat dari asbestos sand wicked kemudian dilapisi
dengan plate baja atau bisa dibuat dengan hanya satu plate baja saja pada
lubang air, lubang oil dan lubang cylinder dilapisi suatu bahan penyekat
( diremforce dengan tembaga atau kawat baja ).
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 16 - 74
1. Precombustion Chamber.
Besarnya ruang di dalam pre combustion chamber tidak lebih besar dari
50% ruang sisa dan luas lubang penghubung ke ruang cylinder lebih
kurang 0,3 - 0,7% dari penampang melintang cylinder. Pada umumnya
lubang penghubung berdiameter lebih kurang 3 - 4 mm dan
jumlahnya lebih kurang 3 - 4 lubang.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 17 - 74
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 18 - 74
2. Glow plug.
Untuk itu glow plug harus dipasang pada setiap pre combustion chamber
berupa pemanas listrik yang digunakan pada saat menghidupkan engine di
waktu dingin.
Glow plug dipasang secara pararel dan heater signal akan menyala terus
bila salah satu glow plug terputus untuk melakukan pemeriksaan glow plug
harus dilepas dan ditest satu persatu untuk mengetahui hubungan singkat
atau terputus.
C. SWIRL CHAMBER.
Prinsip kerja dari swirl chamber sama dengan pre combustion chamber hanya
terdapat perbedaan pada bentuk chamber yang berbentuk bundar. Dan pada
saat kompresi terjadi turbulensi udara dalam swirl chamber, sehingga
percampuran udara dan bahan bakar lebih baik. Besarnya ruang swirl
chamber tidak kurang dari 50% volume sisa dan
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 19 - 74
Seluruh rocker arm terpasang dirocker arm shaft diatas cylinder head dan
kemudian dihubungkan dengan push rod serta dihubungkan juga dengan
valve intake dan exhaust. Pergerakan vertikal dari push rod yang mengikuti
gerak putar cam shaft, ditransfer melalui rocker arm ke valve stem dengan
arah yang berlawanan.
Kerenggangan antara rocker arm dan valve stem harus ada untuk
mengatasi pemuaian dari mechanism penggerak. Sehingga mencegah
terbukanya valve ( akibat memanjangnya mechanism penggerak ).
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 20 - 74
Oil dari cylinder block mengalir melalui lubang tembusan yang ada pada
cylinder dan rocker arm bracket kemudian masuk ke rocker arm shaft dan
melumasi seluruh rocker arm.
Lubang oil yang terdapat pada rocker arm adalah untuk mengalirkan
sebagian oil dari rocker arm shaft ke valve stem, valve guide dan
bushing.
Bila mengganti / memasang bushing rocker arm harus diproses dengan pas
sambil meluruskan lubang pelumas pada rocker arm dengan bushing diremer
untuk menyesuaikan ukuran bushing dan shaft.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 21 - 74
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 22 - 74
Dibawah ini terdapat gambar rocker arm dan data - data pegukuran untuk
engine 6D 125 dan 170 - 1 series.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 23 - 74
Saluran oil pelumas dan saluran air pendingin juga dilengkapi di dalam
cylinder block.
Wet type liner, efesiensi pendinginan lebih tinggi dibanding dengan dry type
liner. Dan wet type lebih banyak dipakai pada diesel engine.
1. Cylinder block.
2. Cylinder liner.
3. Piston.
4. Connecting rod.
5. Crankshaft
6. Fuel pump gear.
7. Idle gear.
8. Crank gear.
7. Cam gear.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 24 - 74
E. CYLINDER LINER
Selain kuat dan kukuh cylinder liner harus tahan terhadap temperatur tinggi,
tidak mudah aus mampu menerima gaya yang besar dari piston.
Cylinder liner harus berukuran yang pas denan piston dan ring piston untuk
mengurangi hambatan gesekan yang terjadi antara piston, ring piston dan
liner.
Keuntungan dipasangnya liner pada block tidak perlu lagi cylinder block
dibuat dari bahan special yang dibutuhkan liner.
Untuk menjamin efisiensi pendingin yang tinggi, ketebalan liner lebih kurang
5 - 10mm.
Ring seal liner harus mampu menyekat dengan baik dan kuat memegang
serta tahan terhadap temperatur yang bervariasi. Disamping itu ring seal
tahan terhadap oil dan air yang selalu berhubungan dengan liner serta
tahan terhadap tekanan yang disebabkan oleh naik / turunnya piston.
Keuntungan dipasangnya liner pada block tidak perlu lagi cylinder block
dibuat dari bahan special yang dibutuhkan liner.
1. Clevis seal.
2. O-ring ( Nitrile rubber ).
3. O-ring ( Silicon rubber ).
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 26 - 74
Dibawah ini terdapat gambar liner, cylinder block dan data - data pengukuran
untuk engine 6D 125 dan 170 - 1 series.
170 - 1 SERIES
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 27 - 74
Cylinder Liner.
6D 125 SERIES
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 28 - 74
Cylinder Block.
6D 125 SERIES
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 29 - 74
Crank shaft bersama dengan connecting rod merubah gerakan naik / turun
piston yang disebabkan dari hasil tekanan pembakaran dalam cylinder
menjadi tanpa putar pada output shaft.
Jumlah main journal pada crankshaft sama dengan jumlah piston di tambah
satu. Crankshaft duduk dicylinder block dan dipegang oleh main cap.
Main journal dan pin journal ( crank pin ). Selalu menerima beban maximal
dan bervariasi dengan gesekan kecepatan tinggi. Dengan demikian
crankshaft membutuhkan tenaga yang kuat dan mempunyai ketahanan
terhadap gesekan. Kebanyakan crankshaft dibuat dari besi tempa dengan
carbon tinggi dan pengerasan degan chrome ditambah molybdenum.
Permukaan journal dikeraskan dengan induksi frekwensi tinggi.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 30 - 74
Cylinder Block.
170 - 1 SERIES
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 31 - 74
Main bearing dan connecting rod terpasang dengan pas pada masing -
masing main journal dan crank pin journal.
Bisa dibuat dari besi tuang, baja, kuningan, bahan ini bisa memenuhi
kekuatan yang sesuai dan daya tahan yang cukup serta mudah
pembuatannnya.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 32 - 74
1. Shaft. 4.Lining
2. Bearing. ( Intermediate layer )
3. Back bearing. 5.Overlay.
( base metal ). ( Surface layer ).
Two-element
120, 130 series Steel Kelmet
overlay
Two-element
155-4 series Steel Kelmet
overlay
Two-element
Cummins engine Steel Kelmet
overlay
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 33 - 74
a. Oil pelumas disupply dari lubricating pump dengan tekanan melalui main
gallary di dalam cylinder block dan langsung dibagi melalui crankshaft
journal.
b. Main bearing bagian atas dilengkapi lubang yang sejajar dengan lubang
oil yang ada di block dan berhubungan juga dengan oil groove main
bearing juga masuk ke lubang yang ada di crankshaft main journal dan
mengalir ke crank pin journal.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 34 - 74
Ujung lubang pada sisi counter weight ditutup dengan plug dan
berfungsi sebagai filter debu atau gram halus yang dibawa oleh oil,
dengan cara melemparkan kotoran dengan gaya sentrifugal
mengumpul di ujung lubang.
1. Cylinder block.
2. Housing ( Flywheel housing )
3. Seal ( Rear seal ).
4. Wear ring.
5. Main bearing.
6. Crankshaft.
Permukaan shaft yag kotor akan merusak seal lip dan membuat oil
engine bocor.
92 series O O
94 series O O
105 series -- --
120 series -- --
130 series -- --
155-4 series O O
Cummins engine -- --
7. Balance Crankshaft.
1. C = Shaft
2. P = Crank Pin.
3. F = Combustion
Pressure.
4. W = Counter weight.
A. Rubber damper
1. Crankshaft.
2. Elastic rubber.
3. Hub
B. Viscous damper.
4. Damper case
5. Inertia ring
4. Silicon oil
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 37 - 74
Dibawah ini terdapat gambar cankshaft dan data - data pegukuran untuk
engine 6D 125 dan 170 - 1 series.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 38 - 74
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 39 - 74
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 40 - 74
S.T.D 140.00
0.25 US 139.75
0.50 US 139.50
0
0.75 US 139.25 -0.025
1.00 US 139.00
0.25 O . S
Squareness of thrust
bearing surface ( T.I.R )
Basic +0.050 +0.050
Dimension 64 64.25
0 0 Allowable error : 0.035 mm max.
Limit : 0.04 mm.
Bearing Surface
S.T.D
Front Thrust
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 41 - 74
170 series.
Unit : mm
Size Basic dimension Allowable error
S.T.D 108.00
0.25 US 107.75
0.50 US 107.50 0
- 0.020
0.75 US 107.25
1.00 US 107.00
e. Memperbaiki lebar bidang dari main journal dan pin journal dengan
grinding.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 42 - 74
G.CAMSHAFT
Camshaft terdiri dari cam gear sebagai penggerak, journal yang didukung
oleh bushing dan cam sebagai pengontrol terbuka dan tertutupnya valve.
Jadi camshaft berfungsi untuk membuka dan menutup valve intake dan
valve exhaust sesuai waktu pemasukan udara, kompresi udara, expansi
dan langkah pembuangan.
Pada cummin engine cam shaftnya dilengkapi dengan injector cam untuk
langsung ke crankshaft gear atau melalui idler gear.
Kecepatan putar dari cam shaft sudah diset setengah putaran crankshaft
dengan demikian terbuka dan tertutupnya intake / exhaust valve serta
injector bahan bakar hanya terjadi satu kali pada setiap dua kali
putaran crank shaft.
Thurst bearing dipasang diantara cam gear dan journal nomor satu untuk
melicinkan gerakan shaft bila ada beban axial yang sering terjadi pada
cam shaft.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 43 - 74
3.Lubrication Camshaft.
Oil dari pump dialirkan dengan tekanan melalui cylinder block atau main
gallary kemudian masuk ke cam shaft melalui lubang bushing journal.
Bila mengganti bushing harus meluruskan kembali lubang yang ada pada
cylinder block dengan lubang yang ada di bushing dan hindarkan terjadinya
bushing mengecil.
4.Lokasi Camshaft.
Camshaft dapat ditempatkan pada cylinder block atau pada cylinder head
dan dilengkapi pengubah putaran dari crankshaft ke cam shaft ( gear ).
Pada umumnya pada kendaraan sport memkai type OHC dan DOHC
( Double Overhead Cam ) dihubungkan dengan rantai atau belt sebagai
penggeraknya.
5. Valve Timing.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 44 - 74
Di dalam daerah overlap terjadi kedua valve intake dan exhaust masih
terbuka. Kesalahan pemasangan timing gear atau penyetelan valve akan
membuat bekerjanya valve tidak pada waktu yang tepat. Juga kerusakan
timing gear, cam atau tappet dan kebekokan pada camshaft atau push
rod akan merubah valve timing yang terbaik.
Injection bahan bakar untuk engine ditentukan oleh cam follower sedangkan
untuk engine lainnya injeksi bahan baklar ditentukan oleh injection pump.
Injection timing yang digambar diatas menunjukkan waktu yang terbaik dari
injection plunger yang disesuaikan dengan sudut crankshaft yang mana
bahan bakar diinjeksikan dari injector. Pergerakan plunger dikontrol oleh
camshaft dan timing gear.
Fungsi dari injection plunger untuk embuka dan menutup saluran bahan
bakar diinjector dan menginjeksikan bahan bakar ke ruang bakar dengan
waktu yang tepat sehingga terjadi pembakaran bahan bakar yang efisien.
Awal dan akhir bekerjanya injeksi diset pada 60º sebelum titik mati atas
( BTDC ) dan pada 20º setelah titik matai atas ( ATDC ). Walaupun injection
timing sudah yang terbaik kita tentukan pada sudut crankshaftnya. Suatu
engine masih bergantung pada beberapa kondisi seperti kecepatan putar
engine, Valve timing, konstruksi dari valve system dabn kondisi udara
atau atmosfir.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 45 - 74
Tappet dan push rod digabung dengan cam shaft, rocker arm dan valve
disebut valve mechanism.
Putaran camshaft dirubah melalui cam menjadi gerakan vertikal pada tappet
yang selalu bersentuhan dengan cam.
Push rod yang digunakan dibuat dari besi batang yang kosong untuk
mentransfer gerak vertikal dari tappet ke rocker arm.
Tappet dan push rod kedua - duanya diangkat oleh cam dan turunnya
dengan tenaga spring. Pergerakan tappet dan push rod sesuai dengan
permukaan cam lift. Pada umumnya cam lift kurang lebih 10 mm.
Tappet dan push rod selalu bergerak vertikal berulang - ulang dengan
kecepatan tinggi, menaikkan inertia membuat keduanya seolah - olah
menjadi ringan, sehingga mungkin perlu mengurangi gaya, benturan,
jumping dan suara sekecil mungkin.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 46 - 74
Tappet dari titik ke titik bersentuan dengan cam sedangkan cam follower
dari garis ke garis persentuhannya dengan cam. Sehingga cam follower lebih
baik mendapat beban berat dibanding tappet.
Cummins engine adalah four valve type. Setiap cam menggerakkan dua
valve dibantu dengan cross head untuk membuka atau menutup valve.
Juga dengan mechanism yang sama dengan valve mechanism, digunakan
untuk mengontrol injeksi bahan bakar. Dengan demikian beban setiap cam
selalu lebih besar dibanding dengan engine yang valve mechanism
menggunakan tappet. Cummins type V engine,
tidak memakai cam follower mechanism tetapi
menggunakan roller yang duduk dibawah setiap tappet. Sehingga
persentuhan dari garis ke garis pada permukaan cam dapat dipertahankan
antara roller dan cam.
Struktur dan fungsi dari cam follower dan push rod serta komponen lainnya
sama dengan engine yang menggunakan tappet dan push rod lainnya.
Disebelah terdapat gambar dan data - data pengukuran cam shaft dan cam
follower.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 47 - 74
Data - data pengukuran cam shaft dan cam follower sebagai berikut :
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 48 - 74
H. CAM FOLLOWER.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 49 - 74
I.PUSH ROD.
6D125 – 1 : up to 21771
S ( A ) 6D125 – 1 : up to 21839
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 50 - 74
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 51 - 74
J. TIMING GEAR
Timing gear secara umum diartikan suatu gigi penghubung yang dilengkapi
untuk mentransfer putaran crankshaft ke perlengkapan engine dan lain -
lainnya yang membutuhkan tenaga putar. Jumlah gigi dan susunanny
bergantung dan engine model.
Timing gear terdiri dari beberapa gigi penggerak yang berputar bersama
shaft yang langsung berhubungan dengan masing - masing shaft
penggerak dan beberapa idler gear yang dipasang hanya untuk merubah
arah putaran atau untuk mentransfer tenaga putaran ke gigi selanjutnya.
Struktur utama dari timing gear adalah cam gear, injection pump gear,
accesory gear ( cummins ), oil pump driving gear, balancer shaft gear dan
crank pulley gear.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 52 - 74
Setiap idler gear dipegang dengan shaft yang duduk diam pada cylinder
block dan bushing dipress padat pada gear untuk melembutkan gesekan
yang terjadi diantara shaft dan gear.
Thrust plate dipasang pada cam gear. Balancer shaft dan idler gear yang
sering mendapat beban axial.
2. Timing Mark.
Timing gear dan injection pump driving gear menentukan valve timing dan
injection timing. Untuk memudahkan diset sudut crankshaft pada posisi
piston top dan crankshaft gear, idler gear dan gigi penggerak lainnya
disearahkan tandanya ( timing marks ).
Crankshaft gear, idler gear dan balancer shaft gear juga mempunyai timing
marks ( tanda ) yang digunakan untuk memposisikan arah yang berlawanan
antara shaft kiri dan kanan sesuai dengan beban esentriknya. Jika timing
mark tidak tepat ini adalah suatu kelalaian, jadi bila memasang timing
gear, perhatikan benar - benar valve timing, injection timing dan fungsi
balance shaft. Karena tidak hanya menyebabkan
gagalnya mencapai performance engine, tetapi bisa
menyebabkan masalah pada engine.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 53 - 74
TIMING GEAR.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 54 - 74
TIMING GEAR.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 55 - 74
1. Piston.
2. Top ring.
3. Second ring.
4. Oil ring.
5. Piston ring.
6. Snap ring.
7. Connecting rod bushing.
8. Connecting rod.
9. Connecting rod bearing.
10. Connecting rod bearing.
11. Crankshaft.
12. Connecting rod cap.
Bagian ujung atas dari con rod dihubungkan pada piston melalui pin piston
dan bekerja secara vertikal. Sedangkan bagian ujung bawah con rod
dihubungkan dengan crankshaft dipegang dengan con rod cap dan bekerja
merubah gerakan putar.
Hubungan setiap ujung - ujung con rod bekerja dengan beban gesek yang
sangat besar. Untuk meredam gesekan yang begitu keras, pada bagian
upper end ( small boss ) con rod yang akan dihubungkan ke pin piston
dipasang bushing yang dipress padat. Sedangkan pada bagian lower end
( large boss ) con rod yang akan dihubungkan ke crankshaft dipasang
bearing yang dibuat sama bahannya dengan main bearing.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 56 - 74
2. Piston.
Piston tidak tahan dengan kondisi kerja yang berat sehingga mempengaruhi
umur engine.
Piston harus memiliki syarat - syarat dibawah ini :
1. Memiliki kemampuan tahan terhadap panas dan mengendalikan panas.
2. Memiliki berat yang sedang ( tidak menghasilkan inertia yang besar pada
kecepatan tinggi ).
3. Memiliki pemuaian yang kecil dari akibat panas.
4. Memiliki kestabilan yang tinggi ( faktor kelelahan material besar ) tidak
mudah aus dan mempunyai kekuatan yang besar.
Pada umunya yang terbanyak dipakai material piston terdiri dari nickel
allumunium alloy called Lo-ex, yag direncakan dengan spesifik gravity
rendah ( diatas 27 ), tahan terhadap panas yag tinggi dan menyalurkan
dengan cepat.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 57 - 74
Bagian atas dari piston bekerja sama dengan cylinder head dan cylinder
liner sebagai combustion chamber. Untuk memperbaiki percampuran
udara masuk dengan bahan bakar, dibuat bermacam bentuk permukaan
kepala piston.
Memilih permukaan piston top tergantung dari sistem pembakaran type dari
nozzle, sudut penyemprotan bahan bakar dan sistem lainnya. Bermacam -
macam bentuk kepala piston yang dipakai pada Komatsu engfine seperti
dibawah ini :
Oleh sebab itu bila mengukur diameter piston, arah dan posisinya
disesuaikan dengan spesifikasi pada maintenance standard.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 58 - 74
Jika piston overheat, akan terjadi pemuaian yang berlebihan pada piston
dan terjadi carbonization pada oil pelumas jkemudian menyebabkan macet
dan melekatnya permukaan yang bergesekan dan keretakan atau terbakar
pada kepala piston. Dengan demikian panas yang diterima piston dari gas
pembakaran harus secepatnya disebarkan.
Penyerapan panas dari allumunium alloy pada piston tiga kali lebih tinggi
dibanding cast iron.. Pemindahan panas ke permukaan liner dan oil
pelumas melalui sisi bawah dari piston.
Dengan bentuk, beraneka ragan yang dirancang pada piston, tidak hanya
menambah kekuatan, tetapi juga untuk meningkatkan penyebaran panas.
Bentuk dari cross section piston disebut thermal flow type yang
direncanakan sebagai penghantar panas yang tinggi.
Permukaan luar dari piston tidak banyak efeknya terhadap kekuatan piston
tetapi sangat penting sebagai ujung - ujung penghantar panas dan
pelumasan.
e. Piston cooling.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 59 - 74
3. Piston Pin.
Piston pin selalu bekerja berat dan menerima beban yang berulang - ulang
yang disebabkan tekanan pembakaran di dalam cylinder dan inertia
menggerakkan piston.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 60 - 74
Permukaan pin piston bergesekan dengan tekanan yang besar pada piston
dan bushing con rod. Dengan demikian pin harus mempunyai kekuatan
bengkok yang besar dan tidak mudah aus. Untuk itu memenuhi kebutuhan
tersebut piston pin dibuat dari baja special dengan carbon rendah yang
memiliki kekerasan tinggi dan permukaannya diperkeras dengan induction
quenching atau carbonizing.
Piston dan piston pin sering beradu berulang - ulang dengan masing
komponen harus dicegah berubahnya clearance, sehingga pelumasan pin
tetap bekerja efektif.
Oleh sebab itu bila memasang pin piston sebaiknya dipanaskan terlebih
dahulu.
4. Ring Piston.
Fungsi dari piston ring adalah menahan tekanan gas kompresi di dalam
cylinder, menjaga ketebalan oil film pada dinding cylinder dan mentransfer
panas dari piston ke cylinder liner.
Ring bagian atas disebut ring kompresi yang bekerja mencegah kebocoran
gas kompresi. Dan ring bagian bawah disebut ring oil yang bekerja menjaga
oil film.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 61 - 74
Untuk mengatasi kondisi yang demikian piston ring dibuat dari special cast
iron yang memiliki ketahanan terhadap panas yang tinggi.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 62 - 74
170 - 1 SERIES.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 63 - 74
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 64 - 74
Dibawah ini gambar piston, ring piston dan data - data pengukuran untuk
engine 6D 125 dan 6D 170 series.
PISTON, PISTON RING AND PISTON PIN.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 65 - 74
5. Connecting rod.
Connecting rod harus cukup kuat menahan tekanan kompresi dan tekanan
pembakaran juga mampu menerima ketegangan beban yang berulang -
ulang dan beban bengkok yang disebabkan inertia dari piston, connecting
rod sendiri pada putaran tinggi.
untuk memenuhi kebutuhan diatas, connecting rod dibuat dari special baja
tempa dan mempunyai kekuatan special dalam batas kelelahan material.
Pada umumnya bushing dibuat dari phospor bronze, kombinasi dari timah
dan bronze, yang menambahkan daya tahan tinggi dan tidak mudah aus
kemudian ditambah phospor
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 66 - 74
Bearing connecting rod kira - kira sama kondisi kerjanya dengan main
bearing crankshaft, sehingga persyaratan dan materialnya sama dengan
main bearing crankshaft. ( lihat main bearing crankshaft ).
Bolt connecting rod melayani untuk merapatkan con rod cap yang
menghubungkan connecting rod dengan crankshaft. Bolt selalu menderita
beban tegangan tinggi yang berulang - ulang yag disebabkan inertia dari
piston dan connecting rod, ditambah beban tegangan yang untuk
merapatkan cap.
Untuk dapat menahan kondisi beban yang demikian bolt con rod dibuat
sama dengan bolt cylinder head dan main bearing bolt. Untuk menjamin
kekuatan bolt, selama pengencangan bolt harus diberi tanda sampai
kekencangan yang diinginkan sehingga diperoleh tightening torque yang
baik. Dan bila terdapat cacat pada bolt dan kerusakan berat akan membuat
tidak tercapainya tightening bolt yang baik.
CONNECTING ROD.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 67 - 74
CONNECTING ROD.
6D125 SERIES.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 68 - 74
CONNECTING ROD.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 69 - 74
L. FLYWHEEL
1. Fly wheel.
Fly wheel terpasang di belakang carnkshaft yang diikat dengan bolt untuk
mentransfer putaran engine ke power train atau lainnya. Awalnya engine
power dihasilkan hanya di dalam combustion strock pada masing - masing
cylinder, yang menyebabkan terjadinya torque yang bervariasi pad crankshaft
dan ditrasnfer ke fly wheel.
Dengan adanya inertia yag besar pada flywheel, torque yang tidak sama
diterima dari crankshaft akan menjadi hampir sama dan rata pada putaran fly
wheel atau dengan inertia putar dari fly wheel dapat mengisi kekosongan
gerak putar dari crankshaft.
2. Ring gear.
Ring gear terpasang melingkar pada lingkaran luar dari flywheel yang
digunakan apabila engine diputar oleh starting motor untuk memutar engine.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 70 - 74
Bracket bagian belakang engine terpasang pada fly wheel housing atau
dicetak menjadi satu dengan housing yang digunakan untuk mounting
engine ke chasis.
4. Rear seal.
Rear seal terpasang pada fly wheel housing yang bekerja menyekat
komponen yang bergerak pada crankshaft ( lihat pada crankshaft oil seal
dan wear ring ).
Ada dua jenis rear seal, single lip type seal dan double lip type seal.
Sebaiknya menggunakan double lip seal, tetapi hati - hati dalam
pemasangannya jangan sampai lipnya terlipat keluar mengakibatkan oil
bocor dan lip menjadi rusak. Sebaiknya selama dalam pengetesan
engine menggubnakan single lip type seal
dan setelah selesai test diganti
double lip type seal.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 71 - 74
Dibawah ini gambar flywheel dan data – data pengukuran untuk engine 6D
125 dan 6D 170 series.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 72 - 74
Balancer shaft ada dua buah yang ditempatkan sejajar di kanan dan kiri
crankshaft dan berputar dua kali lebih besar dari putaran crankshaft.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 73 - 74
M.BALANCER SHAFT.
Balancer shaft terdiri dari dua shaft yang dipasang di bagian sisi bawah
dari cylinder block yang didukung beberapa bushing.
Tenaga penggerak dari balancer shaft diambil dari crank shaft gear
melalui idler gear diteruskan ke balancer gear
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KONSTRUKSI KOMPONEN UTAMA II - 74 - 74
PTO ( power take off ) gear dilengkapi untuk mengambil langsung tenaga
putar dari engine yang menggerakkan perlengkapan tambahan atau peralatan
kerja unit
Di dalam PTO system, putaran crankshaft gear dipindahkan melalui idler gfear
dan drive gear PTO masing - masing duduk pada drive shaft.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM BAB III
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 1 - 104
A. LUBRICATION SYSTEM.
1. Sirkuit.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 2 - 104
6D95L-1
S6D95L-1
SA6D95L-1
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 3 - 104
1. Oil pan.
2. Oil level sensor.
3. Oil pump.
4. Main relief valve.
5. Piston cooling valve.
6. Oil cooler.
7. Oil cooler by pass valve.
8. Oil filter.
9. Safety valve.
10. Main gallery.
11. Crankshaft.
12. Camshaft.
13. Rocker arm.
14. Piston cooling nozzle.
15. Timing gear.
16. Fuel injection pump.
17. Turbocharger.
18. Mechanical pump.
19. Oil pressure gauge.
a. To intake manifold.
w. Coolant.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 4 - 104
1. Oil pan. 9. Oil filter safety valve. 17. Piston cooling nozzle.
2. Oil Strainer. 10. Main gallery. 18. Timing gear.
3. Oil pump. 11. Crankshaft. 19. Turbocharger.
4. Main relief valve. 12. Camshaft. 20. Fuel injection pump
5. Oil cooler. 13. Rocker arm. ( Without governor ).
6. Regulator valve. 14. Cam follower. 21. Fuel injection pump
7. Oil cooler by pass valve. 15. Intake and exhaust valve. ( Without governor ).
8. Oil filter. 16. Piston. W : Cooling water.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 5 - 104
Aliran Oli.
a. Oli di dalam oil pan mengalir melalui strainer yang menyaring debu -
debu kasar dan partikel lainnya.
b. Oil pump yang diputar oleh gear ( timing gear ), mengalirkan oil
dengan tekanan ke sistemnya.
c. Oil dikirimkan oleh oil pump, didinginkan terlebih dulu oleh oil cooler
sebelum sampai ke filter oil.
d. Oil yang disaring oleh oil filter mengalir melalui saluran utama ( main
gallery ) di dalam silinder block ke permukaan komponen -
komponen yang bergesekan.
Scavenging Oil.
Saat posisi engine yang dioperasikan miring, oil mengalir dan berada
di ujung oil pan. Sehingga oil yang bersikulasi tidak sempurna dan
menyebabkan keausan pada komponen - komponen yang
bergesekan.
Scavenging oil sirkuit mempunyai strainer sendiri yang lketaknya disisi
berlawanan dengan strainer utama. Sehingga il yng berada diujung oil
pan dihisap oleh scavenging pump melalui strainernya dan dikirimken
ke sisi lawannnya
1. Oil pan.
2. Oil pump.
3. Oil filter.
4. By pass filter.
A. To various engine parts.
Oil pelumas di oil pan secara normal mengalir melalui oil pump dan oil
filter ke berbagai macam komponen dalam. Dengan adanya tambahan
bypass filter sirkuit. Oil terjaga bersih dan memperkecil kebuntuan filter
oil.
Engine Komatsu membagi dua tipe yaitu :
2. Oil Pump.
Oil pump yang paling banyak digunakan utuk engine adalah tipe external
gear atau type trochoid pump. Tekanan oil pelumasan di engine berkisar
antara 3 - 6 kg/cm2 selama pengoperasian engine dalam batas normal.
Debit oil pan yang disuplai ke sistem berkisar 50 - 300 ltr/menit. Walupun
kebutuhan debit oil masing - masing engine bervariasi.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 7 - 104
Prinsip kerja :
1. Gear berputar sesuai tanda panah, oil di sisi inlet mengisi kekosongan
gigi - gigi dan rumahnya.
2. Oil yang berada diantara gigi dan rumahnya dipindahkan sesuai
dengan gerakan gigi ke sisi outlet.
Trochoid pump merupakan pompa roda gigi tetapi dengan gigi - gigi
berbentuk kurva trokoida, jumlah gigi dari rotor luar. Rotor luar berbentuk
silinder dan berputar pada rumah pompa. Sedangkan sumbu rotor dalam
terletak eksentrik terhadap sumbu silinder tersebut, sehingga pemasukan
minyak pelumas berlangsung tegak lurus terhadap eksentrisitas tersebut.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 8 - 104
Gbr. III - 10. Cartridge type. Gbr. III - 10. Cartridge type ( with
built in safety valve ).
1. Bracket.
2. Center bolt.
3. Element.
4. Filter case.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 9 - 104
a. Fungsi.
b. Penangan filter.
Oil filter secara bertahap akan mengalami kebuntuan oleh partikel asing
dan kotoran - kotoran yang bersama - sama oil bersikulasi. Kecepatan
kebuntuan filter, tergantung cara penanganan oilnya. Karena itu, maka
element filter harus diganti secara berkala sesuai dengan operation
dan maintenance manual.
4. Bypass Filter.
Fungsinya adalah untuk menyaring oil dari oil pan agar tetap bersih dan
mencegah oil filter cepat buntu. Struktur bypass filter adalah sama dengan
oil filter dan ukurannya lebih besar.
1. Filter cover.
2. Element.
3. Filter case.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 10 - 104
5. Oil Cooler.
Gbr. III - 14. Cartridge type. Gbr. III - 15. Layer type.
6. Oli Pelumas.
Fungsi oli :
~ Membentuk lapisan minyak ( film ).
~ Pendingin ( cooling ).
~ Penyekat ( sealing ).
~ Pembersih ( cleaning ).
~ Anti karat.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 11 - 104
Contoh :
Minyak pelumas diesel engine tidak sama dengan gasoline engine. Hal
ini disebabkan oleh :
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 12 - 104
B. FUEL SYSTEM.
Sistem penyaluran bahan bakar setiap engine pada dasarnya sama, tapi
dengan kebutuhan dan fungsi yang berbeda, sehingga terdapat dua macam
cara untuk menyalurkan bahan bakar.
Fuel tank.
Sebagai tempat penyimpanan bahan bakar.
Float tank.
a. Tempat penampungan bahan bakar dari fuel tank maupun
pengembalian fuel dari injector.
b. Mencegah over fuelling pada saat mati.
c. Mengendapkan kotoran atau air yang terkandung di dalam bahan
bakar tersebut.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 13 - 104
Fuel filter.
Untuk menyaring kotoran yang terkanduug di dalam bahan bakar.
PT pump.
PT pump adalah mensuplai fuel ke injector dan menentukan quantity fuel
yang disuplay. Karena adanya hambatan yang konstan, maka perubahan
quantity supplay ( debit ) akan menyebabkan tekanan bervariasi.
2. Fungsi komponen.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 14 - 104
b. Saringan ( Screen ).
Untuk menyaring kotoran dan gram - gram yang tercampur dalam
bahan bakar.
d. idle spring.
Berfungsi untuk menentukan putaran idle suatu engine. Jika adjusting
screw diputar kearah dalam, maka putaran idle meningkat dan
sebaliknya.
e. PTG Governor.
Menentukan tekanan maksimum bahan bakar di dalam PT Pump dan
menentukan putaran maksimum engine. Yang mana kedua hal
tersebut saling berhubungan.
a. Posisi throttle.
b. Posisi governor.
c. Beban engine.
Kekuatan idle spring ini, sangat penting karena menentukan posisi idle
putaran engine. Jika spring yang lebih kuat dipasang, akan
menyebabkan putaran engine semakin tinggi. Dan jika spring tersebut
lemah, menyebabkan putaran engine turun.
g. Menentukan kecepatan.
h. Throttle shaft.
Fungsinya adalah :
a. Menjamin tekanan bahan bakar cukup, selama negine dihidupkan
( throttle staring ).
b. Bertindak sebagai damper untuk meratakan aliran selama putaran
idle.
c. Membatasi torque speed terendah.
d. Membantu keceptan akselerasi.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 16 - 104
k. Throttle leakage.
Fungsinya adalah :
1. Mempertahankan kebutuhan bahan akar pada high idle.
2. Mencegah timbulnya udara di dalam injector.
3. Untuk melumasi dan mendinginkan plunger injector.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 17 - 104
a. PT - MVS - governor.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 18 - 104
Prinsip kerja :
Bahan bakar dari tanki dihisap oleh pompa melalui filter, aliran bahan
bakar yang dihasilkan oleh pompa itu tidak konstan, oleh pulsation
damper diredam supaya alirannya konstan, lalu disaring lagi oleh
magnetic screen. Dari screen masuk ke PTG governor ----- > throttle
shaft -----> MVS -----> Shut off valve -----> injector.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 19 - 104
b. PT - VS - governor.
Prinsip kerja :
Cara kerja dari tipe PT ( G ) VS ini sama saja dengan PT ( G ) MVS.
Perbedaan hanya pada sistem pengembalian MVS plungernya. Pada
tipe PT ( G ) VS plungernya dikembalikan bukan oleh tekanan bahan
bakar dari pompa, tetapi oleh mengembangnya fly weight yang sesuai
dengan putaran engine.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 20 - 104
c. PT - VS - AFC.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 21 - 104
Gbr. III – 22. Low idle. Gbr. III – 23. High idle.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 22 - 104
Prinsip kerja :
Mengatur jumlah bahan bakar yag masuk ke ruang bakar disesuaikan
dengan jumlah udara yang masuk oada saat pertambahan rpm
( akselerasi ).
Engine hidup low idle, tekanan udara dalam intake manifold tidak
mampu menekan membran ( diaphragm ) melawan spring dan control
plunger, sehingga plunger tetap menutup saluran A, bahan bakar yang
dari throotle shaft terpaksa melalui jalan yang dipersempit oleh No Air
Needle Valve menuju MVS. Dengan demikian tekanan bahan bakar
yang menuju MVS kecil sesuai dengan jumlah udara yang masuk ke
ruang bakar.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 23 - 104
Ketika engine hidup pada low idle dan accelerator pedal ditekan
secara cepat, maka udara yang masuk tidak dapat bertambah jumlah yang
sesuai dengan pertambahan bahan bakar. Selama sistem
pengendalian bahan bakar dihubungkan secara mekanis oleh linkage,
maka suplai bahan bakar dapat bertambah hampir secara serentak.
Sebaliknya udara masuk hanya bertambah setelah kecepaan
engine naik. Untuk mencegah asap hitam yang mudah timbul karena
kekurangan udara, maka aneroid control valve dapat mengendalikan
suplai bahan bakar, sehingga hanya bahan balar yang tepat dengan
jumlahnya disuplai ke engine untuk diinjeksikan.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 24 - 104
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 25 - 104
Posisi starting :
Ketika engine distart, jumlah bahan bakar yang disuplai oleh PT Pump
kecil dan tekanannya jug arendah. Akibatnya stop valve, selama
proses starting tetap tertutup, sehingga bahan bakar tidak dapat di bypass
dan proses starting bisa dengan mudah.
Posisi Idling :
Ketika engine distart, tekann bahan bakar mampu mengalahkan
kekuatan spring pada stop valve untuk proses starting, mendorong
valve ke kiri dan sebagian bahan bakar mengalir ke dalam valve
( throttle shaft ).
Ketika hidup pada low idle, valve tersebut terbuka sepenuhnya karena
tekanan udara masuk adalah rendah dan bahan bakar mengalir
melalui coakan ( notch ) dan terus mengalir.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 26 - 104
Oleh sebab itu valve membuka bahan bakar bisa mengaLir secara
langsung ( bypass ). Tetapi, begitu tekanan udara naik dan menjadi
lenih besar dari pada kekuatan
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 27 - 104
Normal driving :
Dalam keadaan hidup normal, ketika putaran engine bertambah dan
tekanan masuk lebih kuat dari kekuatan spring bellow, maka coakan
pada valve adalah tertutup. Karena itu, selama bahan bakar tidak bisa
di bypass langsung, maka engine akan memberikan performance
sebagai engine yang tidak menggunakan aneroid control valve.
Keterangan :
( 1 ) : Titik dimana coakan mulai tertutup ( air intake manifold
pressure…..100 - 130 mmHg ).
( 2 ) : Titik dimana coakan telah selesai tertutup ( air intake pressure
…..355 mmHg ).
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 28 - 104
4. Injector.
Keterangan :
~ Start up stroke : Pada l;angkah ini meterinmg orifice masih
tertutup, tapi plunger mulai bergerak naik.
~ Metering orifice : Plunger terus naik, metering orifice mulai
terbuka, bahan bakar mulai mengalir dan mengisi injector.
~ Injection plunger : Plunger metering orifice tertutup sehingga
bahan bakar yang terdapat pada cup injector terjebak, plunger
turun menekan bahan bakar, sehingga bahan bakar menyemprot
ke ruang bakar.
~ Injection complete : Ujung plunger pada cup injector, sampai
langkah selanjutnya mulai lagi.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 29 - 104
Identifikasi injector.
Pada setiap body injector terdapat nomor seperti terlihat pada gambar
diatas. Nomor tersebut mempunyai arti sebagai berikut :
Shim yang digunakan pada injector tipe flange ini ada 5 macam, yang
masing - masing mempunyai tebal yang berbeda. Untuk menentukan
ketebalannya ditandai dengan tanda V pada sisinya. Tebal tipisnya
shim adalah menentukan waktu terbukanya metering orifice dan jumlah
bahan bakar di dalam cup.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 30 - 104
Pergerakan injector.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 31 - 104
Pada langkah intake, roller pada cam follower berputar dan turun
mengikuti kurva pada cam shaft menyebabkan push rod turun dan
plunger naik. Pada 44º sesudah titik mati atas ( ATDC ), metering
orifice terbuka dan bahan bakar masuk ke dalam cup.
Pada 62º sebelum titik mati atas ( BTDC ) langkah kompresi, roller
mulai bergerak naik dan plunger mulai bergerak turun. Pada 28º
BTDC, metering orifice tertutup.
b. Cylindrical injector.
Injector yang digunakan pada PT Fuel System dikelompokkan menjadi
dua yaitu cylindrical dengan flange dan tanpa flange
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 32 - 104
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 33 - 104
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 34 - 104
7 = Bulan.
8 = Hari pembuatan.
9 = Tahun.
10 = Tipe injector.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 35 - 104
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 36 - 104
Dalam hal ini terjadinya peristiwa berpindahnya bahan bakar dari inner
chamber ke outer chamber.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 37 - 104
a. Posisi Discharging.
Gbr. III – 40. Posisi Discharging. Gbr. III – 40. Posisi Idling.
b. Posisi Idling.
Apabila tekanan yang dibangkitkan pad bagian pengeluaran (discharge line)
tinggi, maka tekanan ini akan mengakibatkan piston tertahan. Gerakan push
rod tetap mengikuti bentuk lobe ( contur cam ) dari poros kam tapi gerakan
itu tidak mengakibatkan piston betgerak. Apabila tekanan pada discharge
line menurun, maka kekutan spring akan mendorong piston sehingga piston
bisa mengikuti gerakan dari push rod.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 38 - 104
Feed Pump.
1. Camshaft.
2. Oil seal.
3. Piston (main ).
4. Priming pump.
5. Sprig ( priming ).
6. Piston ( Priming ).
7. Check valve ( Outer side ).
8. Gauge filter.
9. Plug.
10. Spring ( main ).
11. Check valve ( inlet side ).
A. Inlet port.
B. Pouter port.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 39 - 104
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 40 - 104
a. K l a s i f i k a s i.
Semua engine komatsu dilengkapi dengan pompa injeksi tipe
pompa pribadi ( individual ).
Walaupun ada beberapa variasi dalam konstruksinya, namun
struktur dasarnya adalah sama.
Pada dasarnya pompa injeksi tipw bosch yag dipasangkan pada
engine Komatsu dapat digolongkan atas tiga model :
1. Model PE - K :
Pompa injeksi ini dibuat utuk engine - engine kecil dan ringan.
Pompa ini bersatu dengan governornya.
2. Model PE - A :
Tipe ini sebagian besar dipakai pada mesin diesel yang
dipasangkan pada mesin - mesin konstruksinya.
Model ini mempunyai governor dan pompanya terpisah dengan
pompa airnya ( feed pump ).
~ PE - A : Dipasang pada engine seri 130 dan 120.
~ PES - A : Dipasang pada engine seri 94 dan 4D105.
~ PES - PD : Dipasang pada engine seri S4D105.
PES pump mempunyai flange yang digerakkan oleh joint,
sedangkan PE pump mempunyai kopling
3. Model PES - PD :
Model ini dibuat untuk keperluan engine diesel yang besar
dengan kecepatan tinggi dipakai pada mesin - mesin konstruksi.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 41 - 104
NP P E S 6 A 80 C 4 2 1 R N229
ND P E S 4 A 50 C 4 2 1 R S256
-- - - - - - - - - - - - -------
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Keterangan :
1 = kode pabrik.
NP = Diesel Kiki.
ND = Nippon Denso.
2 P = untuk pompa.
3 E = dilengkapi dengan proses kam ( camshaft ).
4 S = mempunyai flange.
- = mempunyai sambungan kopling
5 = jumlah plunger.
6 = dasar kode model
A, B, K, P, Z, AD, PD dan sebagainya.
7 = diameter plunger ( mm x 0.1 )
8 = kode perencanaan yang diberikan oleh Robert Bosch Company,
Jerman Barat.
9 = kode yang menyatakan jumlah pompa alir yang dipakai dan
arah pemasangan poros kam.
1 -- kiri
2 -- kanan
3 1 pump kiri
4 1 pump kanan
5 2 pump kiri
6 2 pump kanan
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 42 - 104
10 = Lokasi governor.
NO LOKASI
0 --
1 kiri
2 kanan
11 = Lokasi timer.
NO LOKASI
0 1
1 kiri
2 kanan
12 = Arah putaran.
R = putaran kanan, dilihat dari sisi penggeraknya.
L = putaran kiri, dilihat dari sisi penggeraknya.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 43 - 104
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 44 - 104
b. Individual pump.
1. Straight pin.
2. Flange sleeve.
3. Pump housing.
4. Plunger spring..
5. Lower spring seat.
6. Control rack.
7. Rack guide screw.
8. Plunger seat.
9. Camshaft..
10. Delivery valve holder.
11. Delivery valve stopper.
12. Delivery valve spring.
13. Delivery valve.
14. Adjust shim.
15. Plunger.
16. Plunger barrel.
17. Guide pin.
18. Control pinion.
19. Tappet.
20. Cover.
21. Center metal.
22. Cover.
Shim terdapat ada pompa ini, yang dipasang antara flange dan rumah
pompa. Merubah ketebalan shim berarti meubah posisi dari plunger,
relatif terhadap saluran masuknya. Dengan kata lain, adanya shim ini
berarti mengatur kedudukan flange pada rumah popa arah vertical .
Dengan kata lain mengatur timing.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 45 - 104
Prinsip kerjanya :
Plunger naik karena dorongan poros kam, sedangkan turunnya
karena dorongan spring. Langkah plunger keseluruhan disebut
dengan Constan Stroke.
Ketika plunger bergerak naik, pada saat mana lubang ( port ) yang
terletak pada plunger barrel mulai tertutup, maka saat itu disebut
dengan mulai injeksi ( start of injection ). Dimana bahan bakar nosel
siap menyemprot. Apabila plunger bergerak terus, maka bahan
bakar pada nosel akan meyemprot.
Semprotan bahan bakar pada nosel akan berhenti ketika posisi alur
pada plunger mulai bertemu dengan lubang pada plunger barrel.
Langkah penyemprotan disebut efective stroke, langkah tersebut
dimulai dari posisi start of injection sdampai alur ketemu dengan
lubang masuk pada barrel. Posisi langkah efective ( efective stoke ),
berubah - ubah tergantung dari beban dabn pengeluaran
pengaturan operator secara manual.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 46 - 104
c. Delivery valve.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 47 - 104
d. Governor.
Fungsinya :
Mengatur putaran engine sesuai dengan bahan bakar dan putaran.
Kalsifikasi governor :
Governor untuk pompa injeksi tipe bosch dapat diklasifkasikan sebagai
berikut :
1. Minimum dan maksimum speed governor. Umumnya tipe ini
digunakan untuk otomobil.
2. All speed governor. Umunya tipe ini dipakai untuk mesin - mesin
konstruksi dan engine generator.
2. Pneumatic Governor.
Perbedaan tekaan antara tekanan volume pada intake manifold
dan atmosfir dideteksi oleh sebuah diaprahma.
Ada lebih kurang 20 macam dari governor yang disebutkan diatas
dapat dipergunakan.
Salah satu macamnya adalah All Speed Mechanical Governor yang
banyak dipakai mesin - mesin konstruksi. Tipe ini mempunyai
keuntungan antara lain : kecepatan dapat dilakukan pad rangenya
dengan sedikit penyimpangan, apabila ada beban ( load ). Dan
dapat menjaga ketepatan kecepatan engine. Dengan alasan -
alasan ini, maka Komatsu Engine banyak memilih tipe ini untuk
mesin - mesin konstruksinya
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 48 - 104
2. Model RSUV.
Model governor ini biasanya dipasangkan pada pompa injeksi
tipe PE _ PD, untuk engine - engine yang besar. Governor ini di
lengkapi dengan speed up gear, utuk memperbaiki pengontrolan
ulang lebih akurat.
Keterangan :
1 = kode pembuat.
NP = Diesel Kiki.
ND = Nippon Denso.
2 = EP menyatakan bahwa governor ini mempunyai pompa injeksi.
3 = klasifikasi bentuk.
R = mechanical governor.
N = pneumatic governor.
4 = sistem pemasangan spring governor.
S = spring dipasang sedemikian rupa sehingga tension dari
governor spring bervariasi dengan control lever..
Q = spring dipasangkan dibagaian dalam flyweight sehingga
perbandingan dari floating lever dapat divariasikan.
5 = V menyatakan pengaturan semua tingkat kecepatan ( all speed
governor ).
6 = menyatakan kecepatan pompa ( rpm pada low idling ).
7 = menyatakan kecepatan pompa ( rpm pada hight idling ).
8 = dasar kode model dari pompa injeksi.
9 = kode perencanaan yang diberikan oleh pabrik.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 49 - 104
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 50 - 104
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 50 - 104
2. Ujung bawah floating lever di pin pada guide lever dan bagian
atasnya dihubungkan dengan link pada control rack dan didorong
ke depan rack oleh start spring.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 51 - 104
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 54 - 104
5. Posisi Stopping.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 56 - 104
f. Torque Spring.
H
I
G
F
Engine Speed
M
D
O J A
Control rack position
Keterangan gambar :
1. Garis A - B : mengambarkan kelebihan bahan bakar yang
diberikan, yang disebabkan oleh start
spring pada waktu engine start.
2. Garis B - C : mengambarkan ketegangan start spring akibat
bertambahnya gaya sentrifugal.
3. Garis C - D : mengambarkan kelebihan bahan bakar yang
diberikan karena mulai berfungsinmya idling spring pada tension
lever.
4. Garis D - E : mengambarkan idling spring dalam keadaan tertekan.
5. Garis E - F : mengambarkan kondisi beban penuh yang ditentukan
dengan shifter yang secara langsung melawan tension lever.
6. Garis F - G : mengambarkan saat torsi ( torque ) spring mulai
bekerja. Pada G power yag dibangkitkan kurang lebih 85% dari
keadaan beban penuh yang ditentukan. Pada keadaan inilah mesin
- mesin konstruksi dioperasikan.
7. Titik H : mengambarkan keadaan maksimum kecepatan tanpa
beban ( no-load maximum speed ).
8. Garis H - I : mengambarkan kerja sama dari governor spring dan
idling sub spring.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 58 - 104
Pada saat kecepatan turun dari titik ini, segera start spring bekerja
untuk menggerakkan control rack, untuk menambah jumlah injeksi.
Fungsinya :
Secara otomatis mengadakan variasi saat penyemprotan bahan bakar
sesuai dengan putaran engine, sehingga saat penyalaan bahan bakar
tepat pada saat yang ditentukan. Dengan kata lain, dengan bahan
bakar yang tetap jumlahnya, tenaga yang dihasilkan menjadi lebih
besar.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 59 - 104
4
Advance ( º )
1000 2000
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 60 - 104
Cara Kerjanya :
1. Pada gambar diatas memperlihatkan keadaan automatic yang
belum bekerja.
2. Bila rpm engine makin tinggi ( putaran driving flange makin tinggi ),
maka flyweight mengembang karena gaya sentrifugalnya, sehingga
permukaan lengkungnya bergeser pada stud. Akibatnya spring
terkompres sehingga pin A bergeser dari kedudukan semula sesuai
dengan putaran driving flange.
3. Karena pin A tetap pada pemegang flyweight ( flyweight holder )
yang memutar FIP, maka sudut penyemprotan menjadi lebih awal.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 61 - 104
Keterangan gambar :
a. Priode perlambatan pembakaran. A. Start injeksi.
b. Periode pembakaran cepat. B. Pembakaran.
c. Priode pembakaran terkendali C. Akhir pembakaran cepat.
d. Priode perlambatan sisa. D. Akhir pembakaran normal.
e. Lama penyemprotan. ( akhir dari injeksi ).
E. Akhir pembakaran.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 62 - 104
h. Boost Compensatory.
Cara kerjanya :
1. Saat akselerasi :
Control rack berada pada posisi tertentu ( oleh operator ). Untuk
sesaat tersebut tekanan turbocharger masih belum tinggi, bahkan
vacuum.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 63 - 104
2. Kevacuuman:
Tersebut dimanfaatkan untuk mengatur posisi control rack dengan
mekanisme sebagai berikut :
Diaphragma ( 8 ) ----> push rod ----> boost compensator lever
( 9 ) <---- floating lever ( 2 ) ----> control rack ( 16 ) --->
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 64 - 104
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 65 - 104
Umum
Centrifugal Feed Pump ( tipe Vane ), mengisap bahan bakar setiap kali
berputar.
Tekanan bahan bakar yang dihasilkan oleh pompa ini diatur oleh
regulating Valve yang diteruskan pensuplaiannya ke Pump Chamber
melalui lubang yang terdapat di atas cover feed pump.
Pump plunger digerakkan camplate yang dihubungkan ke drive shaft
dengan perantaraan coupling dan pump plunger ini ditekan melawan cam
plate oleh spring.
Cam plate mempunyai permukaan cam sebanyak jumlhah silinder
engine. Dan bergerak secara reciprocating pada fix roller ketika diputar oleh
drive shaft. Plunger dihubungkan ke cam plate yang berputar dan bergerak
secara reciprocating dan pada saat yang bersamaan mengisap dan
mendistribusikan bahan bakar.
Governor ( tipe centrifugal all speed ) terdapat pada bagian atas pompa
injeksi, menggerakkan spill ring yang menahan plunger spill port untuk
mengatur jumlah bahan bakar yang diijnjeksikan.
Hydraulic timer terdapat pada bagian bawah pompa injeksi yang bekerja
karena adanya tekanan bahan bakar di dalam pump chamber. Timer ini
menggerakkan roller ring untuk mempercepat dan mengatur saat
penyemprotan bahan bakar.
Fuel cut solenoid, dihubungkan dengan sirkuit engine switch. Ketika
engine switch diputar ke posisi Off, maka arus listrik tidak mengalir dan
solenoid tertutup, sehingga bahan bakar terputus alirannnya.
a. Feed Pump.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 66 - 104
Pompa ini adalah tipe Vane yang mempunyai 4 buah biade. Bahan bakar
dihisap dari tangki dan dipompakan ke dalam pump chamber melalui
filter. Rotor feed pump diputar oleh drive shaft. Ketika rotor berputar, maka
blade menekan melawan dinding pressure chamber karena gaya
sentrifugal. Karena titik tengah rotor berdefiasi dengan tumpuan pada
tengah - tengah pressure chamber, maka bahan bakar antara blade
balde tertekan dan diinjeksikan dari saluran injeksi.
b. Regulating Valve.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 67 - 104
Proses Pemasukan.
Ketika plunger turun dan intake groove berhubungan dengan saluran
masuk silinder maka bahan bakar mengisi dari intake groove ke dalam
pressure chamber dan plungernya.
Proses Injeksi.
Ketika plunger berputar, saluran masuk tertutup dan saluran distribusi
membuka untuk satu distribution path. Karena plunger terus berputar,
permukaan cam meneruskannnya ke roller, plunger mulai naik dan
menekan bahan bakar di dalam plunger chamber dan tekanan bahan
bakar yang tinggi secara paksa mengisi nozzle melalui delivery valve.
Akhir Injeksi.
Ketika plunger terangkat diatas cam plate, maka spill port terbuka ke
depan. Tekanan bahan bakar yang tinggi di dalam plunger dikeluarkan
dari spill port kembali ke pump chamber, tekanan menjadi turun dan
berakhirlah proses injeksi.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 68 - 104
Proses Kesetimbangan.
Begitu pula plunger berputar 180º, maka equlizing groove bertemu
dengan distribution path untuk menyamakan tekanan bahan bakar di
dalam distribution path dengan pump chamber.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 69 - 104
Jika spill ring bergerak ke kiri, maka efektif stroke menjadi pendek dan
proses penyemprotan bahan bakar berkurang dan sebaliknya apabila
spill ring bergerak ke kanan, maka efektif stroke menjadi panjang, sehingga
proses injeksi bahan bakar menjadi banyak ( bertambah ).
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 70 - 104
d. Governor.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 71 - 104
Governor lever terdiri dari guide lever, tension dan control lever.
Tension lever dan control lever bergerak mengelilingi aksel A yag
dihubungkan ke guide lever. Sebaliknya, guide lever fix pada pump
housing di titik C. Berputar mengelilingi fulcrum C apabila full load
stopper di masukkan ke dalam ( screw in ), fulcrum A dan spill ring
bergerak ke kanan.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 72 - 104
~ Posisi start.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 73 - 104
~ Idling.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 74 - 104
~ Full Load.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 75 - 104
Karena itu, spill ring bergerak ke kanan untuk menambah bahan bakar
dan mencegah over running.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 76 - 104
d. Automatic Timer.
Ini adalah sebuah hydraulic timer yang bekerja karena bahan bakar di
dalam pump chamber. Timer piston ini dipasangkan di dalam pump
housing di sebelah kanan drive dhaft. Piston ini bergerak di dalam timer
housing sesuai dengan tekanan bahan bakar dan spring. Gerakan piston
ini dipindahkan ke roller ring melalui slide pin.
3
Timer advance angle
0 5 6 7.5 9 11
Pump rpm ( x100 rpm )
D. N o z z l e.
Konstruksinya :
Penyemprot bahan bakar atau nozzle
terdiri dari bodi dan kutub jarum ( needle
valve ). Untuk engine saat ini, nozzle
berlubang banyak ( 8 lubang ) yang paling
banyak dipakai. Akan tetapi ada juga
yang mempunyai satu lubang.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 78 - 104
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 79 - 104
S 6 D 170 - 1 -- 255
S A 6 D 140 - 1 -- 250
S 6 D 140 - 1 -- 250
6 D 125 - 1 -- 225
S 6 D 125 - 1 -- 250
SL 4 D 130 - 1 -- 140
4 D 130 - 1 -- 140
6 D 110 - 1 -- 250
4 D 105 - 5 -- 225
S 4 D 105 - 5 -- 225
4 D 105 - 3 -- 225
6 D 105 - 3 -- 250
6 D 95 - 1 -- 200
2 D 94 - 2 -- 120
3 D 94 - 2 -- 140
4 D 94 - 2 -- 120
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 80 - 104
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 81 - 104
Cara kerjanya :
a. Bahan bakar dialirkan dari pompa alir ( feed pump ) ke saringan bahan
bakar karena berputarnya engine.
b. Dari outlet saringan bahan bakar diubungkan ke pompa priming oleh
pipa.
c. Jika tombol pompa priming diputar ( 12 ) berlawanan arah jarum jam,
maka spring rod ( 13 ) akan terdorong keluar oleh kekuatan spring
( 16 ) bersama - sama dengan tombolnya. Akibatnya bahan bakar
terisap dan masuk ke ruang pompa.
d. Jika tombol itu ditekan ton rod juga akan tertekan, menyebabkan check
valve ( 19 ) pada sisi isap tertutup. Pada saat yang bersamaan, check
valve ( 20 ) pada sisi pengeluaran akan terbuka dan bahan bakar
dapat mengalir keluar. Tekanan yang dihasilkan dapat bervariasi sesuai
dengan pengoperasian tangan.
e. Tekanan yang dihasilkan dari pompa itu dipancarkan lewat nozzle ( 6 )
ke intake manifold.
f. Bahan bakar yang dikeluarkan oleh pompa, agar tidak kembali lagi ke
pompa, dilengkapi dengan check valve ( 4 ).
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 82 - 104
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 83 - 104
3. Karena alasan - alasan di atas, dengan adanya alat bantu starting ini,
yaitu bahan akara disemprotkan ke dalam intake manifold, bercampur
dengan udara yang masuk dan dibaka. Akibatnya timbul panas pada
intake manifold. Selanjutnya udara yang panas akan masuk ke ruang
bakar, sehingga pembakaran dapat berlangsung dengan cepat.
4. Alat bantu starting untuk engine pembakaran langsung ini ada 3 tipe
yang banyak dipergunakan
pada Komatsu engine, tergantung
bagaimana cara memasukkan bahan bakar ke intake manifold.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 84 - 104
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 85 - 104
2. Tipe Thermostat.
Cara kerjanya :
c. Bahan bakar yang keluar dari ball valve dibakar oleh pembakar ( igniter
12 ), sedangkan penguapan oleh coil heater, dan terbakar di intake
manifold. Bahan bakar yang terbakar akan masuk ke setiap silinder
untuk memanaskan ruang bakar, sehingga engine mudah untuk
dihidupkan.
Sebelum bekerjanya alat bantu starting ini, buka kran pada tangki
thermostat, untuk menghindari tekanan - tekanan negatif ( negative
pressure ). Sebab akan mengakibatkan bahan bakar tidak bisa
mengalir.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 86 - 104
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 87 - 104
3. Tipe APS.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 88 - 104
Cara kerjanya :
b. Katub APS terdiri atas katub bahan bakar ( 4 ), bracket ( 5 ) dan nozzle
( 6 ). Fungsi bracke disini hanya sebagai pembagi flow saja,
sedangkan bahan bakar yang masuk
ke nosel, jumlah yang akan disemprotkan
dikontrol secara otomatis oleh sinyal listrik. Tekanan bahan bakar yang
ada pada APS adalah sama dengan tekanan pompa air
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 89 - 104
E. COOLING SYSTEM.
Water pump digerakkan oleh putaran carnk shaft melalui V belt untuk
mensirkulasikan air dengan tekanan tertentu ke sirkuit pendingin setelah
dari pompa, air pertama - tama menuju ke oil cooler untuk mendinginkan oli
pelumas engine dan oil - oil sistem lainnya. Kemudian, air tersebuit mengalir
ke silinder block.
Di dalam silinder block, air pendingin tersebut mengalir ke sekitar silinder
liner dan mendinginkan silinder liner dan ruang bakar. Setelah ini air
tersebut masuk ke water jacket selinder head. Untuk
mendinginkan nozzle atau injector, intake dan exhaust
valve dan permukaan silinder head.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 90 - 104
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 91 - 104
2. Water Pump.
1. Fan.
2. Fan pulley.
3. Ball bearing.
4. Pump shaft.
5. Pump housing.
6. Water seal.
7. Impeller.
8. Cover.
A. From Thermostat.
B. To engine.
C. From radiator.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 92 - 104
1. Cover.
2. Impeller.
3. Floating seal.
4. Water seal.
5. Water pump body.
6. Drive gear.
7. Bearing housing.
8. Pump shaft.
9. V - ring.
A. From Radiator.
B. From Thermostat.
C. To oil cooler.
Gbr. III - 99
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 93 - 104
3. Thermostat.
Adalah untuk mengatur saat membuka dan menutup aliran air pendingin ke
radiator, sehingga temparetur air pada sistem tetap pada batas - batas yang
sudah ditentukan ( 70 º C - 90 ºC ).
Operation
Cool ( full close ) Warm ( full open )
Gbr. III - 100. Cool ( full close ) Gbr. III - 101. Warm ( full open )
Function
Opening temperature : 74.5 - 78.5 ºC.
Full opening temperature : 90 ºC.
Valve lift : Minimum 10 mm.
Prinsip Kerja :
Valve mulai terbuka paad temperatur 74.5 - 78.5 ºC dan terbuka penuh
pada 90 ºC.
4. Radiator.
Fungsi buffle plate adalah untuk memisahkan bubles yag terjadi di dalam
sistem / radaitor. Bubles adalah peristiwa pecahnya gelembung udara.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 95 - 104
Di dalam upper tank dari radiator terdapat buffle plate yang memisahkan
antara air yang boleh berhubungan dengan udara luar dengan air yang
tidak berhubungan dengan udara ( ruang A dengan ruang B ). C adalah
saluran pembuangan udara dari dalam
core pada saat pengisian air. D juga adalah saluran pembuangan udara dari
dalam engine block [pada saat pengisian air.
Pada sistem pendinginan ini tidak boleh berhuibungan langsung dengan
udara luar, yang maksudnya untuk menaikkan titik didih air pada sistem dari
100 ºC menjadi 110 ºC.
Pressure valve.
Karena panas tekana udara di dalam radiator naik, apabila tekanan
udara dalam radiator naik sebesar 0.75 kg/cm 2 lebih tinggi dari tekanan
udara luar maka kelebihan tekanan tersebut akan mampu mendorong
pressure valve melawan spring,
sehingga kelebihan tekanan akan keluar melalui lubang K.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 96 - 104
Vacuum valve.
Berfungsi utuk mencegah kevakuman di dalam radiaotr, jadi apabila
tekanan di dalam lebih kecil dari tekanan udara luar ( 1atm ) maka
vacuum valve akan terbuka.
5. Corrosion Resistor.
1. Bracket. 5. Spring.
2. Cartridge.
3. Element ( paper ). A. Water inlet.
4. Element ( chemicals ). B. Water outlet.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 97 - 104
1. Naturally aspirated.
2. Supercharged aspirated.
a. Naturally Aspirated.
Udara yang masuk ke dalam silinder terjadi akibat hisapan piston dari
engine itu sendiri, di samping karena adanya perbedaan tekanan pada
saat piston bergerak dari Titik Mati Atas ke Titik Mati bawah ( lihat
gambar ).
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 98 - 104
b. Supercharged Aspirated.
1. Turbocharged Aspirated.
Pada tipe ini udara yang masuk ke dalam silinder dihisap
turbocharger, dimana turbocharger ini digerakkan oleh gas buang.
Umumnya tipe inilah yang banyak digunakan pada saat ini.
2. Mechanical supercharger.
Pada tipe ini udara yang dimasukkan ke dalam silinder dibantu oleh
hembusan blower. Blower ini digerakkan oleh roda gigi ataupun tali
kipas. Tipe macam ini banyak
dipergunakan pada engine 2 ( dua )
langkah.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III - 99 - 104
2. Air Cleaner.
Berfungsi sebagai alat pembersih udara, sehingga debu dan kotoran dapat
dipisahkan terlebih dahulu sebelum mauk ke ruang bakar. Untuk engine yag
beroperasi ditempat yang berdebu, maka harus dilengkapi dengan pre -
cleaner, sehingga sebagian debu sudah tersaring lebih dahulu.
A. Tipe basah.
B. Tipe kering.
Paper element.
Paper element with centrifugal type pre - cleaner.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III -100- 104
Air cleaner type paper element with centrifugal type pre - cleaner
merupakan salah satu bentuk air cleaner yang populer peggunaannya saat ini.
Pre - cleaner dapat menyaring sekitar 50% kotoran dari udara yang masuk,
dan paper element menyaring kotoran - kotoran yang lebih besatr dari 5 mikron.
Gbr. III - 109. Air cleaner type paper Gbr. III - 110. Centrifugal type pre-
element. Cleaner.
3. Vacuator Valve.
Fungsinya adalah untuk membuang debu pada air cleaner pada saat
engine mati. Vacuator valve ini tertutup pada saat engine hidup dan terbuka
pada saat engine dimatikan, sehingga debu dapat keluar secara otomatis.
4. Dust Indicator.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III -101- 104
5. Turbo Charger.
Turbo charger ini mempunyai dua impeller yaitu turbin dan blower. Turbin
impeller diputar oleh gas buang dengan kecepatan yang sangat tinggi. Pada
ujung poros turbin ini dipasangkan blower impeller dengan ikatan mur,
sehingga putaran blower impeller akan sama dengen putaran turbin
impeller. Putaran dari turbo charger ini berkisar antara 50.000 - 150.000 rp,.
Untuk menahan putaran tinggi tersebut poros turbin di support oleh journal
bearing dan thrust bearing. Pada tengah - tengah rumah turbin dilengkapi
dengan saluran oli untuk pelumasan bearing - bearing. Untuk pelumasan ini
dipergunakan oil engine. Dan untuk menghindari kebocoran oli ke sisi hisap
maupun sisi turbin dipasang seal ring.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III -102- 104
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III -103- 104
6. After Cooler.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
ENGINE SYSTEM III -104- 104
7. M u f f l e r.
Fungsinya :
Peredam suara.
Menghilangkan percikan api.
Menurunkan temperatur gas buang.
Macamnya :
1. Horizontal type.
2. Tube type.
3. Vertical type.
3. Catalytic muffler
Dari type - type di atas hanya ada 2 type yang kebanyakan digunakan yaitu
horizontal Type dan Vertical Type..
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGUKURAN BAB IV
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGUKURAN IV - 1 - 30
A. ALAT UKUR.
Jangka sorong digunakan untuk mengukur bagian dalam dan luar serta
kedalaman dengan ketepatan pengukuran 1/20 mm ( 0.05 mm ).
Konstruksinya seperti pada gambar IV - 1, ukurannya terdiri dari skala utama
( main scale ) dan skala vernier ( vernier scale ). Pada skala utama setiap
stripnya berharga 1 mm. Sedangkan pada skala vernier terdiri dari 20 strip
( untuk desimalnya ) yang menunjukkan 1 mm dibagi 20 strip ( 0.05 mm )
untuk tiap stripnya. Misalnya pada skala vernier tertera angka 6, ini berarti 12
strip, jadi hasilnya 12 x 0.05 mm = 0.60 mm. Cara pembacaan terdapat pada
gambar IV - 1.
Pertama kali kita lihat skala utama dan baca harga disebelah kiri 0 ( nol )
skala vernier ( 1 ) dengan hasil = 26 mm kemudian ditambah dengan
pecahannya. Penentuan harga pecahan dapat kita lihat pada skala vernier
hingga anda menemukan strip skala utama yang segaris dengan strip pada
skala vernier ( 2 ) dan didapat angka 4 ( empat ) yang berarti 8 ( delapan )
strip pada skala bernier = 8 x 0.05 mm = 0.40 mm. Jadi hasil
pembacaan keseluruhan adalah 26 mm ( pada skala utama ) + 0.40
mm ( pada skala vernier ) = 26.40 mm.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGUKURAN IV - 2 - 30
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGUKURAN IV - 3 - 30
~ Permukaan bagian yag akan diukur harus bersih dan bebas dari kotoran
serta kerusakan. Garis 0 ( nol ) pada skala utama harus segaris dengan
garis nol yang ada pada skala vernier.
~ Jangka sorong harus dalam keadaan bersih dan kerjanya harus lembut
dan baik.
~ Skala jangka sorong harus dalam keadaan betul.
~ Komponen yang akan diukur harus mendekati permukaan skala utama
agar mendapatkan hasil pengukuran yang baik.
~ Dalam pembacaan pandangan mata harus lurus pada garis skala.
~ Angka skala diusahakan harus mudah dibaca.
~ Untuk menghindari kerusakan dalam pengukuran jangan menekan
terlalu kuat.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGUKURAN IV - 4 - 30
2. Micrometer.
Gbr. IV - 3. Micrometer.
Micrometer adalah alat ukur yang persis dibandingkan dengan vernier caliper
dengan ketelitian pengukuran sampai 0.005 mm. Ada 2 macam micrometer
yang sering digunakan, outside micrometer yang digunakan untuk mengukur
bagian diameter luar dan inside micrometer yang digunakan untuk mengukur
diameter bagian dalam dasar pembacaan pengukuran keduanya sama
hanya beda penggunaanya saja.
Sleeve dan thimble adalah sama seperti skala utama dan skala pecahan
pada vernier caliper, hanya pecahan pada micrometer terdapat beberapa
macam ukuran dari 0 - 25 mm, 25 - 50 mm, 50 - 75 mm, 75 - 100 mm dst.
Untuk micrometer selain 0 - 25 mm, pengukuran harga
terkecilnya harus mempergunakan standar ukurannya dan untuk
memperoleh pengukuran yang tepat terlebih dahulu
distandarkan, atau di-nol-kan.
Pemeriksaan.
Penyetelan.
Gbr. IV - 5. Penyetelan.
Prosedur pengukuran..
Skala thimble terdiri dari 50 strip ( 50 skala ). Jika thimble berputar 1 putaran
( dari nol sampai nol pada thimble ) maka akan menunjukkan hasil 0.50 mm.
Jadi 1 strip thimble = 0.50 : 50 = 0.01 mm. Setiap thimble berputar satu kali
maka akan menunjukkan perubahan skala 0.50 mm dan ini ditunjukkan oleh
strip bagian bawah pada sleeve dengan permukaan thimble.
Cara pembacaan.
Pertama kali kita lihat hasil pada skala utama ( skala sleeve bagian atas ),
pada garis di atas gambar IV - 7 menunjukkan pada strip ke - 7
dan karena micrometer yang dipergunakan 0 - 25 mm. Jadi hasil
pembacaan 7 x 1.000 m = 7 mm, kemudian lihat bagian bawah
daripada sleeve disini terlihat ada garis di depan
thimble ( gambar IV - 7 ) maka diperlukan penambahan jumlah
0.500 mm dan apabila tidak terlihat di depan thimble seperti gambar IV - 8,
maka tidak perlu penambahan. Selanjutnya kita perhatikan skala thimble
terlihat garis segaris horizontal adalah angka 15, jadi hasilnya = 15 x 0.010
mm = 0.150 mm.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGUKURAN IV - 7 - 30
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGUKURAN IV - 8 - 30
MICROMETER
Gbr. IV - 9. Micrometer.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGUKURAN IV - 9 - 30
3. Inside Micrometer.
Cara penggunaan.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGUKURAN IV - 10 - 30
Tahanlah grip micrometer dan sentuhkan anvil pada satu sisi cylinder
kemudian perlahan - lahan putar thimble dan
spindle akan bergerak ke luar dan akan menyentuh sisi silinder yang
lain, untuk mendapatkan titik minimum gerak tersebut dapat dilihat pada
gambar IV - 12 diatas sebelah kiri dan titik
maksimum didapatkan oleh gerak seperti ditunjukkan pada gambar IV -12
sebelah kanannya. Bila kedua bagian tersebut sudah didapatkan kemudian
baca hasilnya.
4. Dial Gauge.
Dial gauge digunakan untuk menentukan apakah permukaan tersebut rata atau
tidak bila dibandingkan dengan bagian permukaan standarnya, konstruksinya
dapat dilihat pada gambar IV - 13. Konstruksi dial gauge terdiri dari frame
sebagai rumahnya dan dudukan ( eye ) untuk penempatan pada standnya.
Untuk penggunaan pada cylinder gauge stem digunakan sebagai tempat
tumpuan dial gauge. Dial gauge terdapat 2 jarum yang berbeda. Jarum
panjang / besar ( long neddle ) yang terdapat di dalam dial gauge menunjukkan
pengukuran dalam perseratus minimum.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGUKURAN IV - 11 - 30
Securing portion yang berfungsi untuk mengatur letak daripada dial gauge
tinggi rendahnya terhadap bagian yang diukur. Supporting rod adalah tumpuan /
tempat securing tool. Kaki magnet ( magnetic base ) dipergunakan untuk
kestabilan dial gauge pada saat pengukuran.
Tuas pemilih ( altering lever ) adalah tuas pembebas dan penghubung magnet
pada penggunaan dial gauge.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGUKURAN IV - 12 - 30
Cara pembacaan.
Pertama : Kita harus melihat posisi dari jarum besar pada gambar dibawah
terlihat posisi jarum ada distrip yang ke - 6, karena harga 1 strip
= 0.01 mm. Jadi harganya = 6 x 0.01 mm = 0.06 mm.
Kedua : Kita melihat posisi jarum kecil pada gambar dibawah terlihat
pada posisi strip yang ke - 3 lebih sedikit ( melebihi strip ), harga
1 strip = 1 mm. Jadi harganya = 3 x 1 = 3 mm.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGUKURAN IV - 13 - 30
Sebagai latihan coba isi hasil pembacaan pada gambar - gambar dial gauge
dibawah ini :
mm
mm
3
mm
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGUKURAN IV - 14 - 30
Dial gauge terletak pada bagian atas dapat dilepas dengan menlonggarkan
mur pengikat ( dial gauge securing position ) posisi dial gauge. Grip adalah
pemegang untuk memposisikan ketepatan pengukuran. Ujung batang
pengukur ( measuring point ) dapat bergerak
bila ditekan dan akan menggerakkan jarum pada dial gauge antara 0 - 2 mm
dari harga standarnya.
Rod end akan diikat oleh mur pengikat tongkat pengukur ( rod securing thread )
tongkat pengukur ( rod end ) ini dapat ditukar - tukar ukurannya menurut
kebutuhannnya.
Posisi yang benar dalam melakukan pengukuran diamater silinder adalah pada
posisi ditengah - tengah seperti gambar IV - 20.
Pada gambar IV - 20 A posisi b adalah bore gauge yang benar, dan apabila
terjadi penyimpangan maka jarum besar akan bergerak searah jarum jam.
a. Jarum kecil menunjukkan pada angka satu dan jarum besar pada strip yang
ke - 22 setelah bergerak dari nol searah jarum jam, jadi hasil pengukuran :
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGUKURAN IV - 16 - 30
Cara Penggunaan :
Misalnya kita akan mangukur diameter silinder. Pertama kali kita mengukur
diameter tersebut dengan vernier caliper untuk mengetahui diameter secara
kasar guna memilih rod end yang tepat untuk dipasangkan pada bore gauge.
Misalnya didapat ukuran vernier caliper 75 mm, maka kita memilih harga rod
end yang bertanda 75 pada tengah - tengah standard dari bore gauge.
Karena kita mendapatkan hasil pengukuran pertama 75 mm maka kita
pergunakan micrometer yang 75 - 100 mm. Kemudian set harga micrometer
dengan standar ukuran untuk menentukan posisi nolnya. Pasangkan
micrometer pada micrometer stand. Pasangkan dial gauge dengan
mengendorkan mur pengikat posisi dial gauge ( dial gauge securing
position ) hingga jarum kecil bergerak sampai pada angka satu dan
kencangkan mur pengikatnya. Pasangkan bore gauge pada micrometer
dengan rod end dan ujung jarum pada anvil dan
spindle micrometer sampai gerak jarum besar maksimum
searah jarum jam kemudian pada posisi tersebut putar
outer rim hingga angka nol paad posisi jarum tersebut.
b. Jarum kecil menunjukkan pada angka satu dan jarum besar pada strip yang
ke - 25 setelah bergerak dari nol berlawan jarum jam, jadi hasil pengukuran :
Untuk pengukuran diameter cylinder yang tidak ada pada ukuran rod end
perlu ditambahkan dengan spacer ( shim ). Pada setiap bore gauge terdapat
spacer setebal : 1 mm ; 2 mm ; 3 mm. Misalnya ukuran diameter 78 atau 83
mm dengan vernier caliper. Untuk pemilihan rod end pada bore gauge ambil
ukuran 75 mm atau 80 mm kemudian tambahkan spacer setebal 3 mm dan
kemudian set bergantian pada micrometer dengan ukuran 78 atau 83 mm
baru dipergunakan untuk melakukan pengukuran.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGUKURAN IV - 17 - 30
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGUKURAN IV - 18 - 30
b. Punch.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGUKURAN IV - 19 - 30
d. Straight Edge.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGUKURAN IV - 20 - 30
Special tools ini digunakan untuk mengetahui kekuatan spring valve dan
spring lainnya disesuaikan dengan maintenance standard.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGUKURAN IV - 21 - 30
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGUKURAN IV - 22 - 30
Special tools ini digunakan untuk mengukur ring groove pada piston.
Special tools ini untuk memperbaiki sudut valve head dan valve setting.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGUKURAN IV - 23 - 30
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGUKURAN IV - 24 - 30
Hose
Connector
Connector
Release control
Valve ass’y
Gauge
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGUKURAN IV - 25 - 30
f. Timing tester.
Special too ini digunakan untuk menguki inection pada engine diesel.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGUKURAN IV - 26 - 30
B. MAINTENANCE STD.
1. Ukuran.
a. Standard size.
b. Tolerance.
c. Repair limit.
Jika ukuran suatu komponen berubah karena aus sampai ukuran repair
limit, maka komponen tersebut harus direpair atau diganti.
d. Clearance.
Standar Clearance.
Standar Clearance adalah celah bebas yang diijinkan antara dua
komponen yang masih baru atau yang telah direpair. Karena setiap
komponen mempunyai toleransi maka standard clearance juga ada nilai
maksimum dan minimumnya.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGUKURAN IV - 27 - 30
+ 0.046 + 0.030
Contoh : Hole 60 Shaft 60
0 - 0.076
= 0.046 - ( - 0.076 )
= 0.122 MM
= 0 - ( - 0.030 )
= 0.030 MM
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGUKURAN IV - 28 - 30
e. Roundness.
Y
X
f. Cylindricity ( Taper ).
Y
X
A B C
Contoh :
ARAH X ARAH Y
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGUKURAN IV - 29 - 30
2. Pemeriksaan Crankshaft.
Ukur dan catat Out Side Diameter Of Main Journal. Bila hasil
pengukuran telah mencapai repair limit baik roundness atau cylindricity,
maka crankshaft harus diperbaiki ( dilakukan undersize ) dan pasang
main bearing oversize yang sesuai. Bila out side diameter
mencapai Wear Limit ( batasan keausan ) ganti
crankshaft.
- 0.05
= 110
- 0.07
Roundness
Maintenance standard = 0 s/d 0.010 MM.
Repair limit = 0.020 MM.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENGUKURAN IV - 30 - 30
Out side dimeter arah X dan arah Y belum mencapai reapir limit
( 109.88 0 tetapi roundness ( 0.030 ) lebih besar dari repair limitnya.
Maka crankshaft harus diperbaiki ( dilakukan undersize ) atau diganti
dengan yang baru bila sudah mencapai wear limit.
Ukur dan catat Out Side Diameter Crankpin. Bila out side telah
mencapai repair limit atu bila roundness / taper melebihi repair limitnya
crankpin harus dilakukan undersize. Bila out side diameter dari crankpin
lebih kecil dari wear limit crankshaft harus diganti.
Out side diamter dari crankpin 6 D 125 series.
- 0.050
Maintenance Standard= 80
- 0.070
= 79.930 s/d 79.950 MM.
Repair limit = 79.88 MM.
Wear limit = 79.00 MM.
Roundness
Maintenance standard = 0 s/d 0.010 MM.
Repair limit = 0.020 MM.
X Y X Y
Clearance :
Y Y
X = 110,08 – 109,930
X = 0,150 X
Y = 110,95 – 109,915
= 0,180
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DIAGNOSTIC TOOLS BAB V
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DIAGNOSTIC TOOLS V - 1 - 27
Menentukan distorsi.
Cara penggunaan :
• Hubungkan tester dfengan sumber udara bertekaanan 5,6 - 6,3 kg/cm 2.
• Lepaskan spring dari injector dan masukkan plungernya saja.
• Masukkan cap ke dalam counter bore dan posisikan lubang masuk dan
keluar fuel ke atas, kemudian isi injector dengan solar sampai
penuh.
• Tempatkan handle pada plunger dan dorong ke dalam.
• Buka air valve kurang lebih 3 detik, periksa apakah ada gelembung -
gelembung udara yang keluar dari lubang inlet dan outlet.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DIAGNOSTIC TOOLS V - 2 - 27
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DIAGNOSTIC TOOLS V - 3 - 27
Specifications :
Operating temperature 0 to 50 ºC
Cara Pengunaan :
Untuk uraian yang lebih lengkap, diberikan pada operation manual tentang
penggunaan multi purpose tachometer.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DIAGNOSTIC TOOLS V - 4 - 27
Catatan :
~ Hubungkan sensor ke service meter engine speed, kencangkan
dengan ring nut.
~ Perhatukan unit satuannnya yeng terdapat pada perlengkapan alat
ini ( mm vs inch ).
c. Posisikan power On dan pilih rangenya H atau L. Jika ada tanda
segitiga muncul pada panel, berarti OK.
2. Pengukuran lainnya.
a. Gunakan sepotong scotch lite ( R ) reflective tape pada object yang
akan diukur.
Catatan :
~ Potong scotch lite 10 - 30 mm dan tempelkan paad object yang akan
diukur.
~ Tempatkan tape sedekat mungkin dengan lingkaran object yang
akan diukur.
b. Kendorkan knuckle screw pada bracket, lepaskan probe dari bracket
dan ikatkan ( klem ) probe pada flexible stand
c. Posisikan power On dan pilih range-nya L atau H, kemudian arahkan
probe pada bagian yang akan berputar dan tekan meas switch
sehingga lampu merah akan menyala pada probe
dan menyorot tepat pada
reflective tape. Jika posisi benar, nada akan terdengar dan tanda
segitiga akan muncul pada display panel, yang menyatakan pembacaan
range seperti gambar.
Usahakan sinar masuk, sudutnya -30º ~ sampai +30º.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DIAGNOSTIC TOOLS V - 5 - 27
1)
Semprotkan semua ujung blade
dengan warna hitam tapi jangan dengan
cat yang bisa mantul.
2)
Gunakan reflective plate pad salah satu
ujung blade.
Catatan :
Electronic flashes, fluorescent light dan
other intermintten light, sourbe, dapat
mempengaruhi pengukuran. Oleh sebab
itu, hindari ini masuk ke probe.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DIAGNOSTIC TOOLS V - 6 - 27
C. ANEMOMETER.
3.2 Kg
Component Parts
Specifications :
1. Measuring range Wind velocity 0 to 40 m/sec
( two ranges: 0 to 20 m/sec and 20 to 40 m/sec )
* Wind temperature must be between 0 to 80 ºC.
2. Accuracy ± 1-5 m/s ( ± 5 % o f the full scale )
3. Response time 2 seconds
4. Ambient temperature 0 to 40°C
5. Power source Dry cells (UM-3) x 6 pcs.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DIAGNOSTIC TOOLS V - 7 - 27
Cara penggunaan :
• Start engine dan idle-kan pada low speed ( + 1000 rpm ). Pertahankan
kondisi ini untuk mempertahankan pointer anemometer berada di tengah -
tengah rangenya. Untuk keamanan dan untuk menhindari debu - debu
dan kotoran yang dihembuskan pada saat high speed, jangan lupa untuk
menggunakan kacamata pengaman ( safet google )
• Test kecepatan angin pada beberapa titik yang dipilih pada setiap
lingkaran dan bandingkan pengukuran tersebut satu dengan yang lainnya.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DIAGNOSTIC TOOLS V - 8 - 27
L3 < R3, maka dapat dipastikan terjadi kebuntuan pada radiator core
dibagian L3.
Fungsi : Untuk mengecek bagus tidaknya fuel injector engine 743 series.
2.5 Kg
Specifications :
1. Application 743 series engines
( with flange type injectors ).
2. Size of case 370 x 200 x 70 mm.
Component Parts
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DIAGNOSTIC TOOLS V - 9 - 27
16 Kg
Specifications :
[ Main body ]
1. Power source DC 24V ( Batteries mounted on a machine are used ).
2. Flow meter ( Both the oil and fuel flow meters have the same specifications)
* Range of flow rate 5 to 200 2/hr.
* Accuracy ± 1%
* Minimum sensible flow rate 0.6 Mr.
* Display ( Totalizing type ) 5 digits ( 00000 R )
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DIAGNOSTIC TOOLS V -10 - 27
F. WATER TESTER
Cara penggunaan :
1. Specific conductance.
a. Rakitlah sensor holding bar 1, lamp 2, sensor electroda 3 dan
thermometer 4 menjadi satuan unit kesatuan ( lihat gambar )
b. Ambillah contoh air + 100 cc dan masukkan ke dalam container 5. Setel
sensor secara tegak lurus sehingga garis tanda menjadi rata dengan
permukaan air.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DIAGNOSTIC TOOLS V - 11 - 27
c. Ukur temperatur air dengan thermometer 4 dan set knob temp ( derajat
celcius ) yang berubungan denga posisi temperatur air secara bertahap.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DIAGNOSTIC TOOLS V - 12 - 27
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DIAGNOSTIC TOOLS V - 13 - 27
Component Parts
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DIAGNOSTIC TOOLS V - 14 - 27
I. BLOW BY CHECKER.
Specifications :
1. Applicable engine All models (Optional parts
are used for VTA1710 &
I.H.engines)
2. Pressure gauge Chamber type pressure
gauge
• Measuring range 0 – 500 mmAq (± 2%)
• Minimum graduations 20 mmAq
3. Vinyl tube 5 x 6 x 4.000 mm
4. Dimensions 415 x 300 x 60 mm
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DIAGNOSTIC TOOLS V - 15 - 27
Catatan :
Jika terjadi tekanan yang tidak normal yang disebabkan oleh rusaknya
turbocharger, maka dapat dideteksi sambil mengukur blow by gunakan alat
berikut.
Component Parts
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DIAGNOSTIC TOOLS V - 16 - 27
3 kg
Specifications :
1. Range of measurement: 0 to 70%.
(Degree of contamination)
2. Size of case : 410 x 300 x 65 mm
Cara penggunaan :
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DIAGNOSTIC TOOLS V - 17 - 27
S(A) 6D155-4
799 - 203 - 9010 1
S(A) 4D155-4
(S) 4D120-11
799 - 202 - 9030 1
4D130-1
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DIAGNOSTIC TOOLS V - 18 - 27
Catatan :
Alat pengukur langkah rack.
Catatan :
Instrument pengukur displacemnet rack terdiri dari mainbody dan detector
( coil , core ) yang mana sudah disetel berpasangan sebelumnya. Dengan
demikian, prestasi yang memuaskan dari instrument pengukur tidak bisa
senantiasa dipastikan jika hanya detectornya saja yang diganti ketika
instrument mengalami kerusakan. Jadi instrument pengukur secara
complete dikirim ke pabrik untuk disetel ulang atau setel instrumentnya
dengan alat kalibrasi sederhana yang bisa diperoleh secara terpisah
( pilihan ).
Calibrator.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DIAGNOSTIC TOOLS V - 19 - 27
Fungsi :
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DIAGNOSTIC TOOLS V - 20 - 27
Component Parts
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DIAGNOSTIC TOOLS V - 21 - 27
Catatan :
Specifications :
1. Adjusting stand assembly :
• Dimensions 320 x 465 x 150 mm
( Width x height x depth)
• Weight 6 Kg
2. Pressure gauge :
• Measuring range 0 ~ 2000 mm Hg
• Accuracy ± 0.5% (maximum error against full scale)
• Minimum scale division 20 mm Hg
• Outer diameter 200 mm
1. Disamping calibration test PTG - AFC fuel pump, stand inidapat dipakai
untuk menyetel FIP SAGD 155 - 4. ( Dipasangkan pada boost
compensatory ).
2. Untuk engine NT - 855, dimana dipasangkan PTG - VS AFC fuel pump,
dimana banyaknya fuel yang akan diinjeksi dikontrol oleh tekanan udara
masuk, oleh sebab itu pada saat melaukan test kalibrasi, maka udara
bertekanan harus disupply.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DIAGNOSTIC TOOLS V - 22 - 27
3. Bila test bent anda tidak bisa melakukan test untuk cummins PTG - AFQ
fuel pump atau PT. Pump dengan Aneroid, maka anda membutuhkan alat
pengetesan ini.
N. METHODE PEMASANGAN.
1. Pm Clinic.
Adalah program baru dari Komatsu yang diperkenalkan pada tahun 1990,
untuk keperluan big machine, keuntungan yang diharapkan :
• Hasil pemeriksaan lebih akurat, sebab tool yang digunakan cukup spesifik
dan memang diciptakan khusus utnuk keperluan ini.
Ketiga jenis lembaran ini bisa dilihat pada buku “ PM - Clinic Service “.
Regulator valve
Pressure
gauge
Factory air PTG.AFC
supply fuel pump
Stop
valve
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DIAGNOSTIC TOOLS V - 23 - 27
PM - Clinic Tool
PRESSURE GROUP
1. Tachometer.
2. Thermometer.
3. Blow by Checker.
4. Stop Watch.
5. Dan lain - lain.
Sedangkan pada pressure group terdiri dari 8 buah presure gauge danm
perlengkapan untuk pengukuran tekanan.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DIAGNOSTIC TOOLS V - 24 - 27
A 4
5
79A - 262 - 1950
799 - 201 - 1110
ADAPTER
CABLE
1
2
FOR THE ITEM NO.3 PT 1/8 (MALE)
EXHAUST GAS SENSOR & METER
CONNECTION
6 79A - 261 - 1180 BATTERY 2 FOR THERMOMETER
7 799 - 203 - 8110 METER 1 TACHOMETER
8 790 - 301 - 8200 CONNECTION 1
9 799 - 203 - 8180 PROVE 1
10 790 - 301 - 8230 NUT 1 FOR TACHOMETER, M22-1.5
Eng.
Speed 11 799 - 203 - 8240 NUT 1 FOR TACHOMETER, U7/8-12
12 790 - 301 - 8400 CABLE 1 PROVE & METER CONNECTION
B
13 799 - 203 - 8860 DRIVE Ass’y 1
14 01010 - 30630 BOLT 2 FOR THE ITEM No. 13
15 01640 - 20610 WASHER 2 FOR THE ITEM No. 13
16 01010 - 30616 BOLT 2 FOR THE ITEM No. 13
17 07000 - 03050 O-RING 2 FOR THE ITEM No. 13
18 799 - 201 - 1130 BATTERY 2 FOR TACHOMETER
19 799 - 201 - 1511 NOZZLE 2
Blow-by
20 799 - 203 - 1450 ADAPTER 2
C 21
22
799 - 203 - 1590
799 - 203 - 1571
GAUGE
TUBE
1
1
1000 mmAq
D
24 799 - 201 - 1120 WATCH 1
25 799 - 301 - 1410 MEASURE 1
26 799 - 201 - 1140 CASE Ass’y 1
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DIAGNOSTIC TOOLS V - 25 - 27
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DIAGNOSTIC TOOLS V - 26 - 27
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DIAGNOSTIC TOOLS V - 27 - 27
D375A - 2
MEASURING
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI BAB VI
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 1 - 56
A. IN LINE FIP.
1. Injection Pump.
Langkah - langkah urutan kalibrasi type fuel pump ini. Setelah fuel pump tiba
ditest bench room, lakukan :
c. Assembly.
Sekali lagi, proses assembly inipun , harus menggunakan manual.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 2 - 56
4. Feed pump harus dilepas, untuk menghindari keausan pada piston &
push rodnya.
5. Pump harus bebas dari udara, buanglah fuel dari pompa dan hose4
sebelum memulai pengetesan.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 3 - 56
SERIES 2500
FUELPUMP TEST BENCH
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 4 - 56
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 5 - 56
1. Test Oil ( Calibrating fluid ) Supply Pressure. 13. Main drive stop button, provides
and Vacuum Gauge. regenerative braking
2. Phasing Pressure Gauge 14. Emergency stop buttons, pressing
3. Lube oil pressure Gauge. cannot be-re-started until stop button
4. Auxiliary Pressure gauge ( 0 to 200 lb/in ). reset.
5. Auxiliary Pressure gauge ( 0 to 100 lb/in ). 15. Start button ( Test Oil supply ).
6. Flow meter, measures leak off return ( back 16. Stop button pressing this button stops
7. P.I.G Metering Graduate. Both the auxiliary motor and the fan.
8. Illuminated sight glass, the outlet (s ) behind 17. Pressure Control valve, adjust to
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 6 - 56
TABLE CONTROLS.
1. Phasing Pressure Control Valve, open clockwise to obtain
progressively a supply of test oil ( calibrating fluid ) of up to
approximately 50 bar ( 750 lb/in ) for pressure phasing, turn fully anti
clockwise to shut off the supply.
2. Lube Pressure Control Valve, adjust in a similar manner to the
pressure phase valve to obtain a supply of
lubricating oil up to 5 bar ( lb/in ).
TABLE CONNECTIONS.
3. Pressure Vacuum Connection, provides a supply of test oil
( calibrating fluid ) at a pressure of up to 4 bar ( 60
lb/in ) to the pump on test, the
supply can be shut off, obtaining a vacuum, when testing suction
pumps.
4. Suction Connections, provides a supply of test oil ( calibrating fluid )
directly from the tank, use for checking lift pump, or when testing an
injection pump via its own lift pump.
5. Test Oil ( calibrating fluid ) Return Connections, use whichever is the
more convenient of the two.
6. Back Leakage Connecting ( 6 ), use when required to provide a
continuos flow of leak of return ( back lekage ) to the flowmeter.
7. Pressure Phase Connection.
8. Lube Oil Supply Connection.
9. Lube Oil Return Connection.
10. 0 to 200 lb/in Test Gauge Connection, use when auxiliary gauge is
required.
11. 0 to 100 lb/in Test Gauge Connection, use when auxiliary gauge is
required.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 7 - 56
Untuk tujuan identifikasi, beri tanda - tanda dahulu pada pompanya seperti
cylinder no. 1, cylinder no. 2 dan seterusnya, yang dilihat dari drive shaft.
Cylinder no. 1 diset pertama kali untuk mendapatlan timing yang betul yang
betul ( beginning of injection ) dan sisanya akan diset dengan ara yang
sama, pedoman pada timing cylinder no.1 terseut.
Catatan :
Menyetel berarti membuat awal pegabutan bnahan bakar pada cam shaft lift
atau pre stroke plunger. Uraian berikut didasarkan pada aumsi bahwa
tekanan fuel cukup kuat untuk membuka delivery valve dan mendorong fuel
ke dalam discharge line secara konstan selama pengetesan ini.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 8 - 56
Cara Penyetelan :
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 9 - 56
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 10 - 56
Pada gambar IX - 8 dapat dilihat, dimana ujung atas dari plunger berada
pada posisi terendah, sehingga bahan bakar bisa mengalir masuk ke dalam
cylinder bardel.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 11 - 56
Pre stroke adalah jumlah langkah naik plunger yang diperlukan untuk
menutup saluran masuk ( inlet port ). Timing mark pada coupling pompa.
Terletak sedemikian rupa, sehingga timing mark ini akan sejajar dengan
tanda yang tetap ( fix mark ), saat pre-stroke cylinder no. 1 berada pada
daerah berikut ini :
Awal injeksi untuk setiap cylinder haruslah dibedakan dalam hal sudut engkol
sebesar 90º dengan kesalahannya 30 menit ( setengah derajat ) dari yang
terdahulu ( untuk engine 4 cylinder ) sedangkan untuk engine 6 cylinder,
maka intervalntya 60 derjat + 30 menit.
Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka diperlukan m enambah atau
mengurangi clearance “ a “. Hal ini bisa didapatkan dengan jalan menyetel
naik-turun tappet adjusting bolt.
Perhatian :
Sediakan tappet clearance paling tidak 0.3 mm. Clearance ini adalah jarak
antara plunger barrel dan plunger flange ( Dengan plunger dinaiikan
semaksimal kemungkinan sampai menapai top limitnya ).
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 12 - 56
Dengan cylinder no. 1 pada posisi awal injeksi, maka pastikanlah bahwa
timing mark pada coupling adalah segaris dengan fix mark pada bearing
cover, jika perlu perbaharui fix mark dengan punch. Sebagai langkah akhir,
naikkan setiap plunger dengan cara mengungkit dengan obeng dan ukur
minimum tappet clearance untuk memastikan sebesar 0.3 mm.
Injection Quantity.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 13 - 56
Ketika membaca jumlah bahan bakar pada cylinder pump tester, pastikan
bahwa cylinder pump harus lurus dan ditahan, agar permukaan bahan
bakar bisa horizontal debngan garis pandangan mata.
Gbr. IX - 12. Cara membaca isi bahan bakar pada cylinder pump tester
dan penyetelan plunger.
Jumlah bahan bakar yang diterima oleh semua cylinder haruslah sama.
Jika tidak sama kurangi atau tambahkan injection quantity untuk setiap
cylinder dengan jalan merubah kembali posisi plunger. Posisi plunger
dapat divariasikan dengan cara memutar control sleevenya sambil
menahan dengan kuat - kuat pinion dan control rack, kemudian
kencangkan dengan clamp screw. Setelah diketahui pompa memberikan
injection quantity secara, maka berikan “ tanda sejajar “ pada pinion dan
sleevenya.
B.Governor.
a. Dis-Assembly.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 14 - 56
c. Assembly.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 15 - 56
Catatan :
+0.2
Jarak yag harus dipertahankan adalah 15 mm
-0
Ketebalan shim ada 3 macam, yaitu 0.2 ; 0.3 dan 0.4 mm.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 16 - 56
Pump.
Catatan ;
Adjusting screw ini sangat sukar distel, jika governor dalam keadaan
terpasang.
Apabila injection pump dioperasikan dengan menggunakan pump
stand, hanya memerlukan
adjustment terhadap screwnya.
Prosedur :
Periksa posisi “ O “ pada control Rack. ( Posisikan control rack pada “O“
ketika rack didorong dengan tekanan jempol sepenuhnya ke arah
“ decreasing injection quantity “ ).
Mechanic Development.
Gbr. IX - 16. Mengukur control rack.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 17 - 56
Putarkan pompa paad putaran 450 rpm ( engine 4 D 155 ) atau 500 rpm
( engine 6 D 155 ). Gerakkan governor control lever, hingga springnya
mulai meregang dan kunci lever pada posisi ini. Setel full load stopper
untuk mmbuat control rack mencapai spesifikasinya dan lock stopper
dengan mengencangkan lock-nutnya.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 18 - 56
Tahan control lever pada posisi “ Full “ dan putarkan pompa pada
kecepatan :
Set maximum speed stopper pada posisi demikian dan control rack
akan mencapai :
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 19 - 56
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 20 - 56
g. Idling Adjustment.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 21 - 56
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 22 - 56
INJECTION QUANTITY.
( with TORQUE and ADAPTOR MOUNTED )
( Pump Assembly No: 2672 - 206 )
6D155 - 1
Average Injection
Rack position Pump Speed quantity Variance Remarks
mm (in.) rpm cc/100st %
(cu.in/100st
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 23 - 56
INJECTION QUANTITY.
( with TORQUE and ADAPTOR MOUNTED )
( Pump Assembly No: 2672 - 204 )
6D155 - 1
Average Injection
Rack position Pump Speed quantity Variance Remarks
mm (in.) rpm cc/100st %
(cu.in/100st
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 24 - 56
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 25 - 56
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 26 - 56
B. ROTARY FIP.
1. Urutan Penyetelan.
( Sequence Of Order Adjustment )
a. Preparation ( persiapan ).
b. Break - In running ( indrayen )
c. Pre-adjustment Of Reference Fuel Delivery At Full Load ( Penyetelan
awal ) Fuel Delivery pada Full Load.
d. Pre-adjustment Of Load Sensing Timer.
e. Adjustment Of Pumo Internal Pressure.
f. Checking Of Overflow Quantity.
g. Adjustment Of Timer.
h. Setting Of Fuel Delivery At Full Load.
i. Setting Of Adjusting Lever At High Speed.
j. Checking Of Fuel delivery.
k. Setting Of Of Load Sensing Timer.
l. Setting Of Adjusting Lever At Idle Speed.
a. Preparation.
( Pengecheckan dan Persiapan Sebelum Melakukan Adjustment ).
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 27 - 56
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 28 - 56
b. Break - In Running.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 29 - 56
Putar pompa pada putaran 1200 rpm/ putar Full Load Setting screw,
lakukanlah ini sehingga didapatkan fuel delivery 0.7 - 0.8 cc per 200
stroke dalam satu silinder. ( Setengah putaran akan
bertambah/berkurang 2.4 cc/200
stroke dalam silinder ).
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 30 - 56
Putarkan pompa pada putaran 2000 rpm dan yakinkan bahwa rate of fuel
overflow harus berada dalam batas - batas yang diizinkan yaitu : 370 -
500 cc/menit.
Catatan : Over flow screw yang terdapat pada setting pompa harus
digunakan untuk maksud tersebut diatas.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 31 - 56
g. Adjustment Of Timer.
( Penyetelan Timer ).
Buka timer cover pada ssisi tekanan tinggi dan sebagai penggantinya
pasang timer piston travel gauge ( 95904 - 51201 ) dan set travel
gauge ini pada “ O “ ( nol ).
Check timer piston travel, pada setiap rpm pompa dan
bandingkan dengan standard berikut :
Piston ( mm ) +04
0.4 2.8 + 04 6.0 + 04 6.75 + 04
Stroke ( mm ) -03
Catatan :
Hati - hatilah, perlu diingat bahwa terdapat 2 buah washer
yang digunakan ( satu pada masing - masing sisi timer spring ).
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 32 - 56
Gbr. IX - 33. Men - set fuel delivery pada saat beban penuh.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 33 - 56
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 34 - 56
Less than
1200 7.6 - 8.0 0.4* * Full load delivery
100 10.8 - 12.8 0.8** for reference.
350 7.6 - 9.2 0.5 ** Starting fuel.
18º 5º
500 6.3 - 7.1 0.5
800 7.1 - 7.8 0.5
1800 7.1 - 8.2 0.5
2100 7.3 - 7.8 0.5
b. Jika delivery fuel pada saat starting, tidak sesuai dengan standardnya,
maka gantilah governor sleeve plug yang mempunyai panjang
berbeda. Bertambah panjang 0.2 mm, maka akan
berkurang fuel delivery
quantity sebesar 1.6 cc/200 stroke.
(in 0.2 mm
increments)
096256 - 0290 12.8 (0.504)
d. Jika fuel delivery quantity pada saat pump berputar dari 300 - 2100
rpm tidak memenuhi standardnya, maka gantilah governor
lever ass’y dengan yang
baru.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 35 - 56
PRESSURE
DROP STOPS A LOAD SENSING
PUMP INTERNAL
PRESSURE
STARTS
IDLE FULL
LEVER POSITION
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 36 - 56
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 37 - 56
Gbr. IX - 40. Men -set adjusting lever pada saat idle speed.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 38 - 56
TEST
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 39 - 56
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 40 - 56
1. Standard Pengetesan.
a. Drive motor 5 HP
b. Speed control 450 - 3000 rpm
c. Tachometer 450 - 3000 rpm
d. Vacuum gauge 0 - 762 mmHg
e. Pressure gauge 0 - 20 kg/cm2
Pressure gauge 0 - 28 kg/cm2
f. Flow meter 0 - 227 kg/cm2
g. Temperature gauge 10 - 65 ºC
h. Measuring cylinder 100 ºC
4. Testing Methods.
a. Persiapan pengetesan.
( Lihat manual “ Testing methods For Rebuild limit “ ).
b. Warming - Up.
~ Lepaskan throttle lever cover dan tarik keluar shaftnya untuk melihat
kondisinya.
~ gerakkan dan tahan throttle lever pada full position, kalau perlu setel
throttle screw, untuk meyakinkan bahwa saluran fuel pada throttle
terbuka sepenuhnya dan sejajar dengan saluran fuel pada pump
body.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 41 - 56
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 42 - 56
1. Tachometer shaft.
2. Filter screen.
3. Fuel to injectors.
4. Shut down valve.
5. Gear pump.
6. Check valve elbow.
7. Fuel from tank.
8. Pulsation damper.
9. Throttle shaft.
10. Idle adjusting screw.
11. High speed spring.
12. Idle spring.
13. Gear pump pressure.
14. Fuel manifold pressure.
15. Idle pressure.
16. Governor plunger.
17. Governor weight.
18. Torque spring.
19. Governor assist plunger.
20. Governor assist spring.
21. Main shaft.
Gbr. IX - 44. PT ( type G ) fuel pump cross section and fuel flow.
~ Tutup “ fuel manifold orifice “ atau “ main flow control neddle valve ‘
hingga flow meter menunjukan flow yang spesifik sesuai data
kalibrasi. Jangan sampai ada udara yang masuk ke dalam flow
meter.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 43 - 56
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 44 - 56
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 45 - 56
~ Buka leakage valve sepenuhnya, tutup main flow fdan juga idle
valve.
~ Dengan menggunakan tabung 200 cc, check fuel selama satu menit,
jangan lebih.
~ Jika temperatur fuel melebihi 38ºC, hentikan test stand, biarkan dia
sampai dingin. Apabila temperaturnya melebihi 56ºC, drain dan ganti
dengan fuel baru.
~ Tutup throttle leakage valve dan buka kembali main flow control
valve.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 46 - 56
~ Tutup “ main flow control valve “ dan buka :” idle orifice valve “.
Jika pressurenya terlalu rendah, setel idle adjusting screw dengan tool ST
984:
Screw ini terletak di bagian dalam governor spring pack housing.Untuk
menurunkan tekaann putar ke belakang screwnya.
Gbr. IX - 52. Open idle orifice valve. Gbr. IX - 53. Adjusting automotive
governor idle.
~ Tempatkan throttle pada full fuel position. Jika digunakan MVS atau
SVS governor, maka govrnor lever harus diposisikan ke maximum
speed. Tutup idle orifice valve dan buka main flow valve.
~ Setel fuel flow meter sesuai standard yang ditunjukkan fuel manifold
pressure gauge. Setel suction valve pada 5 in - Hg.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 47 - 56
~ Setelah selesai ja menyetel, set kembali floqw sesuai yang ada dalam
calibration data, sambil mempertahankan tekanan vacuumnya sebesar 5 in
Hg.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 48 - 56
~ Pada saat pompa beroperasi pada rated rpm, putar screw MVS
maximum speed ( screw yang diatas ) kearah dalam hingga
tekanannya mulai turun ( start to drop ).
~ Gerakkan lever MVS ke posisi idle dan tahan pada posisi tersebut.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 49 - 56
Catatan :
Hati - hati jangan sampai shim lainnya terjatuh.
~ Putar balik idle adjusting screw pada MVS throttle lever, hingga
habis.
~ Kemudian set dan tahan lever MVS pada posisi idle dan setel screw
belakang MVS, hingga idle pressure 10 - 12 psi diatas spesifikasinya.
Lock idle screw segera setelah distel, untuk mencegah masuknya
udara ke dalam sistem.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 50 - 56
Catatan :
Idle adjustment pressure untuk MVS akan berkurang begitu idle screw
standard otomative disetel masuk ke dalam, sebab naiknya tekanan yang
dihasilkan gear pump. Hal ini menyebvabkan governor berada pada daerah
idle yang paling baik.
~ Lock screw.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 51 - 56
~ Catatlah hasil pengetesan pada lembar test report from (tabel no.2).
f. Others.
• Tutup manifold valve pada test stand dan naikkan rpm mendekati
rates speednya. Pada saat ini fuel akan keluar dari sisi suction
gear pump. Pada pengecheckan ini solenoid harus dalam
keadaan terbuka. Periksa temperatur fuel yang keluar. Baca pada
temperatur gauge.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 52 - 56
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 53 - 56
3. Manifold pressure +10% atau +1 psi yang +30% dari niali tabel.
pada idle speed mana yang lebih
besar.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 54 - 56
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 55 - 56
7. Spesifikasi Pompa.
a. Governor Cut - Off rpm.
Governor Cut - Off rpm didefenisikan sebagai rpm dimana manifold
pressure mulai turun dari tekanan maximum yang diamati ketika
speed dinaikkan .
~ Apabila mengecheck dari satu test stand ke test stand lainnya, cut -
off speed boleh bervariasi + 10 rpm dari cut off speed standard.
( Contoh : rpm cut - off speed : 2520 - 2540, bisa menjadi 2510 -
2550 rpm ).
Suction vacuum harus diset : 5 inch - Hg.
~ Check kembali dari engine test ke test stand, cut - off speed bisa
dari rated speed ke 50 rpm
diatas rated speed.
( Contoh : rated speed 2500 rpm cut - off speed pada saat tes
kembali bila 2500 - 2550 rpm ).
b. Throttle Leakage.
Throttle leakage ini diset dengan posisi throttle lever ditahan secara
kuat. Pompa ini dioperasikan pada rated speed dan fuel delivery
diukur selama 1 menit. Check kembali dari satu test stand ke lainnya
atau dari engine test ke test stand dapat bervariasi + 15 cc dari nilai
awalnya.
( Contoh : 35 cc throttle leakage, bis amenjadi 20 - 50 cc ).
Jika leakage 100 cc/menit atau kurang, dapat bervariasi + 15 cc
sampai - 13 cc/menit. (Contoh : 150 cc/menit leakage bisa jadi
115 cc - 165 cc/menit ).
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
KALIBRASI VI - 56 - 56
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
OTHERS BAB VII
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
OTHERS VII - 1 - 13
A. EXHAUST BRAKE.
Exhaust brake ini akan menambah efek pengereman pada engine dengan
mengompres udara di dalam manifold pada saat langkah buang ( exhaust )
dengan jalan menutup exhaust shutter yang terdapat pada exhaust pipe.
Dengan cara ini, maka akan mengakibatkan engine gas tidak bekerja sebagai
kompressor yaitu tanpa pembakaran. Sebab exhaust gas tidak bis dibakar l;agi
sehingga tidak ada power yang dihasilkan.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
OTHERS VII - 2 - 13
KONSTRUKSI
Gbr. XI - 2. Konstruksi.
Gambar diatas adalah gambar sistem exhaust brake. Udara bertekanan dari
tangki dikirimkan ke air cylinder dan exhaust shutter dapat terbuka dan
tertutup karena magnetic valve. Valve ini digerakkan oleh brake switch yang
terdapat pada operator’s cabin.
Apabila clutch pedal ditekan, maka exhaust brake akan release secara
otomatis akrena dilengkapi clutch switch.
Dan apabila accelerator pedal ditekan, maka exhaust brake akan release
secara otomatis karena dilengkapi accelerator switch.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
OTHERS VII - 3 - 13
Cara Kerja :
Apabila exhaust brake tidak diperlukan, pilot lamp amti dan kerja sirkuit
menjadi berhenti saat brake switch di set OFF. Pedal akselerasi dan
control lever FIP adalah berhubungan dan apabila pedal akselerasi
dilepaskan, maka akaan menswitch lever FIP ke posisi idling seperti
diperhatikan pada gambar diatas.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
OTHERS VII - 4 - 13
B. RETARDER.
Oleh karena hal - hal tersebut diatas, maka diperlukan suatu langkah perbaikan
prestaai terhaafan ap engine brak etersebutym aklan tetapi efek pengereaman
pada engine brake akan terbatas pada hal - hal berikut ini.
Pengabutan bahan bakar engine tetap pada low idle, walaupun perda
accelerator tidak pijak, Jika supplai bahan bakar dihentikan, maka injector
bisa macet ( jammed ), sebab injector tersebut mendapat bahan bakar
diminimumkan jumlahnya ( untuk menghindari macetnya injector ), maka
tenaga putar tetap dihasilkan pada engine dengan perbandingan yang sama
dengan volume bahan bakar yang diinjeksikan.
Berhubung engine brake tidak akan efektif dengan cara demikian, maka
dibuatkan retarder System. Sistim ini hanya terdapat pada Cummins Engine
dan telah dipasangkan pada Dump Truck HD 180 - 4 dan HDF 200.
Untuk mempergunkan gerakan naik turun piston sebagai engine brake maka
suatu konversi tenaga harus direalisir dalam proses tersebut yaitu :
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
OTHERS VII - 5 - 13
Gbr. XI - 5A. Suction stroke in engine. Gbr. XI - 5B. Suction stroke during
operating retarder.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
OTHERS VII - 6 - 13
Oleh karena itu tenaga yang dihasilkan eqivalent dengan perbedaan antara
daerah yang bergaris miring dengan daerah yang bertanda titik - titik. Hal ini
akan dihasilkan dan diindikasikan dalam bentuk Horse Power ( HP ).
2. Langkah Isap.
Dalam hal ini, engine dengan retarder beroperasi sama dengan tanpa
retarder. Dengan kata lain, garis tekanan indikator terbukti sama dengan
Gbr. 4A dan 4B, dimana udara mengalir ke dalam silinder karena gerak turun
piston. Dalam hal ini bagian dalam silinder mendapatkan sedikit tekanan
negatif untuk mengimbangi gerakan turun piston. Dan tekanan ini dapat
diabaikan ( pada gambar, garis - garis yang mewakikli tekan indikator telah
diubah menjadi besar ( diperbesar ) agar mudah untuk melihatnya, sebab
terlalu dengan garis sumbu x dan terpisah dengan lainnya).
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
OTHERS VII - 7 - 13
3. Langkah Kompresi.
Ketika katup dan buang keduanya tertutup, piston naik untuk memampatkan
udara dalam silinder. Dengan demikian ada gaya yang cukup besar untuk
melawan gerakan naik piston. Pada langkah ini, engine yang
menggunakan retarder maupun engibne tanpa
retarder, keduanya menunjukkan garis yang hampir sama untuk tekanan
indikatornya seperti yang diperlihatkan pada Gbr. 6A dan 6B.
Pada langkah ini, engine bertindak sebagai rem, sama dengan
engine biasa.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
OTHERS VII - 8 - 13
Dengan kata lain, engine yang menggunakan retarder, pada langkah ini
bekerja sebagai rem, tetapi pada akhir langkah kompresi atau TDC exhaust
valve terbuka secara mendadak untuk menurunkan tekanan dengan
mekanisme yang akan dijelasakan kemudian.
4. Langkah Power.
Engine biasa menghasilkan tenaga pada langkah ini yaitu dengan terjadinya
tekanan ledakan didalam silinder. Walaupun demikian ketika retarder sedang
bekerja. Exhaust valve ditahan supaya tetap terbuka untuk mengurangi
tekanan, di mana bahan bakar tidak terbakar walaupun dikabutkan dan kerja
yang dihasilkan hanya disebabkan oleh tenaga putar yang akan
dikonversikan dari tekanan gas menjadi tenaga putar yang sangat kecil
seperti ditunjukkan paad Gbr.7B (Bahan bakar yang tidak terbakar
sebenarnya tidak dikehendaki karena sebagian besar bahan bakar tersebut
dikeluarkan melalui exhaust valve, sehingga hampir tidak ada yang larut di
dalam oil ).
5. Langkah Buang.
Pada langkah ini fungsinya hampir sama dengan engine yang menggunakan
retarder dan engine tanpa retarder. Walupun demikian, pengurangan
tekanan akhir langkah kompresi sangat kecil untuk engine yang menggunakan
retarder jika dibandingkan dengan engine tanpa retarder. ( bandingkan
Gbr.8B dan 8A ).
“ Jika exhaust valve tertutup pada saat exhaust stroke, maka hal tersebut
adalah praktis dalam hal efisiensi pengereman ?”
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
OTHERS VII - 9 - 13
Dalam hal ini, engine beroperasi pada langkah buang sama halnya dengan
engine tanpa menggunakan retarder.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
OTHERS VII - 10 - 13
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
OTHERS VII - 11 - 13
b. Oli engine ini mendoronmg ball valve yang terdapat pada control valve
dan mengalir ke master piston G dan sleeve piston H. Master piston turun
untuk menyentuh dadn berhenti pada injector adjusting screw,
sedangkan sleeve piston H tetap seimbang
antara gaya spring piston dengan gay
spring exhaust valve ( lihat gambar 10 ).
d. Ketika cam shaft pada saatnya tibva pada posisi start of injection, maka
injector push rod didorong keatas dan master piston terangkat naik ( lihat
Gbr.11 ).
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
OTHERS VII - 12 - 13
Apabila tekanan oli yanmg diperlukan sudah cukup, maka sleeve piston
terdorong ke bawah dan exhaust valve terbuka untuk merelease-kan
udara kompresi.
Retarder dipasangkan antara rocker arm hosuing dan rocker arm housing
cover dan dibuatkan setiap dua cylinder. Jadi dengan perkataan lain, 3 buah
retarder dipasangkan untuk 6 silinder.
Dengan kata mempergunakan switch yang terdapat pada dash board, maka
arus listrik akan bekerja pada retarder. Ketika switch di-ON-kan, maka
retarder akan bekerja. Retarder ini harus dioperasikan hanya ketika pedal
akselerator dan pedal kopling, keduanya di-release-kan.
Retarder berhenti nekerja ketika salah satu atau kedua pedal dipijak. Ketika
retarder mengurangi kecepatan secara berlebihan, maka pedal akselerator
harus dipijak untuk membebaskan sirkuit retarder sehingga memungkinkan
kecepatan untuk naik.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
OTHERS VII - 13 - 13
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara