PNEUMATIK
TIM PENYUSUN:
MGMP MAPEL PRODUK KREATIF DAN KEWIRAUSAHAAN
DAFTAR ISI
Daftar Isi ……………………………………………………………………… i ii
Pendahuluan ………………………………………………………………… iv
Tujuan Umum Pembelajaran ……………………………………………… vi
Petunjuk Penggunaan Modul ……………………………………………… vii
Kegiatan Belajar 1 : Silinder Pneumatik …………………………………. viii
1.1 Pendahuluan ………………………………………………………. 1
1.2 Silinder Kerja Tunggal ……………………………………………. 1
1.2.1 Konstruksi ………………………………………………….. 2
1.2.2 Prinsip Kerja ………………………………………………… 2
1.2.3 Kegunaan …………………………………………………… 3
1.2.4 Macam-macam Silinder Kerja Tunggal …………………. 3
1.3 Silinder Kerja Ganda ………………………………………………. 4
1.3.1 Konstruksi ………………………………………………….. 4
1.3.2 Prinsip Kerja ………………………………………………… 4
1.3.3 Pemasangan ……………………………………………….. 5
1.3.4 Kegunaan ………………………………………………….. 6
1.3.5 Macam-macam Silinder Kerja Ganda …………………. 7
1.4 Karakteristik Silinder …………………………………………….. 8
1.4.1 Gaya Piston ……………………………………………….. 9
1.4.2 Kebutuhan Udara ………………………………………… 9
1.4.3 Kecepatan Silinder ………………………………………... 11
1.4.4 Langkah Piston ……………………………………………. 12
Lembar Latihan …………………………………………………………. 13
Lembar Jawaban ……………………………………………………….. 14
Kegiatan Belajar 2 : Katup Pneumatik …………………………………... 15
2.1 Katup Kontrol Arah (KKA) …………………………………………. 17
2.1.1 Simbol …… ……………………………………………….. 17
2.1.2 Penomoran Pada Lubang ………………………………… 18
2.1.3 Metode Pengaktifan …..…………………………………... 19
2.1.4 Konfigurasi dan Konstruksi ……………………………….. 20
2.1.5 Jenis Katup KKA …………………………………………... 21
2.1.5.1 Katup 3/2 …………………………………………
PENDAHULUAN
Pengetahuan tentang desain dan fungsi komponen yang sesuai
digabungkan ke dalam sistem kontrol pneumatik adalah penting sebelum
sistem direncanakan dan dibuat. Untuk para ahli kontrol pneumatik atau
mekanik, penekanannya adalah pada fungsi komponen, karena desainnya
adalah tanggung jawab pabrik pembuat komponen. Ukuran sambungan saluran
biasanya menunjukkan kapasitas kontrol atau operasinya, yang juga dapat
bervariasi dengan keterbatasan tergantung pada desain komponen.
Modul ini dapat digunakan siapa saja terutama siswa-siswa SMK Bidang
Keahlian Teknik Mesin dan Teknik Elektro yang ingin mempelajari dasar-dasar
pneumatik tentang komponen-komponen pneumatik. Khusus siswa-siswa SMK
Bidang Keahlian Teknik Elektro, modul ini dapat memenuhi tuntutan seperti
yang tertulis pada profil kompetensi tamatan .
Selamat belajar !
Kegiatan Belajar 1
SILINDER PNEUMATIK
1.1. Pendahuluan
Aktuator adalah bagian keluaran untuk mengubah energi suplai menjadi
energi kerja yang dimanfaatkan. Sinyal keluaran dikontrol oleh sistem kontrol
dan aktuator bertanggung jawab pada sinyal kontrol melalui elemen kontrol
terakhir.
Aktuator pneumatik dapat digolongkan menjadi 2 kelompok : gerak lurus dan
putar. :
1. Gerakan lurus (gerakan linear) :
Silinder kerja tunggal.
Silinder kerja ganda.
2. Gerakan putar :
Motor udara
Aktuator yang berputar (ayun)
1.2.1 Konstruksi
Silinder kerja tunggal mempunyai seal piston tunggal yang dipasang pada sisi
suplai udara bertekanan. Pembuangan udara pada sisi batang piston silinder
dikeluarkan ke atmosfir melalui saluran pembuangan. Jika lubang pembuangan
tidak diproteksi dengan sebuah penyaring akan memungkinkan masuknya
partikel halus dari debu ke dalam silinder yang bisa merusak seal.
Keterangan
1. Rumah silinder
2. Lubang masuk
udara bertekanan
3. Piston
4. Batang piston
5. Pegas
pengembali
2 3 4
Pada silinder kerja tunggal dengan pegas, langkah silinder dibatasi oleh
panjangnya pegas . Oleh karena itu silinder kerja tunggal dibuat maksimum
langkahnya sampai sekitar 80 mm.
1.2.3 Kegunaan
pemotongan
pengeluaran
pengepresan
1.3.1 Konstruksi
Konstruksi silinder kerja ganda adalah sama dengan silinder kerja tunggal,
tetapi tidak mempunyai pegas pengembali. Silinder kerja ganda mempunyai
dua saluran (saluran masukan dan saluran pembuangan). Silinder terdiri dari
tabung silinder dan penutupnya, piston dengan seal, batang piston, bantalan,
ring pengikis dan bagian penyambungan. Konstruksinya dapat dilihat pada
gambar berikut ini :
masuk. Karena efektif permukaan piston dikurangi pada sisi batang piston oleh
luas permukaan batang piston
Silinder aktif adalah dibawah kontrol suplai udara pada kedua arah
gerakannya. Pada prinsipnya panjang langkah silinder dibatasi, walaupun faktor
lengkungan dan bengkokan yang diterima batang piston harus diperbolehkan.
Seperti silinder kerja tunggal, pada silinder kerja ganda piston dipasang dengan
seal jenis cincin O atau membran.
bantalan. Ini bertujuan bahwa silinder diutamakan bekerja hanya pada tekanan
yang sudah direncanakan, sehingga bisa mencapai secara maksimum
perawatan yang sudah direncanakan.
Gambar di bawah menunjukkan cara pemasangan silinder.
1.3.4 Kegunaan
Silinder pneumatik telah dikembangkan pada arah berikut :
Kebutuhan penyensoran tanpa sentuhan (menggunakan magnit pada
piston untuk mengaktifkan katup batas /limit switch dengan magnit )
Penghentian beban berat pada unit penjepitan dan penahan luar tiba-
tiba.
Silinder rodless digunakan dimana tempat terbatas.
Alternatif pembuatan material seperti plastik
Mantel pelindung terhadap pengaruh lingkungan yang merusak,
misalnya sifat tahan asam
Penambah kemampuan pembawa beban.
Aplikasi robot dengan gambaran khusus seperti batang piston tanpa
putaran, batang piston berlubang untuk mulut pengisap.
Gaya piston yang dihasilkan oleh silinder bergantung pada tekanan udara,
diameter silinder dan tahanan gesekan dari komponen perapat. Gaya piston
secara teoritis dihitung menurut rumus berikut :
F = A. p
2
F D p f
4
langkah mundur F D2 d2 p
4
Keterangan :
F = Gaya piston ( N )
f = Gaya pegas ( N )
D = Diameter piston ( m )
d = Diameter batang piston ( m )
A = 2
Luas penampang piston yang dipakai (m )
p = Tekanan kerja ( Pa )
Pada silinder kerja tunggal, gaya piston silinder kembali lebih kecil
daripada gaya piston silinder maju karena pada saat kembali digerakkan oleh
pegas . Sedangkan pada silinder kerja ganda, gaya piston silinder kembali lebih
kecil daripada silinder maju karena adanya diameter batang piston akan
mengurangi luas penampang piston. Sekitar 3 - 10 % adalah tahanan gesekan.
Berikut ini adalah gaya piston silinder dari berbagai ukuran pada tekanan 1 - 10
bar.
Diame Tekanan Kerja ( bar )
ter
Piston 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
( mm ) Gaya Piston ( kgf )
6 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
16 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
25 4 9 13 17 21 24 30 34 38 42
35 8 17 26 35 43 52 61 70 78 86
40 12 24 36 48 60 72 84 96 108 120
50 17 35 53 71 88 106 124 142 159 176
70 34 69 104 139 173 208 243 278 312 346
100 70 141 212 283 353 424 495 566 636 706
140 138 277 416 555 693 832 971 1110 1248 1386
200 283 566 850 1133 1416 1700 1983 2266 2550 2832
250 433 866 1300 1733 2166 2600 3033 3466 3800 4332
12 0,002 0,003 0,004 0,006 0,007 0,008 0,009 0,010 0,011 0,012
16 0,004 0,006 0,008 0,010 0,011 0,014 0,016 0,018 0,020 0,022
25 0,010 0,014 0,019 0,024 0,029 0,033 0,038 0,043 0,048 0,052
35 0,019 0,028 0,038 0,047 0,056 0,066 0,075 0,084 0,093 0,103
40 0,025 0,037 0,049 0,061 0,073 0,085 0,097 0,110 0,122 0,135
50 0,039 0,058 0,077 0,096 0,115 0,134 0,153 0,172 0,191 0,210
70 0,076 0,113 0,150 0,187 0,225 0,262 0,299 0,335 0,374 0,411
100 0,155 0,231 0,307 0,383 0,459 0,535 0,611 0,687 0,763 0,839
140 0,303 0,452 0,601 0,750 0,899 1,048 1,197 1,346 1,495 1,644
200 0,618 0,923 1,227 1,531 1,835 2,139 2,443 2,747 3,052 3,356
250 0,966 1,441 1,916 2,392 2,867 3,342 3,817 4,292 4,768 5,243
Keterangan :
Kecepatan piston dapat diatur dengan katup pengontrol aliran dan dapat
ditingkatkan dengan katup pembuang cepat yang dipasang pada sistem kontrol
tersebut. Kecepatan rata-rata piston tergantung dari gaya luar yang melawan
piston (beban) dan ukuran lubang aliran dapat dilihat seperti pada tabel berikut :
Lembar Latihan
2. ..................................
3. ..................................
4. ..................................
5. ..................................
6. ..................................
2 3 4
2. Lebih besar mana gaya yang dihasilkan silinder kerja tunggal pada saat
maju atau mundur? Jelaskan !
3. Di mana silinder kerja tunggal digunakan?
1. …....................................
2. ….....................................
3. ….........................…........
4. ….....................................
5. ...............…......................
6. .........................................
7. ..........................................
Kegiatan Belajar 2
KATUP PNEUMATIK
2.1.1 Simbol
2(A)
2(A)
2(A)
2(A)
4(A) 2(B)
KKA 4/2
1(P) 3(R)
4(A) 2(B)
KKA 5/2
5(R) 3(S)
1(P)
4(A) 2(B)
Saluran pengaktifan :
Mekanik :
Operasi tombol
Tombol
Operasi tuas
Pedal kaki
Pegas kembali
Operasi rol
Pneumatis
Listrik
Kombinasi
Katup 3/2 adalah katup yang membangkitkan sinyal dengan sifat bahwa
sebuah sinyal keluaran dapat dibangkitkan juga dapat dibatalkan/diputuskan.
Katup 3/2 mempunyai 3 lubang dan 2 posisi. Ada 2 konstruksi sambungan
keluaran :
posisi normal tertutup (N/C) artinya katup belum diaktifkan, pada lubang
keluaran tidak ada aliran udara bertekanan yang keluar.
posisi normal terbuka (N/O) artinya katup belum diaktifkan, pada lubang
keluaran sudah ada aliran udara bertekanan yang keluar.
Gambar 2.1a : Katup dalam Gambar 2.1b : Katup dalam keadaan aktif
keadaan tidak aktif
Hubungan posisi awal katup adalah lubang keluaran sinyal 2(A) terhubung
dengan lubang pembuangan 3 (R). Gaya pegas mengembalikan sebuah bola
pada kedudukan katup sehingga mencegah udara bertekanan mengalir dari lubang
1(P) ke lubang keluaran 2(A) . Dengan tertekannya tuas penekan katup
menyebabkan bola duduk menerima gaya dan lepas dari kedudukannya. Dalam
melakukan ini gaya tekan harus dapat melawan gaya pegas pengembali dan
akhirnya udara bertekanan harus mengalir. Suplai udara bertekanan ke posisi
keluaran katup dan sinyal dikeluarkan. Sekali tuas penekan dilepas lubang 1(P)
tertutup dan lubang keluaran 2(A) terhubung ke lubang pembuangan 3(R)
melalui tuas penekan sehingga sinyal dipindahkan.
Dalam hal ini katup dioperasikan secara manual atau mekanik. Untuk
menggerakkan tuas katup sebagai tambahan pengaktifan bisa dipasang
langsung pada kepala katup seperti tombol tekan, rol dan sebagainya. Gaya
yang dibutuhkan untuk mengaktifkan tuas tergantung pada tekanan suplai gaya
pegas pengembali dan kerugian gesekan dalam katup. Ukuran katup dan luas
permukaan kedudukan katup harus lebih kecil untuk mendapatkan batasan
gaya aktifnya yang kecil pula. Konstruksi katup bola duduk sangat sederhana
dan oleh karena itu harganya relatif murah. Yang membedakan adalah ukuran
yang sederhana dan praktis.
Katup jenis dudukan piring tunggal adalah jenis tanpa konflik sinyal. Jika
dioperasikan dengan lambat tidak ada udara yang hilang . Dengan aktifnya tuas
menyebabkan tertutupnya saluran udara dari lubang 2(A) ke lubang
pembuangan 3(R). Selanjutnya dengan menekan tuas piring didorong dari
dudukannya sehingga memperbolehkan udara bertekanan mengalir dari lubang
masukan 1(P) ke lubang keluaran 2(A). Pengembalian ke posisi awal dilakukan
oleh pegas pengembali. Dengan melepas tuas, lubang masukan 1(P) tertutup
dan saluran keluaran terhubung ke atmosfir melalui lubang pembuangan 3(R).
Sebuah katup 3/2 yang posisi normalnya terbuka mengalirkan udara dari
lubang masukan 1(P) ke lubang keluaran 2(A), dinamakan katup normal
terbuka (N/O). Posisi awal lubang masukan 1(P) tersambung ke lubang
keluaran 2( A ) melalui tangkai katup dan dudukan piringan menutup lubang ke
pembuangan 3(R). Ketika tuas ditekan, udara dari lubang masukan 1(P) ditutup
oleh tangkai duduk dan selanjutnya piringan tertekan sehingga lubang keluaran
2(A) terhubung ke atmosfir melalui lubang pembuangan 3(R). Ketika tuas
Pada posisi awal katup adalah normal tertutup karena saluran masukan
1(P) diblok oleh kedudukan piringan dan saluran keluaran 2(A) dibuang ke atmosfir.
Katup yang diaktifkan secara pneumatik dapat dipakai sebagai sebuah elemen
kontrol akhir dengan sistem kontrol tidak langsung.
Konstruksi katup 3/2, pilot tunggal dengan posisi normal tertutup seperti pada
gambar di bawah.
Gambar 2.7a : Katup 3/2 Pilot Tunggal Gambar 2.7b : Katup 3/2 Pilot Tunggal
N/C, dalam keadaan tidak aktif N/C, dalam keadaan aktif
Pada saat sinyal pada lubang 12(Z) dihentikan , tuas katup kembali ke
posisi awal oleh gaya pegas pengembali, sehingga aliran udara dari lubang
1(P) mengalir ke lubang 2( A )
Konstruksi katup 3/2, pilot tunggal dengan posisi normal terbuka seperti
pada gambar di bawah.
Gambar 2.8 : Katup 3/2 Pilot Tunggal N/O, dalam keadaan tidak aktif
Jenis katup 3/2 normal terbuka dengan tuas rol diperlihatkan seperti pada
gambar di bawah :
Katup 4/2 mempunyai 4 lubang dan 2 posisi kontak. Sebuah katup 4/2
dengan kedudukan piringan adalah sama konstruksi dengan kombinasi
gabungan dua katup 3/2 : satu katup N/C dan satu katup N/O. Konstruksi katup
4/2 dengan posisi awal ( tidak tertekan ) seperti pada gambar di bawah :
Gambar 2.11 : Katup 4/2 dudukan piringan, dalam keadaan tidak aktif
Jika dua tuas diaktifkan secara bersamaan, saluran 1(P) ke 2(B) dan 4(A)
ke 3(R) ditutup oleh gerakan pertama. Dengan menekan tuas katup selanjutnya
piringan melawan gaya pegas pengembali , aliran antara saluran 1(P) ke 4(A)
dan 2(B) ke 3(R) terbuka. Tuas katup bisa dioperasikan dengan menambah pada
bagian puncak tuas dengan lengan rol atau tombol tekan.
Katup 4/3 mempunyai 4 lubang dan 3 posisi kontak. Contoh katup ini
adalah katup geser pelat dengan pengaktifan tangan. Konstruksi katup
diperlihatkan seperti pada gambar di bawah :
Gambar 2.13 : Katup 4/3 , plat geser dengan posisi tengah tertutup
Katup 5/2 mempunyai 5 lubang dan 2 posisi kontak. Katup ini dipakai
sebagai elemen kontrol akhir untuk menggerakkan silinder.Katup geser
memanjang adalah contoh katup 5/2. Sebagai elemen kontrol, katup ini memiliki
sebuah piston kontrol yang dengan gerakan horisontalnya menghubungkan
atau memisahkan saluran yang sesuai. Tenaga pengoperasiannya adalah kecil
sebab tidak ada tekanan udara atau tekanan pegas yang harus diatasi ( prinsip
dudukan bola atau dudukan piring ).
Pada katup pneumatik, jarak antara dudukan dan rumahnya tidak boleh
lebih dari 0,002 - 0,004 mm, kalau tidak kerugian kebocoran akan menjadi lebih
besar. Untuk menghemat biaya pemasangan yang mahal, dudukan sering
memakai seal jenis O. Untuk menjaga kerusakan seal, lubang sambungan bisa
ditempatkan di sekitar keliling rumah dudukan.
bisa ditempatkan pada katup dasar. Variasi pengaktifan tersedia untuk macam
yang luas dari fungsi masukan.
Katup satu arah adalah bagian yang menutup aliran ke satu arah dan
melewatkannya ke arah yang berlawanan. Tekanan pada sisi aliran membebani
bagian yang menutup dan dengan demikian meningkatkan daya perapatan
katup.
Ada banyak variasi dalam ukuran dan konstruksi dikembangkan dari katup satu
arah. Disamping itu katup satu arah dengan fungsi elemen yang lain
membentuk elemen yang terpadu, seperti katup kontrol aliran satu arah, katup
buangan cepat, katup fungsi “DAN”, katup fungsi “ATAU”.
Katup satu arah dapat menutup aliran secara sempurna pada satu arah. Pada
arah yang berlawanan, udara mengalir bebas dengan kerugian tekanan seminimal
mungkin. Pemblokiran ke satu arah dapat dilakukan dengan konis (cones ),
bola, pelat atau membran.
2.2.2 Katup Dua Tekanan / Katup Fungsi “ DAN “ (Two Pressure Valves )
Elemen-elemen pada 3 saluran penghubung yang mempunyai sifat satu
arah dapat dipasang sebagai elemen penghubung sesuai arah aliran udara.
Dua katup yang ditandai sebagai elemen penghubung mempunyai karakteristik
logika yang ditentukan melalui dua sinyal masukan dan satu keluaran. Salah
satu katup yang membutuhkan dua sinyal masukan untuk menghasilkan sinyal
keluaran adalah katup dua tekanan (Two Pressure Valves) atau katup fungsi
“DAN”.
Gambar 2.16a : Katup Fungsi “DAN” dengan Gambar 2.16b : Katup Fungsi “DAN”
input pada Y dengan input pada X dan Y
sinyal keluaran. Katup dua tekanan pada umumnya digunakan untuk kontrol
pengunci, kontrol pengaman, fungsi cek dan fungsi logika.
1.0
1.1
4(A) 2(B)
14(Z)
1.6
A
5(R) 3(S)
X Y
1(P)
1.2 1.4
2(A) 2(A)
Katup ini mempunyai dua masukan dan satu keluaran. Jika udara dialirkan
melalui lubang pertama (Y), maka kedudukan seal katup menutup lubang masukan
yang lain sehingga sinyal dilewatkan ke lubang keluaran (A). Ketika arah aliran
udara dibalik (dari A ke Y), silinder atau katup terhubung ke pembuangan.
Kedudukan seal tetap pada posisi sebelumnya karena kondisi
tekanan.
Katup ini disebut juga komponen fungsi “ATAU”. Jika silinder atau katup
kontrol dioperasikan dari dua tempat atau lebih, katup ganti bisa digunakan.
Pada contoh berikut menunjukkan sebuah silinder yang diaktifkan dengan
menggunakan sebuah katup yang dioperasikan dengan tangan dan lainnya
dipasang pada posisi yang berjauhan.
1.0
1.1
4(A) 2(B)
14(Z)
1.6
A
5(R) 3(S)
X Y
1(P)
1.2 1.4
2(A) 2(A)
Jika udara disuplai dari lubang A, piringan akan menutup lubang P dan
udara keluar ke atmosfir lewat lubang R. Peningkatan kecepatan tersebut
dibandingkan dengan pembuangan udara lewat katup kontrol akhir. Cara
tersebut mudah dilaksanakan dengan jalan memasang katup buangan-cepat
langsung pada silinder atau sedekat mungkin dengan silinder.
1.0 1.0
1.01 1.01
A A
P P
R R
1.1
1.1 4(A) 2(B)
2(A)
1(P)
Katup cekik pada keadaan normal dapat diatur dan pengesetannya dapat
dikunci pada posisi yang diinginkan. Karena sifat udara yang kompresibel,
karakteristik gerakan silinder tergantung dari beban dan tekanan udara. Oleh
karena itu katup kontrol aliran digunakan untuk mengontrol kecepatan silinder
dengan berbagai harga yang bervariasi. Hati-hati agar tidak menutup katup ini
penuh, karena akan menutup udara ke sistem.
Ada dua jenis rangkaian pencekikan aliran udara untuk silinder kerja
ganda :
1.1 1.1
1(P) 1(P)
Katup ini terutama dipakai sebagai katup pengaman (katup tekanan lebih).
Katup ini mencegah terlampauinya tekanan maksimal yang ditolerir dalam
sistem. Apabila nilai dalam tekanan maksimal tercapai pada lubang masukan,
maka lubang keluaran pada katup akan terbuka dan udara bertekanan dibuang
ke atmosfir. Katup tetap terbuka sampai katup ditutup oleh gaya pegas di dalam
setelah mencapai tekanan kerja yang diinginkan.
P R
Katup ini bekerja sesuai dengan prinsip yang sama seperti katup
pembatas tekanan. Katup akan terbuka apabila tekanan yang diatur pada
pegas terlampaui. Udara mengalir dari 1(P) ke 2(A). Lubang keluaran 2(A)
terbuka apabila sudah terbentuk tekanan yang diatur pada saluran kontrol
12(X). Piston kontrol membuka jalur 1(P) ke 2(A).
Jika katup tunda waktu adalah menghubung ke posisi inisialnya, jalur pilot
12(Z) harus dibuang. Udara mengalir dari tangki udara ke atmosfer melalui
jalan pintas katup kontrol aliran satu arah dan kemudian ke jalur pembuangan.
Pegas katup mengembalikan bantalan pemandu dan piringan katup ke posisi
inisialnya. Jalur kerja 2(A) membuang ke 3(R) dan 1(P) terblok.
2(A)
12(Z)
3( R)
1(P)
12(Z )
3(R)
1(P)
Katup tunda waktu normal membuka memiliki katup 3/2 dengan posisi NO.
Pada posisi inisial output 2(A) adalah aktif. Ketika katup dihubungkan dengan
10(Z) output 2(A) dibuang. Akibatnya sinyal keluaran akan segera mati setelah
setting tunda waktu tercapai.
telah dilepas. Terlepasnya katup tombol mereset timer (1.4) dengan membuang
sinyal 10(Z).
1.0 1.3
14(Z) 12(Y)
5( R) 3(S)
1(P)
1.5
1.4 2(A)
2(A)
12(Z)
1(P) 3(R)
12(Z)
1(P) 3(R)
1(P) 3( R) 1(P) 3( R)
DAFTAR ISI
Daftar Isi ……………………………………………………………………… i ii
Pendahuluan ……………………………………………………………….. iv
Tujuan Umum Pembelajaran …………………………………………….. vi
Petunjuk Penggunaan Modul …………………………………………….. vii
Kegiatan Belajar 1 : Penggambaran Diagram Rangkaian …………….. viii
1.1 Diagram Alir Mata Rantai Kontrol …………………………………. 1
1.2 Tata Letak Rangkaian ……………………………………………. 1
1.3 Penandaan Elemen ……………………………………………….. 2
Lembar Latihan ………………………………….……………………….. 4
Lembar Jawaban ………………………………………………………… 7
Kegiatan Belajar 2 : Rangkaian Langsung Silinder ………………….. 8
i
PN EU MATIC SYST EM
ii
PN EU MATIC SYST EM
PENDAHULUAN
Pneumatik dalam industri merupakan ilmu pengetahuan dari semua proses
mekanik dimana udara memindahkan suatu gaya atau gerakan. Jadi pneumatik
meliputi semua komponen mesin atau peralatan, dalam mana terjadi proses-
proses pneumatik. Udara bertekanan dalam peranannya sebagai unsur
penggerak lebih banyak dilaksanakan dalam mesin-mesin perkakas dan mesin
produksi. Pada modul ini akan dibahas mengenai rangkaian kontrol pneumatik
untuk memecahkan masalah kontrol mesin-mesin industri yang sederhana.
4
4
PN EU MATIC SYST EM
5
5
PNEUMAT IC SYST EM
Modul ini dapat digunakan siapa saja terutama siswa-siswa SMK Bidang
Keahlian Teknik Mesin dan Teknik Elektro yang ingin mempelajari dasar-dasar
pneumatik tentang rangkaian pneumatik. Khusus siswa-siswa SMK Bidang
Keahlian Teknik Elektro, modul ini dapat memenuhi tuntutan seperti yang
tertulis pada profil kompetensi tamatan .
Selamat belajar !
6
6
PNEUMAT IC SYST EM
Kegiatan Belajar 1
Penggambaran Diagram Rangkaian
1
PNEUMAT IC SYST EM
ELEMEN SENSOR :
MASUKAN Katup Kontrol Arah 2(A)
Sensor Proksimitas
2
PNEUMAT IC SYST EM
Contoh :
Batang piston silinder kerja ganda bergerak keluar jika tombol tekan atau
pedal kaki ditekan. Batang piston kembali ke posisi awal setelah keluar penuh
dan tekanan pada tombol atau pedal kaki dilepas.
Masalah di atas dipecahkan oleh rangkaian kontrol dengan tata letak
gambar diagram berikut ini.
V1
Elemen Penggerak
4(A) 2(B)
Elemen Kontrol Akhir
5(R) 3(S)
1(P)
Elemen Pemroses
V1
2(A) 2(A) 2(A)
Catu Daya/Sumber
pada posisi silinder keluar penuh menunjukkan posisi sesungguhnya dari katup
V1 tersebut.
Diagram rangkaian memperlihatkan aliran sinyal dan hubungan antara
komponen dan lubang saluran udara. Diagram rangkaian tidak menjelaskan tata
letak komponen secara mekanik.
Jika kontrol rumit dan terdiri dari beberapa elemen kerja, rangkaian kontrol
harus dibagi ke dalam rangkaian rantai kontrol yang terpisah. Satu rantai dapat
dibentuk untuk setiap fungsi grup. Kalau mungkin, rantai-rantai ini sebaiknya
disusun berdampingan dalam urutan yang sama dengan gerakan langkah
operasinya.
4
PNEUMAT IC SYST EM
1.0 1.3
Actuator
1.1
4(A) 2(B)
14(Z) 12(Y)
Final Control
Element
5(R) 3(S)
1.6 1(P)
2(A)
5
PNEUMAT IC SYST EM
Karena rangkaian hanya terdiri dari satu grup, maka semua elemen angka pertama
bertanda 1, artinya lokasinya berada pada grup 1. Silinder ditandai dengan angka
1.0. Katup kontrol akhir ditanda dengan angka 1.1. Katup-katup yang
menyebabkan silinder bergerak maju ditandai dengan angka : 1.2, 1.4 dan
1.6. Sedangkan katup yang menyebabkan silinder bergerak mundur ditandai
dengan angka 1.3. Sumber energi ditandai 0.1.
A ao a1
ao, bo, co…. : tanda dari limit switch yang digerakkan pada posisi belakang
silinder A, B,C ….
a1, b2, c3…. : tanda dari limit switch yang digerakkan pada posisi batang
piston ke depan dari silinder A, B,C ….
Keuntungan dari tipe ini adalah dapat dengan segera diketahui komponen sinyal
yang sedang digerakkan jika silinder bergerak ke posisi yang dituju. Misalnya,
gerakan A+ menunjukkan limit switch a1 yang diperintahkan bekerja, dan
gerakan A- menunjukkan limit switch ao yang diperintahkan bekerja.
6
PNEUMAT IC SYST EM
Latihan :
2(A)
12(Z )
1(P) 3(R)
2(A)
1(P) 3(R)
2(A)
1(P) 3(R)
3( R)
7
PNEUMAT IC SYST EM
Kegiatan Belajar 2
Kontrol Langsung Silinder
2.1. Pengertian
2.2.2 Pemecahan
Sebuah katup akan mengeluarkan sinyal ketika sebuah tombol tekan
ditekan dan sinyal hilang bila tombol dilepas. Katup kontrol arah 3/2 adalah
sebagai katup pembangkit sinyal. Jenis katup ini cocok untuk mengontrol
sebuah silinder kerja tunggal.
8
PNEUMAT IC SYST EM
a) b)
Gambar 2.1 : Prinsip kerja kontrol langsung silinder kerja tunggal :
a). Posisi awal (tidak aktif), b). Posisi kerja (aktif)
12
PNEUMAT IC SYST EM
Posisi Awal
osisi awal (gambar 2.1a) didefinisikan sebagai posisi istirahat dari sistem.
Semua bagian terhubung dan tombol tidak ditekan oleh operator. Udara
bertekanan dari catu daya ditutup, piston masuk ke dalam oleh dorongan pegas
kembali. Lubang masukan silinder dihubungkan ke lubang pembuangan melalui
katup. Pengiriman bertekanan diputus oleh katup.
Tombol ditekan
Menekan tombol tekan berarti memindahkan posisi katup 3/2, melawan
pegas katup. Diagram (gambar 2.1b) menunjukkan katup teraktifkan pada posisi
kerja. Udara bertekanan dari catu daya melalui katup masuk ke lubang masukan
silinder kerja tunggal. Udara bertekanan yang terkumpul menyebabkan batang
piston bergerak keluar melawan gaya pegas kembali. Setelah piston sampai
pada posisi akhir langkah maju, maka tekanan udara di dalam tabung silinder
meningkat mencapai harga maksimum.
Tombol dilepas
Segera setelah tombol dilepas, maka pegas di katup mengembalikan katup
ke posisi awal dan batang piston silinder kembali masuk. Jika tombol tekan
diaktifkan lau dilepas sebelum silinder keluar penuh, piston masuk kembali
secara langsung, maka ada hubungan langsung antara pengoperasian tombol
tekan dan posisi silinder. Hal ini memungkinkan silinder bisa keluar tanpa
mencapai akhir langkah.
12
PNEUMAT IC SYST EM
2.3.1 Masalah
Batang piston silinder kerja ganda bergerak keluar ketika sebuah tombol
ditekan dan kembali ke posisi semula ketika tombol dilepas. Silinder kerja ganda
dapat dimanfaatkan gaya kerjanya ke dua arah gerakan, karena selama
bergerak ke luar dan masuk silinder dialiri udara bertekanan.
2.3.2 Pemecahan
Sebuah katup diperlukan untuk membangkitkan sebuah sinyal
dan membatalkan sinyal yang lain ketika tombol dilepas. Katup 4/2 digunakan
karena katup tersebut merupakan katup pembangkit sinyal dengan 2
lubang sinyal keluaran. Katup ini cocok untuk mengendalikan sebuah silinder
kerja ganda. Komponen yang digunakan berupa :
1. Silinder kerja ganda dengan 2 lubang masukan,
2. Katup kontrol arah 4/2 mempunyai 4 lubang dan 2 posisi kontak,
tombol untuk mengaktifkan dan pegas untuk gaya kembali,
3. Catu daya udara bertekanan dihubungkan ke katup 4/2,
4. Dua sambungan udara bertekanan antara katup dan silinder.
a) b)
12
PNEUMAT IC SYST EM
Posisi Awal
Posisi awal (gambar2.2a) semua hubungan dibuat tidak ada tekanan
dan tombol tidak ditekan oleh operator. Pada posisi tidak diaktifkan,
udara bertekanan diberikan pada sisi batang piston silinder, sedangkan udara
pada sisi piston silinder dibuang melalui saluran buang katup.
Tombol ditekan
Menekan tombol berarti memindahkan posisi katup 4/2 melawan gaya
pegas pengembali. Diagram rangkaian (gambar 2.2b) menunjukkan katup aktif
pada posisi kerja. Pada posisi ini suplai udara bertekanan dialirkan ke sisi piston
silinder dan udara pada sisi batang piston dibuang keluar lewat katup. Tekanan
pada sisi piston mendorong keluar batang piston. Pada saat langlah keluar
penuh dicapai, tekanan pada sisi piston mencapai maksimum.
Tombol dilepas
Tombol tekan dilepas, pegas pengembali katup menekan katup kembali ke
posisi semula. Sekarang suplai udara bertekanan dialirkan ke sisi batang piston
dan udara pada sisi piston dibuang keluar melalui katup, sehingga batang piston
silinder kerja ganda masuk kembali.
12
PNEUMAT IC SYST EM
Lembar Latihan
1. Diskripsi soal
Dengan menggunakan alat penyortir, benda ditransfer dari ban berjalan satu
ke ban berjalan lainnya. Batang piston silinder akan keluar mendorong benda ke
ban berjalan lain, jika switch tombol pneumatik ditekan. Tombol dilepas, batang
piston kembali ke posisi semula.
2. Tata letak
3. Tugas :
12
PNEUMAT IC SYST EM
Kegiatan Belajar 3
Kontrol Tidak Langsung Silinder
3.1 Pendahuluan
Silinder yang keluar dan masuk dengan cepat atau silinder dengan
diameter piston besar memerlukan jumlah udara yang banyak. Untuk
pengontrolannya harus dipasang sebuah katup kontrol dengan ukuran yang
besar juga. Jika tenaga yang diperlukan untuk mengaktifkan katup tidak mungkin
dilakukan secara manual karena terlalu besar, maka harus dibuat rangkaian
pengontrol tidak langsung. Disini melalui sebuah katup kedua yang lebih kecil,
dihasilkan sinyal untuk mengaktifkan katup kontrol yang besar.
3.2.1 Masalah
Silinder kerja tunggal dengan diameter piston besar harus bergerak ke luar,
pada saat tombol ditekan dan silinder harus masuk kembali pada saat tombol
dilepas.
3.2.2 Pemecahan
Untuk memecahkan masalah tersebut, diperlukan rangkaian kontrol
dengan komponen-komponen sebagai berikut :
15
15
PNEUMAT IC SYST EM
1. Silinder kerja tunggal mempunyai satu lubang masukan udara dan satu
lubang pembuangan atau lubang ventilasi serta pegas untuk gerakan
kembali.
2. Katup kontrol arah 3/2 mempunyai 3 lubang dan 2 posisi kontak, tombol
tekan untuk mengaktifkan dan pegas untuk kembali.
3. Katup kontrol arah 3/2 mempunyai 3 lubang utama dan 2 posisi kontak,
1 lubang kontrol untuk mengaktifkan dan pegas pengembali.
4. Udara bertekanan dari catu daya (kompresor) dihubungkan ke katup 3/2.
5. Sambungan udara bertekanan (pipa/slang plastik) antara catu daya dan
katup 3/2, antara katup 3/2 dan silinder.
Katup kontrol arah 3/2 dengan pengaktifan udara dapat dipasang sedekat
mungkin dengan silinder. Ukuran katup harus besar bila silinder yang
dikontrolnya dalam ukuran besar, sedangkan katup tombol bisa berukuran kecil .
Katup tombol dapat dipasang agak jauh dari silinder.
1.0
1.1 2(A)
12(Z)
1(P) 3(R)
1.2 2(A)
1(P) 3 (R)
16
16
PNEUMAT IC SYST EM
Posisi Awal
Pada posisi awal, batang piston silinder kerja tunggal 1.0 berada dalam
keadaan masuk. Katup kontrol 1.1 tidak aktif karena posisi pegas pengembali
dan lubang 2(A) membuang udara ke atmosfir bebas. Sehingga hanya saluran
1(P) katup 3/2 (katup kontrol 1.1) yang aktif.
Tombol ditekan
Katup tombol 3/2 (katup 1.2) membuka aliran udara dari 1(P) ke 2(A), dan
sinyal yang dibangkitkannya dialirkan ke lubang kontrol 12 (Z) katup 1.1. Katup
1.1 diaktifkan melawan pegas pengembali dan mengalir udara dari 1(P) ke 2(A)
terus ke silinder kerja tunggal sehingga menyebabkan silinder kerja tunggal
bergerak keluar. Sinyal pengaktifan pada lubang 12(Z) tetap ada selama tombol
masih ditekan dan sinyal akan hilang bila tombol dilepas.
Tombol dilepas
3.3.1 Masalah
Silinder kerja ganda harus keluar pada saat tombol ditekan dan kembali lagi
setelah tombol dilepas. Silinder berdiameter 250 mm, sehingga memerlukan udara
banyak.
17
17
PNEUMAT IC SYST EM
3.3.2 Pemecahan
Prinsipnya sama seperti pemecahan masalah dengan silinder kerja tunggal,
hanya berbeda katup kontrol arah yang menghubungkan ke silinder kerja ganda
menggunakan katup 5/2.
Komponen yang digunakan berupa :
3. Katup kontrol arah 5/2 mempunyai 5 lubang utama dan 2 posisi kontak,
1 lubang kontrol untuk mengaktifkan dan pegas pengembali,
4. Catu daya udara bertekanan dihubungkan ke katup 3/2 dan katup 5/2,
5. Sambungan udara bertekanan dari catu daya ke silinder.
1.0
1.1
4(A) 2(B)
12(Z)
5(R) 3(S)
1(P)
1.2 2(A)
1(P) 3
25
25
PNEUMAT IC SYST EM
Sebuah silinder kerja ganda yang dikontrol oleh dua buah katup 1.2 dan
1.3, akan bergerak maju jika tombol katup 1.2 ditekan dan bertahan pada posisi
akhir maksimum walaupun tombol katup 1.2 dilepas. Posisi ini akan bertahan terus
sampai ada sinyal yang mengembalikan yaitu melalui katup 1.3. Katup kontrol
akhir 1.1 yang digunakan dikenal dengan “ katup memori “. Katup ini berada pada
posisi dimana perintah sinyal terakhir yang memberikannya.
Gambar berikut menunjukkan cara kerja di atas :
1.0
14(Z ) 12(Y)
5(R) 3(S)
1(P)
1.2 1.3
2(A) 2(A)
26
26
PNEUMAT IC SYST EM
1.6
2(A)
1(P) 3(R)
1.3 2(A)
OFF
1( P) 3( R)
1.4 2(A)
12(X ) 14(Y )
1.2 2(A)
ON
1( P) 3( R)
Dengan menekan tombol katup 1.2, sinyal mengalir ke katup 1.3 dan
mengaktifkan katup 1.6. Jika tombol 1.2 dilepas, katup 1.6 mempertahankan
posisinya melalui katup fungsi logika ATAU 1.4 dan katup 1.3 tidak beroperasi.
Untuk membatalkan pengunci, tombol katup 1.3 harus dioperasikan. Jika katup
1.2 dan katup 1.3 dioperasikan bersama, aliran yang mengalir ke katup 1.6
terblokir dan tidak aliran yang keluar dari katup 1.6. Pada kasus ini rangkaian pada
gambar 3.4 disebut “Dominan OFF “.
Bila katup 1.3 terletak antara katup 1.6 dan katup 1.4 rangkaian dinamakan
“Dominan ON” seperti pada gambar 3.5 berikut ini.
27
27
PNEUMAT IC SYST EM
Lembar Latihan
Kontrol Tidak Langsung
Alat Penuang
1. Diskripsi soal
2. Tata letak
3. Tugas
Gambarlah rangkaian kontrol pneumatik alat tersebut (kontrol tidak langsung)
dengan :
28
28
PNEUMAT IC SYST EM
Kegiatan Belajar 4
4.1 Pendahuluan
a b y
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
29
29
PNEUMAT IC SYST EM
4.2.3 Persamaan :
1.4 2(A)
1(P) 3(R)
1.2 2(A)
1 (P) 3(R)
Keuntungan :
1. tanpa peralatan tambahan, dengan demikian sumber kesalahan
kemungkinan lebih sedikit dan merupakan solusi yang ekonomis.
Kerugian :
1. di dalam praktiknya saluran sinyal antar komponen menjadi sangat
panjang.
2. sinyal dari katup 1.4 (gambar 4.1) tidak dapat dipakai bersama dengan
sinyal kombinasi yang lain karena sumbernya berasal dari katup 1.2
yang disambung seri.
30
30
PNEUMAT IC SYST EM
Gambar 4.2 : Fungsi DAN melalui katup 3/2 NO dengan pengaktifan udara
Keuntungan :
1. sinyal dari katup 1.2 dan katup 1.4 dapat digunakan di dalam kombinasi
sinyal lainnya karena sinyal komponen langsung didapat dari
sumbernya.
2. saluran kedua sinyal dapat disambung dengan jarak yang pendek ke
katup dua tekanan 1.6.
3. sinyal masukan ke lubang 12(Z) katup 1.6 dapat lebih kecil, sedangkan
keluaran lubang 2(A) katup 1.6 lebih besar ( efek penguat ).
Kerugian :
1. memerlukan lebih banyak komponen
31
31
4.3.3 Fungsi DAN melalui katup dua tekanan PNEUMAT IC SYST EM
Keuntungan :
1. sinyal dari katup 1.2 dan katup 1.4 dapat digunakan di dalam kombinasi
sinyal lainnya karena sinyal komponen langsung didapat dari
sumbernya.
32
32
PNEUMAT IC SYST EM
Contoh :
Berapa jumlah katup dua tekanan yang dibutuhkan, jika sinyal masukan yang
diproses bersama-sama sebanyak 5? Bagaimana rangkaiannya ?
Penyelesaian :
nv = ne - 1 = 5 - 1 = 4
Rangkaian :
33
33
PNEUMAT IC SYST EM
Lembar Latihan
Fungsi Logika DAN
Mesin Perakit
1. Diskripsi soal
2. Tata letak
3. Tugas
Gambarlah rangkaian kontrol pneumatik alat tersebut dengan :
a. silinder kerja tunggal
b. silinder kerja ganda
3(R) 1(P) 3(R)
34
34
PNEUMAT IC SYST EM
Kegiatan Belajar 5
Fungsi Logika ATAU
Tujuan Khusus Pembelajaran
5.1 Pendahuluan
a b y
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
5.2.3 Persamaan :
y=avb ( baca : y = a atau b )
35
35
PNEUMAT IC SYST EM
Contoh :
Rangkaian kontrol silinder kerja tunggal yang dijalankan dari dua tempat
yang berbeda.
1.0
1.6
2(A)
12(X) 14(Y)
1.2 2(A)
1.4 2(A)
36
36
PNEUMAT IC SYST EM
Berapa jumlah katup ganti yang dibutuhkan, jika sinyal masukan yang diproses
bersama-sama sebanyak 4 sinyal ? Bagaimana rangkaiannya ?
Penyelesaian :
nv = ne - 1 = 4 - 1 = 3
Rangkaian :
e1 e2 e3 e4
37
37
PNEUMAT IC SYST EM
Latihan
Kontrol Penutup
1. Diskripsi soal
2. Tata letak
3. Tugas
Gambarlah rangkaian kontrol pneumatik alat tersebut dengan :
silinder kerja ganda
38
38
PNEUMAT IC SYST EM
Kegiatan Belajar 6
Pengaturan Kecepatan Silinder
Tujuan Khusus Pembelajaran
6.1 Pendahuluan
Mengurangi kecepatan
Menambah kecepatan
39
39
PNEUMAT IC SYST EM
40
40
PNEUMAT IC SYST EM
2(A)
1(P)
3(R)
) 2 (A 2(A )
1(P ) 1(P )
3(R) 3(R)
Gambar 6.5a : Mempercepat Gerakan Maju Gambar 6.5b : Mempercepat Gerakan Mundur
41
41
PNEUMAT IC SYST EM
Latihan :
Alat penekuk
1. Diskripsi soal
2. Tata letak
3. Tugas
Gambarlah rangkaian kontrol pneumatik alat tersebut dengan :
silinder kerja tunggal
50
50
PNEUMAT IC SYST EM
Tugas :
Gambar Posisi :
51
51
PNEUMAT IC SYST EM
JAWABAN SOAL 1
52
52
PNEUMAT IC SYST EM
Alat Penekuk
Deskripsi soal :
Plat besi dibentuk menjadi U dengan menggunakan silinder kerja tunggal
dengan diameter 150 mm, panjang langkah 100 mm. Perintah mulai (start)
diberikan dengan menekan tombol. Apabila tombol dilepas silinder kembali ke
posisi semula. Gerakan silinder saat maju dan mundur secara perlahan.
Tugas :
1. Gambarkan rangkaian kontrolnya.
Gambar Posisi :
53
53
PNEUMAT IC SYST EM
JAWABAN SOAL 2
54
54
PNEUMAT IC SYST EM
Tugas :
Gambar Posisi :
55
55
PNEUMAT IC SYST EM
JAWABAN SOAL 3
56
56
PNEUMAT IC SYST EM
Tugas :
Gambar Posisi :
57
57
PNEUMAT IC SYST EM
JAWABAN SOAL 4
58
58
PNEUMAT IC SYST EM
Mesin Pelipat
Deskripsi soal :
Pengoperasian dua buah tombol tekan menyebabkan elemen pembengkok
pada mesin pelipat mendorong turun ke bawah dan menahan ujung lembaran
Jika kedua – atau salah satu saja – tombol tekan dilepas, silinder kerja ganda (1.0)
kembali ke posisi inisial.
Tugas :
Gambar Posisi :
59
59
PNEUMAT IC SYST EM
JAWABAN SOAL 5
60
60
PNEUMAT IC SYST EM
Pemisah Peti
Deskripsi Soal :
Peti dipindahkan dari gudang penyimpanan ke tempat perakitan dengan
menggunakan silinder kerja ganda. Operasi kerja dimulai menggunakan sebuah
tombol tekan dan sakelar pedal kaki. Silinder kerja ganda (1.0) akan bergerak
keluar jika salah satu dari tombol atau pedal ditekan. Setelah silinder mencapai
gerakan maksimal kemudian kembali secara otomatis.
Gerakan maju silinder secara perlahan, sedangkan gerakan mundur dilakukan
secara cepat. Proses berikutnya tidak dapat dimulai sebelum silinder benar-benar
mencapai posisi minimal.
Tugas :
Gambarkan rangkaian kontrolnya.
Rangkailah sesuai gambar rangkaian.
Gambar Posisi :
61
61
PNEUMAT IC SYST EM
JAWABAN SOAL 6
62
62
PNEUMAT IC SYST EM
silinder kerja ganda. Batang piston silinder kerja ganda akan keluar
pertama dilepas, batang piston tetap pada posisinya. Jika tombol kedua
Tugas :
1. Gambarkan rangkaian kontrolnya.
2. Rangkailah sesuai gambar rangkaian.
Gambar Posisi :
63
63
JAWABAN SOAL 7
64
64
65
65
PNEUMAT IC SYST EM
Penjepit dikontrol oleh salah satu dari dua buah tombol. Untuk melepas
benda tersebut dipergunakan satu tombol lain.
Tugas :
Gambar Posisi :
66
66
PNEUMAT IC SYST EM
JAWABAN SOAL 8
67
67
PNEUMAT IC SYST EM
Tugas :
1. Gambarkan rangkaian kontrolnya.
2. Rangkailah sesuai gambar rangkaian.
Gambar Posisi :
68
68
JAWABAN SOAL 9
69
69
TOPIK I : Kontrol Single Acting Cylinder dengan 3/2 WAY
Valve Single Solenoid
Tujuan Praktikum :
1. Mahasiswa dapat mengerti stuktur dan Fungsi dari single acting cylinder
2. Mahasiswa mampu membuat kontrol simulasi menggunakan Software
FluidSIM
3. Mahasiswa dapat memasang dan merangkai komponen pneumatik pada
Kontrol Single Acting Cylinder dengan 3/2 WAY Valve Single Solenoid
6
III. Displacement Step Diagram
a. Kontrol Langsung Single Acting Cylinder
1
A
0
S1
SOL1
1
A
0
S1
R1
SOL1
+24V 1
40%
S1
SOL SOL
1 3
0V
7
2. Kontrol tidak langsung single acting cylinder
+24V 1 2
R1
S1
40%
2
R1 SOL
SOL
0V 1 3
V. Prosedur Praktikum
1. Simulasi Kontrol Elektro Pneumatik Dengan FluidSIM®3.6 FESTO
(Software)
Kontrol Langsung Single Acting Cylinder
a. Aktifkan program aplikasi FluidSIM
b. Klik File pilih New (Ctrl+N)
c. Pilih Gambar 3/2 Way Valve, Compressor Air Supply , One-way flow
control valve dan Single Acting Cylinder drag ke lembar kerja
d. Klik 2x pada gambar 3/2 Way Valve
e. Pilih sebelah kiri Pneumatically/Electrically
f. Pilih sebelah kanan Spring-returned (pegas)
g. Klik OK
h. Pada gambar Compressor Air Supply hubungkan dengan Input Port 1.
Dan Output Port 2 dihubungkan dengan One-way flow.
i. Pada gambar One-way flow control atur level tekanan angin 40%.
Kemudian hubungkan dengan Single Acting Cylinder
j. Selanjutnya pilih gambar Electrical Connection 24V dan 0V, Push
button NO (make) dan.
k. Hubungkan Push button NO dengan sumber 24V lalu ke Valve
Solenoid selanjutnya dari Valve Solenoid ke 0V.
l. Untuk melihat apakah program yang dibuat sudah sesuai dengan yang
diinginkan, simulasi program dengan meng-click icon Start (F9).
m. Klik dan tahan pada tombol push button, lepas tombol push button,
perhatikan apa yang terjadi.
n. Program sudah sesuai yang diinginkan Save Program tersebut dengan
Nama File Modul 1a.
8
o. Untuk Kontrol Tidak Langsung Single Acting Cylinder
9
V. Analisa Rangkaian Elektro Pneumatik
A. Simulasi dengan Program aplikasi FluidSIM
10
B. Rangkaian Pengawatan (Hardware)
11
VI. Kesimpulan
Dari hasil praktikum Software dan Hardware diperoleh :
12
TOPIK II : Kontrol Double Acting Cylinder dengan 5/2 WAY Valve
Single Solenoid
Tujuan Praktikum :
1. Mahasiswa dapat membuat kontrol double acting cylinder dengan Valve
Single Solenoid.
2. Mahasiswa mampu membuat program kontrol simulasi menggunakan
Software FluidSIM
3. Mahasiswa dapat memasang dan merangkai komponen pneumatik pada
Kontrol Double Acting Cylinder dengan 5/2 WAY Valve Single Solenoid.
13
III. Rangkaian Elektro Pneumatik
1. Kontrol langsung double acting cylinder
a. Dengan menggunakan 5/2 single solenoid valve
+24V 1
S1
45%
45%
4 2
SOL1
5 3
SOL1 1
0V
S1 S2
45%
45%
4 2
SOL1 SOL2
5 3
SOL1 SOL2 1
0V
S1 R1
45%
45%
4 2
SOL1
R1 SOL1
5 3
1
0V
14
b. Dengan menggunakan 5/2 double solenoid
+24V 1 2 3 4
S1 S2 R1 R2
45%
45%
4 2
3 4
15
m. Klik tombol push button, lepas tombol push button, perhatikan apa
yang terjadi.
p. Program sudah sesuai yang diinginkan Save Program tersebut dengan
Nama File Modul 2a.
q. Untuk 5/2 double solenoid valve, simpan dengan nama file Modul 2b.
c. Untuk Kontrol Tidak Langsung Double Acting Cylinder menggunakan
5/2 single solenoid valve dan menggunakan 5/2 double solenoid
Tambahkan gambar Relay dan NO Relay (make switch) selanjutnya
sama prosedurnya dengan Kontrol Langsung Single Acting Cylinder
Program sudah sesuai yang diinginkan Save Program tersebut dengan
Nama File Modul 2c dan Modul 2d.
16
V. Analisa Rangkaian Elektro Pneumatik
a. Simulasi dengan Program aplikasi FluidSIM
17
b. Rangkaian Pengawatan (Hardware)
18
VI. Kesimpulan
Dari hasil praktikum Software dan Hardware diperoleh :
19
TOPIK III : Kontrol Double Acting Cylinder dengan 5/2 WAY Valve Single Solenoid
Hubungan Seri dan Paralel
Tujuan Praktikum :
1. Mahasiswa dapat membuat kontrol Hubungan Seri dan Paralel dengan
double acting cylinder
2. Mahasiswa mampu membuat kontrol simulasi menggunakan Software
FluidSIM
3. Mahasiswa mampu untuk merangkai hubungan seri dan paralel untuk
Kontrol Double Acting Cylinder.
4. Mahasiswa dapat memasang dan merangkai komponen pneumatik pada
Kontrol Double Acting Cylinder dengan 5/2 WAY Valve Single Solenoid.
20
1. Rangkaian Kontrol Hubungan Seri
+24V 1 2
S1 R1
45%
45%
S2
4 2
SOL1
R1 SOL1
5 3
1
0V
S1 S2 R1
45%
45%
4 2
SOL1
R1 SOL1 5 3
1
0V
21
i. Pada gambar One-way flow control atur level tekanan angin 45%.
Kemudian hubungkan dengan Double Acting Cylinder.
j. Selanjutnya pilih gambar Electrical Connection 24V dan 0V, Push
button NO (make) dan
k. Hubungkan Push button NO dengan sumber 24V lalu ke Valve
Solenoid selanjutnya dari Valve Solenoid ke 0V.
l. Untuk melihat apakah program yang dibuat sudah sesuai dengan yang
diinginkan, simulasi program dengan meng-click icon Start (F9).
m. Tekan tombol Shift dan Klik tombol S1 , Klik tombol S2 sesaat
kemudian lepaskan tombol S2, perhatikan apa yang terjadi.
n. Untuk kontrol hubungan Seri, bila program sudah sesuai yang
diinginkan Save Program tersebut dengan Nama File Modul 3a.
o. Untuk kontrol hubungan paralel , simpan dengan nama file Modul
3b.
22
IV. Analisa Rangkaian Elektro Pneumatik
A. Simulasi dengan Program aplikasi FluidSIM
23
B. Rangkaian Pengawatan (Hardware)
24
V. Kesimpulan
Dari hasil praktikum Software dan Hardware diperoleh :
25
TOPIK IV : Kontrol Latching Circuit pada Double Acting Cylinder
Tujuan Praktikum :
1. Mahasiswa dapat membuat kontrol Latching Circuit dengan double acting
cylinder
2. Mahasiswa mampu membuat kontrol simulasi menggunakan Software
FluidSIM
3. Mahasiswa mampu merangkai Latching Circuit untuk Kontrol Double
Acting Cylinder.
4. Mahasiswa dapat memasang dan merangkai komponen pneumatik pada
Kontrol Double Acting Cylinder dengan 5/2 WAY Valve Single Solenoid.
26
III. Rangkaian Kontrol Latching Circuit
+24V 1 2 3
S1 R1 R1
45%
45%
45%
4 2 2
S2
SOL1 SOL1
5 3 1 3
R1 SOL1 1
0V
2
3
27
l. Untuk melihat apakah program yang dibuat sudah sesuai dengan yang
diinginkan, simulasi program dengan meng-click icon Start (F9).
m. Klik tombol S1 dan lepaskan, perhatikan apa yang terjadi, Klik
tombol S2, perhatikan apa yang terjadi.
n. Bila program sudah sesuai yang diinginkan Save Program tersebut
dengan Nama File Modul 4.
28
B. Rangkaian Pengawatan (Hardware)
VI. Kesimpulan
Dari hasil praktikum Software dan Hardware diperoleh :
29
TOPIK V : Kontrol Dengan Limit Switch Dengan Double Acting Cylinder
Tujuan Praktikum :
1. Mahasiswa dapat membuat kontrol dengan Limit Switch dengan double
acting cylinder
2. Mahasiswa mampu membuat kontrol simulasi menggunakan Software
FluidSIM.
3. Mahasiswa dapat menggunakan 3/2 WAY Valve Single Solenoid untuk
kontrol single acting cylinder dan 5/2 WAY Valve double solenoid kontrol
double acting cylinder.
4. Mahasiswa mampu merangkai dengan push button (S1) dan Limit Switch
untuk Kontrol single acting cylinder dan Double Acting Cylinder.
5. Mahasiswa dapat memasang dan merangkai komponen pneumatik pada
Kontrol single acting cylinder dan Double Acting Cylinder .
30
III. Rangkaian Kontrol Dengan Push Button dan Limit Switch
1. Dengan Kontrol 3/2 WAY Valve Single Solenoid
+24V 1 2 3
LS
S1 R1 R1
45%
2
LS
SOL1
R1 SOL1 1 3
0V
2
3
S1 LS R1 R2
45%
45%
4 2
SOL1 SOL2
R1 R2 SOL1 SOL2 5 3
1
0V
3 4
31
f. Pilih sebelah kiri Pneumatically/Electrically untuk 3/2 Way Valve.
g. Pilih sebelah kanan Spring-returned (pegas) untuk 3/2 Way Valve
h. Klik OK
i. Pada gambar Compressor Air Supply hubungkan dengan Input Port 1.
Dan Output Port 2 dan Port 4 dihubungkan dengan One-way flow.
j. Pada gambar One-way flow control atur level tekanan angin 45%.
Kemudian hubungkan dengan Double Acting Cylinder dan Single
Acting Cylinder.
k. Selanjutnya pilih gambar Electrical Connection 24V dan 0V, Push
button NO (make) dan
l. Hubungkan Push button NO dengan sumber 24V lalu ke Valve
Solenoid selanjutnya dari Valve Solenoid ke 0V.
m. Untuk melihat apakah program yang dibuat sudah sesuai dengan yang
diinginkan, simulasi program dengan meng-click icon Start (F9).
n. Klik tombol S1 dan lepaskan, perhatikan apa yang terjadi.
o. Bila program sudah sesuai yang diinginkan Save Program tersebut
dengan Nama File Modul 5.
32
V. Analisa Rangkaian Elektro Pneumatik
A. Simulasi dengan Program aplikasi FluidSIM
33
VI. Kesimpulan
Dari hasil praktikum Software dan Hardware diperoleh :
34
TOPIK VI : Kontrol Double Acting Cylinder Maju – Mundur Secara Continue
Dengan Limit Switch
Tujuan Praktikum :
1. Mahasiswa dapat membuat kontrol Double Acting Cylinder Maju-Mundur
Secara Continue.
2. Mahasiswa mampu membuat kontrol simulasi menggunakan Software
FluidSIM untuk kontrol Double Acting Cylinder Maju-Mundur Secara
Continue.
3. Mahasiswa mampu merangkai menggunakan saklar dan push button serta
Limit Switch untuk Kontrol Double Acting Cylinder.
4. Mahasiswa dapat memasang dan merangkai komponen pneumatik pada
Kontrol Double Acting Cylinder.
35
2. Bila push button S1 ditekan maka Relay (K1) akan bekerja dan anak
kontak Relay (K1) dari NO menjadi NC sehingga Silinder bergerak maju,
bila menyentuh limit switch2 (LS2) silinder akan mundur dan bila
menyentuh limit switch1 (LS1) silinder akan bergerak maju demikian
seterusnya sampai push button S2 ditekan untuk berhenti.
LS2 R1 R2
S1
45%
45%
LS1
4 2
SOL1 SOL2
R1 R2 SOL1 SOL2 5 3
1
0V
3 4
36
LS1 LS2
+24V 1 2 3 4 5 6
S1 R1 R1 LS2 R2 R3
45%
45%
S2 LS1
4 2
SOL1 SOL2
R1 R2 R3 SOL1 SOL2 5 3
1
0V
2 5 6
3
37
m. Untuk menghentikan Silinder bergerak maju-mundur Saklar S1
ditekan kembali.
n. Bila program sudah sesuai yang diinginkan Save Program tersebut
dengan Nama File Modul 6a.
o. Untuk gambar b. Push Button S1 ditekan, perhatikan apa yang
terjadi.
p. Untuk menghentikan Silinder bergerak maju-mundur Push Button S2
ditekan.
q. Bila program sudah sesuai yang diinginkan Save Program tersebut
dengan Nama File Modul 6b.
38
V. Analisa Rangkaian Elektro Pneumatik
A. Simulasi dengan Program aplikasi FluidSIM
39
VI. Kesimpulan
Dari hasil praktikum Software dan Hardware diperoleh :
40
TOPIK VII : Kontrol Double Acting Cylinder Maju – Mundur Secara Continue
Dengan Proximity Switch
Tujuan Praktikum :
1. Mahasiswa dapat membuat kontrol Maju-Mundur Secara Continue
dengan Proximity pada double acting cylinder.
2. Mahasiswa mampu membuat kontrol simulasi menggunakan Software
FluidSIM.
3. Mahasiswa mampu merangkai menggunakan push button dan
proximity Switch untuk Kontrol Double Acting Cylinder.
4. Mahasiswa dapat memasang dan merangkai komponen pneumatik
pada Kontrol Double Acting Cylinder untuk bergerakan maju mundur
secara continue.
41
III. Rangkaian Kontrol Gerakan continue maju mundur dengan
menggunakan proximity switch
+24V 1 2 3 4 5 6 7 8
PS1 PS2
R2 R3
R1 R1
S1
40%
40%
PS1 PS2
S2
4 2
SOL1 SOL2
5 3
R1 1
SOL1 SOL2
R2 R3
0V
2 7 8
3
42
m. Untuk menghentikan Silinder bergerak maju-mundur Push Button S2
ditekan.
n. Bila program sudah sesuai yang diinginkan Save Program tersebut
dengan Nama File Modul 7.
43
B. Rangkaian Pengawatan (Hardware)
VI. Kesimpulan
Dari hasil praktikum Software dan Hardware diperoleh :
44
TOPIK VIII : Kontrol Double Acting Cylinder Dengan Timer
Tujuan Praktikum :
1. Mahasiswa dapat mengerti stuktur dan Fungsi dari double acting
cylinder serta penggunaan Timer.
2. Mahasiswa mampu membuat kontrol simulasi menggunakan Software
FluidSIM.
3. Mahasiswa mampu merangkai menggunakan push button, Limit
Switch, Timer ON-Delay dan OF- Delay untuk Kontrol Double
Acting Cylinder.
4. Mahasiswa dapat memasang dan merangkai komponen pneumatik
pada Kontrol Double Acting Cylinder.
45
Kontrol Double Acting Cylinder Dengan Timer ON-Delay dan OFF-Delay
+24V 1 2 3 4 5 6
LS1
R1
S1
T1 T2
R1 R1
40%
40%
4 2
LS1
SOL1 SOL2
5 3
1
R1 T1 3 T2 3 SOL1 SOL2
0V
2 5 6
3
4
46
11. Untuk melihat apakah program yang dibuat sudah sesuai dengan yang
diinginkan, simulasi program dengan meng-click icon Start (F9).
12. Klik Push Button S1 ditekan., perhatikan apa yang terjadi.
13. Ketika Silinder menyentuh Limit Swict maka silinder berhenti.
14. Bila program sudah sesuai yang diinginkan Save Program tersebut
dengan Nama File Modul 8.
47
B. Rangkaian Pengawatan (Hardware)
V. Kesimpulan
Dari hasil praktikum Software dan Hardware diperoleh :
48
TOPIK IX : Kontrol Single Acting Cylinder Dengan Counter
Tujuan Praktikum :
1. Mahasiswa dapat mengerti stuktur, Fungsi dari Single acting cylinder dan
Counter.
2. Mahasiswa mampu membuat kontrol simulasi menggunakan Software
FluidSIM.
3. Mahasiswa mampu merangkai menggunakan push button, Limit Switch
dan Counter untuk Kontrol Single Acting Cylinder.
4. Mahasiswa dapat memasang dan merangkai komponen pneumatik pada
Kontrol Single Acting Cylinder dengan Counter.
49
III. Rangkaian Kontrol Single Acting Cylinder Dengan Counter
+24V 1 2 3 4 5
LS1
S1 R1
C1
LS1
40%
40%
4 2
C1 5 R1 SOL1 SOL1
5 3
1
0V
4 5
50
12. Untuk melihat apakah program yang dibuat sudah sesuai dengan yang
diinginkan, simulasi program dengan meng-click icon Start (F9).
13. Klik Push Button S1 ditekan.sebanyak 5x, perhatikan apa yang
terjadi.
14. Ketika Silinder menyentuh Limit Swict maka silinder berhenti.
15. Bila program sudah sesuai yang diinginkan Save Program tersebut
dengan Nama File Modul 9.
51
2. Rangkaian Pengawatan (Hardware)
VI. Kesimpulan
Dari hasil praktikum Software dan Hardware diperoleh :
52
TOPIK X : Kontrol 2 Buah Double Acting Cylinder Dengan 5/2 WAY Valve
Single Solenoid (4 Step A+ A- B+ B-)
Tujuan Praktikum :
1. Mahasiswa dapat membuat kontrol 4 Step dengan 2 buah Double
acting cylinder
2. Mahasiswa mampu membuat kontrol simulasi menggunakan Software
FluidSIM.
3. Mahasiswa mampu merangkai Kontrol 2 buah Double Acting Cylinder
dengan 2 buah 5/2 WAY Valve Single Solenoid menggunakan push
button dan limit switch.
4. Mahasiswa dapat memasang dan merangkai komponen pneumatik
pada Kontrol 2 buah Double Acting Cylinder.
53
2. Bila push button Auto ditekan Relay (R0) aktif dan anak kontak Relay
(R0) dari NO menjadi NC sehingga Relay (R1) aktif dan Solenoid
(SOL1) bekerja untuk menggerakkan Silinder A maju, bila menyentuh
LS2 Solenoid (SOL2) bekerja untuk menggerakkan silinder A mundur
bila menyentuh LS1 silinder A berhenti dan silinder B bergerak maju
bila menyentuh LS4 silinder B mundur dan bila meyentuh LS3 silinder
B berhenti dan Silinder A maju-mundur lagi demikian pula silinder B
maju-mundur lagi demikian seterusnya sampai tombol Stop ditekan
untuk berhenti.
1 2 3 4 5= 1
1
Cylinder A
0
1
Cylinder B
0
54
IV. Rangkaian Kontrol 4 Step, 2 Buah Double Acting Cylinder dengan 2
buah 5/2 WAY Valve Single Solenoid
A+ A- B+ B- LS1 LS2
LS3 LS4
45%
45%
45%
45%
4 2
4 2
SOL1 SOL2
5 3
5 3
1
1
+24V 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
LS3
R2 R4
STOP
R4
R1 R2 R3
R0 R1 R2 R3 R4 SOL1 SOL2
0V
2 5 12 7 9 3 11
4 6 8 10 13
12 13
55
V. Prosedur Praktikum
A. Simulasi Kontrol Elektro Pneumatik Dengan FluidSIM®3.6 FESTO
(Software)
1. Aktifkan program aplikasi FluidSIM
2. Klik File pilih New (Ctrl+N)
3. Pilih Gambar 5/2 Way Valve, Compressor Air Supply , One-way flow
control valve dan Double Acting Cylinder drag ke lembar kerja
4. Klik 2x pada gambar 5/2 Way Valve.
5. Pilih sebelah kiri Pneumatically/Electrically.
6. Pilih sebelah kanan Spring-returned (pegas).
7. Klik OK
8. Pada gambar Compressor Air Supply hubungkan dengan Input Port 1.
Dan Output Port 2 dan Port 4 dihubungkan dengan One-way flow.
9. Pada gambar One-way flow control atur level tekanan angin 45%.
Kemudian hubungkan dengan Double Acting Cylinder.
10. Selanjutnya pilih gambar Electrical Connection 24V dan 0V, Push
button NO (make) dan
11. Hubungkan Push button NO dengan sumber 24V lalu ke Relay, lalu ke
Valve Solenoid selanjutnya dari Valve Solenoid ke 0V (perhatikan
gambar rangkaian).
12. Untuk melihat apakah program yang dibuat sudah sesuai dengan yang
diinginkan, simulasi program dengan meng-click icon Start (F9).
13. Klik Push Button Semi Auto, perhatikan apa yang terjadi.
14. Klik Push Button Auto, perhatikan apa yang terjadi.
15. Bila program sudah sesuai yang diinginkan Save Program tersebut
dengan Nama File Modul 10.
56
VI. Analisa Rangkaian Elektro Pneumatik
1. Simulasi dengan Program aplikasi FluidSIM
57
VII. Kesimpulan
Dari hasil praktikum Software dan Hardware diperoleh :
58
TOPIK XI : Kontrol 2 Buah Double Acting Cylinder Dengan 5/2 WAY Valve
Double Solenoid (4 Step A+ B+ B- A-)
Tujuan Praktikum :
1. Mahasiswa dapat membuat kontrol 4 Step dengan Double acting
cylinder.
2. Mahasiswa mampu membuat kontrol simulasi menggunakan Software
FluidSIM.
3. Mahasiswa mampu merangkai Kontrol 2 buah Double Acting Cylinder
dengan 2 buah 5/2 WAY Valve Double Solenoid.
4. Mahasiswa dapat memasang dan merangkai komponen pneumatik
pada Kontrol 2 buah Double Acting Cylinder.
59
mundur sampai menyentuh LS1, Silinder A maju lalu silinder B maju-
mundur kemudian silinder A mundur demikian seterusnya sampai tombol
Stop ditekan untuk berhenti.
1 2 3 4 5= 1
1
Cylinder A
0
1
Cylinder B
0
60
IV. Rangkaian Kontrol 4 Step, 2 Buah Double Acting Cylinder dengan 2
buah 5/2 WAY Valve Double Solenoid
A+ B+ B- A- LS1 LS2
LS3 LS4
45%
45%
45%
45%
4 2
4 2
SOL1 SOL2
SOL3 SOL4
5 3
5 3
1
1
+24V 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
LS1 R2 R3 R4 R1
STOP
R4
R1 R2 R3
R0 R1
R2 R3 R4 SOL1 SOL3 SOL4 SOL2
0V
2 15 5 12 7 13 9 3 11
4 6 8 10 14 15
12 13 14
V. Prosedur Praktikum
A. Simulasi Kontrol Elektro Pneumatik Dengan FluidSIM®3.6 FESTO
(Software)
61
8. Pada gambar One-way flow control atur level tekanan angin 45%.
Kemudian hubungkan dengan Double Acting Cylinder.
9. Selanjutnya pilih gambar Electrical Connection 24V dan 0V, Push button
NO (make) dan
10. Hubungkan Push button NO dengan sumber 24V lalu ke Relay, lalu ke
Valve Solenoid selanjutnya dari Valve Solenoid ke 0V (perhatikan
gambar rangkaian).
11. Untuk melihat apakah program yang dibuat sudah sesuai dengan yang
diinginkan, simulasi program dengan meng-click icon Start (F9).
12. Klik Push Button Semi Auto, perhatikan apa yang terjadi.
13. Klik Push Button Auto, perhatikan apa yang terjadi.
14. Bila program sudah sesuai yang diinginkan Save Program tersebut
dengan Nama File Modul 11.
62
VI. Analisa Rangkaian Elektro Pneumatik
1. Simulasi dengan Program aplikasi FluidSIM
63
VII. Kesimpulan
Dari hasil praktikum Software dan Hardware diperoleh :
64
TOPIK XII : Kontrol Auto dan Semi Auto 2 Buah Double Acting Cylinder
Dengan 5/2 WAY Valve Single dan Double Solenoid
(4 Step A+ A- B+ B-)
Tujuan Praktikum :
1. Mahasiswa dapat membuat kontrol 4 Step Dengan 5/2 WAY Valve
Single dan Double Solenoid pada Double Acting Cylinder.
2. Mahasiswa mampu membuat kontrol simulasi menggunakan Software
FluidSIM.
3. Mahasiswa mampu merangkai Kontrol Auto dan Semi Auto 2 buah
Double Acting Cylinder dengan 5/2 WAY Valve single dan Double
Solenoid.
4. Mahasiswa dapat memasang dan merangkai komponen pneumatik
pada Kontrol 2 buah Double Acting Cylinder.
65
silinder A mundur bila menyentuh LS1 silinder A berhenti dan silinder B
bergerak maju bila menyentuh LS4 silinder B mundur dan bila meyentuh
LS3 silinder B berhenti dan Silinder A maju-mundur lagi demikian pula
silinder B maju-mundur lagi demikian seterusnya sampai tombol Stop
ditekan untuk berhenti.
1 2 3 4 5= 1
1
Cylinder A
0
1
Cylinder B
0
66
IV. Rangkaian Kontrol 4 Step, 2 Buah Double Acting Cylinder dengan 5/2
WAY Valve Single Solenoid dan Double Solenoid
A+ A- B+ B- LS1 LS2
LS3 LS4
45%
45%
45%
45%
4 2
4 2
+24V 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1
LS3
R2 R4
R1
STOP
R4
R1 R2 R3
0V
2 14 5 12 7 9 3 11
4 6 8 10 13 14
12 13
V. Prosedur Praktikum
A. Simulasi Kontrol Elektro Pneumatik Dengan FluidSIM®3.6 FESTO
(Software)
67
10. Pada gambar Compressor Air Supply hubungkan dengan Input Port 1.
Dan Output Port 2 dan Port 4 dihubungkan dengan One-way flow.
11. Pada gambar One-way flow control atur level tekanan angin 45%.
Kemudian hubungkan dengan Double Acting Cylinder.
12. Selanjutnya pilih gambar Electrical Connection 24V dan 0V, Push
button NO (make) dan
13. Hubungkan Push button NO dengan sumber 24V lalu ke Relay, lalu ke
Valve Solenoid selanjutnya dari Valve Solenoid ke 0V (perhatikan
gambar rangkaian).
14. Untuk melihat apakah program yang dibuat sudah sesuai dengan yang
diinginkan, simulasi program dengan meng-click icon Start (F9).
15. Klik Push Button Semi Auto, perhatikan apa yang terjadi.
16. Klik Push Button Auto, perhatikan apa yang terjadi.
17. Bila program sudah sesuai yang diinginkan Save Program tersebut
dengan Nama File Modul 12.
68
VI. Analisa Rangkaian Elektro Pneumatik
1. Simulasi dengan Program aplikasi FluidSIM
69
VII. Kesimpulan
Dari hasil praktikum Software dan Hardware diperoleh :
70
TOPIK XIII : Kontrol Auto dan Semi Auto 2 Double Acting Cylinder Dengan 5/2
WAY Valve Single dan Double Solenoid dengan menggunakan Sensor
Proximity dan Limit Switch (4 Step A+ B+ B- A-)
Tujuan Praktikum :
1. Mahasiswa dapat membuat kontrol 4 step dengan 5/2 WAY Valve
Single dan Double Solenoid pada Double acting cylinder.
2. Mahasiswa mampu membuat kontrol simulasi menggunakan Software
FluidSIM.
3. Mahasiswa mampu merangkai Kontrol 2 buah Double Acting Cylinder
dengan 5/2 WAY Valve Ssingle dan Double Solenoid menggunakan 2
buah Sensor proximity dan 2 buah Limit Switch
4. Mahasiswa dapat memasang dan merangkai komponen pneumatik
pada Kontrol 2 buah Double Acting Cylinder.
71
2. Bila push button Auto ditekan Relay (R0) aktif sehingga Relay (R1)
aktif dan Solenoid (SOL1) bekerja untuk menggerakkan Silinder A maju,
bila menyentuh Sensor Proximity2 (P2) maka SOL2 bekerja dan silinder
B akan maju dan bila menyentuh LS4 maka SOL3 bekerja dan silinder B
mundur dan bila meyentuh LS3 silinder B berhenti. Dan menggerakkan
Silinder A Mundur bila menyentuh P1 maka Silinder A berhenti,
demikian seterusnya sampai tombol Stop ditekan untuk berhenti.
1 2 3 4 5= 1
1
Cylinder A
0
1
Cylinder B
0
72
IV. Rangkaian Kontrol 4 Step, 2 Buah Double Acting Cylinder dengan 5/2
WAY Valve Single dan Double Solenoid menggunakan Sensor Proximity
dan Limit Switch
4 STEP = A+ B+ B- A-
A Cylinder B Cylinder
P1 P2
LS3 LS4
45%
45%
45%
45%
4 2
4 2
+24V 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
R1 R1 R2 R3
AUTO R0 SO R0 R1 R2 LS4 R3 LS3 R4
P2
R4 R3
P1
STOP
R1 R2 R3
R4
0V
2 7 9 15 11 5 13
6 8 10 12 14
9 15 16
14
V. Prosedur Percobaan
A. Simulasi Kontrol Elektro Pneumatik Dengan FluidSIM®3.6 FESTO
(Software)
17
SOL_6
73
8. Pada gambar One-way flow control atur level tekanan angin 45%.
Kemudian hubungkan dengan Double Acting Cylinder.
9. Selanjutnya pilih gambar Electrical Connection 24V dan 0V, Push button
NO (make) dan
10. Hubungkan Push button NO dengan sumber 24V lalu ke Relay, lalu ke
Valve Solenoid selanjutnya dari Valve Solenoid ke 0V (perhatikan
gambar rangkaian).
11. Untuk melihat apakah program yang dibuat sudah sesuai dengan yang
diinginkan, simulasi program dengan meng-click icon Start (F9).
12. Klik Push Button Semi Auto, perhatikan apa yang terjadi.
13. Klik Push Button Auto, perhatikan apa yang terjadi.
14. Bila program sudah sesuai yang diinginkan Save Program tersebut
dengan Nama File Modul 13.
74
VI. Analisa Rangkaian Elektro Pneumatik
1. Simulasi dengan Program aplikasi FluidSIM
75
VII. Kesimpulan
Dari hasil praktikum Software dan Hardware diperoleh :
76
Praktikum XIV : Kontrol Auto dan Semi Auto 2 Double Acting Cylinder
Dengan 5/2 WAY Valve Double Solenoid dengan menggunakan
Counter, Timer dan Limit Switch (4 Step A+ B+ A- B-)
Tujuan Praktikum :
1. Mahasiswa dapat membuat kontrol 4 Step menggunakan Counter,
Timer dan Limit Switch pada Double acting cylinder.
2. Mahasiswa mampu membuat program kontrol simulasi menggunakan
Software FluidSIM.
3. Mahasiswa mampu merangkai Kontrol 2 buah Double Acting Cylinder
dengan 5/2 WAY Valve Single dan Double Solenoid menggunakan
push button, Counter, Timer dan Limit Switch.
4. Mahasiswa dapat memasang dan merangkai komponen pneumatik
pada Kontrol 2 buah Double Acting Cylinder.
77
2. Bila push button Auto ditekan Relay (R0) aktif sehingga Relay (R1)
aktif dan Solenoid (SOL1) bekerja untuk menggerakkan Silinder A maju,
bila menyentuh Limit Switch2 (LS2) silinder A akan mundur dan bila
menyentuh Limit Switch1 (LS1) silinder A berhenti dan SOL2 bekerja
silinder B bergerak maju bila menyentuh LS4 maka SOL3 bekerja
sehingga silinder B mundur dan bila meyentuh LS3 silinder B berhenti dan
Silinder A maju-mundur lagi demikian pula silinder B maju-mundur lagi
demikian seterusnya sampai tombol Stop ditekan untuk berhenti.
1 2 3 4 5= 1
1
Cylinder A
0
1
Cylinder B
0
78
IV. Rangkaian Kontrol 4 Step, 2 Buah Double Acting Cylinder dengan 5/2
WAY Valve Double Solenoid menggunakan Counter, Timer dan Limit
Switch
A+ A- B+ B- LS1 LS2
45% LS3 LS4
45%
45%
45%
4 2
4 2
SOL1 SOL3
SOL2
5 3
5 3
1
1
+24V 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
R0 T1
AUTO
R0 R1 LS2 R2 LS1 R3 LS4 R4 R1 R3 R4
S_AUTO
LS3
C1 R2 R4
LS4
STOP
R4
R1 R2 R3
C1 3
T1 3
R0 R1
R2 R3 R4 SOL1 SOL2 SOL3
0V
2 6 7 9 16 11 13 7 15
8 10 12 14 17 18
16 17
V. Prosedur Praktikum
A. Simulasi Kontrol Elektro Pneumatik Dengan FluidSIM®3.6 FESTO
(Software)
79
8. Pilih sebelah kiri dan kanan Pneumatically/Electrically.
9. Pilih sebelah kiri dan kanan Pneumatically/Electrically.
10. Klik OK
11. Pada gambar Compressor Air Supply hubungkan dengan Input Port 1.
Dan Output Port 2 dan Port 4 dihubungkan dengan One-way flow.
12. Pada gambar One-way flow control atur level tekanan angin 45%.
Kemudian hubungkan dengan Double Acting Cylinder.
13. Selanjutnya pilih gambar Electrical Connection 24V dan 0V, Push
button NO (make) dan
14. Hubungkan Push button NO dengan sumber 24V lalu ke Relay, lalu ke
Valve Solenoid selanjutnya dari Valve Solenoid ke 0V (perhatikan
gambar rangkaian).
15. Untuk melihat apakah program yang dibuat sudah sesuai dengan yang
diinginkan, simulasi program dengan meng-click icon Start (F9).
16. Klik Push Button Semi Auto, perhatikan apa yang terjadi.
17. Klik Push Button Auto, perhatikan apa yang terjadi.
18. Bila program sudah sesuai yang diinginkan Save Program tersebut
dengan Nama File Modul 14.
80
VI. Analisa Rangkaian Elektro Pneumatik
1. Simulasi dengan Program aplikasi FluidSIM
81
VII. Kesimpulan
Dari hasil praktikum Software dan Hardware diperoleh :
82
UMPAN BALIK
……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………..
70
70
DAFTAR PUSTAKA
1989
1987.
71
71