DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
BAB
I. PENDAHULUAN ……………………………………………………………… 1
1.1. Latar Belakang ………………………………………………………………… 1
1.2. Deskripsi Singkat ……………………………………………………………... 1
1.3. Tujuan Pembelajaran ………………………………………………………… 1
1.4. Materi Pokok …………………………………………………………………... 2
II. PERALATAN PENGEBORAN TAMBANG BAWAH TANAH ……………. 3
2.1. Alat Bor Tangan dan Berpenopang …………………………………………. 3
2.1.1. Jenis Alat Bor Tangan (Hand-held Drill) …………………………………... 3
2.1.2. Jenis Alat Bor Berpenopang (Mounted-Rock Drill) ………………………. 5
2.1.3. Spesifikasi Alat Bor Tangan dan Berpenopang …………………………... 7
2.1.4. Klasifikasi Alat Bor Tangan dan Berpenopang …………………………… 13
2.2. Alat Pendukung Pengeboran ………………………………………………... 15
2.2.1. Kompresor …………………………………................................................ 16
2.2.2. Tabung penyuplai oli (Oiler) ………………………………………………… 21
2.3. Rangkuman ……………………………………………….............................. 23
2.2. Latihan Soal ………………………………………………............................. 24
an saran-saran penyempurnaan lebih lanjut sangat kami harapkan dari para pembaca.
Kepada para narasumber, penulis dan anggota yang tidak bisa kami sebutkan satu
persatu yang telah memberikan bantuan dan kerja samanya dalam penyusunan modul
ini kami menyampaikan ucapan terima kasih.
Kepada para narasumber, penulis dan anggota yang tidak bisa kami sebutkan satu
persatu yang telah memberikan bantuan dan kerja samanya dalam penyusunan modul
ini kami menyampaikan ucapan terima kasih.
Kepada par
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Petunjuk penggunaan modul yang dipersiapkan dalam unit ini tidak bersifat wajib, namun
digunakan sebagai pedoman atau panduan.
1. Pelajari modul ini dengan seksama terutama mulai dari Bab II, kemudian kerjakan
soal-soal yang disediakan pada setiap Bab sampai memperoleh hasil minimal
80%, kemudian proses belajar dlanjutkan ke Bab berikutnya.
2. Periksa semua alat yang akan anda pergunakan
3. Bila anda menemukan masalah, silahkan bertanya kepada Dosen
4. Yakinkan diri anda telah menguasai modul ini, sebelum anda mengikuti ujian
5. Dan lain sebagainya
B. Peran Dosen:
̶ Alat pengeboran adalah unit atau kendaraan pembuat lubang bor untuk lubang
ledak atau lubang penguatan massa batuan.
̶ Peralatan pendukung pengeboran adalah komponen dari alat pengeboran yang
cara kerjanya tidak langsung berhubungan dengan proses penghancuran batuan
pada saat pembuatan lubang bor. Contoh peralatan pendukung pengeboran,
diantaranya mesin bor (drifter), boom, under carriage, kompresor, dan oiler.
̶ Drifter adalah mesin bor yang dirancang untuk menghasilkan gaya impak, rotasi,
gaya tekan (feed force atau thrust force) dan proses pembilasan (flushing) dalam
proses pengeboran.
̶ Perlengkapan pengeboran adalah komponen dari peralatan pengeboran yang
berhubungan langsung dengan proses penghancuran batuan saat pembuatan
lubang bor melalui transmisi gaya dari drifter ke batuan. Elemen tersebut adalah
mata bor (bit), batang bor (drill rod), kopling dan shank adaptor.
̶ Aksesori pengeboran adalah alat tambahan atau opsional dalam peralatan
pengeboran yang berfungsi meningkatkan kenyamanan dan keselamatan selama
proses pengeboran, seperti halnya pijakan kaki pada crawler rock drill (CRD), air
conditioning (AC) dalam kabin dan sejenisnya.
BAB I
PENDAHULUAN
Cakupan peralatan pengeboran meliputi uraian tentang alat bor tangan atau manual
yang disebut juga hand-held drill dan alat bor mekanis atau alat bor berpenopang
yang disebut juga mounted-drill (Kurt, 1982). Setelah mempelajari bab ini peserta
diklat diharapkan dapat mengidentifikasi dan menjelaskan aspek-aspek yang
berkaitan kedua jenis alat bor tersebut, diantaranya adalah sarana pendukung,
spesifikasi dan cara kerjanya.
Pengertian alat bor tangan atau hand-held drill adalah alat bor yang dapat diangkat
dan dipikul oleh manusia serta dioperasikan langsung untuk membuat lubang pada
batuan. Terdapat tiga jenis alat bor tangan, yaitu (1) jackhammer atau sinker, (2)
jackdrill atau jackleg, dan (3) stoper seperti terlihat pada Gambar 2.1. Perbedaan
jenis tersebut didasarkan pada arah dan fungsi pengeboran.
Alat bor jackhammer atau sinker digunakan untuk pengeboran umum di tambang
bawah tanah, antara lain untuk pengeboran lubang vertikal atau horizontal yang
pendek dengan kedalaman 1 – 1,5 m, untuk pemasangan baut batuan atau jangkar
mesin dan untuk pembuatan lubang ledak pada secondary blasting. Penggunaan
alat bor tangan jackhammer lebih efektif untuk membuat lubang ledak vertikal ke
arah bawah pada saat pembuatan sumuran (shaft sinking) atau winze, walaupun
dalam keadaan tertentu memungkinkan dioperasikan mengebor ke arah horizontal.
Alat bor tangan stoper adalah jackhammer yang dikaitkan pada silinder pneumatik
khusus untuk pembuatan lubang vertikal ke atas atau atap lubang akses.
Kedudukan jackhammer bisa segaris dengan silinder pneumatik yang disebut
dengan stoper in-line cylinder (Gambar 2.1c) atau menempel pada silinder
pneumatik atau stoper offset cylinder (Gambar 2.1d). Alat bor stoper offset cylinder
umumnya digunakan pada pengeboran atap lubang akses yang rendah dengan
ketinggian antara 3 – 4 m. Dengan mempertimbangkan silinder pneumatik sebagai
penopang alat bor stoper, maka pada umumnya diameter silinder dan alat bornya
berukuran sama.
(a)
Pengertian alat bor berpenopang atau mounted rock drill adalah jenis alat bor yang
diletakkan pada suatu penopang atau penunjang karena terlalu berat dan kuat
apabila diangkat oleh tangan manusia. Untuk alat bor berpenopang ini ada juga
yang menyebutnya sebagai drifter. Jenis penopang yang umum digunakan
berbentuk boom hidrolik atau penopang kolom yang dirancang menjadi satu set
dengan sasis ban atau rantai (crawler) agar memiliki mobilitas tinggi saat pindah ke
lokasi pengeboran berikutnya. Jenis alat bor berpenopang yang digunakan pada
pengeboran di bawah tanah adalah Jumbo drill. Alat bor jumbo terdiri dari satu, dua
atau tiga penopang mesin bor yang dilengkapi dengan sebuah platform untuk
tempat berdiri Juru Bor (Gambar 2.2a) atau kabin Juru Bor (Gambar 2.2b). Alat bor
berpenopang digunakan terutama untuk membuat lubang horizontal pada tahap
development dan ada pula yang dirancang untuk pengeboran vertical ke atas.
(a)
(b)
Gambar 2 Jenis alat bor berpenopang (jumbo drill) pada tambang bawah tanah.
(a) Jumbo drill dengan platform, (b) Jumbo drill dengan kabin
Penopang
(a)
Penopang
(b)
Gambar 3. Sistem gaya tekan pada alat bor berpenopang
(a) Sistem ulir, (b) Sistem rantai
Gaya tekan (feed) pada alat bor berpenopang dilakukan dengan sistem ulir atau
sistem rantai. Pada sistem ulir drifter bergerak oleh mekanisme putaran batang
berulir yang mendorong maju drifter sekaligus memberikan gaya tekan atau menarik
mundur drifter apabila selesai membuat lubang (Gambar 2.3a). Demikian juga pada
sistem rantai, gerakan drifter maju dan menghasilkan gaya tekan karena tarikan
rantai. Umumnya apabila tarikan rantai searah jarum jam akan menggerakkan
drifter maju, sedangkan apabila kebalikan jarum jam drifter akan mundur kembali
ke posisi semula.
Sebelum mengoperasikan alat bor untuk membuat lubang ledak atau lubang
penguatan massa batuan, Juru Bor harus mengenali spesifikasi alat bor tangan dan
berpenopang. Umumnya spesifikasi alat bor didasarkan pada kemampuan
membuat lubang bor per satuan waktu yang dibedakan atas klasifikasi beratnya.
Namun sebelumnya perlu diketahui terlebih dahulu elemen atau bagian-bagian
penting pada alat bor tangan maupun berpenopang.
2.2.1 Elemen pada alat bor tangan
Seluruh jenis alat bor tangan memiliki elemen yang sama yang terintegrasi dalam
satu unit alat bor seperti terlihat pada Gambar 2.4.
(1) Batang bor disebut juga drill rod, drill string atau drill steel tergolong pada
integral drill dengan diameter mata bor (bit) antara 35 – 41 mm (1⅜ – 1⅝ inci).
(2) Penahan atau retainer merupakan pengait untuk menahan batang bor pada
bagian depan mesin bor. Apabila pengaitnya ditutup batang bor tidak terlepas
dari chuck yang ada di dalam silinder depan, sedangkan bila pengaitnya dibuka
batang bor dapat dilepaskan. Bagian penahan ini biasanya dilengkapi dengan
pegas (per) agar penjepit tidak terbuka karena getaran pada saat operasi
pengeboran berlangsung.
1
3 4
5 6
9
2
10
KETERANGAN: 8
(1) Batang bor (6) Tuas kendali
(2) Penahan (7) Selang udara
(3) Silinder depan (8) Selang air
(4) Peredam (9) Hendel
(5) Silinder belakang (10) Tiang jackleg
(3) Silinder depan atau front head merupakan tempat pemasangan batang bor di
dalam mesin bor. Pada bagian dalamnya terdapat bantalan logam dengan
lubang (slot) berbentuk segi enam tempat menyisipkan ujung shank batang bor.
Fungsi bantalan untuk memutar batang bor dan slot untuk batang bor sering
disebut chuck.
(4) Peredam disebut juga mufflers atau silencers yang dipasang pada lapisan
silinder mesin bor untuk menyerap suara keras selama proses pengeboran. Alat
peredam tersebut mampu mengurangi suara sampai sekitar 7 dB dan dapat
mempengaruhi laju pengeboran.
(5) Silinder belakang atau back head merupakan tempat penampungan udara
bertekanan tinggi dan air. Udara bertekanan tinggi berfungsi menggerakkan
komponen mekanis di dalam mesin bor, sehingga terjadi gaya impak dan putar
pada batang bor selama proses pengeboran berlangsung. Sedangkan tekanan
air lebih kecil dari tekanan udara. Tekanan air berfungsi untuk membilas serbuk
bor (cutting) sampai ke luar dari lubang bor dan juga sebagai pendingin selama
proses pengeboran berlangsung. Pembilasan serbuk bor dari dalam lubang bor
sampai ke luar dari lubang bor disebut proses flushing.
(6) Tuas kendali atau throttle control adalah tangkai pengatur kecepatan impak dan
rotasi batang bor, pengontrol aliran air dan pembilasan serbuk bor
menggunakan tekanan udara ketika pembuatan lubang telah selesai. Tuas
kendali memiliki empat posisi pengoperasian, yaitu (1) posisi tuas ke arah atas
untuk menghentikan mesin bor, (2) posisi tuas ke arah belakang udara mengalir
masuk ke dalam mesin, (3) posisi tuas ke arah depan batang bor mulai bergerak
untuk membuat titik lubang bor, dan (4) posisi tuas horizontal ke depan
kecepatan pengeboran penuh sampai terbentuk lubang bor (Gambar 2.5).
(7) Selang udara bertekanan (air pressure hose) adalah selang untuk mengalirkan
udara bertekanan dari kompresor ke dalam mesin bor melalui pipa melengkung
(gooseneck atau elbow). Diameter selang pada umumnya 25 mm dan terbuat
dari bahan yang cukup kuat untuk mengalirkan tekanan udara sesuai dengan
spesifikasi pada Tabel 2.1.
(8) Selang air (water pressure hose) adalah selang untuk mengalirkan air ke dalam
mesin bor melalui pipa melengkung (gooseneck atau elbow). Diameter selang
air lebih kecil dibanding selang udara, yaitu antara 13 - 19 mm, dan terbuat dari
bahan yang cukup kuat untuk mengalirkan air yang bertekanan.
(9) Hendel adalah pegangan bagi Juru Bor pada saat mengoperasikan alat bor
untuk mengontrol dan mengendalikan proses pengeboran.
(10) Tiang jackleg berfungsi sebagai pendukung mesin bor dan penyuplai gaya
tekan (feed force atau thrust force). Pada saat ini umumnya mekanisme
pengaturan tinggi jackleg dengan gaya hidrolik yang disebut dengan
telescopic jackleg (Gambar 2.6). Tujuan pengaturan tinggi jackleg adalah
untuk menghasilkan gaya tekan batang bor dan bit pada dasar lubang yang
optimal dan kenyamanan Juru Bor saat melakukan pengeboran.
Gambar 6. Tipikal telescopic jackleg untuk penopang mesin bor manual dan penyuplai gaya tekan
Tipikal bor jumbo atau alat bor berpenopang dengan elemen-elemen untuk
pengoperasiannya tertera pada Gambar 2.7. Bor jumbo yang modern saat ini
biasanya menggunakan ban karet sebagai penariknya atau undercarriage. Pada
beberapa lokasi bor jumbo ditarik oleh rantai (track) atau roda besi yang bergerak
di atas rel. Adapun tenaga pengerak bor jumbo pada umumnya tenaga disel yang
menghasilkan tegangan listrik 3 fase atau AC sekitar 350 – 550 volt.
Pada Gambar 2.7 terlihat sketsa bor jumbo dengan dua unit mesin bor dipasang
pada masing-masing penopangnya (boom) yang digerakkan naik-turun atau
menyamping secara hidrolik (nomor 18). Mesin bor (nomor 20) adalah drifter yang
cukup berat dan bertenaga besar (powerful), sehingga mampu membuat lubang
ledak berdiameter 38 – 57 mm (1½ – 2⅓ inci) dengan kedalaman 1,5 – 5,0 m.
Alat bor tersebut digerakkan oleh listrik AC dengan tegangan 380 – 550 volt sebagai
sumber energi untuk mengoperasikan kompresor dan pompa hidrolik. Terdapat dua
kompresor dengan fungsi yang berbeda, yaitu kompresor khusus untuk
pengereman (nomor 3) dan kompresor untuk pembilasan serbuk bor atau flushing
dan pelumasan bagian pelumasan silinder depan atau front head mesin bor hidrolik
(nomor 6). Tuas kendali proses pengeboran terdapat pada panel pengontrol
pengeboran (nomor 13). Stop kontak untuk mengoperasikan bor jumbo terletak di
dalam kabinet power (nomor 7) yang dilengkapi sistem pengamanan untuk motor
listrik starter dan alat untuk pengubah tegangan listrik 3 fase atau AC menjadi 2 fase
atau DC 24 volt untuk sistem kontrol pengeboran.
Pompa hidrolik pada nomor 4 dihubungkan dengan mesin disel untuk menggerak-
kan boom selama perjalanan menuju lokasi pengeboran.
ennya (Kurt, 1982)
2.2.3 Klasifikasi alat bor tangan dan berpenopang
Alat bor pada tambang bawah tanah yang bervariasi, baik ditinjau dari bentuk, berat,
ukuran silinder penopang, maupun fungsinya, menjadi dasar perlunya pengklasi-
fikasian yang dapat diberlakukan untuk alat bor tangan (hand-held drill) dan alat bor
berpenopang (mounted rock drill). Klasifikasi alat bor tersebut dapat digunakan
sebagai pedoman pemilihannya sesuai dengan tujuan pengeboran.
Kurt dalam Hustrulid, 1982, mengklasifikasikan alat bor pada tambang bawah tanah
berdasarkan berat mesin bor dan diameter silindernya (Tabel 2.1). Alat bor tangan
jackhammer (Gambar 2.1a) dan stoper (Gambar 2.1c) diklasifikasikan berdasarkan
beratnya. Untuk alat bor jackhammer beratnya berkisar antara 7 – 30 kg dan stoper
antara 34 – 45 kg. Sedangkan alat bor jackdrill (Gambar 2.1b) dan drifter atau
mounted rock drill, seperti bor jumbo, diklasifikasikan berdasarkan ukuran silinder
bornya. Alat bor jackdrill memiliki ukuran silinder bor berkisar antara 60 – 83 mm
dan alat bor drifter antara 83 – 114 mm.
Makin berat atau makin besar diameter silinder suatu alat bor diyakini dapat
memberikan produksi pengeboran yang lebih tinggi dibanding alat bor berukuran
kecil. Namun, alat bor berukuran kecil lebih fleksibel dimanfaatkan dalam perawatan
lubang akses dan secondary blasting. Disamping itu dengan berpedoman pada
klasifikasi tersebut, seorang Juru Bor dapat mengukur kemampuannya dalam
membawa jackleg dan mesin bor ke lokasi pengeboran. Untuk membawa jackleg
biasanya dijinjing dengan satu tangan dan mesin bor dipikul di atas bahu seperti
terlihat pada Gambar 2.8. Selanjutnya, Juru Bor harus mengetahui fungsi dari setiap
bagian alat bor tersebut, seperti telah diuraikan di atas, agar dapat mengoperasikan
alat bor dengan aman. Pada umumnya bagian-bagian utama alat bor tangan
maupun bor jumbo untuk berbagai merk sama jenisnya, namun kemungkinan
perbedaannya terletak pada posisi atau letak dari bagian-bagian alat bor tersebut.
Table 1. Klasifikasi alat bor tambang bawah tanah
Jackleg
Pengertian kompresor atau kompresor angin (air compressor) adalah mesin atau
alat mekanik yang berfungsi untuk (1) menghisap fluida udara atau gas dari
sekitarnya, (2) menampung dan memampatkan udara tersebut sampai bertekanan
tinggi pada suatu tabung berkapasitas tertentu, kemudian (3) mengeluarkan udara
bertekanan atau pneumatik untuk berbagai keperluan. Manfaat udara pneumatik
dari kompresor angin adalah untuk mengoperasikan alat bor batuan, baik alat bor
tangan maupun berpenopang. Disamping udara bertekanan dari kompresor
berfungsi untuk mengeluarkan serbuk bor (cutting) dari dalam lubang bor dan
mendinginkan mata bor (bit) selama proses pengeboran berlangsung.
KOMPRESOR
Piston Diafragma
(1) Pada sistem perpindahan positif tekanan tinggi diperoleh dengan menekan gas
atau udara yang diisap dari udara disekitarnya ke dalam ruang tertutup dengan
cara mengurangi volume menggunakan gerakan satu atau sejumlah elemen
berupa piston (torak) atau sudu-sudu. Ada dua jenis kompresor dengan sistem
perpindahan positif, yaitu kompresor piston resiprokal dan kompresor putar
(rotary). Jenis-jenis kompresor piston meliputi kompresor piston tunggal, ganda,
dan diafragma.
(1a) Kompresor piston tunggal memanfaatkan perpindahan piston yang
didorong oleh poros engkol (crankshaft) untuk memampatkan udara.
Kondisi pemampatan udara ke dalam tabung atau silinder kompresi terjadi
ketika piston bergerak pada posisi awal dan udara keluar saat piston
bergerak pada posisi akhir (Gambar 2.10a).
(1b) Kompresor piston ganda digunakan untuk menghasilkan tekanan udara
yang lebih tinggi. Udara masuk dikompresi oleh piston pertama, kemudian
didinginkan. Selanjutnya dimasukkan ke dalam silinder kedua untuk
dikompresi oleh piston kedua sampai pada tekanan yang diinginkan.
Pemampatan udara tahap kedua lebih besar dan temperatur udara naik
selama kompresi, sehingga perlu pendinginan dengan memasang system
pendingin menggunakan sirkulasi air (Gambar 2.10b).
(1c) Kompresor diafragma memanfaatkan gerakan piston untuk memompa
membrane fleksibel atau diafragma, jadi gerakan piston tidak langsung
mengisap dan menekan udara. Gerakan diafragma mengakibatkan klep
terbuka atau tertutup pada saat memampatkan udara ke dalam silinder
kompresi (Gambar 2.10c).
Adapun jenis-jenis kompresor putar meliputi kompresor sistem sekrup (screw),
lobe, baling-baling (vane), liquid ring, dan sistem scroll. Prinsip pemampatan
udara pada silinder kompresi menggunakan mekanis pemutaran sekrup, baling-
baling atau mekanik putar lainnya sebagai penggati piston apabila diperlukan
udara bertekanan tinggi dengan volume yang lebih besar (Gambar 2.10d).
Udara masuk
Udara
keluar
(kompresi)
Piston di
bawah
Piston
di atas
Silinder 1 Silinder 2
(a) (b)
Diafragma
(c) (d)
Gambar 10. Mekanis pemampatan udara pada kompresor sistem perpindahan positif
(2) Pada sistem perpindahan dinamik peningkatan tekanan dicapai dengan cara
akselerasi aliran udara dengan suatu elemen rotasi dan aksi posterior dari
sebuah diffuser. Aliran udara dapat masuk dengan arah aksial atau secara
radial. Kecepatan aliran udara diperoleh dengan bantuan satu roda turbin atau
lebih sampai tekanan yang diinginkan. Dalam proses tersebut terjadi perubahan
energi kinetik menjadi energi dalam bentuk tekanan. Jenis kompresor ini cocok
untuk menghasilkan volume udara yang besar.
Berdasarkan Gambar 2.11 dapat dilihat bahwa perlengkapan kompresor yang perlu
mendapat perhatian tercantum di bawah ini.
(a) Saringan hampa (vacuum filters) berfungsi menyaring udara luar sebelum
masuk ke dalam sistem kompresor.
(b) Pemisah air (water separator) berfungsi memisahkan uap air dari udara
bertekanan sehingga dihasilkan udara yang kering.
(c) Penyimpan udara (air receiver) berfungsi menyimpan udara bertekanan
apabila kebutuhannya melebihi kapasitas kompresor, juga untuk pendinginan
udara serta mengumpulkan air dan oli ikutan serta menyamakan variasi
tekanan dalam suatu jaringan.
(d) Lubrikator berfungsi melumasi mesin bor dimana oli ditambahkan ke dalam
udara bertekanan.
(e) Penguat tekanan (pressure multiplier atau booster), terutama pengeboran di
tambang bawah tanah dengan alat bor down-the-hole (DTH) yang
memerlukan peningkatan tekanan udara dari 0,7 MPa (yang dihasilkan
kompresor) sampai 1,7 MPa.
(f) Slang fleksibel (flexible hose) yang mampu menahan tekanan kerja 1 MPa
dengan temperature yang diijinkan antara −40°C hingga +100°C.
Dalam memilih kompresor hendaknya dipertimbangkan tekanan udara yang
dibutuhkan oleh suatu alat bor. Jika aliran udara bertekanan tidak mencukupi dapat
mengakibatkan kerugian dalam beberapa hal seperti berikut ini.
(a) Kecepatan pengeboran berkurang akibat penetrasi yang lambat
(b) Biaya pemakaian mata bor dan batang bor meningkat
(c) Konsumsi bahan bakar bertambah
(d) Perlu merawat lebih banyak kompresor
Pada dasarnya fungsi kompresor ialah melayani mesin bor, jadi dalam menentukan
kapasitas dan jumlah kompresor yang diperlukan dalam suatu operasi pengeboran
harus mempertimbangkan hal-hal di bawah ini.
(a) Jumlah dan ukuran mesin bor yang harus dilayani
(b) Ketinggian tempat kerja (berpengaruh pada tekanan udara bebas)
(c) Luas tempat kerja (berpengaruh pada panjang jaringan dan kehilangan
tekanan).
Adapun konsumsi udara dari kompresor pada beberapa jenis alat bor tertera pada
Tabel 2.2 (Lawson dalam Hustrulid 1982).
Bagian-bagian mekanik di dalam mesin bor harus diberi pelumas agar tidak cepat
aus karena gesekan, dapat menjamin kelancaran pengeboran dan agar umur
layanan mesin umur bisa lama. Tabung penyuplai oli atau oiler biasanya berbentuk
silinder dengan tinggi antara 15 – 20 cm dan diameter antara 20 – 30 cm dan
dimensi tersebut tergantung pada kapasitas oli didalamnya (Gambar 2.12). Di
dalam tabung penyuplai oli terbentang pipa tembus sampai ke dinding yang
berseberangan dengan diameter pipa mengecil dibagian tengahnya. Pada bagian
tengah-atas bentangan pipa berdiameter kecil disambungkan pipa lain berukuran
lebih kecil menjulur sampai cadangan oli dibagian dasar tabung (Gambar 2.13).
Penutup Penyekat
tabung tutup tabung
Lubang
pengisi oli
Tanda penunjuk
arah aliran
Oli pelumas dapat dialirkan dari tabung penyuplai oli ke dalam mesin bor setelah
terlebih dahulu tabung disambungkan dengan selang udara kompresi. Proses
pencampuran oli dengan udara terkompresi terjadi pada saat terbentuk ruang
hampa udara di dalam bentangan pipa berdiameter kecil. Oli akan mengisi ruang
hampa udara tersebut, kemudian didorong oleh aliran kompresi udara kering
dibelakangnya. Terjadi pencampuran udara terkompresi dengan oli dan campuran
tersebut mengalir bersama-sama ke dalam silinder (mesin) bor untuk menggerak-
kan dan sekaligus melumasi bagian-bagian mekanik didalam mesin bor tersebut.
Posisi tabung penyuplai oli diletakkan sekitar 5 m dari alat bor (Gambar 2.14).
Gambar 13. Proses pelumasan aliran kompresi udara
Pada pengeboran lubang ledak di bawah tanah, disamping kompresi udara dan oli
lubrikasi, disuplai juga air bertekanan melalui selang khusus untuk air dan mengalir
melalui lubang tengah piston masuk kedalam lubang tengah batang bor dan keluar
dari mata bor atau bit. Fungsi air bertekanan adalah untuk pendinginan batang bor
dan mata bor serta untuk pembilasan serbuk bor (cutting) keluar dari dasar lubang
bor. Tekanan udara harus lebih besar dari tekanan air karena apabila tekanan udara
lebih kecil dari tekanan air, maka oli tertekan ke luar dari mesin bor dan beberapa
bagian penggerak mesin bor kehilangan daya lubrikasi. Oleh sebab itu, selang air
pada alat bor umumnya berdiameter lebih kecil daripada selang udara. Selang
udara berdiameter sekitar 25 mm, sedangkan diameter selang air antara 13 – 19
mm.
Gambar 14. Posisi tabung oiler (lubrikasi) pada sistem alat bor tangan
2.4. Rangkuman
Ada dua tipe alat bor untuk pembuatan lubang ledak di bawah tanah meliputi alat
bor tangan atau hand-held drill dan alat bor berpenopang atau mounted drill. Jenis
alat bor tangan adalah jackhammer atau sinker, jackdrill atau jackleg, dan stoper;
sedangkan jenis alat bor berpenopang adalah alat bor jumbo terdiri dari satu, dua
atau tiga penopang mesin bor yang dilengkapi dengan sebuah platform untuk
tempat berdiri Juru Bor atau kabin Juru Bor. Diameter bit alat bor tangan antara 35
– 41 mm (1⅜ – 1⅝ inci) dengan kedalaman lubang antara 1 – 1,5 m dan untuk alat
bor berpenopang 38 – 57 mm (1½ – 2⅓ inci) dan kedalaman antara 1,5 – 5,0 m.
Klasifikasi alat bor tangan jackhammer dan stoper berdasarkan beratnya, masing-
masing antara 7 – 30 kg dan 34 – 45 kg; sedangkan klasifikasi jackdrill dan mounted
rock drill, seperti bor jumbo, berdasarkan ukuran silinder bornya yang masing-
masing ukuran silinder bor antara 60 – 83 mm dan antara 83 – 114 mm.
2.5. Latihan Soal
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat atas pertanyaan di bawah ini.
1) Pernyataan di bawah ini yang merupakan pertimbangan dasar perbedaan alat
bor tangan dan alat bor berpenopang adalah:
A. Alat bor tangan dapat diangkat oleh tangan manusia, dipikul dan langsung
dioperasikan untuk membuat lubang bor, sedangkan alat bor berpenopang
terlalu berat bila diangkat oleh tangan manusia dan harus diletakkan pada
suatu alat penopang.
B. Alat bor tangan dioperasikan oleh tangan manusia, sedangkan alat bor
berpenopang dioperasikan oleh mesin.
C. Alat bor tangan hanya dioperasikan untuk mengebor lubang ledak saja,
sedangkan alat bor berpenopang hanya untuk mengebor lubang rock bolt
pada perkuatan massa batuan.
D. Alat bor tangan hanya digunakan pada tahap development, sedangkan alat
bor berpenopang digunakan pada tanah produksi.
2) Apakah yang dimaksud dengan jackdrill atau jackleg?
A. Alat bor stoper yang dijepitkan pada silinder pneumatik sebagai kaki
penopang.
B. Alat bor tangan yang dijepitkan pada silinder pneumatik sebagai kaki
penopang.
C. Alat bor jackhammer yang dijepitkan pada silinder pneumatic sebagai kaki
penopang.
D. Alat bor drifter yang dijepitkan pada silinder pneumatik sebagai kaki
penopang.
3) Alat bor jackhammer dan stoper diklasifikasikan berdasarkan pada:
A. Ukuran silinder bor
B. Beratnya
C. Berat dan ukuran silinder
D. Jenis penopangnya
4) Apakah yang akan terjadi pada proses pengeboran apabila tekanan udara
terkompresi kurang?
A. Penetrasi pengeboran lambat C. Pembilasan terhambat
B. Pelumasan tidak sempurna D. Semua jawaban benar
5) Tenaga penggerak mesin bor jumbo adalah:
A. Listrik 2 fase sekitar 350 – 550 volt
B. Listrik DC dibantu oleh booster
C. Listrik 3 fase atau AC sekitar 350 – 550 volt
D. Listrik AC dan DC sekitar 220 – 350 volt
6) Penarik alat bor jumbo ada beberapa macam, yaitu:
A. Ban karet C. roda besi pada rel
B. Rantai atau track D. Benar semua
7) Pada alat bor tangan digunakan juga air bertekanan yang berfungsi untuk:
A. Pendinginan batang bor dan bit C. Pembilasan cutting
B. Pembersihan dasar lubang bor D. Benar semua
8) Bagaimana perbedaan tekanan udara dan tekanan air pada alat bor tangan?
A. Tekanan udara harus lebih kecil dari tekanan air
B. Tekanan udara harus lebih besar dari tekanan air
C. Tekanan udara harus sama dengan dari tekanan air
D. Tekanan udara dan air tidak perlu diperhatikan selama alat bisa beroperasi
9) Bagaimana proses oli bisa mengalir bersama dengan udara terkompresi?
A. Karena ada ruang hampa didalam pipa berdiameter kecil yang terbentang
di dalam tabung oiler.
B. Karena oli dipompakan ke dalam pipa yang terbentang di dalam tabung
oiler.
C. Karena oli terisap oleh aliran udara di dalam pipa yang terbentang di dalam
tabung oiler.
D. Karena ada perbedaan beda tinggi antara udara bertekanan dengan oli.
10) Apakah yang akan terjadi apabila tekanan air lebih besar dibanding tekanan
udara terkompresi dalam proses pengeboran?
A. Oli akan berlebih yang mengakibatkan mesin bor kelebihan oli lubrikasi.
B. Air akan masuk ke dalam mesin dan membasahi bagian penggerak mesin
bor sehingga bor macet.
C. Oli akan ke luar dari mesin bor yang mengakibatkan beberapa bagian
penggerak mesin bor kehilangan lubrikasi.
D. Kelebihan tekanan air tidak akan berpengaruh pada pelumasan karena
tekanan air hanya untuk pembilasan serbuk bor.
BAB III
PERLENGKAPAN PENGEBORAN TAMBANG BAWAH TANAH
Jenis-jenis perlengkapan pengeboran meliputi (1) batang bor dengan nama lain drill
steel, drill string, drill rod atau rod saja, (2) mata bor atau bit, (3) kopling, dan (4)
shank adaptor.
Selama ini dikenal dua jenis batang bor, yaitu batang bor integral (integral drill
steels) dan batang bor ekstensi (extension drill steels). Kedua jenis batang bor
tersebut sangat umum digunakan pada pengeboran di tambang bawah tanah,
demIkian juga pada tambang terbuka dan kuari.
Batang bor ini memiliki panjang tetap atau tidak dapat disambung lagi dengan
diameter antara 22 – 41 mm dan dipasang pada jack hammer atau handheld drill.
Satu set batang bor biasanya terdiri dari ”tangkai jangkar” atau shank yang masuk
ke dalam silinder bor dan mata bor dengan diameter bervariasi (Gambar 3.1). Makin
besar diameter batang bor, maka panjang batang bor akan berkurang. Pada awal
pengeboran, umumnya digunakan dulu batang bor berdiameter besar (panjangnya
sekitar 0,8 m), kemudian diganti dengan batang bor berdiameter lebih kecil yang
lebih panjang sampai kedalaman lubang tercapai. Apabila batang bor rusak, maka
satu set integral drill steels tidak dapat dipakai lagi termasuk mata bornya.
Batang bor integral terbuat dari baja berkandungan karbon tinggi, sehingga memiliki
kekuatan dan daya tahan terhadap abrasi yang cukup tinggi. Umur pakainya sama
dengan mata bor dan tangkai jangkarnya. Namun, pada batuan yang abrasif laju
penetrasinya menjadi rendah.
Jenis mata bor pada batang bor integral meliputi tipe chisel steel, multiple insert
steel dan button steel yang penggunaannya sebagai berikut:
− Mata bor chisel steel sangat umum dipakai untuk mengebor lubang karena
bentuknya sangat sederhana, bila tumpul dapat diasah lagi dan dalam
kondisi tertentu cukup ekonomis.
− Mata bor multiple insert steel biasanya digunakan untuk mengebor atau
membelah batuan yang mempunyai banyak rekahan serta untuk
menghindari terjadinya batang bor terjepit selama pengeboran.
− Batang bor integral dengan mata bor button steel dipakai pada batuan yang
lunak dan dapat memberikan laju penetrasi tinggi.
H H
B1 B3 B2
B3
B2
Untuk pengeboran lubang ledak yang cukup dalam, misalnya sampai 20 m, dapat
digunakan batang bor yang disambung dinamakan batang bor ekstensi atau
extension drill rod. Di tambang bawah tanah ada alat bor jumbo yang dirancang
untuk mengebor lubang ledak yang cukup dalam dan menggunakan batang bor
ekstensi. Sedangkan pada tambang terbuka batang bor ekstensi dipasang pada
crawler rock drill (CRD) yang mampu membuat lubang sampai kedalaman 35 m
dengan diameter lubang bor antara 38 – 127 mm.
Terdapat 9 jenis batang bor ekstensi yang berbeda dengan tujuan penggunaan
yang berbeda pula (Gambar 3.2). Batang bor ekstensi berupa pipa yang pada
potongan melintang berbentuk segi-enam atau hexagonal (Gambar 3.2.a) dan
melingkar atau round atau tubular (Gambar 3.2.b) serta dibagian tengahnya
berlubang. Diameter batang bor (D) antara 25 – 51 mm dengan panjang batang (L)
antara 3,05 – 6,10 m sesuai spesifikasi dari pembuatnya (Gambar 3.3). Pada kedua
ujungnya terdapat ulir yang berfungsi untuk pemasangan mata bor (bit) dan kopling
(coupling) sebagai penyambung (ekstensi) dengan batang bor yang lain.
(a) Hexagonal
(d) Light
Tipe batang bor ekstensi dengan ulir pada kedua ujungnya memerlukan kopling
agar dapat disambung atau diperpanjang dengan batang bor ekstensi berikutnya.
Namun ada tipe batang ekstensi yang tidak memerlukan kopling untuk
penyambungan karena memiliki kopling terintegrasi pada batang bornya, yaitu
salah satu ujungnya dirancang berulir luar atau male dan ujung lainnya berulir dalam
atau female (Gambar 3.2e). Batang bor tersebut secara umum dinamakan MF-rod.
Disamping itu terdapat batang bor ekstensi yang dirancang dengan ulir ganda
(double thread) atau sepanjang batang bornya berulir semua (Gambar 3.2.c dan
3.2.i). Rancangan batang bor tersebut dibuat dengan mempertimbangkan bagian
ulir yang paling kritis terhadap gesekan dan paling cepat rusak dibanding seluruh
batang bornya. Gambar 3.2.g dan 3.2.h tergolong pada batang bor integral dengan
mata bor yang dapat diganti, baik menggunakan mata bor berulir (thread bit) atau
berpasak (tapered bit). Sedangkan untuk tipe batang bor ekstensi lainnya dapat
dilihat pada Gambar 3.2.
Fungsi ulir pada batang bor adalah untuk mengikat batang bor dengan shank
adaptor, kopling, batang bor berikutnya dan mata bor selama proses pengeboran
berlangsung. Bentuk ulir harus menjamin adanya ikatan yang kuat antar elemen
tersebut yang seolah-olah menjadi satu kesatuan agar transmisi energi dari mesin
bor terhantar secara langsung menuju mata bor. Namun, pada kondisi yang sama
ikatan antar elemen juga harus mudah dilepas (uncoupling) apabila diperlukan.
Bentuk ulir yang mudah dilepas tergantung pada lebar bentang lengkungan (pitch)
ulir dan sudut profil ulirnya. Sambungan antar elemen mudah dilepas apabila lebar
bentang lengkuran ulir cukup besar dikombinasikan dengan sudut profil yang kecil.
Gambar 3.4.a dan 3.4.b masing-masing memperlihatkan tipe dan profil setiap tipe
ulir pada batang bor. Penggunaan dari setiap tipe ulir dijelaskan sebagai berikut:
– Ulir-R (R-thread); digunakan pada batang bor kecil berukuran diameter antara
22 – 38 mm dan dipasang pada mesin bor putaran kuat dengan pembilasan
udara. Ulir tipe ini memiliki lebar bentang lengkungan 12,7 mm dengan sudut
profil ulir yang besar.
– Ulir-T (T-thread); dapat dipakai pada hampir seluruh kondisi pengeboran dan
dibuat pada batang bor berdiameter 38 – 51 mm. Memiliki bentang lengkungan
yang besar dengan sudut profil ulir yang kecil, sehingga batang bor dengan
kopling lebih mudah dilepas dibandingkan Ulir-R. Pada tipe Ulir-T terbentuk
bagian volume yang rusak lebih banyak (bagian yang diarsir padat) sebagai
indikator bahwa umur layanan lebih lama.
– Ulir-C (C-thread); ulir tipe ini dirancang khusus pada batang bor berdiameter
51 mm. Memiliki bentang lengkungan yang besar dengan sudut profil ulir sama
dengan Ulir-T.
– Ulir-GD atau Ulir-HL (GD-thread); ulir tipe ini memiliki karakteristik antara ulir
tipe R dan T. Ulirnya dirancang memiliki profil ”gigi gergaji” yang tidak simetris
(asimetris) dan diterapkan pada batang bor berdiameter antara 25 – 57 mm.
Gambar 18. (a) Tipe Ulir dan (b) Profil pada Tipe Ulir
Tipe mata bor ditinjau dari alat potongnya dapat dibedakan menjadi button bit dan
insert bit. Apabila alat potong button dan insert sudah tumpul dapat dipertajam
dengan alat gerinda mata bor. Jenis button bit antara lain (1) model standar yang
digunakan untuk batuan yang lunak sampai sedang dan diameter lubang yang
dibuat antara 76 – 89 mm, (2) model heavy duty yang digunakan pada batuan keras
dengan diameter lubang yang dihasilkan sekitar 89 mm, dan (3) retrac bit yang
dapat digunakan pada formasi batuan yang mudah lepas atau formasi dengan
densitas retakan tinggi. Jenis insert bit antara lain cross bit yang berdiameter 35 –
57 mm dan X-bit berdiameter 64 – 127 mm.
l
g g k
k g i i
D j D l D
m k
j
n
BUTTON BIT X- BIT CROSS BIT
b a. Clearance angle
b. Insert angle
c
c. Insert length
d. Skirt diameter
e. Skirt length
f f. Insert height
h
g. Sludge groove
a h. Length of clearance angle
e i. Hard metal insert
j. Center metal insert
k. Side flushing hole
l. Insert width
m. Center button
n. Gauge button
d D. Bit diameter
Untuk pengeboran tertentu dirancang empat bit yang berbeda disesuaikan dengan
tujuannya, yaitu retrac bits, reaming bits, drop center bits, dan ballistic bits.
(b)
Bit utama
Pilot bit
(c)
(a)
(b)
Tabel 3.1 menunjukkan diameter dan panjang beberapa batang bor, baik ekstensi
maupun integral, yang umum digunakan. Dari tabel tersebut dapat diamati bahwa
makin besar diameter batang bor, makin panjang lubang bor yang dapat dibuat.
Sedangkan pada Tabel 3.2 terlihat paduan yang cocok antara diameter batang bor
dengan beberapa alternatif diameter mata bor serta kedalaman lubang bor
maksimum yang disarankan. Diameter batang bor terkecil 25 mm bisa dipadukan
dengan mata bor berdiameter 38, 41, 45, atau 51 mm dan dapat mengebor lubang
bor antara 6 m – 8 m. Demikian juga, diameter batang bor 51 mm bisa dipadukan
dengan mata bor berdiameter 89, 102, 115, atau 127 mm dan dapat mengebor
lubang bor antara 25 m – 28 m. Dari Tabel 3.2 terlihat bahwa makin besar diameter
batang bor, makin panjang kedalaman lubang bor yang dapat dibuat.
Tipe batang bor ekstensi Diameter batang bor Panjang batang bor
Heksagonal, normal 25, 28, 32, 38 mm 3050, 3600 mm
Pipa (tubular), normal 32, 38, 45, 51 mm 3050, 3600, 6100 mm
MF-bulat 32, 38, 45, 51 mm 3050, 3660, 6100 mm
Table 4. Diameter batang dan mata bor serta kedalaman pengeboran maksimum (Jimeno, 1995)
Perpaduan yang ideal antara diameter mata bor dan batang bor dengan diameter
kopling tertera pada Tabel 3.3. Diameter batang bor 25 mm dapat disambung
dengan batang bor berukuran sama menggunakan kopling berdiameter 36 mm.
Untuk perpaduan batang bor dengan kopling juga berlaku ketentuan bahwa makin
besar diameter batang bor, makin besar juga diameter kopling yang harus dipasang.
Table 5. Diameter mata bor, batang bor dan kopling (Jimeno, 1995)
Table 6. Berat batang bor sesuai diameter dan panjangnya (Jimeno, 1995)
Table 7. Umur layanan perlengkapan pengeboran pada pembuatan tunnel dan drift (Atlas Copco dLm
Nimeno, 1995)
3.3. Rangkuman
Perlengkapan pengeboran berhubungan dengan media yang mentransmisikan
gaya dari mesin bor menuju permukaan batuan. Media tersebut meliputi (1) batang
bor dengan nama lain drill steel, drill string, drill rod atau rod saja, (2) mata bor atau
bit, (3) kopling, dan (4) shank adaptor. Untuk melancarkan proses pengeboran
dengan penetrasi tinggi dan terhindar dari adanya penghancuran ulang serbuk bor
(overcrush), dilakukan proses flushing agar permukaan dasar lubang bor harus
selalu bersih dan menjamin mata bor kontak dengan permukaan dasar lubang bor.
Proses flushing dilakukan oleh udara atau air bertekanan tinggi. Batang bor terdiri
dari dua tipe, yaitu batang bor integral dan batang bor ekstensi. Jenis-jenis mata
bor meliputi button bit dan insert bit. Jenis button bits terdiri dari tipe standar
(normal), heavy duty dan retrac; sedangkan insert bits terdiri dari tipe cross bit dan
X-bit. Kopling pengeboran sebagai perlengkapan untuk penyambungan terdiri dari
sleeve atau berlubang tembus, semi-bridge dan tipe full-bridge.
(a)
Bit utama
Pilot(b)
bit
Gambar S7
A. Namanya reaming bit. Bagian (a) insert bit dan (b) retrac bit.
B. Namanya reaming bit. Bagian (a) bit utama dan (b) pilot bit
C. Namanya batang bor hexagonal. Bagian (a) mata bor dan (b) retrac bit.
D. Namanya batang bor tubular. Bagian (a) insert bit dan (b) button bit.
8) Apakah fungsi bagian (b) dari perlengkapan pada Gambar S7?:
A. Untuk mengawali pembuatan lubang pada batuan yang keras.
B. Untuk membuat lubang bor yang lurus.
C. Untuk membuka jalan bagi diameter bit yang lebih besar.
D. Semua jawaban benar.
9) Apabila X: perpaduan antara batang bor kecil dengan diameter bit antara 38 –
51 mm, dan Y: perpaduan antara batang bor besar dengan diameter bit antara
89 – 127 mm. Bandingkan kedalaman lubang bor yang dihasilkan X dan Y.
A. Kedalaman lubang dari X lebih dalam dibanding Y.
B. Kedalaman lubang dari X lebih dangkal dibanding Y.
C. Kedalaman lubang dari X sama dengan dari Y.
D. Semua jawaban salah.
10) Apakah tipe kopling pada gambar di bawah ini?
a) A. a) Sleeve, b) Semi-bridge
B. a) Sleeve, b) Full-bridge
C. a) Helical, b) Sleeve
b)
D. a) Blade, b) Full-bridge.
BAB IV
PENENTUAN DAN PEMERIKSAAN PERALATAN DAN
PERLENGKAPAN PENGEBORAN
Massa batuan berasal dari magma yang mengalami proses pendinginan dan
pemadatan pada kedalaman tertentu di dalam kerak bumi, sehingga menghasilkan
jenis dan karakteristik batuan yang berbeda. Adanya perbedaan jenis dan karakter
batuan tersebut menjadi faktor yang harus dipertimbangkan dan difahami oleh Juru
Bor di dalam memilih metode pengeboran yang tepat agar diperoleh laju penetrasi
pengeboran yang memuaskan.
Batuan beku terbentuk dari pemadatan atau solidifikasi magma panas cair yang
merupakan campuran larutan batuan dan gas. Massa batuan yang terbentuk di
dalam kerak bumi sebagai hasil pendinginan magma secara perlahan memper-
lihatkan tekstur butir yang kasar karena pemadatan mineral-mineral sesuai dengan
temperaturnya masing-masing. Dengan demikian kandungan mineral dalam massa
batuan tersebut dapat dikenali tanpa bantuan mikroskop. Batuan ini tergolong
dalam massa batuan Plutonik atau Intrusi. Magma panas cair terus bergerak melalui
kekar sampai ke permukaan bumi dan mengalami pendinginan dan solidifikasi
secara cepat. Akibatnya mineral-mineral tidak mendapat kesempatan untuk
memisahkan diri secara alamiah, sehingga terbentuk batuan bertekstur butir sangat
halus dan untuk melihat mineralnya harus menggunakan mikroskop. Jenis batuan
ini disebut batuan Volkanik atau Ekstrusi.
Batuan sedimen terbentuk dari hasil pelapukan massa batuan yang kemudian
terendapkan dan terakumulasi oleh gerakan air, angin, atau es. Pelapukan dapat
terjadi akibat proses dekomposisi kimia atau disintegrasi mekanis terhadap massa
batuan yang berakhir menjadi produk seperti batulempung, batugaram, dan butiran-
butiran mineral misalnya kuarsa, zircon, rutile, dan magnetite.
Terdapat dua kelompok batuan sedimen, yaitu batuan sedimen klastik dan non-
klastik.
a) Batuan sedimen klastik terdiri dari fragmen atau agregat lepas hasil
penghancuran sembarang batuan yang telah ada sebelumnya. Umumnya
batuan sedimen klastik terbentuk karena proses mekanis terhadap massa
batuan yang tahan terhadap reaksi kimia. Air atau angin merupakan media
transportasi utama terbentuknya batuan sedimen klastik yang akhirnya
terendapkan dalam bentuk lapisan-lapisan. Ukuran fragmen batuan sedimen
seperti terlihat pada Tabel 4.2. Contoh batuan sedimen klastik antara lain
konglomerat, batupasir, dan shale. Konglomerat adalah suatu massa batuan
hasil sedimentasi melalui perekatan atau sementasi butiran pasir dan krakal.
Sebagai media perekat atau semen adalah silika, kalsium karbonat, atau besi
oksida.
Table 10. . Ukuran dan jenis batuan sedimen
Tekanan berasal dari berat lapisan batuan diatasnya atau karena pergerakan
lempeng. Tekanan dan panas (2040 − 9820 C) berlangsung sangat lama yang dalam
perkembangannya membuat suatu perubahan atau metamorfosa terhadap
susunan atom-atom di dalam mineral dan membentuk mineral baru. Porositas
batuan berkurang akibat tekanan tersebut, sehingga batuan menjadi padat,
kekuatan bertambah, dan berat satuan material bertambah. Batuan metamorf
diklasifikasi berdasarkan teksturnya ke dalam batuan masif dan foliated (Tabel 4.4).
Pembentukan suatu massa batuan akan selalu berlangsung atau tidak berhenti
setelah menghasilkan suatu jenis massa batuan. Misalnya, batuan beku yang
terbentuk pada kurun waktu geologi tertentu kemungkinan akan berubah pada
waktu geologi yang akan datang; demikian juga dengan jenis massa batuan yang
lain. Kejadian ini memperlihatkan suatu daur atau siklus batuan yang tidak berhenti.
Salah satu kondisi yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut:
Derajat Derajat
Mineral Mineral
Kekerasan Kekerasan
Talc Orthoclase (Feldspar)
1 6
Mg3(Si4O10)(OH)2 K(AlSi3O8)
Gypsum Quartz
2 7
CaSO4.2H2O SiO2
Calcite Topaz
3 8
CaCO3 Al2(SiO4)(F,OH)2
Fluorite Corundum
4 9
CaF2 Al2O3
Apatite Diamond
5 10
Ca5(F,Cl,OH)(PO4)3 C
Untuk menguji kekerasan suatu batuan yaitu dengan menggoreskan material yang
ujungnya dipertajam dan sudah diketahui skala kekerasannya terhadap batuan
yang akan diuji. Permukaan batuan yang diuji harus benar-benar rata dan bersih
dari debu. Apabila permukaan batuan yang diuji tergores, berarti kekerasan relatif
batuan tersebut lebih rendah dibanding batuan/material pengujinya. Sebaliknya,
apabila terlihat ujung material penguji yang dipertajam tersebut patah-patah atau
tergerus, maka kekerasan relatif batuan penguji lebih rendah dari yang diuji. Batuan
dengan kekerasan 2½ dapat menggores gypsum atau talc, tetapi akan tergores oleh
calcite atau mineral lain yang kekerasannya lebih dari 2½.
Kekuatan batuan merupakan sifat mekanik batuan untuk melawan atau menahan
upaya penghancuran oleh gaya dari luar, baik gaya statik maupun dinamik. Pada
dasarnya nilai kekuatan batuan kekuatan batuan tergantung pada komposisi
mineralnya. Batuan mampu menahan gaya tekan secara maksimal yang
menggambarkan kuat tekannya, tetapi terhadap tarikan hanya mampu menahan
10% - 15% dari kuat tekan tersebut. Hal ini disebabkan oleh kerapuhan batuan
akibat banyak retakan dan bentuk cacat lain didalamnya dan akibat kohesi yang
rendah antar partikel pembentuk batuan.
Untuk mengetahui kekuatan massa batuan dilakukan pengujian kuat tekan atau
uniaxial compressive strength (UCS) di laboratorium mekanika batuan (Gambar
4.2). Sampel batuan hasil pengeboran eksplorasi berbentuk inti bor (core) dengan
diameter sekitar 5 cm (ukuran NX) dan panjang 10 cm ditekan secara hidrolik oleh
alat kuat tekan sampai pecah. Ketika batu pecah, besar tekanannya ditunjukkan
oleh jarum skala (gauge), kemudian kuat tekan dihitung menggunakan rumus:
P
σc =
A
Skala tekanan
Core batuan
Kekerasan dan abrasifitas tidak tergantung pada jenis batuannya, tetapi lebih banyak
disebabkan oleh proses keterjadiannya yang melibatkan kuantitas komposisi mineral,
waktu proses pembentukan, dan kondisi fisik yang membuat batuan tersebut padat atau
kompak. Tabel 4.8 memperlihatkan kekerasan dan abrasifitas beberapa jenis batuan
yang dikelompokkan pada batuan beku, sedimen, dan metamorf.
BATUAN BEKU
Substansi kimiawi dalam mineral yang abrasif, terutama silika (Si), mempengaruhi
kinerja pengeboran dan peledakan, baik pekerjaan tersebut dilakukan pada batuan
beku, sedimen, maupun metamorf. Tabel 4.9 menyajikan beberapa contoh batuan,
baik yang mengandung mineral dengan silika tinggi maupun rendah.
Dari Tabel 4.9 tersebut dapat dilihat bahwa hampir semua contoh batuan
mengandung silika lebih dari 90%, yaitu: granite, basalt, amphibolite, schist, shale,
dan sandstone (batupasir). Berarti batuan tersebut sangat abrasif dan apabila
pekerjaan pengeboran dilakukan pada jenis batuan di atas pemilihan kualitas mata
bor serta batang bor harus mendapat perhatian serius agar umur pakainya relatif
lama. Sementara itu batuan yang tidak abrasif menurut tabel di atas hanya
limestone (batugamping) dengan kandungan kalsium lebih dari 90%.
Batuan
Batuan beku Batuan sedimen
metamorf
Kandungan mineral
Amphi- Sand- Lime-
Granite Basalt Schist Shale
bolite stone stone
Quartz
30 -- -- 32 17 97 3
(SiO2)
Alkali feldspar
60 5 -- -- -- 1 1
K Al(Si3O8)
Plagioclase *)
5 45 42 18 -- -- --
Na Al(Si3O8) (1)
Pyroxene *)
-- 40 -- -- -- -- --
Ca Mg(Si2O6) (2)
Amphibole *)
-- -- 50 -- -- -- --
(Mg,Fe)7(Si8O22)(OH)2 (3)
Olivine
-- 5 -- -- -- -- --
(Mg,Fe)2(SiO4)
Biotite
4 -- 5 7 -- -- --
K(Mg,Fe)2(AlSi3O10)(OH)2
Muscovite
-- -- -- 38 1 1 --
Kal2(AlSi3O10)(OH)2
Magnetite
1 5 3 3 1 1 1
Fe5O4
Staurolite
-- -- -- 2 -- -- --
Fe2Al9O7(SiO4)4(OH)
Clay minerals *)
-- -- -- -- 80 -- 1
Al4(Si4O10)(OH)8 (4)
Calcite
-- -- -- -- 1 -- 94
CaCO3
Total 100 100 100 100 100 100 100
*) Merupakan nama grup mineral dan rumus kimia dibawahnya adalah salah satu contoh mineral
yang dipilih yang urutan nama-namanya dari atas ke bawah: (1) albite, (2) diopside, (3)
anthophyllite, dan (4) kaolinite.
Tekstur batuan mengacu pada struktur butiran dalam batuan yang biasanya
diwujudkan dengan parameter porositas, densitas, ukuran butir, dan keterikatan
antar partikel. Pengaruhnya terhadap aktifitas pengeboran dapat memberikan
tingkat kemudahan relatif, karena semua parameter tersebut mengindikasikan
tingkat kekompakan atau soliditas batuan. Keadaan ini terlihat pada Tabel 4.10.
bahwa ukuran butir yang halus membuat porositas batuan jadi rendah, sehingga
tingkat kekuatan batuannya tinggi. Sedangkan densitas batuan tidak tergantung
pada porositas, tetapi dipengaruhi oleh jenis minerat berat yang terkandung di
dalam batuan.
Porositas menunjukkan tingkat kerapatan ruang pori yang diduduki oleh udara atau
air di dalam batuan. Tingkat kerapatan tersebut ditentukan oleh bentuk butir, besar
butir, pemadatan, sementasi dan bahan-bahan organik pengisi rongga. Oleh sebab
itu harga porositas (n) didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pori (Vp)
dengan volume spesimen (Vs), seperti ditunjukkan pada rumus di bawah ini:
Vp
n= x 100%
Vs
Berat jenis batuan (SG) adalah perbandingan berat batuan di udara terhadap berat
yang sama dengan volume air yang dipindahkan pada temperatur air 4 0 C dan
tekanan 1 atm. Harga berat jenis sering disamakan dengan densitas yang
dinyatakan dalam satuan tertentu, misalnya gr/cm3, ton/m3, atau kg/liter. Pengujian
berat jenis cukup sederhana, yaitu dengan menimbang specimen batuan di udara
(Wu) dan di dalam air (Wa), kemudian berat jenis dihitung sebagai berikut:
Wu
SG =
Wu − Wa
Dasar perhitungan di atas mengacu pada hukum Archimides bahwa berat benda
dalam air sama dengan berat dari volume air yang dipindahkan.
Pemeriksaan adalah melihat dengan teliti untuk mengetahui keadaan peralatan dan
perlengkapan pengeboran agar siap dioperasikan. Pekerjaan tersebut dilakukan
dengan prosedur yang telah disiapkan oleh perusahaan sesuai dengan alat bor dan
perlengkapannya. Prosedur pemeriksaan pada umumnya berbentuk formulir isian
(check list) yang disiapkan secara sederhana agar proses pemeriksaannya
berlangsung dengan cepat dan efektif. Formulir isian pada umumnya disiapkan
dalam bentuk tabel yang memuat daftar komponen operasi setiap alat/unit bor dan
kolom untuk mencentang kondisi komponen yang telah diperiksa. Selama
melakukan pemeriksaan kemungkinan ditemukan komponen bor yang tidak layak
operasi atau di luar standar yang ditetapkan (rusak atau hampir rusak). Oleh sebab
itu diperlukan kolom catatan khusus untuk menuliskan adanya ketidaklayakan
operasi dan saran tindakan yang harus dilakukan berdasarkan pengetahuan atau
pengalaman yang dimiliki oleh petugas pemeriksa.
Jenis pemeriksaan alat bor sebelum dioperasikan meliputi pemeriksaan umum dan
pemeriksaan detail. Pemeriksaan umum adalah melihat dengan cermat komponen
yang ada dibagian luar alat, sedangkan pemeriksaan detail dilakukan terhadap
komponen yang bergerak, keadaan oli pelumas, keadaan bahan bakar dan mesin
(unit) penggeraknya. Pelaksanaan pemeriksaan pada setiap jenis alat bor adalah
sebagai berikut:
(1) Alat bor Manual
Pemeriksaan umum alat bor manual dapat dilakukan dalam waktu singkat karena
ukurannya kecil, yaitu melihat dengan cermat komponen yang ada dibagian luarnya
seperti terlihat pada Gambar 4.4.a, yaitu komponen nomor 1 sampai 6. Fokus
pemeriksaan umum pada baut-baut dan tuas-tuas pengendali kecepatan
pengeboran. Sepasang batang samping atau side rod (komponen no. 4) diperkuat
oleh bautnya masing. Fungsi batang samping ini sebagai pengencang silinder
dengan back head dan front head agar komponen mekanis bagian dalam stabil
pada kedudukannya. Dengan melepas masing-masing baut batang samping,
silinder dapat dilepas dan komponen mekanis bagian terlihat. Baut pengencang
batang samping berpotensi mengendor akibat getaran pada saat bor dioperasikan.
Oleh sebab itu baut-baut tersebut harus selalu diperiksa diperiksa dan segera
dikencangkan apabila kendor. Pipa melengkung (gooseneck) penyambung selang
udara dan air harus bebas bergerak agar mudah mengatur posisi selang dengan
silinder bor ketika bor beroperasi. Bila terasa agak macet sambungannya dapat
dilumasi dan rantai pengamannya terpasang dengan kuat . Demikian juga tuas-tuas
kendali yang terpasang pada back head (throttle block) perlu dilumasi bagian
engselnya agar mudah digerakkan.
Komponen yang bergerak pada alat bor manual hampir seluruhnya terdapat pada
bagian dalam mesin bornya (Gambar 4.4.b). Operator bor umumnya tidak diberi
kewenangan membongkar mesin bor. Apabila mesin tidak dapat dioperasikan
karena masalah atau macet pada komponen didalamnya (jamming), maka menjadi
kewenangan mekanik untuk memeriksa dan memperbaiki (maintenance service).
(a) Komponen bagian luar:
(1) Silinder (a
(2) Back head/throttle )
block
(3) Front head
(4) Batang samping (side
rod) bagian
(b) Komponen
dalam:
(7) Rifle bar
(8) Rifle nut
(9) Ratchet ring
(10) Ratchet pawl
(11) Pawl pin
(12) Klep (
(13) Blok klep b
(14) Dudukan klep
(15) Chuck rotasi
(16) Chuck rotation nut
(17) Chuck rotation jaw
(18) Chuck bushing
(19) Silinder bushing
(20) Silinder washer
Gambar 25. Contoh daftar pemeriksaan (pre-operating) alat bor manual (Jack Leg)
(2) Alat bor berpenopang
Pemeriksaan alat bor berpenopang, yaitu jumbo drill, sebelum dioperasikan harus
dilakukan dengan cermat karena setiap saat bekerja di bawah tanah dengan ruang
kerja terbatas, banyak belokan pada lubang akses, jarak pandang terbatas dan
kelembaban tinggi. Pada kondisi tersebut gesekan antara badan jumbo drill dengan
dinding lubang akses sering terjadi dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda.
Sebelum dioperasikan, alat bor berpenopang diperiksa secara umum dengan cara
mengitari alat bor tersebut sambil memeriksa komponen penggerak, kondisi
pelumas dan kondisi bahan bakar (walk around check). Bentuk komponen
penggerak (undercarriage) untuk memobilisasi alat bor berpenopang (jumbo drill)
adalah rantai (crawler), ban atau bergerak di atas rel. Pemeriksaan rutin pada
masing-masing komponen penggerak sebagai berikut:
Mesin bor bergerak sepanjang platform yang disangga oleh boom hidrolik (Gambar
2.7). Sedangkan platform merupakan tempat kedudukan rel sebagai jalur mesin bor
bergerak maju dan rantai untuk menarik mesin bor kembali ke posisi belakang.
Pemeriksaan batang rel mesin bor dan boom hidrolik meliputi:
− Kondisi pelumas (grease) pada rel atau jalur mesin bor (drifter).
− Rantai penarik mesin bor.
− Oli hidrolik pada sistem hidrolik boom tidak bocor.
− Mesin bor diperiksa dengan prosedur sama seperti pada pemeriksaan alat bor
manual
− Boom untuk platform kerja dan kerangkeng tempat berdiri operator dalam
kondisi baik.
Adapun kondisi oli mesin dan bahan bakar diperiksa dengan melihat pada indikator
levelnya mesing-masing.
Hasil pemeriksaan dituangkan pada formulir isian (check list) yang telah disiapkan
oleh perusahaan. Contoh formulir pemeriksaan sebelum proses pengeboran
dimulai tertera pada Gambar 4.6. Komponen yang diperiksa pada contoh tersebut
bukan merupakan komponen standar yang terdapat pada alat bor berpenopang,
tetapi sebagai komponen minimum pada umumnya. Adapun daftar komponen yang
diperiksa lebih spesifik tergantung pada jenis dan tipe alat bor berpenopang yang
digunakan di lokasi tambang masing-masing.
No. Jumbo : Engine Hours : Shift :
Tanggal : L/H Drifter Hours : Lokasi :
R/H Drifter Hours :
PEMERIKSAAN SEBELUM MENGHIDUPKAN MESIN L TL
1. Tidak ada kerusakan & kebocoran dari mesin atau selang
2. Level oli mesin, transmisi dan hidrolik berada diantara tanda "MIN" dan "MAX"
3. Oli kompresor dapat dilihat jelas melalui compressor sight glass
4. Shank Lube Container diisi dengan oli dan air kondensasi dikeluarkan
5. Kabin operator dalam keadaan bersih dan bebas dari material lepas
6. Tangki bahan bakar lebih dari seperempat penuh
7. Pendingin mesin bekerja dengan baik
8. Klakson berfungsi dengan baik
9. Fire Suppression System Activator bekerja dengan baik
10. Pemadam kebakaran berada pada tempatnya dan dapat digunakan
11. Semua lampu berfungsi
12. Tidak ada kerusakan atau kebocoran pada selang rem
13. Tidak ada kerusakan atau kebocoran pada ban dan rim
14. Tidak ada bagian yang sobek dan aus pada V-belt
15. Engine bay dalam keadaan bersih (tidak ada kain bekas, dll)
16. Semua kabel, selang dan batang bor sudah aman
17. Area disekitar Jumbo sudah aman
PEMERIKSAAN SESUDAH MENGHIDUPKAN MESIN L TL
18. Rem berfungsi
19. Rem kaki berfungsi
20. Semua gauge menunjukkan kisaran operasional yang normal
Apabila ditemukan gangguan isilah kolom Catatan di bawah ini, kemudian segera dilaporkan ke Supervisor
dan pihak Maintenance. Dilarang mengoperasikan alat jika terdapat gangguan atau alat Tidak Layak ( TL ).
Catatan:
Gambar 26. Contoh daftar pemeriksaan (pre-operating) alat bor berpenopang (Jumbo Drill)
4.2.2. Pemeriksaan perlengkapan pengeboran
Perlengkapan pengeboran terdiri dari mata bor (bit), batang bor (drill rod), kopling
dan shank adaptor yang terkadang disebut shank saja. Seluruh jenis perlengkapan
tersebut merupakan media transmisi gaya impak, tekan dan rotasi dari mesin bor
ke dasar batu dan sebagai media penyalur udara dan/atau air untuk proses
pembilasan (flushing) serbuk bor atau cutting. Oleh sebab itu, perlengkapan bor
terus menerus mengalami gesekan dengan batuan. Diantara perlengkapan bor
yang paling menderita adalah mata bor karena kontaknya dengan dasar batu
meimbulkan tegangan radial, tangensial, vertikal dan tegangan geser. Dampak dari
tegangan tersebut membuat mata bor menjadi lebih cepat aus dibanding
perlengkapan lainnya.
Terdapat beberapa kondisi paling kritis pada setiap jenis perlengkapan bor, yaitu:
Formulir isian (check list) sebelum operasi pengeboran disiapkan oleh perusahaan
yang isinya merangkum semua jenis perlengkapan bor seperti terlihat pada Gambar
4.7. Apabila pilihan jenis kerusakan perlengkapan bor tidak ada pada formulir
tersebut, maka dapat dituliskan pada kolom catatan. Pada dasarnya operator bor
tidak diperkenankan menggunakan perlengkapan bor yang cacat karena dapat
mengurangi laju penetrasi bor, sehingga efisiensi kerja rendah.
Isilah Form (check list) ini sebelum menjalankan alat. Bila ada kelainan (tidak
layak) jangan digunakan dan lapor pada Supervisor/Foreman untuk meng-
gantinya dengan perlengkapan baru. Pada akhir shift kumpulkan Form ini pada
Foreman/Supervisor
KOPLING (COUPLING)
1. Ulir (thread ) Terkikis Normal
2. Badan kopling Retak Normal
SHANK ADAPTOR
1. Ulir (thread ) Terkikis Normal
2. Kondisi gigi Gompal Normal
3. Badan shank Retak Normal
4. Lubang saluran udara pembilas Tersumbat Normal
Catatan:
4.3. Rangkuman
1. Hartman, H.L., 1990, Drilling , “Surface Mining 2nd Edition”, B.A.Kennedy (Ed.),
Society for Mining, Metallurgy, and Exploration,Inc., Colorado, pp. 513 – 523.